Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kecacingan erat hubungannya dengan kebiasaan hidup sehari-hari. Penyakit
kecacingan biasanya tidak menyebabkan penyakit yang berat dan angka kematian tidak
terlalu tinggi namun dalam keadaan kronis pada anak dapat menyebabkan kekurangan gizi
yang berakibat menurunnya daya tahan tubuh dan pada akhirnya akan menimbulkan
gangguan pada tumbuh kembang anak. Khusus pada anak usia sekolah, keadaan ini akan
mengakibatkan kemampuan mereka dalam mengikuti pelajaran akan menjadi berkurang
(Safar, 2010).
World Health Organization (WHO)tahun 2012 memperkirakan lebih dari 1,5 miliar
orang atau 24% dari populasi dunia terinfeksi dengan cacing yang ditularkan melalui tanah.
Lebih dari 270 juta anak usia prasekolah dan lebih dari 600 juta anak usia sekolah tinggal di
daerah di mana parasit ini ditularkan secara intensif dan membutuhkan pengobatan serta
tindakan pencegahan.
Di Indonesia penyakit infeksi yang disebabkan oleh cacing masih tinggi
prevalensinya yaitu 60% - 80%. Hal ini terjadi dikarenakan Indonesia berada dalam posisi
geografis yang temperatur dan kelembaban yang sesuai untuk tempat hidup dan berkembang
biaknya cacing. Pengaruh lingkungan global dan semakin meningkatnya komunitas manusia
serta kesadaran untuk menciptakan perilaku higiene dan sanitasi yang semakin menurun
merupakan faktor yang mempunyai andil yang besar terhadap penularan parasit ini. Penyakit
infeksi kecacingan juga merupakan masalah kesehatan masyarakat terbanyak setelah
malnutrisi (Kep-Menkes, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Cacingan?
2. Apa faktor dan penyebab yang mempengaruhi infeksi cacingan?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya infeksi cacingan ?
4. Bagaimana tanda dan gejala infeksi cacingan?
5. Bagaimana mekanisme infeksi cacingan?
6. Bagaimana cara mencegah infeksi cacingan ?
7. Apa saja jenis cacing yang menyebabkan cacingan?

1
C. Tujuan
1. Mengetahu pengertian dari cacingan
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi infeksi cacingan
3. Mengetahui patofisiologi terjadinya infeksi cacingan
4. Mengetahui tanda gejala infeksi cacingan
5. Mengetahui mekanisme infeksi cacingan
6. Mengetahui cara mencegah infeksi cacingan
7. Mengetahui jenis-jenis cacingan yang menyebabkan cacingan

2
BAB II

MATERI

2.1 Pengertian Cacingan

Banyak orangtua yang sering mendengar penyakit cacingan, namun orang tua tidak
tahu apa itu penyakit cacingan yang sebenarnya. Penyakit cacingan merupakan parasit yang
tumbuh di dalam tubuh manusia dan mengganggu tubuh manusia tersebut, akibatnya adalah
semua nutrisi yang masuk ke dalam tubuh manusia itu terserap oleh parasit cacing tersebut.
Oleh sebab itu, para orang tua perlu mengetahui apa saja penyebab cacingan yang dapat
membahayakan anak. Cacingan sering diderita oleh balita dan anak-anak. Biasanya
ditemukan pada balita dan anak-anak yang gizinya kurang baik. Kebersihan yang kurang jga
dapat menjadi faktor pencetusnya. Cacingan ini hidup dalam usus halus. Cacing akan
bertelur, lalu telurnya keluar bersama tinja dan masuk dalam tanah.
Ascaris lumbricoides merupakan cacing bulat besar yang biasanya bersarang dalam
usus halus. Adanya cacing didalam usus penderita akan mengadakan gangguan
keseimbangan fisiologi yang normal dalam usus, mengadakan iritasi setempat sehingga
mengganggu gerakan peristaltik dan penyerapan makanan. Cacing ini merupakan parasit
yang kosmopolit yaitu tersebar diseluruh dunia, lebih banyak di temukan di daerah beriklim
panas dan lembab. Di beberapa daerah tropik derajat infeksi dapat mencapai 100% dari
penduduk. Pada umumnya lebih banyak ditemukan pada anak-anak berusia 5 – 10 tahun
sebagai host (penjamu) yang juga menunjukkan beban cacing yang lebih tinggi (Haryanti, E,
1993).
Cacing dapat mempertahankan posisinya didalam usus halus karena aktivitas otot-otot
ini. Jika otot-otot somatik di lumpuhkan dengan obat-obat antelmintik, cacing akan
dikeluarkan dengan pergerakan peristaltik normal. Tantular, K (1980) yang dikutip oleh
Moersintowarti. (1992) mengemukakan bahwa 20 ekor cacing Ascaris lumbricoides dewasa
didalam usus manusia mampu mengkonsumsi hidrat arang sebanyak 2,8 gram dan 0,7 gram
protein setiap hari.Dari hal tersebut dapat diperkirakan besarnya kerugian yang disebabkan
oleh infestasi cacing dalam jumlah yang cukup banyak sehingga menimbulkan keadaan
kurang gizi (malnutrisi).
2.2 Etiologi
a. Umur

