Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi
secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam
reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan
menopause. Menstruasi pada wanita adalah suatu perdarahan rahim yang sifatnya
fisiologik (normal) yang datangnya teratur setiap bulan (siklus haid), dan timbulnya
perdarahan tersebut sebagai akibat perubahan hormonal yaitu estrogen dan progesteron.
biasanya dimulai antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor,
termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh.
Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita mencapai usia 45 – 50
tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari
kemampuan wanita untuk bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari
masa-masa kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari,
namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat bervariasi pada satu wanita
selama saat-saat yang berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan
tergantung pada berbagai hal, termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita
tersebut.
Gangguan haid atau disebut juga dengan pendarahan uterus abnormal merupakan
keluhan yang seriing menyebabkan seorang perempuan dating berobat ke dokter
.keluhan gangguan haid bervariasi dari ringan sampai beratdan tidak jarang
menyebabkan rasa frustasi bagi penderita
Data di beberapa Negara indutri menyebutkan bahwa seperempat penduduk
perempuan dilaporkan pernah mengalami menorargia,21% mengeluh siklus haid
pendek,17% mengalami pendarahan antar haid dan 6% mengeluh pendarahan pasca hub
seksual.Di RSUD Dr.Sutomo Surabaya pada tahun 2007 dan 2008 didapatkan angka
kejadian pendarahan uterus abnormal sebanyak 12,48% dan 8,8% dari seluruh kunjungan
poli kandungan

1
1.2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Untuk mengetahui tentang gangguan HAID atau menstruasi dan asuhan
keperawatannya.
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian menstruasi
2. Untuk mengetahui siklus menstruasi
3. Untuk mengetahui pengertian gangguan menstruasi
4. Untuk mengetahui macam-macam gangguan menstruasi
5. Untuk mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan Haid
6. Untuk mampu menentukan diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan
Haid
7. Untuk mampu menentukan intervensi keperawatan pada pasien dengan gangguan
Haid
8. Untuk mampu melakukan implementasi keperawatanpada pasien dengan
gangguan Haid

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Menstruasi adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari
setelah ovulasi secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus (Bobak,
2004). Suzannec (2001), mendeskripsikan siklus menstruasi adalah proses kompleks
yang mencakup reproduktif dan endokrin.
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim,
berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto
Kadarusman,2000).Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan.
Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut sebagai siklus
menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga
anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45 – 55 tahun). Normalnya, menstruasi
berlangsung selama 3 – 7 hari.
Gangguan haid pada masa reproduksi :

Gangguan lama dan jumlah darah haid

 Hipermenorea (pendarahan haid yg jumlah dan durasi lebih lama dari normal)
 Hipomenorea(jumlah darah lebih sedikit durasi lebih pendek dari normal)
Gangguan siklus haid
 Polimenorea(haid dgn siklus lebih pendek kurang dari 21 hari)
 Oligomenorea(siklus yang lebih panjang dari normal yaitu lebih dari 35 hari)
 Amenorea(kondisi yang tidak dapat haid)

Gangguan pendarahan diluar siklus haid

 Menometroragia(pendarahan dari vagina pada sesorang wanita diluar darah


haid)

3
Gangguan lain yang berhubungan dengan haid

 Dismenorea(nyeri pada saaat haid)


 Sindroma prahaid(kumpulan gejala fisik,psikologis dan emosi yang terkait
dengan haid)

B. Siklus Menstruasi Normal


Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu
dan mulainya menstruasi berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari
pertama siklus. Umumnya, jarak siklus menstruasi berkisar dari 15-45 hari dengan rata-
rata 28 hari. Lamanya berbeda-beda antara 2-8 hari, dengan rata-rata 4-6 hari (Price &
Wilson, 2006:1281).
Panjang daur menstruasidapat bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang
berbeda dalam hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal,
termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut (Wiknjosastro, 2005).
Darah menstruasi biasanya tidak membeku. Jumlah kehilangan darah tiap siklus
berkisar 60-80 ml. Kira-kira tiga per empat darah ini hilang dalam dua hari pertama.
Wanita berusia<35 tahun cenderung kehilangan lebih banyak darah dibanding mereka
yang berusia >35 tahun (Benson, 2009).

