PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini dapat
disebabkan oleh infeksi atau oleh toksin termasuk alkohol dan dijumpai pada
kanker hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh
virus, identifikasi virus penyakit dilakukan terus menerus, tetapi agen virus A, B,
C, D, E, F dan G terhitung kira-kira 95% kasus dari hepatitis virus akut. (Ester
Monica, 2012 : 93)
Penyakit hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati
diseluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penykit
hepatits ataupun gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap
tahunnya. (Aru, w sudoyo, 2006 : 429).
Infeksi virus hepatitis bisa berkembang menjadi sirosis atau pengerasan hati
bahkan kanker hati. Masalahnya, sebagian besar infeksi hepatitis tidak
menimbulkan gejala dan baru terasa 10-30 tahun kemudian saat infeksi sudah
parah. Pada saat itu gejala timbul, antara lain badan terasa panas, mual, muntah,
mudah lelah, nyeri diperut kanan atas, setelah beberapa hari air seninya berwarna
seperti teh tua, kemudian mata tampak kuning dan akhirnya seluruh kulit tubuh
menjadi kuning. Pasien hepatitis biasanya baru sembuh dalam waktu satu bulan
(Depkes RI, 2011)
Indonesia merupakan Negara dengan endemisitas tinggi Hepatitis B,
terbesar kedua di Negara South East Asian Region (NSEA) setelah Myanmar.
Berdarakan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), studi dan uji saring darah
donor PMI maka diperkirakan diantara 100 orang Indonesia, 10 diataranya
terinfeksi Hepatitis B atau C. Sehingga diperkirakan terdapat 28 juta penduduk
Indonesia terinfeksi Hepatitis B dan C, 14 juta diantaranya berpotensi untuk
menjadi kronis dan dari yang kronis tersebut 1,4 juta berpotensi untuk menderita
kanker hati. Masalah ini akan berdampak sangat besar pada masalah kesehatan
masyarakat, produktivitas, umur harapan hidup dan dampak social ekonominya.
(Info Dantin, 2017).
1.2.TUJUAN PENULISAN
1.2.1. TUJUAN UMUM
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena ikatan
tertentu untuk saling membagi pengalaman dan melakukan pendekatan emosional,
sert mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Departemen Kesehatan Tahun 1988 dalam Sudiharto
(2012), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
2. Bentuk keluarga
a. Keluarga Tradisional
1) Keluarga inti
Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari seorang ayah yang mencari nafkah,
seorang ibu yang mengurusi rumah tangga dan anak (Friedman ,2010). Sedangkan
menurut Harmoko (2012), keluarga inti yang terdiri atas ayah,ibu dan anak yang
tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
2) Keluarga Adopsi
Keluarga adopsi adalah dengan menyerahkan secara sah tanggung jawab sebagai
orang tua seharusnya dari orang tua seterusnya dari orang tua kandung ke orang
tua adopsi, biasanya menimbulkan keadaan yang saling menguntungkan baik bagi
orang tua maupun anak. Disitu pihak orang tua adopsi mampu memberi asuhan
dan kasih sayangnya bagi anak adopsinya, sementara anak adopsi diberi sebuah
keluarga yang sangat menginginkan mereka (Friedman, 2010).
Keluarga besar adalah keluarga dengan pasangan yang berbagi pengaturan rumah
tangga dan pengeluaran keuangan dengan orang tua, kakak/adik, dan keluarga
dekat lainya. Anak-anak kemudian dibesarkan oleh generasi dan memiliki pilihan
model pola perilaku yang akan membentuk pola perilaku mereka (Friedman,
2010). Sedangkan menurut Harmoko (2012), keluarga besar adalah keluarga inti
ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.
Keluarga dengan orang tua tunggal adalah keluarga dengan kepala rumah tangga
duda/janda yang bercerai, ditelantarkan, atau berpisah. Keluarga orang tua tunggal
nontradisional adalah keluarga yang kepala keluarganya tidak menikah (Friedman,
2010).
