PENDAHULUAN
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease).
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman
yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara
hidung dan faring/ tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan
dekat, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga
Difteri adalah suatu penyakit bakteria akut terutama menyerang tonsil, faring, laring,
hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva
atau vagina. Penyebab penyakit ini adalah Corynebacterium diphteria. Penyakit ini muncul
terutama pada bulan-bulan dimana temperatur lebih dingin di negara subtropis dan pada
kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan
pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak –
anak muda. Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi
rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam
Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti TBC, Diphteri,
Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, dan Hepatitis B merupakan salah satu penyebab kematian
anak atau 5% pada balita di Indonesia adalah akibat PD3I. Difteri merupakan salah satu
penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Sebelum era vaksinasi,
racun yang dihasilkan oleh kuman ini sering meyebabkan penyakit yang serius, bahkan
dapat menimbulkan kematian. Tapi sejak vaksin difteri ditemukan dan imunisasi terhadap
11
difteri digalakkan, jumlah kasus penyakit dan kematian akibat kuman difteri menurun
dengan drastis.
mengatakan, ke-11 provinsi yang melaporkan KLB difteri pada kurun waktu Oktober-
November 2017 itu adalah Sumatera Barat, Jawa Tengah, Aceh, Sumatera Selatan, Sulawesi
Selatan, Kalimantan Timur, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Menurut Oscar, imunisasi masih cara ampuh menangani difteri. Karena itu pihaknya
mengimbau masyarakat untuk tidak ragu mendatangi fasilitas kesehatan untuk mendapatkan
imunisasi difteri.
dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak. Penyakit ini memiliki masa
inkubasi dua hari hingga lima hari dan akan menular selama dua hingga empat minggu.
Penyakit itu sangat menular dan dapat menyebabkan kematian jika tidak ditangani secara
cepat.
penuntasan program imunisasi nasional. Untuk itu Komisi IX meminta Menkes bergerak
cepat dan melakukan langkah taktis dalam penanganan KLB difteri. "Pemerintah lambat
menjalankan program imunisasi nasional dengan tuntas. Masih banyak masyarakat yang
menolak imunisasi. Jadinya difteri merebak dan KLB," kata Ketua Komisi IX DPR Dede
12
Karena itu, lanjut Dede, Komisi IX meminta Menkes melakukan gerakan cepat dan
taktis bersama pemerintah daerah (pemda) agar bisa menangani KLB difteri ini sehingga
tidak menyebar lebih luas lagi. Khususnya melakukan pencegahan dengan cara imunisasi
secara nasional. "Karena setiap tahun Komisi IX selalu menyetujui anggaran vaksin dan
13
BAB II
RESUME JURNAL II
Tahun 2016.
B. Nama Peneliti
Isnaniyanti Fajrin Arifin dan Corie Indria Prasasti. FKM UA, Departemen Kesehatan
C. Tempat Penelitian
Puskesmas Bangkalan
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan
E. Metode Penelitian
yaitu menggambarkan karakteristik demografi ibu, kondisi bayi, pola pengasuhan bayi dan
pemberi pelayanan kesehatan dalam bentuk narasi dan tabel. Pendekatan kualitatif dilakukan
dengan cara indepth interview untuk mengidentifikasi faktor penyebab kematian bayi
F. Hasil Penelitian
Dari hasil perhitungan besar sampel didapatkan bahwa jumlah sampel minimal yang harus
diambil terbesar sebanyak 40 orang, dengan perbandingan besar sampel antara kasus : kontrol = 1:5,
dimana sampel terdiri dari 40 orang sebagai kolompok kasus. Namun, berdasarkan data rekam medik
diketahui bahwa jumlah penderita difteri anak di Puskesmas Kecamatan Bangkalan sejak 1 Januari
hingga 30 September 2016 yang memenuhi kriteria sebanyak 8 orang dan 40 orang sebagai kontrol.
14
Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa sebagian besar anak dengan status imunisasi
DPT tidak lengkap berjumlah 34 orang (70,8%) dikarenakan kesibukan responden yang lupa
membawa anak untuk mendapatkan imunisasi mengingat sebagian besar pernah mengenyam
pendidikan formal dan dengan alasan ketidakmudahan akses untuk mencapai sarana pelayanan
kesehatan.
1. Kondisi Fisik
Permenkes 1077 Tahun 2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah
dengan 7 variabel .
dan jenis kelamin anak, tingkat pendidikan responden, dan status imunisasi DPT.