Price & Wilson (2006:1281) membagi siklus menstruasi menjadi dua yaitusiklus
ovarium dan endometrium dimana kedua siklus tersebut saling mempengaruhi.

Siklus Ovarium :

Fase Folikular

Siklus diawali hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH


merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya
hanya satu terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yanglainnya
berdegenerasi. Folikel terdiri dari sebuah ovum dan dua lapisan sel yang
mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel-sel granulosa mensintesis progesteron
yang disekresi ke dalam cairan folikular selama paruh pertama siklus menstruasi,
dan bekerja sebagai prekusor dalam sintesis estrogen olehlapisan sel teka interna
yang mengelilinginya.

4
Estrogen disintesis dalam sel-sel lutein pada teka interna. Jalur biosintesis
estrogen berlangsung dari progesteron dan pregnenolon melalui17-hidroksilasi
turunan dari androstenedion, testosteron dan estradiol. Kandungan enzim
aromatisasi yang tinggi pada sel-sel ini mempercepat perubahan androgen menjadi
estrogen. Folikel, oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu
yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak ke
dalam sistem ini. Kadarestrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH
melalui mekanisme umpan balik positif. Fase Luteal LH merangsang ovulasi dari
oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer selesai menjalani
pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat
produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari
folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah
dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning
pada ovarium. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan
progesteron yang semakin lama semakin meningkat.

Siklus Endometrium

1. Fase Proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam
stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira selama 5 hari. Kadar estrogen
yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma
endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertropi
dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali. Kelenjar-kelenjar
dan stroma berkembang sama cepatnya.Kelenjar makin bertambah panjang tetapi
tetap lurus dan berbentuk tubulus.
Epitel kelenjar berbentuk toraks dengan sitoplasma eosinofilik yang seragam
dengan inti di tengah. Stroma cukup padat pada lapisan basal tetapi makin ke
permukaan semakin longgar. Pembuluh darah akan mulai berbentuk spiral danlebih
kecil. Lamanya fase proliferasi sangat berbeda-beda pada setiap orang dan berakhir
pada saat terjadinya ovulasi.
2. Fase Sekresi
Setelah ovulasi, dibawah pengaruh progesteron yang meningkat dan terus
diproduksinya estrogen oleh korpus luteum, endometrium menebal dan menjadi
seperti beludru. Kelenjar menjadi lebih besar dan berkelok-kelok, dan epitel kelenjar

5
menjadi berlipat-lipat, sehingga memberikan seperti gambaran “gigi gergaji”. Inti sel
bergerak ke bawah, dan permukaan epitel tampak kusut. Stroma menjadi edematosa.
Terjadi pula infiltrasi leukosit yang banyak dan pembuluh darah menjadi makin
berbentuk spiral dan melebar. Lamanya fase sekresi pada setiap perempuan 14±2
hari.
3. Fase Menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus 28 hari dan
kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan progesteron dan estrogen
yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan
iskemik terjadi pada arteriola dan diikuti dengan menstruasi.

Gangguan Menstruasi
A. Pengertian
Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada masa remaja.
Gangguan ini dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada pasien maupun
keluarganya. Faktor fisik dan psikologis berperan pada masalah ini (Chandran, 2008).
Gangguan menstruasi adalah kelainan-kelainan pada keadaan menstruasi yang dapat
berupa kelainan atau kelainan dari jumlah darah yang dikeluarkan dan lamanya
perdarahan.
B. Macam – Macam Gangguan Menstruasi
1. Premenstrual Tension (Ketegangan Prahaid)
Keteganagan prahaid adalah keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu
sampaibeberapa hari sebelum datangnya haid dan menghilang sesudah haid datang
walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti.
a. Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan
natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan
dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan
pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah
sosial, dll.juga memegang peranan penting. Yang lebih mudah menderita
tegangan prahaid adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal
dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis.

6
b. Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam
darah, yang akan menyebabkan gejala deprese dan khususnya gangguan mental.
Kadar esterogen akan mengganggu proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6
(piridoksin) yang dikenal sebagai vitaminanti depresi karena berfungsi
mengontrol produksi serotonin. Serotonin penting sekali bagi otak dan syaraf, dan
kurangnya persediaan zat ini dalam jumlah yang cukup dapat mengakibatkan
depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah
prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap
siklus. Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan
mekanisme tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang
mengalami sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau
normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic
acid (GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi
(mengatur efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti
peradangan.
c. Manifestasi klinis
Keluhan terdiri dari gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah, insomnia,
nyeri kepala, perut kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mammae, dsb.
Sedang pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsentrasi,
dan peningkatan gejala-gejal fisik tersebut diatas.
Terapi rogesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10
hari sebelum haid Metiltestosteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
Pemberian diuretik selama 5 hari dapat bermanfaat Pemakaian garam dibatasi dan
minum sehari-hari dikurang selama 7-10 hari sebelum haid Psikoterapi suportif

7
2. Disminorea
a. Definisi
Dismenore (nyeri menstruasi), yaitu nyeri di perut bawah, menyebar ke daerah
pinggang, dan paha. Nyeri ini timbul lama sebelumnya atau bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung beberapa hari sebelum dan selama menstruasi
.(Winkjosastro, 2007)
Dismenore adalah nyeri kram atau tegang di daerah perut, mulai terjadi pada
24 jam sebelum terjadinya pendarahan menstruasi dan dapat bertahan 24-36 jam
meskipun beratnya hanya berlangsung 24 jam pertama. Kram tersebut terutama
dirasakan di daerah perut bagian bawah dan dapat menjalar ke punggung atau
permukaan dalam paha, yang terkadang menyebabkan penderita tidak berdaya dalam
menahan nyerinya tersebut (Hendrik, 2006).
Nyeri haid atau disminorea ada dua macam :
1) Nyeri haid primer
Timbul sejak haid pertama dan akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu,
tepatnya setelah stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah
menikah dan melahirkan. Nyeri haid itu normal, namun dapat berlebihan jika
dipengaruhi oleh faktor psikis dan fisik, dan seperti stres, shock, penyempitan
pembuluh darah, penyakit yang menahun, kurang darah, dan kondisi tubuh yang
menurun. Gejala tersebut tidak membahayakan kesehatan.
2) Nyeri haid sekunder
Biasanya baru muncul kemudian, yaitu jika ada penyakit atau kelainan yang
menetap seperti infeksi rahim, kista atau polip, tumor sekitar kandungan, kelainan
kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan di sekitarnya.
b. Etiologi
Menurut Widjajanto (2005) Penyebab pasti disminore primer belum diketahui.
Diduga faktor psikis sangat berperan terhadap timbulnya nyeri. Disminore primer
umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berovulasi. Penyebab tersering
disminore sekunder adalah endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna.
Desminore Primer:
Penyebabnya tidak jelas, tetapi yang pasti selalu berkaitan dengan pelepasan
sel-sel telur (ovulasi) dari kelenjar indung telur (ovarium), sehingga
dianggap berhubungan dengan ganggua keseimbangan hormone.

8
Adapun factor penyebab nyeri menstruasi ini antara lain,:
1) Faktor psikis
Remaja dan ibu- ibu emosinya tidak stabil sehingga mudah mengalami
nyeri menstruasi
2) Faktor endokrin
Timbulnya nyeri menstruasi diduga karena kontraksi rahim uters yang berlebihan.
3) Faktor prostaglandin
Teori ini menyatakan nyeri menstruasi timbul karena peningkatan
produksi prostaglandin (oleh dinding rahin) saat menstruasi.