Kebanyakan individu yang tinggal sendiri adalah bagian dari beberapa bentuk
jaringan keluarga yang longgar. Jika jaringan ini tidak terdiri atas kerabat,
jaringan ini dapat terdiri atas teman-teman seperti mereka yang sama-sama tinggal
dirumah pensiun, rumah jompo, atau hidup bertetangga. Hewan pemeliharaan
juga menjadi anggota keluarga yang penting (Friedman, 2010).
Keluarga yang pada awalnya mengalami proses penyatuan yang kompleks dan
penuh dengan stress. Banyak penyesuaian yang perlu dilakukan dan sering kali
individu yang berbeda atau subkelompok keluarga yang baru terbentuk ini
beradaptasi dengan kecepatan yang tidak sama. Walaupun seluruh anggota
keluarga harus menyesuaikan diri dengan situasi keluarga yang baru, anak-anak
seing kali memiliki masalah koping yang lebih besar karena usia dan tugas
perkembangan mereka (Friedman, 2010)
7) Keluarga Binuklir
Keluarga binuklir adalah keluarga yang terbentuk setelah perceraian yaitu anak
merupakan anggota dari sebuah sistem keluarga yang terdiri atas dua rumah inti,
maternal dan paternal dengan keragaman dalam hal tingkat kerjasama dan waktu
yang dihabiskan dalam setiap rumah tangga (Friedman, 2010).
Dari sekian macam tipe atau bentuk keluarga, menurut Harnoko (2012) secara
umum di Negara Indonesia dikenal dua tipe atau bentuk keluarga, yaitu :
a) Keluarga inti : satu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak
( kandung / angkat)
b) Keluarga besar : keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai
hubungan darah misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi.
c) Single parent : satu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan
anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh kematian/
perceraian.
d) Single adult : suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa
e) Keluarga lanjut usia : terdiri dari suami istri usia lanjut.
2) Tipe keluarga Non Tradisional
3. Fungsi keluarga
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan maupun
berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi afektif merupakan salah
satu keluarga yang paling penting. Saat ini, sebagian besar upaya keluarga
difokuskan pada pemenuhan kebutuhan pemenuhan anggota keluarga akan kasih
sayang dan perhatian.
Peran pertama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi afektif, fungsi
ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan kepedulian terhadap kebutuhan
sosioemosional semua anggota keluarganya. Manfaat fungsi afektif didalam
anggota keluarga dijumpai paling kuat diantara keluarga kelas menengah dan
kelas atas, karena pada keluarga tersebut mempunyai lebih banyak pilihan.
Sedangkan keluarga kelas bawah, fungsi afektif sering terhiraukan. Anak yang
seharusnya mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang cukup, pada keluarga
kelas bawah hal tersebut tidak didapatkan balita terutama pada aktivitas
bermainny. Sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut pada
balita karena orang tua tidak memperhatikan atau tidak memantau cara bermain
pada balita tersebut (Friedman, 2010).
b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial
Sosialisasi anggota keluarga adalah fungsi yang universal dan litas buday
yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat. Sosialisasi merujuk pada
banyak pengalaman belajar yang diberikan dalam keluarga yang ditunjukan untuk
mendidik anak-anak tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial
orang dewasa seperti peran diberikan disekolah, fasolitas rekreasi dan perawatan
anak, serta lembaga lain di luar keluarga, peran sosilisasi yang dimainkan
keluarga menjadi berkurang, tetapi tetap penting.
Orang tua tetap menyediakan pondasi dan menurunkan warisan budayanya
ke anak-anak mereka. Dengan kamauan untuk bersosialisasi dengan orang lain,
keluarga bisa mendapatkan informasi tentang infeksi saluran pernafasan akut,
penyebab dan pencegahan terjadinya infeksi saluran pernafasan akut untuk anak
khususnya balita (Friedman, 2010).
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan, dan perlindungan terhadap bahaya.