3
Umur balita terendah 1 tahun, tertinggi 4 tahun dengan rata-rata 2,76. Frekuensi
terbanyak pada umur 3 tahun yaitu senbanyak 49,1%.
b. Jenis Kelamin
Distribusi anak menurut jenis kelamin hampir berimbang walaupun lebih banyak anak
laki- laki dari pada perempuan.
c. Kebiasaan Mencuci Tangan
Mencuci tangan adalah aktifitas yang dilakukan sebelum makan, setelah bermain dan
setelah BAB, berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak hanya 3,7% yang terbiasa melakukan
kebiasaan mencucitangan.
d. Kebiasaan Memakai Alas Kaki
Kebiasaaan memakai alas kaki adalah kebiasaan anak memakai sandal atau sepatu
setiap bermain didalam dan diluar rumah. berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak hanya
1,9% yang terbiasa memakai alas kaki.
e. Kebersihan Kuku
Kebersihan kuku aktifitas yangdilakukan dengan memangkas dan memotong kuku
satu minggu sekali dan membersihkan sela-sela kuku setiap mencuci tangan. Berdasarkan
hasil penelitian dari 54 anak sebanyak 88,9% memiliki kuku kotor.

f. Kebiasaan Bermain ditanah


Bermain ditanah adalah aktifitas fisik yang mengakibatkan tangan, kuku, kaki dan
kulit kontak langsungdengan tanah,berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak sebanyak 98,1%
terbiasa bermain ditanah.
g. Kepemilikkan Jamban
Kepemilikkan jamban tempat untuk BAB bagi keluarga yangmerupakan milik
keluarga yang memenuhi syarat kesehatan, berdasarkan hasil penelitian dari 54 keluarga
sebanyak 94,4% memiliki jamban.
h. Lantai Rumah
Lantai rumah mencakup bahan yang digunakan sebagai lantai rumah yang terbuat dari
bahan yang kedap air. Berdasarkan hasil penelitian dari 54 anak sebanyak 87% yang lantai
rumahnya kedap air.
i. Ketersediaan Air Bersih
Mencakup kecukupan air yangmemenuhi syarat air bersih yaitu tidak berbau,berasa,
dan tidak berwarnauntuk kebutuhan hidup sehari-hari Berdasarkan hasil penelitian dari 54
anak 100% mempunyai ketersediaan air bersih.

4
2.3 Patofisiologi
Manusia merupakan satu-satunya hospes definitif Ascaris lumbricoides, jika tertelan
telur yang infektif, maka didalam usus halus bagian atas telur akan pecah dan melepaskan
larva infektif dan menembus dinding usus masuk kedalam vena porta hati yang kemudian
bersama dengan aliran darah menuju jantung kanan dan selanjutnya melalui arteri pulmonalis
ke paru-paru dengan masa migrasi berlangsung selama sekitar 15 hari.
Dalam paru-paru larva tumbuh dan berganti kulit sebanyak 2 kali,kemudian keluar
dari kapiler, masuk ke alveolus dan seterusnya larva masuk sampai ke bronkus, trakhea,
laring dan kemudian ke faring, berpindah ke osepagus dan tertelan melalui saliva atau
merayap melalui epiglottis masuk kedalam traktus digestivus. Terakhir larva sampai kedalam
usus halus bagian atas, larva berganti kulit lagi menjadi cacing dewasa. Umur cacing dewasa
kira-kira satu tahun, dan kemudian keluar secara spontan.
Siklus hidup cacing ascaris mempunyai masa yang cukup panjang, dua bulan sejak
infeksi pertama terjadi, seekor cacing betina mulai mampu mengeluarkan 200.000 – 250.000
butir telur setiap harinya, waktu yang diperlukan adalah 3 – 4 minggu untuk tumbuh menjadi
bentuk infektif.
MenurutMenurut penelitian stadium ini merupakan stadium larva, dimana telur
tersebut keluar bersama tinja manusia dan diluar akan mengalami perubahan dari stadium
larva I sampai stadium III yang bersifat infektif. Telur-telur ini tahan terhadap berbagai
desinfektan dan dapat tetap hidupbertahun-tahun di tempat yang lembab. Didaerah
hiperendemik, anak-anak terkena infeksi secara terus-menerus sehingga jika beberapa cacing
keluar, yanglain menjadi dewasa dan menggantikannya. Jumlah telur ascaris yang cukup
besar dan dapat hidup selama beberapa tahun maka larvanya dapat tersebar dimana- mana,
menyebar melalui tanah, air, ataupun melalui binatang. Maka bila makanan atau minuman
yang mengandung telur ascaris infektif masuk kedalam tubuh maka siklus hidup cacing akan
berlanjut sehingga larva itu berubah menjadi cacing. Jadi larva cacing ascaris hanya dapat
menginfeksi tubuh melalui makanan yang tidak dimasak ataupun melalui kontak langsung
dengan kulit.

5
2.4 Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak

Sekitar 60 persen orang Indonesia mengalami infeksi cacing. Kelompok umur


terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun. Angka prevalensi 60 persen itu, 21 persen di
antaranya menyerang anak usia SD dan rata-rata kandungan cacing per orang enam ekor.
Data tersebut diperoleh melalui survei dan penelitian yang dilakukan di beberapa provinsi
pada tahun 2006. Hasil penelitian sebelumnya (2002-2003), pada 40 SD di 10 provinsi
menunjukkan prevalensi antara 2,2 persen hingga 96,3 persen. Sekitar 220 juta penduduk
Indonesia cacingan, dengan kerugian lebih dari Rp 500 miliar atau setara dengan 20 juta liter
darah per tahun. Penderita tersebar di seluruh daerah, baik di pedesaan maupun perkotaan.
Karena itu, cacingan masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.

Tanda-tanda secara umum jika seseorang terkena cacingan:

1. Berat badan mengalami penurunan, Cacing yang hidup didalam tubuh manusia
akan memakan sari-sari makanan dan gizi pada tubuh si penderita, sehingga si
penderita akan mengalami kekurangan gizi, kurus dan perut buncit serta IQ
mengalami penurunan, dikarenakan cacing hidup dan berkembang biak di dalam usus
maka usus mengalami nyeri dan pembengkakan.
2. Diare dan nyeri pada perut, beberapa jenis cacing hidup di dalam saluran
pencernaan akan memakan sari-sari makanan sehingga perut akan mengalami nyeri,
nafsu makan menjadi hilang dan juga si penderita dapat mengalami diare .
3. Anemia, beberapa jenis cacing yang hidup di dalam tubuh manusia biasanya akan
menyerap sari-sari makanan dan juga darah sehingga mengakibatkan si penderita akan
mengalami kekurangan darah ditandai dengan badan lemah, lesu dan malas untuk
beraktifitas.
4. Batuk yang tidak sembuh-sembuh, beberapa jenis cacing dapat hidup didalam paru-
paru seseorang sehingga mengakibatkan sipenderita mengalami batuk yang tidak
sembuh-sembuh.

Gejala anak mengalami cacingan:

1. Deman, mudah terserak batuk.

6
2. Mual.
3. Tidak nafsu makan dan berat badan menurun.
4. Badan menjadi kurus.
5. Gatal-gatal pada kulit.
6. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
7. Dapat menderita diare atou bahkan sulit buang air besar.
8. Kalou pada anak juga dapat menderita anemia.