Desminore Sekunder :

1) Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil


2) Posisi rahim yang tidak normal adanya tumor dalam rongga rahim, misalnya
myoma uteri
3) Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang letaknya
dekat permukaan selaput lender rahim,
4) Adanya selaput lendir rahim, adanya selaput lendir rahim di tempat
lain(endometriosis), bisa ditemukan di dalam selaput usus, di jaringan
payudara atau di tempat lain.
5) Penyakit- penyakit tubuh seperti ; TBC, anemia,Konstipasi, Postur tubuh
terlalu kurus.
6) Udara terlalu dingin.
7) Penyakit rongga panggul
8) Polip uterus, Uterine fibroids, servical stenosis
c. Patofisiologi
1) Pada disminorea primer :
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi
dan hal ini akan mengakibatkan penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan
mengakibatkan labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan menghidrolisis
senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium menghasilkan asam
arakhidonat.
Adanya asam arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan menghasilkan prostaglandin,

9
antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan disminorea primer didapatkan
adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan
merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan
distrimi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga
menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan ambang rasa sakit pada
ujung-ujung syaraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
2) Pada disminorea sekunder :
Adanya kelainan pelvis, misalnya : endometriosis, mioma uteri, stenosis
serviks, malposisi uterus atau adanya IUD dapat menyebabkan kram pada uterus
sehingga timbul rasa nyeri
d. Manifestasi klinis
1) Disminore Primer
a) Usia lebih muda
b) Timbul setelah terjadinya siklus haid yang teratur
c) Sering pada nulipara
d) Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus dan spastic
e) Nyeri timbul mendahului haid
f) Nyeri meningkat pada hari pertama dan kedua saat haid
g) Tidak dijumpai keadaan patologi pelvic
h) Hanya terjadi pada siklus haid yang ovulatorik
i) Sering memberikan respons terhadap pengobatan medikamentosa
j) Pemeriksaan pelvik normal
k) Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala
2) Disminore Sekunder
a) Usia lebih tua
b) Cenderung timbul setelah 2 tahun siklus haid teratur
c) Tidak berhubungan dengan paritas
d) Nyeri sering terasa terus-menerus dan tumpul
e) Nyeri dimulai saat haid dan meningkat bersamaan dengan keluarnya darah
f) Berhubungan dengan kelainan pelvic
g) Tidak berhubungan dengan adanya ovulasi
h) Seringkali memerlukan tindakan operatif

10
e. Penatalaksanaan (Terapi)
1) Penerangan dan nasihat
2) Pemberian obat analgesic
3) Terapi hormonal
4) Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
3. Perdarahan Uterus Abnormal
a. Hipermenore (Menorraghia)
1) Definisi
Hipermenore adalah perdarahan berkepanjangan atau berlebihan pada waktu
menstruasi teratur. Bisa disebut juga dengan perdarahan haid yang jumlahnya
banyak hingga 6-7 hari, ganti pembalut 5-6 kali/hari tetapi masih memiliki siklus-
siklus yang teratur.Pada hipermenore perdarahan menstruasi berat berlangsung
sekitar 8-10 hari dengan kehilangan darah lebih dari 80ml
2) Etiologi
40-60% wanita yang mengaku mengalami perdarahan hebat saat haid tidak ada
patologi pada sistem reproduksinya dan hal ini disebut perdarahan uterus
disfungsional. Penyebab lokal seperti : myomata, endometril polip, uterus retro
versi, first menstrual period after childbirth or abortion (MPT), tumor sel granulosa
di ovarium. Penyakit sistemik, seperti hipertiroidisme dan gangguan perdarahan.
Penggunaan IUCD (Intra Uterine Contraceptive Device). Penggunaan IUCD akan
meningkatkan aliran menstruasi. Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia
dapat mengakibatkan amenorrhoe (uterus sangat kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil
jadi luka kecil). Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot pada umumnya
kurang. Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit atau karena terlalu lelah,
juga karena tonus otot kurang. Hypertensi. Decompensatio cordis. Infeksi :
endometriosis, salphingitis. Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh darah
balik. Penyakit darah : Hemofili
3) Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing
hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating
hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh
dan matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH
menghasilkan ovulasi.

11
Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi menstimulasi
endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH dan LH
rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi korpus
luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14
hari setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan
endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat
involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi
awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga
terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi
dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya
tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi.
Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi
esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi
endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.
4) Manifestasi klinis
Menorrhagia yang berat dapat menyebabkan anemia.
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
a) Sakit kepala
b) Kelemahan
c) Kelelahan
d) Kesemutan pada kaki dan tangan
e) Meriang
f) Penurunan konsentrasi
5) Terapi
Terapi spesifik untuk menorrhagia diberikan berdasarkan :
a) Umur dan riwayat kesehatan
b) Kondisi sebelumnya
c) Toleransi pada terapi pengobatan spesifik
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :

12
a) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia disertai anemia, kelainan
darah yang disebabkan oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).
b) Prostaglandin inhibitor seperti medications (NSAID), seperti aspirin atau
ibuprofen.
c) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
d) Progesteron (terapi hormon)
e) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan uterus)

b. Amenore

1) Definisi
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala. Amenore adalah tidak
adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
Klasifikasi amenore :
a) Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum pernah mendapat
menstruasi dan tidak boleh didiagnosa sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
b) Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama menarche
c) Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa pubertas, selama kehamilan,
selama menyusui dan setelah menapause.
2) Etiologi
a) Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )
b) Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya tidak memiliki rahim atau
vagina, adanya sekat pada vagina, serviks yang sempit, lubang pada selaput yang
menutupi vagina terlalu sempit / himen imperforata )
c) Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan, diet berlebihan,
anoreksia nervosa, bulimia, dan lain – lain )
d) Kelainan bawaan pada sistem kelamin
e) Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau sindroma Swyer ) dimana
sel hanya mengandung 1 kromosom X )
f) Obesitas yang ekstrim
g) Hipoglikemia
h) Disgenesis gonad
i) Hipogonadisme hipogonadotropik
j) Sindroma feminisasi testis
k) Hermafrodit sejati

13
l) Penyakit menahun
m) Kekurangan gizi
n) Penyakit Cushing
o) Fibrosis kistik
p) Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
q) Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
r) Hipotiroidisme
s) Sindroma adrenogenital
t) Sindroma Prader-willi
u) Penyakit ovarium polikista
v) hiperplasia adrenal kongenital
Penyebab amenore sekunder :
a) Kehamilan
b) Kecemasan akan kehamilan
c) Penurunan berat badan yang drastis
d) Olah raga yang berlebihan
e) Lemak tubuh kurang dari 15 – 17 % extreme
f) Mengkonsumsi hormon tambahan
g) Obesitas
h) Stres emosional
i) Menopause
j) Kelainan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang menghasilkan sejumlah besar
hoemon kortisol oleh kelenjar adrenal )
k) Obat – obatan ( misalnya busulfan, klorambusil, siklofosfamid, pil KB, fenotiazid )
l) Prosedur dilatasi kuratesa
m) Kelainan pada rahim, seperti mola hidatidosa ( tumor plasenta ) dan sindrom
Asherman ( pembentukan jaringan parut pada lapisan rahim akibat infeksi atau
pembedahan )
3) Patofisiologi
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari sindrom
hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari amenore
primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien dengan
aminore primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap dan
menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina

14
kadang – kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat vagina.
Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad,
yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan seperti ini
menyebabkan pasien mengalami amenore yang permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan pada aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana
terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya, ketidakadekuatan
hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan
estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang.
Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi
hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore
primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH
dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita
tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini
dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan
jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-
hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat
bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh
adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena
adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan
polycystic ovary syndrome
4) Manifestasi klinik
Manifestasi klinisnya bervariasi, tergantung penyebabnya.Jika penyebabnya adalah
kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda – tanda pubertas
seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta
perubahan bentuk tubuh.Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan morning

15
sickness dan pembesaran perut.Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang
tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang
hangat dan lembab.Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut
buncit, dan lengan serta tungkai yang lurus

Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :

a) Sakit kepala
b) Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang tidak hamil dan tidak sedang
menyusui
c) Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa)
d) Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
e) Vagina yang kering
f) Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan, yang mengikuti pola pria ),
perubahan suara dan perubahan ukuran payudara
5) Terapi
Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada penyebabnya. Jika
penyebanya adalah penurunan berat badan yang drastis atau obesitas, penderita
dianjurkan untuk menjalani diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga yang
berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.j
jika seorang anak perempuan yang belum pernah mengalami menstruasi (
amenore primer ) dan selama hasil pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan
setiap 3 – 6 bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.
C. Tanda dan Gejala
1. Mual dan muntah- muntah
2. Rasa letih
3. Sakit daerah bawah pinggang
4. Perasaan cemas dan tegang
5. Pusing kepala dan bingung
6. Diare
7. Sakit kepala.
D. Pemeriksaan penunjang
1. Ultrasonography, untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam anatomi
rahim, missal posisi, ukuran dan luas ruangan rahim.

16
2. Histerosalphingographi, untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam
rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma submukosa, atau adenomyosis.
3. Hesteroscopy, untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti polyp atau
tumor lain.
4. Laparoscopy, untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan penyakit-
penyakit lain dalam rongga panggul.

E. Penatalaksanaan
Secara umum ,olahraga dan latihan peregangan otot-otot dan ligament
sekitar rongga panggul , agar aliran darah di rongga panggul lancar. Selain itu ,
dengan berolahraga perlu diatasi, misalnya dengan kebiasaan makan berserat.Bila
perlu sekalI-kali boleh diberi obat pencahar. Penderita dianjurkan tetap melakukan
aktivitasnya sehari-hari. Pemberian obat-obat antisakit.
Secara khusus kelainan-kelainan di dalam rongga panggul perlu
dibenahi, misalnya lobang saluran leher rahim yang terlalu sempit bisa dilebarkan,
posisi rahim yang tidak normal dibenarkan menggiunakan alat yang disebut
pessarium. Setelah posisi rahim benar dan kelihatannya disminore menjadi berkurang
/hilang kemudian dilanjutkan dengan penegangan ligament rahim.Penyakit radang
di daerah rongga panggul memerlukan obat-obatan antibiotic atau penyinaran
pemanasan daerah panggul.

Pengobatan secara umum yaitu;


1. Obat-obatan analgesic sebaiknya bukan dari golongan narkotik seperti
morphin dan codein.
2. ObaT-obatan tecoliti, yaitu obat-obatan untuk mengurangi kontraksi otot rahim,
dan memperlancar aliran darah ke dalam rongga panggul, khususnya rahim.
3. Pengobatan hormonal berupa obat-obatan KB yang kombinasi untuk
menghambat terjadinya pelepasan telur dari kelenjar ovarium.
4. Obat-obat penghambat pengeluaran hormon prostaglandin, seperti jeni I, aspirin,
indo metchine, asam mefenamat.
5. Operasi seperti curet , dan operasi pemotongan syaraf daerah pinggul.

