Anda di halaman 1dari 28

Tugas MPI_6 Kelompok 2

Nama-Nama Kelompok
Tarsisius Volan
Gordianus Jehudun
Andreas Inoteku B.Genggur
Agustinus Inat
Skolastika J.Jenadut
Fransisika Lilianti
Frederikusg.Dewanggut
Maria I.Bumbung
Maria O.Wea
Kornelia F.Nggarang
Fransiskus Nggor
Paskalis C.P. Hantip
Yohanes Parto Jaweng
Yohana Rosni Adas
Penugasan 1 tentang
DIFTERI
1.a. DEFINISI OPERASIONAL
Kasus Observasi Difteri
seseorang dengan gejala adanya infeksi saluran pernafasan atas dan pseudomembran
 petugas surv

Suspek Difteri
seseorang dengan gejala:
 faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau kombinasinya;
 demam atau tanpa demam;
 adanya pseudomembran putih keabu-abuan yang sulit lepas, mudah berdarah
apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
1.b.GEJALA DAN TANDA

● Demam atau tanpa demam,munculnya pseudomembran putih keabuan, sulit lepas


dan mudah berdarah jika dilepas/ dimanipulasi, Leher membengkak, Sesak nafas
disertai bunyi, Sakit waktu menelan 94% kasus Difteri mengenai tonsil dan
faring,  lainnya difteri kulit


2.a. kriteria yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus difteri

1. Kasus Difteri dapat ditemukan di pelayanan statis (puskesmas dan RS) maupun
kunjungan lapangan di wilayah kerja Puskesmas. Kasus dengan keluhan nyeri menelan
dilakukan pemeriksaan tenggorok untuk mencari adanya membran pada tonsil dan
faring
2. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pelacakan epidemiologi
terhadap setiap kasus suspek difteri untuk mencari kasus tambahan, identifikasi kontak
erat, dan pemberian profilaksis terhadap kontak erat.
3. Merujuk kasus suspek difteri ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih
lanjut
4. Melakukan komunikasi risiko ke masyarakat
2.b.klasifikasi kasus difteri dan bagaimana membedakannya
proses penemuan kasus difteri dan lakukan wawancara
memastikan hal tersebut

1. Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus suspek difteri dengan hasil kultur positif
strain toksigenik.
2. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi adalah kasus suspek difteri yang mempunyai
hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium.
3. Kasus kompatibel klinis adalah kasus suspek difteri dengan hasil laboratorium
negative, atau tidak diambil specimen, atau tidak dilakukan tes toksigenisitas, dan
tidak mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium
4. Discarded adalah kasus suspek difteri yang setelah dikonfirmasi oleh Ahli tida
memenuhi kriteria suspek difteri
STRATEGI PENEMUAN KASUS

1. Kasus Difteri dapat ditemukan di pelayanan statis (puskesmas dan RS) maupun kunjungan
lapangan di wilayah kerja Puskesmas. Kasus dengan keluhan nyeri menelan dilakukan
pemeriksaan tenggorok untuk mencari adanya membran pada tonsil dan faring
2. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pelacakan epidemiologi terhadap
setiap kasus suspek difteri untuk mencari kasus tambahan, identifikasi kontak erat, dan
pemberian profilaksis terhadap kontak erat.
3. Merujuk kasus suspek difteri ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut
4. Melakukan komunikasi risiko ke masyarakat.
Wawancara Kasus
Penugasan II
PASIEN 1, DF1
W1 PASIEN 1
PASIEN 2, DIF1 DAN W1
W1 PASIEN 2
DF1, PASIEN 3
W1 PASIEN 3
Pertanyaan:
1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data kedalam
form pencatatan pelaporan yang tersedia.
2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data hasil
Penyelidikan Epidemiologi difteri tersebut.
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri? Dasar apa yang
dipakai untuk penetapan KLB?
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa telah
terjadi KLB difteri?
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB difteri?
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir
ANALISA DESKRIPTIF

● Berdasarkan Orang

Nama Umur Jenis Kelamin Jumlah Kontak


Yang di
profilaksis
Pasien I 13 tahun Laki-laki 4 orang

Pasien II 18 tahun perempuan 6 orang


Pasien III 3 tahun Laki-laki 5 orang
● Berdasarkan tempat
Kejadian Penyakit Difteri tersebut terjadi di tiga desa yaitu desa X, desa Y, Desa Z
Kecamatan Y kabupaten N Provinsi NTT.
● Berdasarkan waktu

Nama Tanggal Mulai Sakit


Pasien I 09/04/2015
Pasien II 21/04/2015
Pasien III 21/04/2015
Interpretasi data

● Dari data epidemiologi diatas , dapat di sajikan sebagai berikut:


1. Proporsi kejadian penyakit difteri pada kecamatan Y Kabupaten N, proporsi penderita laki-laki lebih
besar yaitu 66,6% dibandingkan proporsi jumlah penderita difteri Perempuan yaitu 33,3%. Dengan
ratio penderita Perempuan terhadap laki-laki yaitu 1: 3.
2. Pasian I adalah termasuk pasien kasus Kompatibel klinis, karena hasil Lab menunjukan hasil negative.
3. Pasien II termasuk kasus konfirmasi laboratorium karena berdasarkan hasil lab menunjukan hasil
kultur postitif.
4. Pasien III termasuk kasus konfirmasi Epidemiologi karena hasil lab nya belum keluar tetapi ada
hubungan epidemioligis ?? (tidak jelas data kasus karena dia ada tanda gejala, tetapi tidak diterangkan
apakah dia perna kontak erat dengan kasus konfirmasi lab positif).
5. Berdasarkan Penyelidikan Epidemiologi menggunakan format DF1,dapat disimpulkan bahwa status
imunisasi dari ketiga pasien difteri tersebut lengkap berdasarkan ingatan orang tua responden.
Rencana Tindak Lanjut

1. Melakukan Komunikasi Resiko terhadap lintas Sektor terkait penvcegahan Difteri.


2. Melakukan koordinasi dengan dinas Kesehatan untuk pelaksanaan ORI didesa Y ( karena
desa X menunjukan hasil lab negative dan desa Z hasil Labnya belum keluar)
3. Melakukan Edukasi terhadap orang tua dari pasien II tentang pentingnya imunisasi.
4. Melakukan karantina bagi kontak erat kasus difteri.
5. Tatalaksana Kontak erat agar segera mendapatkan Tindakan (Obat pencegahan /Profilaksis
eritromizin selama 7 hari dan pemberian Imunisasi ?
6. PMO terhadap kasus Profilaksis selama 7 hari , tingkatkan kerja sama dengan pihak desa
unutk sama sama memantau minum obat Bersama dengan tenaga Kesehatan.
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri?
Dasar apa yang dipakai untuk penetapan KLB?

● Ya telah terjadi KLB Difteri di kabupaten N


● Dasar : Berdasarkan hasil laboratorium menunjukan hasil positif kasus difteri.
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans
Puskesmas setelah tahu bahwa telah terjadi KLB
difteri?
1. Melakuakan koordinasi Bersama pihak desa dan kecamatan dan pihak terkait untuk
Bersama sama melakukan Tindakan pencegahan dan penanggulangan KLB Difteri
2. Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten dengan mengirimkan
laporan W1, (apakah bisa dilakukan ORI, terganutng ketersediaan vaksin )
3. WHO dan Dinkes Porvinsi pasti akan turun lapangan Bersama Puskesmas .
4. Melakukan karantina terhadap kontak erat dan memberikan obat profilaksis dan
Imunisasi terhadap Kontak Erat.
5. Melakukan komunikasi Resiko tentang difteri (DO, Penyebab, pencegahannya)
kepada lintas sektor .
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk
melengkapi laporan KLB difteri?

● Laporan Epidemologi melalui format DF1 dan W1


- identitas Penderita
- Riwayat sakit
-Rowayat pengobatan
-Rowayat Kontak
-kontak kasus
● Hasil laboratorium positif Difteri
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir

● Pelaksanaan ORI tetap dilanjutkn sampai dengan selesai walaupun


KLB Difteri sudah dinyatakan berakhir.
● Kerjasama dengan lintas sektor terkait pelaksanaan Imunisasi
● Kerjasama dengan dinkes terkait ketersediaan vaksin
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai