Anda di halaman 1dari 24

Tugas MPI_8 Surveilans Pertusis Kelompok

2
Tarsisius Volan
Gordianus Jehudun
Andreas Inoteku B.Genggur
Agustinus Inat
Skolastika J.Jenadut
Fransisika Lilianti
Frederikusg.Dewanggut
Maria I.Bumbung
Maria O.Wea
Kornelia F.Nggarang
Fransiskus Nggor
Paskalis C.P. Hantip
Yohanes Parto Jaweng
Yohana Rosni Adas
1.a. Definisi dari kasus pertusis
● Penyakit Pertusis merupakan penyakit endemik di hampir
seluruh negara
● Pertusis (batuk rejan/batuk seratus hari) adalah penyakit
menular pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh
bakteri Bordetella pertusis. Penyakit ini merupakan penyakit
endemik di hampir seluruh negara di dunia dengan puncak
epidemik biasanya terjadi setiap 2-5 tahun (rata-rata 3-4
tahun).
1.b.Gejala dan tanda

Orang dengan batuk terus menerus (batuk paroksismus) yang berlangsung minimal
selama 2 minggu dengan ditemukan minimal 1 tanda berikut :

a. Batuk rejan pada saat inspirasi atau napas dalam (inspiratory whoop)

b. Muntah setelah batuk (post-tussive vomiting)

c. Muntah tanpa ada penyebab yang jelas

● Atau Kasus apneu (berhenti nafas) dengan atau tanpa sianosis pada anak usia <1 tahun
dengan batuk tanpa ada batasan durasi.

● Atau Jika dokter menduga pertusis pada pasien dengan batuk tanpa ada batasan durasi.
2.a. kriteria yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus pertusis

● Dari kasus diatas disimpulkan bahwa kriteria


kasus adalah Kompatibel klinis yaitu kasus
yng memenuhi kriteria suspek tetapi tidak
memenuhi kriteria konfirmasi laboratorium
maupun epidemiologis karena penyebab
kematian dari 35 balita adalah penyakit
pertussis dengan komplikasi pneumonia
tanpa pemeriksaan laboratorium.
2.b. klasifikasi kasus pertusis dan bagaimana membedakannya

a. Konfirmasi laboratorium: kasus yang memenuhi kriteria suspek dan hasil pemeriksaan
spesimen (kultur atau PCR) adalah positif.

b. Terhubung secara epidemiologis: kasus yang memenuhi kriteria suspek dan memiliki
hubungan epidemiologis (kontak erat) dengan kasus terkonfirmasi laboratorium dalam
waktu tiga minggu sebelum timbulnya batuk.

c. Kompatibel klinis: kasus yang memenuhi kriteria suspek tetapi tidak memenuhi kriteria
konfirmasi laboratorium maupun epidemiologis.

d. Discarded (bukan kasus pertusis): pasien yang tidak memenuhi kriteria klinis
berdasarkan hasil investigasi.
2.c. proses penemuan kasus pertusis dan
wawancaradalam memastikan hal tersebut

● Di Tingkat Puskesmas
1. Setiap penderita dengan batuk lebih dari 2 minggu yang datang ke puskesmas harus dicari
gejala tambahan dan ditentukan apakah memenuhi kriteria suspek pertusis. Untuk usia balita
dan anak, penemuan kasus bisa didapatkan dari pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit
(MTBS) dan Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR).
2. Bila penderita datang dengan batuk yang kurang dari 2 minggu diupayakan untuk dimonitor
perjalanan penyakitnya serta dicari gejala tambahan pertusis lainnya.
3. Bila kasus memenuhi kriteria klinis pertusis, catat dalam formulir investigasi kasus pertusis
(formulir PERT 01) seperti dalam lampiran (1) dan lakukan penyelidikan epidemiologi untuk
mencari kasus tambahan.
4. Bila memenuhi kriteria KLB maka dilakukan penyelidikan KLB
Format Wawancara
PENUGASAN 2
Lembar Kasus (IHB 8.4,IHB 8.5,IHB 8.6,IHB 8.7