17
F. Woc/Pathways

18
BAB III
ASUHAN KEPEWATAN

3.1 Pengkajian
A. Identitas
Meliputi : Nama, Umur, Alamat, Status, No MR, Penanggung jawab
B. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit yang sama seperti saat
ini, biasanya klien mengatakan pola kebiasaan yang tidak sehat, gaya hidup dan
nutrisi yan tidak baik.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien merasakan demam,nyeri dibagian abdomen, klien mengatakan
tidak bisa beraktifitas,klien biasanya mengatakan badan terasa demam, klien
biasanya mengatakan cemas terhadap penyakit yang diderita sekarang.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang
sama seperti klien.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan head to toe :
1. Kepala dan wajah : Rambut bisanya berwarna hitam, tidak oedema,tidak ada lesi,
wajah biasanya oval
2. Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
3. Leher : Biasanya JVP dalam normal
4. Abdomen (Perut) :
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada tonjolan, tidak ada
kelainan umbilikus dan adanya pergerakan didindng abdomen
Auskultasi : biasanya suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran
(bagian diafragma dari stetoskop)
Palpasi : biasanya turgor kulit baik, hepar tidak teraba
Perkusi : biasanya tympani
5. Thorak (dada)
Inspeksi : Biasanya ditemukan ketidaksimetrisan rongga dada dan
tulang belakang

19
Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
Perkusi : resonan pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Biasanya vesikuler
6. Jantung
Inspeksi : Biasanya Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Biasanya Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Biasanya pekak
Auskultasi : Biasanya irama jantung teratur
7. Kesadaran
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih parah, klien dapat
mengeluh pusing dan gelisah.
8. Ekstermitas
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis,biasanya tidak ada
perubahan gaya berjalan, deformitas tulang, leg-length inequality dan nyeri
spinal.
D. Pengkajian bio-psiko-sosisal dan spiritual
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien tidak menengetahui tentang penyakit. Biasanya pasien kebiasaan
minum alkohol, kafein
2. Pola aktivitas dan latihan
Jarang berolah raga, Istirahat kurang dari kebutuhan
3. Pola tidur dan istirahat
Biasanya tidur terganggu karena adanya nyeri
4. Pola reproduksi seksualitas
Usia remaja dan dewasa
5. Pola mekanisme koping terhadap stres
Stres, cemas karena penyakitnya
3.2 Dignosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen

20
3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


berhubungan tindakan 2X 24 jam
Aktivitas-aktivitas:
dengan agens masalah teratasi dengan
cedera fisik criteria hasil: 1. Lakukan pengakajian nyeri
(peningkatan secara komprehensif termasuk
1 2 3 4 5
kontraksi lokasi, karakteristik, durasi,
Kontol nyeri:
uterus saat frekuensi, kualitas dan faktor
menstruasi) 1. Mampu mengontrol presipitasi.
nyeri (tahu penyebeb 2. Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri, mampu ketidaknyamanan
menggunakan teknik 3. Gunakan teknik komunikasi
nonfarmakologi teraupetik untuk mengetahui
untuk mengurangi pengalaman nyeri pasien
nyeri, mencari 4. Kaji kultur yang mempengaruhi
bantuan) respon nyeri
2. Melaporkan bahwa 5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
nyeri berkurang lampau
dengan menggunakan 6. Bantu pasien dan keluarga untuk
manajemen nyeri mencari dan menemukan
3. Mampu mengenali dukungan
nyeri (skala 7. Kontrol lingkungan yang dapat
intensitas, frekuensi mempengaruhi nyeri seperti suhu
dan tanda nyeri) ruangan, pencahayaan, dan
4. Menyatakan rasa kebisingan
nyaman setealah 8. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nyeri berkurang 9. Kaji tipe dan sumber nyeri
10. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
11. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri

21
2.intoleran Setelah dilakukan
Manajemen energy
aktivitas tindakan 2x 24 jam
berhubungan masalah teratasi dengan Aktivitas-aktivitas:
dengan criteria hasil
1.kaji status fisiologis pasien yang
kelemahan
1 2 3 4 5 menyebabkan kelelahan sesuai
akibat anemia
Toleransi terhadap dengan konteks usia dan
aktivitas: perkembangan