2.5 Penyebab dan Penularan

Penyebab Cacingan

Yang harus diperhatikan adalah cacingan yang biasanya menyerang pada kaum anak-
anak. Anak-anak tidak bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan sehingga orangtualah yang
harus memberikan perhatian dan perlindungan ekstra terhadap anaknya. Berikut ini hal-hal
yang bisa menyebabkan cacingan:

1. Kurang Memelihara Kebersihan

Anak-anak tidak bisa jika diharuskan menjaga kebersihan, banyak anak-anak yang merasa
cuek dengan kebersihannya. Seperti setelah bermain tanah anak tidak cuci tangan dan dia
memasukkan makanan menggunakan tangannya ke dalam mulut. Hal inilah yang menjadi
penyebab utama mengapa anak-anak terkena cacingan.

2. Lingkungan Yang Kotor

Lingkungan yang kotor juga menjadi penyebab anak-anak terkena cacingan. Anak-anak bisa
saja bermain di lingkungan yang kotor dan mengandung cacing di dalamnya sehingga anak
bisa rentan untuk terkena cacingan.

3. BAB Di Sembarang Tempat

Anak jangan dibiasakan untuk membuang air besar di sembarang tempat, hal itu dikarenakan
jika BAB di sembarang tempat anak rentan untuk terkena cacingan. Alasannya adalah
penderita cacingan saat mengeluarkan tinja cacing itu akan ikut keluar, saat tinja mengering
maka cacing itu akan hidup dan berkeliaran kembali. Alasan itulah yang tidak boleh
membiarkan anak untuk BAB secara sembarangan.

4. Tidak Memakai Alas Kaki

7
Kebiasaan anak tidak memakai alas kaki juga dapat menyebabkan anak terkena cacingan.
Cacing jenis gelang bisa menembus permukaan kulit dan pori-pori manusia. Cacing itu bisa
bertelur dan kemudian menimbulkan cacingan. Oleh sebab itu biasakan kepada anak-anak
anda untuk selalu memakai alas kaki saat memijak tanah. Tanah adalah sumber kuman dan
tempat tinggal cacing penyebab cacingan.

5. Makanan

Cacingan juga bisa disebabkan oleh makanan yang tercemar oleh larva cacing. Larva itu saat
berada di dalam usus kemudian bertelur dan kemudian berkembang biak. Hal itulah yang
menyebabkan anak menjadi penyebab cacingan.

6. Minuman

Siapa sangka jika meminum air mentah secara terus menerus dapat menyebabkan telur
cacing tumbuh dalam perut. Minum air mentah adalah salah satu kebiasaan buruk yang harus
dihindari, teruatama untuk anak-anak yang belum mengerti bahaya minum air mentah. Sebab
air yang masih mentah terdapat bakteri jahat yang dapat menumbuhkan telur cacing
bersarang dan menyebabkan cacingan pada anak. Oleh karena itu biasakan pada anak untuk
meminum air matang agar tidak ada kuman yang bersarang di dalam perut.

Penyebab cacinganPenyebab cacingan banyak yang tidak diketahui oleh banyak orang,
sehingga banyak orang yang tidak bisa menghindari penyakit cacingan ini. Penyakit cacingan
biasanya menyerang anak-anak, sehingga orang tua yang memiliki anak sebaiknya
mengetahui gejala, penyebab dan cara mengatasi cacingan.

Anak-anak banyak yang tidak mengetahui apa saja yang menyebabkan dirinya menjadi
cacingan, oleh sebab itu orang tualah yang harus memperhatikan tumbuh kembang anak agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap anaknya.

Anak-anak suka bermain dengan kotor-kotoran terutama media tanah dan juga dengan
kuman yang ada di tanah tersebut. Saat itulah peran orangtua dibutuhkan, bermain dengan
kuman boleh saja asalkan kuman tersebut tidak menyerang anak dan masuk ke dalam tubuh
anak.

Cara Penularan

8
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat. Begitu air
mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada debu itu bisa
menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke
tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke
tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang biak,
membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk
protein untuk membangun otak.

Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2
milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan
darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan 200.000
telur setiap hari. Bila di dalam perut ada tiga ekor saja, dalam sehari mereka sanggup
memproduksi 600.000 telur.

9
2.6 Gejala dan Tanda

1. Pada kasus infeksi cacing ringan, tanpa gejala atau kadang tidak menimbulkan gejala
nyata. Gejala lan yang harus dikenali adalah lesu, tak bergairah, suka mengantuk,
badan kurus meski porsi makan melimpah, serta suka menggaruk-garuk anusnya saat
tidur karena bisa jadi itu pertanda cacing kremi sedang beraksi. Gangguan ini
menyebabkan, kurang zat gizi, kurang darah atau anemia. Berkurangnya zat gizi
maupun darah, keduanya berdampak pada tingkat kecerdasan, selain berujung
anemia. Anemia akan menurunkan prestasi belajar dan produktivitas. Menurut
penelitian, anak yang kehilangan protein akibat cacing tingkat kecerdasannya bisa
menurun. Anemia kronis bisa mengganggu daya tahan tubuh anak usia di bawah lima
tahun (balita).
2. Tetapi pada kasus-kasus infeksi berat bisa berakibat fatal. Ascaris pada cacing dapat
bermigrasi ke organ lain yang menyebabkan peritonitis, akibat perforasi usus dan
ileus obstruksi akibat bolus yang dapat berakhir dengan kematian.
3. Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi
penyakit lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria. Jenis penyakit parasit
ini kecil sekali perhatiannya dari pemerintah bila dibandingkan dengan HIV/AIDS
yang menyedot anggaran cukup besar, padahal semua bentuk penyakit sama
pentingnya dan sikap masyarakat sendiri juga tak peduli terhadap penyakit jenis ini.

10
2.7 Pemeriksaan Fisik Dan Diagnostik
Gejala cacingan sering dikacaukan dengan penyakit-penyakit lain. Pada permulaan
mungkin ada batuk-batuk daneosinofilia. Anak yang menderita cacingan biasanya lesu, tidak
bergairah dan kurang konsentrasi belajar.
Pada anak-anak yang menderita Ascariasis lumbricoidesperutnya tampak buncit,
perut sering sakit, diare, dan nafsu makan kurang. Biasanya anak masih dapat beraktivitas
walau sudah mengalami penuruanan kemampuan belajar dan produktivitas. Pemeriksaan tinja
sangat diperlukan untuk ketepatan diagnosis yaitu dengan menemukan telur-telur cacing di
dalam tinja tersebut. Jumlah telur juga dapat dipakai sebagai pedoman untuk menentukan
beratnya infeksi (Menteri Kesehatan, 2006)
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Pemeriksaan mikroskopis pada hapusan tinja dan dihitung dengan metode apus tebal kato.
Infeksi biseksual menyebabkan ekskresi telur fertil matang, sedangkan telur infertil
ditemukan pada individu yang terinfeksi hanya dengan cacing betina.
2. Ditemukan larva pada lambung atau saluran pernafasan pada penyakit paru.
3. Pada pemeriksaan darah ditemukan periferal eosinofilia.

b. Pemeriksaan foto
1. Foto thorak menunjukkan gambaran opak pada lapang pandang paru seperti pada sindrom
Loeffler.
2. Penyakit pada saluran empedu
- Endoscopic retrogade cholangiopancreatography (ERCP) memiliki sensitifitas 90% dalam
membantu mendiagnosis biliary ascariasis.
- Ultrasonography memiliki sensitivitas 50 % untuk membantu membuat diagnosis biliary
ascariasis

2.8 Beberapa Jenis Cacing

Beberapa jenis cacing sangat potensial untuk menimbulkan infeksi pada anak-anak.
Dan untuk selanjutnya mereka akan menjadi sumber penularan bagi infeksi berikutnya yang
sangat potensial. Keadaan yang demikian inilah yang menyebabkan infeksi akibat parasit
cacing sukar diatasi secara tuntas. Penderita yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat,
merupakan sumber penularan bagi orang-orang dekat di sekitarnya

11
1. Cacing gelang.

Cacing betinanya yang panjangnya kira-¬kira 20-30 cm ini mampu bertelur


200.000 telur per harinya. Dalam waktu lebih kurang 3 minggu telur ini akan berisi
larva yang bersifat infektif, yang dapat menjadi sumber penularan jika secara tidak
sengaja mencemari makanan/minuman yang kita konsumsi. Cacing ini hidup sebagai
parasit dalam usus halus, sehingga akan mengambil nutrisi yang bermanfaat bagi
tubuh kita dan menimbulkan kerusakan pada` lapisan usus tersebut. Akhirnya
timbullah diare dan gangguan penyerapan sari-sari makanan tersebut. Bahkan pada
keadaan yang berat, larva dapat masuk ke paru sehingga membutuhkan tindakan
operatif.