15
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Bangkalan Tahun 2016. Untuk kelompok
kasus pada penelitian ini adalah anak yang berusia 1-7 tahun yang telah
didiagnosis oleh dokter dari data rekam medik Puskesmas. Sedangkan untuk
kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah anak usia 1-7 tahun yang tidak
menderita difteri.
Anak usia sekolah cenderung lebih banyak berinteraksi dengan orang lain.
Selain sering berinteraksi dengan keluarga dan tetangga juga sering berinteraksi
dengan teman sekolah dan guru, yang terkadang bukan berasal dari desa/wilayah
setempat. Hal ini menyebabkan peluang lebih banyak untuk terpapar bakteri C.
Diptheriae.
atau nilai p < 0,05 (p < α). Yang artinya, terdapat hubungan antara kondisi
rumah, dan kepadatan hunian. Didapatkan nilai OR sebesar 4,18 yang artinya
responden dengan kondisi lingkungan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat
berisiko 4,18 kali menderita difteri dibandingkan dengan kondisi lingkungan fisik
16
Pemilihan faktor paling dominan dilakukan dengan analisis bivariat untuk
independen. Dimana, variabel yang dapat masuk dalam analisis bivariat yaitu
variabel yang memiliki nilai p value < 0,05 serta variabel yang masuk dengan
17
BAB III
ANALISIS JURNAL II
A. Analisis Penelitian
Populasinya dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi meninggal di
Kabupaten Sidoarjo. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi meninggal
yang ada di puskesmas dengan besar sampel sebanyak 23 ibu yang memiliki bayi yang
1) Kematian bayi adalah seseorang yang meninggal pada saat umur kurang dari 1 tahun.
2) Umur saat hamil adalah umur responden pada saat hamil bayi yang meninggal yang
3) Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh ibu dalam satuan anak.
5) kelahiran antara anak yang meninggal dengan anak sebelumnya dalam satuan tahun.
7) Pengeluaran adalah penghasilan yang didapatkan oleh responden setiap bulan dalam
satuan rupiah.
8) BBLR adalah berat bayi baru lahir di bawah normal (<2500 gr) dengan usia
9) Bayi prematur adalah bayi lahir belum cukup bulan (16-37 minggu) dan berat badan
Judul jurnal sesuai dengan isi yaitu Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten
Sidoarjo
18
a. Tujuan dalam jurnal disebutkan dalam abstrak yaitu Faktor Penyebab Kematian Bayi
Di Kabupaten Sidoarjo.
b. Abstrak memberikan informasi yang lengkap yaitu latar belakang, tujuan, metode
dan hasil.
c. Di dalam jurnal menggunakan referensi terbaru 5 tahun terakhir tetapi masih ada
e. Metode yang digunakan sudh sesuai dengan jenis kasus yang ditemukan.
b. Hasilnya menunjukkan sebagian besar kematian bayi yang lahir prematur yang
menyertai faktor ibu. Pengetahuan tentang ibu tentang kehamilan masih rendah, jarak
c. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Karakteristik demografi ibu yang disertai pula
kondisi ibu saat hamil yang diduga memang memiliki risiko terhadap kematian bayi.
aktivitas ibu yang berat saat hamil, nutrisi kurang, ibu mengkonsumsi obat,
kandungan lemah, hamil kembar, dan informasi yang didapat saat pelayanan
antenatal yang diberikan oleh tenaga kesehatan (bidan dan dokter) tidak jelas dan
kurang lengkap. Disisi lain umur ibu, paritas dan jarak juga berisiko untuk
melahirkan bayi prematur. Ada keterkaitan antara karakteristik ibu dengan pelayanan
kesehatan antara lain umur yang berisiko masih tergolong dominan, meskipun
pemeriksaan antenatal secara rutin. Pemberi pelayanan kesehatan tidak paham betul
terhadap pasiennya, antara lain informasi yang didapat saat pelayanan antenatal tidak
jelas
19
4. Kelebihan Jurnal
keterbatasan transportasi.
b. Metode penelitian diuraikan cukup jelas yaitu sampel, tempat penelitian, dan teknik
intervensi.
c. Tujuan penelitian diuraikan dengan jelas yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
5. Kekurangan Jurnal
20
DAFTAR PUSTAKA
https://nasional.sindonews.com/read/1264638/15/penyebaran-difteri-di-indonesia
21