Pelayanan dan praktik kesehatan (yang mempengaruhi satutus kesehatan anggota
keluarga secara individual) adalah fungsi keluarga yang paling relevan bagi
perawat keluarga. Kurangnya kemampuan keluarga untuk memfasilitasi
kebutuhan balita terhadap lingkungan dapat menyebabkan balita mengalami
infeksi saluran pernafasan akut (Friedman, 2010).
d. Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi dasar keluarga adalah untuk menjamin kotinuitas antar-
generasi keluarga masyarakat yaitu menyedaikan anggota baru untuk masyarakat.
Banyaknya jumlah anak dalam suatu keluarga menyebabkan kebutuhan keluarga
juga meningkat dan padatnya anggota keluarga didalam rumah dapat
menyebabkan udara yang dihirup menjadi berkurang sehingga bisa
mengakibtakan anak mengalami infeksi saluran pernafasan akut (Friedman,
2010).
e. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya yang
cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai melalui proses
pengambilan keputusan. Pendapatan keluarga yang terlalu rendah menyebabkan
keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan fasilitas rumah seperti jendela yang
cukup akan ventilasi udara, lantai yang bersih atau tidak menyebabkan adanya
debu dan kebutuhan lainnya sehingga balita bisa mengalami infeksi saluran
pernafasan akut (Friedman, 2010)
Adapun peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah sebagai berikut:
a. Sebagai Pendidik
Perawat bertanggung jawab memeberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga, tertama untuk memdirikan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang memiliki masalah kesehatan. Terutama dengan infeksi saluran pernafasan
akut, perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, akibat yang ditimbulkan dan cara pengobatan pada penderita
infeksi saluran pernafasan akut.
1. PENGERTIAN
Hepatitis adalah semua jenis peradangan pada sel – sel hati, yang bisa
disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri dan parasit, obat – obatan (termasuk obat –
obat tradisional), konsumsi alkohol, lemak yang berlebih dan penyakit
autoimmune. Hepatitis terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. (Info Dantin, 2015)
b. Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat
tersebut di atas dikirim melalui vena porta setelah diabsorbsi oleh usus.
Monosaksarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan di simpan
dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai glukosa
secara konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan
tubuh. Sebagian glukosa dimetabolisme dalam jaringan unuk
menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya diubah menjadi
glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam
jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan
lemak (glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein
plasma, kecuali globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah
albumin yang diperlukan untuk mempertahankan tekanan osmotik
koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang lain.
1. Hepatitis A
a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak
berselubung berukuran 27 nm
b. Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara
manusia, dibawah oleh air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan
sanitasi yang buruk dengan penduduk yang sangat padat.
2. Hepetitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita
infeksi akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu
kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi,
perawat dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis
serta onkologi laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam
hubungan seksual dan para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak
yang diameternya 30 – 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan
juga oleh kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang
memiliki kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepattitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya
+ 32 – 36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan
makan makanan, minum minuman yang terkontaminasi.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi
dari masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit
kepala, lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri
diperut kanan atas urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula
terlihat pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan
berkurang, tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin
berwarna kelabu atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan
tinja menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih
cepat pada orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab
yang biasanya berbeda
5. PATOFISIOLOGI
6. KLASIFIKASI
Terdapat dua jenis virus yang menjadi penyebab yaitu RNA (Ribo Nucleic
Acid) dan DNA (Deoksi Nucleic Acid).
1. HepatitisA/Hepatitis infeksius
2. HepatitisB/hepatitis serum
Virus hepatitis B adalah suatu virus DNA untai ganda yang disebut partikel
dane. Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan antigen permukaan yang telah
diketahui secara rinci dapat diidentifikasikan dari sampel darah hasil pemeriksaan
lab.hepatitis B memiliki masa tunas yang lama, antara 1 – 7 bulan dengan awitan
rata-rata 1-2 bulan. Sekitar 5-10% orang dewasa yang terjangkit hepatitis B akan
mengalami hepatitis kronis dan terus mengalami peradangan hati selama lebih
dari 6 bulan. Gejalanya mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan,
mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah serta demam. Penularan dapat
melalui jarum suntik atau pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan
manusia.
3. Hepatitis C
5. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan melalui ingesti air
yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang nafsu
makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai
bila terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat mematikan.
Penularan melalui air yang terkontaminasi feces.
Tabel Virus Hepatitis (Depkes RI, 2012)
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra
seluler yang terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas
dari jaringan yang rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan
enzim hati) atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis
oleh hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau
berkurang. Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis
protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi.
Adanya gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi
BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia
terkonyugasi. Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi
dalam urin menimbulkan bilirubinuria.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pengobatan yang dilakukan bersifat supportif dan mencakup istirahat,
hidrasi, asupan makanan yang adekuat. Obat – obat yang dapat
digunakan :
1) Immunoglobin (Ig) digunakan sebagai profilaksis sebelum dan
sesudah terpajan Hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu
setelah terpajan)
2) HBIG diberikan sebagai profilaksis setelah terpajan
3) Vaksin hepatitis B (Recombivax HB atau engerik – B)
digunakan untuk mencegah munculnya hepatitis B. Kedua
vaksin tersebut diberikan dengan 3 dosis. Untuk anak – anak
yang tidak divaksinasi yang berusia 11 tahun atau lebih
diberikan 2 dosis. (Perhatikan anak yang menjalankan
hemodialisis jangka panjang dan anak dengan anak sindrom
down harus divaksinasi secara rutin karena tingginya resiko
memperoleh infeksi hepatitis B ini).
b. Hospitalisasi di indikasi bila terdapat muntah hebat, dehidrasi, kadar
faktor pembekuan abnormal, atau tanda – tanda gagal hati yang
membahayakan (gelisah, perubahan kepribadian, letargi, penurunan
tingkat kesadaran, perdarahan).
c. Terapi IV, studi laboratorium yang berulang kali, pemeriksaan fisik
terhadap perkembangan penyakit adalah tujuan utama penatalaksaan di
Rumah sakit.
9. PENANGGULANGAN VIRUS HEPATITIS
a. Promosi Kesehatan
Peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap gejala, cara penularan, cara
pencegahan, penanganan penderita, dan resistensi obat Hepatitis virus.
Menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan Hepatitis virus.
Pemberian imunisasi Hepatitis B aktif wajib diberikan pada bayi baru lahir
segera setelah kelahiran. Pemberian imunasisai Hepatitis B pasif diberikan pada
bayi baru lahir dari ibu segera setelah kelahirannya. (Cecily Lynn Betz, 2009)
f. Penangganan kasus
Ketersediaan sumber daya kesehatan yaitu sumber daya kesehatan
manusia, pendanaan, tekonologi, sarana dan prasarana. Kordinasi, jejaring kerja
dan kemitraan. Peran serta masyarakat, penilitian dan pengembangan, pemantauan
dan evaluasi, pencatatan dan pelaporan dan pembinaan dan pengawasan. ( info
Dantin, 2015)
1. Pengkajian
a. Identifikasi Data
1) Data Keluarga
Keluarga memiliki nama sesuai dengan kepala keluarga. Pada data
anggota keluarga biasanya terdiri dari nama Kepala Keluarga, umur
Kepala Keluarga, alamat, nomor telepon, pekerjaan, pendidikan, susunan
anggota keluarga, agama, suku, status gizi, status imunisasi, TTV,
riwayat kesehatan, status kesehatan saat ini, masalah kesehatan, dan
status sosial ekonomi.
2) Genogram
Genogram adalah peta atau riwayat keluarga yang menggunakan simbol-
simbol khusus untuk menjelaskan hubungan, peristiwa penting, dan
dinamika keluarga dalam beberapa generasi.
3) Tipe Keluarga
4) Latar Belakang Kebudayaan
5) Identifikasi Religius
kepercayaan yang dianut yang berhubungan dengan kesehatan, maupun
kebiasaan dari keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
6) Status kelas social
7) Mobilitas kelas sosial
8) Keluhan Utama
Gejala yang muncul demam ringan atau demam akut, ikterus muncul
setelah demam mereda, mual dan muntah, penurunan nafsu makan dan
nyeri perut sebelah kanan dan pada anak usia kurang dari 7 tahun, 70%
tidak menunjukkan gejala hepatitis.
9) Riwayat kesehatan Keluarga
Pada keluarga dengan hepatitis, lebih ditekankan pada riwayat kesehatan
keluarga seperti faktor penyebab keluarga dengan masalah hepatitis,
penyakit dari keluarganya, dan sarana pelayanan kesehatan yang
digunakan oleh keluarga dengan hepatitis seperti Puskesmas, Rumah
Sakit, maupun klinik.
Palpasi :
7) Dada:
Inspeksi:
Bentuk dada simetris kanan dan kiri, tidak terdapat odem,tidak terdapat
peradangan
Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat massa, kesimetrisan ekspansi dada
normal.
Perkusi:
Auskultasi:
8) Perut:
Inspeksi:
Auskultasi:
Perkusi:
Palpasi:
9) Genetalia :
Inspeksi:
Palpasi:
Tidak terdapat nyeri tekan,tidak terdapat massa
Palpasi:
Perkusi:
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Rencana keperawatan.
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
a. Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan
tingkat aktifitas.
b. Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan
perkembangan kekuatan otot.
Intervensi Tujuan
1. Tingkatkan tirah Meningkatkan ketenangan istirahat
baring, ciptakan dan menyediakan energi yang
lingkunga yang tenang. digunakan untuk penyembuhan.
2. Tingkat aktifitas sesuai Tiarah baring lama dapat menurunkan
toleransi kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktifitas yang
mengganggu periode istirahat.
3. Awasi kadar enzim Membantu menurunkan kadar aktifitas
hepar. tepat, sebagai peningkatan prematur
pada potensial resiko berulang.
Intervensi Tujuan
1. Awasi keluhan Berguna dalam mendefinisikan derajat
anoreksia, luasnya masalah dan pilihan intervensi
mual/muntah. yang tepat.
Makan banyak sulit untuk mengatur
2. Awasi pemasukan bila klien anoreksia. Anoreksia juga
diet/jumlah kalori. paling buruk pada siang hari, membuat
Berikan makanan masukan makanan sulit pada sore hari.
sedikit dalam frekwensi Menghilangkan rasa tidak enak dan
sering. meningkatkan nafsu makan.
3. Lakukan perawatan Penurunan BB menunjukkan tidak
mulut sebelum makan. adekuatnya nutrisi klien.
4. Timbang berat badan. Memperbaiki kekurangan dan
membantu proses penyembuhan.
5. Berikan obat vit. B
kompleks, vit c dan
tambahan diet lain
sesuai indikasi.
DX. VI. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada
anak yang terinfeksi.
Tujuan : Keluarga dan orang lain tidak tertular infeksi.
Kriteria hasil :
a. Keluarga mengerti tentang cara penularan.
b. Orang tua menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih.
Intervensi Tujuan
1. Ajarkan tehnik mencuci Cuci tangan mencegah transmisi virus.
tangan yang benar.
2. Ajarkan tentang Infeksi hepatitis dapat terjadi didalam
kebersihan perorangan. lingkungan dengan hygiene dan
sanitasi yang buruk.
3. Imunisasi bila indikasi Karena terbatasnya pengobatan
ketularan terhadap hepatitis maka penekanan
lebih diarahkan pada pencegahan
melalui imunisasi.
Kriteria hasil :
Intervensi Tujuan
Kriteria hasil :
Kriteria hasil :
Intervensi Tujuan
Kriteria hasil ;
N : 85 – 100 / menit
P : 15 – 25 / menit
SB : 36 – 370 C
Intervensi Tujuan
Kriteria hasil :
1. Kaji ulang reaksi yang Akibat hopitalisasi pada anak usia sekolah
terjadiakibat akan menimbulkan reaksi regresi,
hospitalisasi negativisme, depresi, cemas dan deniel
2. Kaji aktif\vitas yang
Membantu dalam menentukan pilihan
disenangi oleh klien
intervensi
3. Ajak klien bermain ssuai
toleransi Bermain merupakan aspek yang penting
bagi kesehatan menal, emosional dan social