2. Cacing cambuk (Trichuris trichiura).

Cacing ini juga menghisap sari makanan yang kita makan. Dia menghisap
darah dan hidup di dalam usus besar. Cacing betinanya bisa bertelur 5 ribu-10 ribu
butir per hari. Biasanya infeksi cacing ini menyerang pada usus besar. Infeksinya
sering menimbulkan perlakaan usus, karena kepala cacing dimasukkan ke dalam
permukaan usus penderita. Pada infeksi yang ringan biasanya hanya timbul diare saja.
Tetapi pada infeksi yang berat, hampir pada sebagian besar permukaan usus besar
dapat ditemukan cacing jenis ini. Akibatnya diare yang terjadi juga relatif berat dan
dapat berlangsung terus menerus. Karena juga dapat menyebabkan perlukaan usus,
maka anemia sebagai komplikasi perdarahan merupakan akibat yang tidak begitu saja

12
dapat dianggap ringan. Inilah sebetulnya akibat-akibat infeksi cacing yang tidak
pernah kita perkirakan selama ini dan proses yang merugikan itu berlangsung terus
tanpa kita sadari. Infeksi cacing biasanya menimbulkan anemia.

3. Cacing tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale).

Inilah cacing yang paling ganas, karena ia menghisap darah. Cacing betinanya
bisa bertelur 15 ribu-20 ribu butir per hari. Penularannya cepat, karena larva cacing
tambang sanggup menembus kulit kaki dan selajutnya terbawa oleh pembuluh darah
ke dalam usus. Cacing dewasa bertahan hidup 2-10 tahun. Cacing tambang ini
menimbulkan perlukaan pada permu-kaan usus, sehingga perdarahan dapat terjadi
secara lebih berat dibanding dengan infeksi cacing jenis lainnya. Perdarahan yang
lebih berat ini disebabkan karena mulut (stoma) cacing mengerat permukaan usus.
Bahkan satu ekor cacing saja dapat menyebabkan kehilangan darah sebanyak
0,005¬0,34 cc sehari. Mengingat itu semua, maka infeksi cacing tambang merupakan
penyebab anemia yang paling sering ditemukan pada anak-anak, sehingga dapat
mempengaruhi daya tahan tubuhnya dan menurunkan prestasi belajarnya.
Telur cacing gelang yang masuk ke pencernaan akan menetas menjadi larva. Larva ini
menembus dinding usus halus menuju jantung dan paru-paru. Cacing gelang
menyebabkan gizi buruk dan membuat anak tidak nafsu makan, karena nutrisinya
direbut cacing. Cacing betinanya bisa bertelur mencapai 200 ribu butir per hari.
Cacing dewasa dapat bertahan hidup 6-12 bulan.

4. Cacing kremi.

Cacing ini mirip kelapa parut, kecil-kecil dan berwarna putih. Awalnya,
cacing ini akan bersarang di usus besar. Saat dewasa, cacing kremi betina akan pindah
ke anus untuk bertelur. Telur-telur ini yang menimbulkan rasa gatal. Bila balita
menggaruk anus yang gatal, telur akan pecah dan larva masuk ke dalam dubur. Saat
digaruk, telur-telur ini bersembunyi di jari dan kuku, sebagian lagi menempel di sprei,
bantal atau pakaian. Lewat kontak langsung, telur cacing menular ke orang lain. Lalu
siklus cacing dimulai lagi.

13
2.9 Pencegahan Penyakit Cacing Pada Anak

Untuk dapat mengatasi infeksi cacing secara tuntas, maka upaya pencegahan dan
terapi merupakan usaha yang sangat bijaksana dalam memutus siklus penyebaran infeksinya.
Pemberian obat anti cacing secara berkala setiap 6 bulan dapat pula dikerjakan. Menjaga
kebersihan diri (Ian lingkungan serta sumber bahan pangan adalah merupakan sebagian dari
usaha pencegahan untuk menghindari dari infeksi cacing. Memasyarakatkan cara-cara hidup
sehat, terutama pada anak-anak usia sekolah dasar, dimana usia ini merupakan usia yang
sangat peka untuk menanamkan dan memperkenal¬kan kebiasaan-kebiasaan baru. Kebiasaan
untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala merupakan salah satu contohnya.