1.saturasi oksigen ketika 2.anjurkan pasien mengungkapkan


beraktivitas perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
2.frekuensi nadi ketika
beraktivitas 3.monitor system kardiorespirasi
pasien selama kegiatan
3,frekuensi pernapasan
ketika beraktivitas 4.bantu pasien memprioritaskan
kegiatan untuk mengakomodasi
4.toleransi dalam menaiki
energy yang diperlukan
tangga
5.anjurkan pasien tidur siang bila
5.kekuatan tubuh bagian
diperlukan
atas
6.rencanakan kegiatan pada saat
6.kekuatan tubuh bagian
pasien memiliki energy
bawah
7.anjurkan aktivitas fisik misalnya
ambulasi sesuai kemampuan

22
3.Ansietas Setelah dilakukan
berhubungan tindakan 2 x 24 jam
dengan masalah teratasi dengan
ketidaktahuan criteria hasil Pengurangan Kecemasan
penyebab nyeri
Tingkat Kecemasan : Aktivitas-aktivitas:
abdomen
1 2 3 4 5 1. Gunakan pendekatan yang
1. Tidak dapat tenang dan meyakinkan
beristirahat 2. Jelaskan semua prosedur dan
2. Perasaan Gelisah sensasi yang akan dirasakan
3. Wajah tegang 3. Berada disisi klien untuk
4. Rasa takut yang meningkatan rasa aman dan
disampaikan mengurangi ketakutan
secara lisan 4. Dorong keluarga untuk
5. Mengeluarkan mendampingi klien dengan
rasa marah yang cara yang tepat
berlebihan 5. Berikan objek yang
6. Kesulitan dalam menunjukan perasaan aman
belajar / 6. Dengarkan klien
memahami 7. Puji / kuatkan prilaku yang
masalah baik secara tepat
7. Rasa cemas yang 8. Ciptakan atsmosfer rasa
dikeluarkan aman untuk meningkatkan
secara lisan kepercayaan
8. Peningkatan 9. Instruksikan klien untuk
tekanan darah mengguanakn teknik
relaksasi
10. Kaji untuk tanda verbal dan
nonverbal kecemasan

23
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal dari rahim,
berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-hormon retorik (Yanto
Kadarusman,2000).
Gangguan menstruasi adalah masalah yang umum terjadi pada masa remaja.
Gangguan ini dapat menyebabkan rasa cemas yang signifikan pada pasien maupun
keluarganya. Faktor fisik dan psikologis berperan pada masalah ini (Chandran, 2008).
Menstruasi itu sendiri nantinya akan berhenti saat perempuan memasuki masa
menopause, yakni sekitar usia 50 tahun. Namun sebelum memasuki masa menopause,
haid tetap datang hanya jangka waktunya lebih lama dan prosesnya cepat, paling hanya
2-3 hari. Siklus haid/ menstruasi pada perempuan (reproduksi) normalnya terjadi setiap
23-35 hari sekali dengan lama haid berkisar 5-7 hari.
Namun ada sebagian perempuan yang mengalami haid tidak normal. Diantaranya
mulai dari usia haid yang datang terlambat, darah haid sangat banyak sampai harus
berulang kali mengganti pembalut wanita, nyeri atau sakit saat haid, gejala PMS (pree
menstruasi syndrom), siklus haid yang tidak teratur dan masih banyak lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,mochamad.(2004).Ilmu kandungan edisi 3.Jakarta:PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Bobak, dkk. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.


Hendrik.(2006). Problema Haid: Tinjauan Syariat Islam Dan Medis. Solo: PT Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri

Penyakit. Alih Bahasa: dr. Brahm U. Penerbit. Jakarta: EGC

Price, A. S., Wilson M. L., 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Wiknjosastro, H. 2005. dalam Ilmu Kebidanan Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

25

Anda mungkin juga menyukai