Berdasarkan laporan W1 dari Dinas Kesehatan Kabupaten PM


pada tanggal 12 Mei 2015 yang diterima oleh Dinas Kesehatan
Propinsi S bahwa telah terjadi KLB Pertusis di Desa T Kecamatan
L Kabupaten PM dengan jumlah penderita sebanyak 11 orang.
Kasus index dengan insial A usia 7 tahun jenis kelamin laki-laki
terjadi pada tanggal 5 April 2015 dengan gejala batuk-batuk.
Sumber penularan dari index cases tidak bisa dipastikan karena
menurut keterangan dari orang tua kasus insial M, 1 sampai 2
minggu sebelumnya tidak mempunyai riwayat berpergian
kemana mana, kasus pertama bersekolah di SD Negeri T
kemudian, kontak penularan berikutnya terjadi serumah (2
penderita) dan tetangga (1 penderita) sebagai kasus primer,
kasus primer bersaudara dengan kasus pertama. Kasus tidak
mendapatkan imunisasi waktu balita.
Penularan berikutnya berasal dari kasus primer melalui
kontak rumah tetangga dan sekolah (kasus sekunder).
Seluruh kasus KLB pertusis yang terjadi di desa T masih
memiliki ikatan keluarga satu sama lain bisa dikatakan
serumpun dalam satu desa kejadian luar biasa yang terjadi
diwilayah puskesmas L ini merupakan common source
walaupun pada gambar kurve epidemi seperti propagated
epidemic. Hal ini bisa terjadi karena ketidak telitian
(kesalahan) dalam penulisan tanggal mulai sakit, masa
inkubasi penyakit pada masing-masing penderita yang tidak
sama serta adanya pebedaan kepekaan terhadap penyakit
pertusis, puncak kasus kemungkinan terjadi pada tanggal 19
Mei 2015. Di desa T, AR tertinggi berada pada golongan umur
0 – 11 bulan.
Pertanyaan
1. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan
hasilnya berdasarkan data hasil Penyelidikan
Epidemiologi pertussis tersebut.
2. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi
KLB pertusis, dasar apa yang dipakai untuk penetapan
KLB?
3. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans
Puskesmas/Kab/Kota/Provinsi setelah tahu bahwa telah
terjadi KLB pertusis?
4. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk
melengkapi laporan KLB pertusis?
5. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB pertusis berakhir
Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk
menginput data-data kedalam form pencatatan pelaporan yang
tersedia.
PERT 01
W1
1. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya
berdasarkan data hasil Penyelidikan Epidemiologi pertussis tersebut.

ANALISA DESKRIPTIF

● Berdasarkan Orang : Jumlah penderita Pertusis sebanyak 11 orang, Attack rate


tertinggi berada pada golongan umnur 0 – 11 bulan

Nama Umur Jenis Kelamin


Pasien A 7 tahun Laki-laki

2 kleuarga pasien A - -
1 tetangga - -
Teman Kelas - -
● Berdasarkan tempat
Kasus terjadi di desa Y, Kecamatan L kabupaten PM. Penyebaran
kasus pertussis juga terjadi di dalam rumah, dari rumah ke
rumah (tetangga), dan sekolah.

● Berdasarkan waktu
Kasus mulai terjadi pada tanggal 05 April 2015, tetapi dilaporkan
ke dinas Kesehatan pada tanggal 12 Mei 2015. Puncak kasus
kemunngkinan terjadi pada tanggal 19 Mei 2015.
Interpretasi data
1. Berdasarkan data kasus, AR tertinggi berada pada golongan
usia 0 – 11 bulan, maka penguatan imunisasi harus lebih
ditingkatkan,
- Bila usia <1 tahun, berikan/lengkapi imunisasi DPT-HB-Hib hingga 3
dosis dengan interval minimal 1 bulan antar dosis kemudian pastikan
pada usia 18 bulan atau pada interval minimal 12 bulan setelah
dosis ketiga diberikan 1 dosis imunisasi lanjutan; bila usia ≥1 tahun maka
lengkapi 4 dosis imunisasi dengan interval dosis pertama dan kedua
adalah 4 minggu,interval dosis kedua dan ketiga adalah 6 bulan dan
interval dosis ketiga dan keempat adalah 12 bulan.
2. Dilihat dari data kasus, bahwa telah terjadi 11 kasus pertusis,
itu berarti bahwa kurangnya cakupan imunisasi dasar lengkap di
wilayah tersebut., dan juga perilaku menggunakan masker yang
kurang serta etika batuk yang masihh kurang di paahami.
3. Kurangnya kebersihan lingkungan di sekolah dan PHBS yang
rendah di sekolah.
Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB pertusis,
dasar apa yang dipakai untuk penetapan KLB?