Beberapa Tips Pencegahan :

Pencegahan Penyakit Cacingan :


- Menggunakan sumber air yang bersih
- Menyimpan air di tempat yang bersih dan tertutup
- Memasak air minum sampai mendidih
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah makan, sebelum dan sesudah
buang air besar dan setelah bermain di luar rumah
- Mencuci sayuran yang akan dimakan mentah
- Hindari anak bermain tanah
- Selalu menggunakan alas kaki ketika keluar rumah
- Membersihkan dan memotong kuku secara teratur
- Jangan biasakan menggigit kuku/ memasukan tangan ke dalam mulut
- Minum obat cacing secara rutin tiap 6 bulan sekali, misalnya Combantrin,
Vermox

Tips Perawatan dan Pengobatan Penyakit Cacingan :


- Minum obat cacing dan vitamin sesuai dosis
- Mengkonsumsi makanan yang bergizi
- Terapkan pola hidup bersih untuk menghindari terkena penyakit ini kembali
- Segera berobat ke dokter jika setelah minum obat cacing, penyakit cacingan belum
juga sembuh, agar dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui secara pasti
jenis cacing yang menginfeksi dan dapat diberi obat yang lebih tepat

14
Cara Tepat Pencegahan:

1. Cucilah tangan sebelum makan.


2. Budayakan kebiasaan dan perilaku pada diri sendiri, anak dan keluarga untuk mencuci
tangan sebelum makan. Kebiasaan akan terpupuk dengan baik apabila orangtua
meneladani. Dengan mencuci tangan makan akan mengeliminir masuknya telur
cacing ke mulut sebagai jalan masuk pertama ke tempat berkembang biak cacing di
perut kita.
3. Pakailah alas kaki jika menginjak tanah. Jenis cacing ada macamnya. Cara masuknya
pun beragam macam, salah satunya adalah cacing tambang (Necator americanus
ataupun Ankylostoma duodenale). Kedua jenis cacing ini masuk melalui larva cacing
yang menembus kulit di kaki, yang kemudian jalan-jalan sampai ke usus melalui
trayek saluran getah bening. Kejadian ini sering disebut sebagai Cutaneus Larva
Migran (dari namanya ini kita sudah tahu lah apa artinya; cutaneus: kulit, larva: larva,
migrant: berpindah). Nah, setelah larva cacing sampai ke usus, larva ini tumbuh
dewasa dan terus berkembang biak dan menghisap darah manusia. Oleh sebab itu
Anda akan anemia. *Lha wong berbagi darah dan hidup dengan cacing
4. Gunting dan bersihkan kuku secara teratur. Kadang telur cacing yang terselip di
antara kuku Anda dan selamat masuk ke usus Anda dan mendirikan koloni di sana.
5. Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh. Setiap kotoran
baiknya dikelola dengan baik, termasuk kotoran manusia. Di negara kita masih
banyak warga yang memanfaatkan sungai untuk buang hajat. Dengan perilaku ini
maka kotoran-kotoran ini akan liar tidak terjaga, sehingga mencemari lingkungannya.
Dan, jika lingkungan sudah cemar, penularan sering tidak pandang bulu. Orang yang
sudah menjaga diri sebersih mungkin sekalipun masih dapat dihinggapi parasit cacing
ini.
6. Bertanam atau Berkebunlah dengan baik. Ambillah air yang masih baik untuk
menyiram tanaman. Agar air ini senantiasa baik maka usahakan lingkungan sebaik
mungkin. Menjaga alam ini termasuk bagian dalam merawat kesehatan.⁠
7. Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik. Jika
air yang digunakan terkontaminasi dengan tinja manusia, bukan tidak mungkin telur
cacing bertahan pada kelopak-kelopak tanaman yang ditanam dan terbawa hingga ke
meja makan.

15
8. Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir.
Mengapa demikian? Ya, agar kotoran yang melekat akan terbawa air yang mengalir,
di samping itu nilai gizi sayuran tidak hilang jika dicuci di bawah air yang mengalir.
Cara mengolah sayuran yang baik dapat Anda lihat di artikel Cerdas mengolah
Sayuran : Menjamin Ketersediaan Nutrisi.
9. Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk. Perlu dicermati juga, makanan mentah tidak selamanya buruk.
Yang harus diperhatikan adalah kebersihan bahan makanan agar makanan dapat kita
makan sesegar mungkin sehingga enzim yang terkandung dalam makanan dapat kita
rasakan manfaatnya. Ulasan saya tentang makanan mentah yang menyehatkan dapat
dilihat pada artikel Diet Sunda ini.
10. Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan kesayangan Anda seperti kucing atau
anjing pada tempat pembuangan khusus
11. Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi Anda
yang risiko tinggi terkena infestasi cacing ini, seperti petani, anak-anak yang sering
bermain pasir, pekerja kebun, dan pekerja tambang (orang-orang yang terlalu sering
berhubungan dengan tanah.

2.10 Pengobatan

1. Penanganan untuk mengatasi infeksi cacing dengan obat-obatan merupakan pilihan


yang dianjurkan. Obat anti cacing Golongan Pirantel Pamoat (Combantrin dan lain-
lain) merupakan anti cacing yang efektif untuk mengatasi sebagian besar infeksi yang
disebabkan parasit cacing.
2. Intervensi berupa pemberian obat cacing ( obat pirantel pamoat 10 mg / kg BB dan
albendazole 10 mg/kg BB ) dosis tunggal diberikan tiap 6 bulan pada anak SD dapay
mengurangi angka kejadian infeksi ini pada suatu daerah
3. Paduan yang serasi antara upaya prevensi dan terapi akan memberikan tingkat
keberhasilan yang memuaskan, sehingga infeksi cacing secara perlahan dapat diatasi
secara maksimal, tuntas dan paripurna

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kecacingan merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang masih menjadi
masalah bagi kesehatan masyarakat di Indonesia hingga saat ini. Hal ini disebabkan karena
prevalensi kecacingan tersebut di Indonesia masih tinggi terutama kecacingan yang
disebabkan oleh sejumlah cacing perut yang ditularkan melalui tanah atau yang disebut Soil
Transmitted Helminths. Diantara cacing tersebut yang terpenting adalah cacing gelang
(Ascaris lumbricoides), cacing tambang (Ancylostoma duodenaledan Necator americanus)
dan cacing cambuk (Trichuris trichura).

Banyak faktor yang mempengaruhi penyakit kecacingan seperti dimana perilaku


hidup masyarakat yang masih kurang akan minat untuk melakukan personal hygiene,
kemudian sanitasi lingkungan yang masih kurang memadai seperti sumur sebagai sarana
sumber air bersih yang digunakan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari masih sedikit,
pembuangan kotoran yang masih tidak semestinya seperti masyarakat masih ada yang buang
air besar tidak pada jamban yang memenuhi syarat serta sanitasi makanan yang kurang
diperhatikan seperti memakan makanan yang tidak dikelolah dengan baik.

3.2 Saran

Disarankan kepada masyarakat dan pemerintah untuk bekerja sama dalam


menciptakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat agar terhindar dari penyakit, tidak
hanya penyakit kecacingan tetapi penyakit-penyakit berbasis lingkungan yang lainnya. Dan
diharapkan kepada masyarakat untuk membiasakan diri agar hidup sehat dimulai dari
sekarang sehingg bisa mencegah diri dari penyakit.

Dan juga sebaiknya pengobatan diberikan kepada seluruh anggota keluarga untuk
mencengah atau mewaspadai terjadinya cacingan tersebut, selama masa pengobatan hindari
penularan ke anggota keluarga lain dengan cara mencuci tangan dengan sabun setiap habis ke
toilet atau sebelum menyentuh makanan, tidak makan dengan tangan yang belum dicuci,
menjaga kebersihan diri adalah salah satu kunci untuk mencengah timbulnya cacingan
kembali.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah.2014. Perawatan Anak Sakit.Jakarta. Kedokteran EGC.

http://gejalapenyakitlo.blogspot.co.id/2013/11/cara-mengatasi-dan-mencegah-penyakit_3490.html.
Diakses pada tanggal 13 Maret 2017 pada pukul 19.00

http://halosehat.com/penyakit/cacingan/penyebab-cacingan. Diakses pada tanggal 13 Maret 2017


pada pukul 19.00

http://kamilaamaliya.blogspot.co.id/2015/11/makalah-penyakit-cacingan.html. Diakses pada tanggal


13 Maret 2017 pada pukul 19.00

18

Anda mungkin juga menyukai