1. Ya telah terjadi KLB Pertusis


2. Dasar :
3. - Jumlah penderita sebanyak 11 orang (Lebih dari satu )
4. - Penyebaran sangat cepat karena terjadi pada cluster keluarga
dan tetangga, dan sekolah Dimana terdapat banyak orang .
Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas/Kab/Kota/Provinsi
setelah tahu bahwa telah terjadi KLB pertusis?

1. Melakukan Penyelidikan Epidemiologi dengan cara:


1. Kunjungan dari rumah ke rumah,
2. Melakukan komunikasi Resiko terhadap camat dan kepala desa serta kader terkait
pengretia, pencegahan serta penanggulangan penyakit pertussis.
3. Kunjungan sekolah kasus .
4. Mengisi format investigasi/penyelidikan epidemiologi terhadap kasus dan kontak
(semua umur) (PERT 01)
5. Mengidentifikasi dan mencatat status imunisasi kasus suspek dan kontak erat. Jika didapatkan
kasus suspek atau kontak erat berusia <5 tahun dengan status imunisasi DPT-HB-Hib yang
tidak/belum lengkap maka harus dijadwalkan untuk segera dilengkapi.
6. Bila usia <1 tahun, berikan/lengkapi imunisasi DPT-HB-Hib hingga 3 dosis dengan interval
minimal 1 bulan antar dosis kemudian pastikan pada usia 18 bulan atau pada interval minimal 12
bulan setelah dosis ketiga diberikan 1 dosis imunisasi lanjutan; bila usia ≥1 tahun maka lengkapi 4
6. Tatalaksana/Pengobatan : Kasus klinis/konfirmasi laboratorium diberikan
antibiotika eritromisin selama 7-14 hari (maks 3 minggu) dengan dosis untuk
anak-anak 40-50 mg/kgbb/hari.
7. Lakukan pemisahan terhadap kontak yang tidak pernah diimunisasi atau yang
tidak diimunisasi lengkap. Pemisahan tersebut berlaku sampai dengan 21 hari
sejak terpajan dengan penderita atau sampai dengan saat penderita dan kontak
sudah menerima antibiotika minimal 5 hari dari 14 hari yang diharuskan.
8. Melaksanakan RCA (Rapid Convenience Assessment) atau survei cepat
status imunisasi DPT-HB-Hib anak usia <5 tahun pada wilayah lokasi terjangkit
dan wilayah sekitarnya yang berisiko tinggi. Penentuan wilayah sekitar yang
berisiko tinggi dilakukan dengan melakukan analisa terhadap kriteria wilayah,
akses terhadap layanan imunisasi, trend cakupan imunisasi difteri serta performa
surveilans
4. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB pertusis?

1. Informasi kasus berisi identitas kasus.


2. Informasi klinis yang berisi tanda dan gejala
3. Riwayat pengobatan apakah kasus dirawat di rumah sakit atau tidak.
4. Riwayat vaksinasi , yang berisi Riwayat vaksinasi dari DPT-HB-HIB usia 2 bulan
sampai imunisasi DPT-HB-HIB usia 18 bulan, dan Riwayat apakah pernah
menerima imunisasi ORI.
5. Informasi Epidemiologis yang berisi apakah ada kontak erat yang berpergian
dalam 1 bulan terakhir .
6. Informasi specimen yang berisi mulai dari specimen diambil, jenis specimen,
tanggal pengambilan specimen .
7. Keadaan pasien saat pelaksanaan investigasi terakhir, apakah hidup atau
meninggal.
Apa rencana tindak lanjut setelah KLB pertusis berakhir

1. Pelaksanaan ORI tetap dilanjutkan sampai dengan


selesai walaupun KLB Pertusis sudah dinyatakan
berakhir.
2. Walaupun KLB dinyatakan sudah berakhir, tetap
melakukan edukasi pengendalian pertussis
3. Edukasi tentang Perilaku penggunaan masker,cuci
tangan pakai sabun, penerapan etika batuk, kebersihan
lingkungan.
4. Kerjasama dengan lintas sektor terkait pelaksanaan
Imunisasi
5. Kerjasama dengan dinkes terkait ketersediaan vaksin
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai