Nama-Nama Kelompok
Tarsisius Volan
Gordianus Jehudun
Andreas Inoteku B.Genggur
Agustinus Inat
Skolastika J.Jenadut
Fransisika Lilianti
Frederikusg.Dewanggut
Maria I.Bumbung
Maria O.Wea
Kornelia F.Nggarang
Fransiskus Nggor
Paskalis C.P. Hantip
Yohanes Parto Jaweng
Yohana Rosni Adas
Penugasan 1 tentang
DIFTERI
1.a. DEFINISI OPERASIONAL
Kasus Observasi Difteri
seseorang dengan gejala adanya infeksi saluran pernafasan atas dan pseudomembran
petugas surv
Suspek Difteri
seseorang dengan gejala:
faringitis, tonsilitis, laringitis, trakeitis, atau kombinasinya;
demam atau tanpa demam;
adanya pseudomembran putih keabu-abuan yang sulit lepas, mudah berdarah
apabila dilepas atau dilakukan manipulasi.
1.b.GEJALA DAN TANDA
●
2.a. kriteria yang digunakan untuk menetapkan adanya kasus difteri
1. Kasus Difteri dapat ditemukan di pelayanan statis (puskesmas dan RS) maupun
kunjungan lapangan di wilayah kerja Puskesmas. Kasus dengan keluhan nyeri menelan
dilakukan pemeriksaan tenggorok untuk mencari adanya membran pada tonsil dan
faring
2. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pelacakan epidemiologi
terhadap setiap kasus suspek difteri untuk mencari kasus tambahan, identifikasi kontak
erat, dan pemberian profilaksis terhadap kontak erat.
3. Merujuk kasus suspek difteri ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih
lanjut
4. Melakukan komunikasi risiko ke masyarakat
2.b.klasifikasi kasus difteri dan bagaimana membedakannya
proses penemuan kasus difteri dan lakukan wawancara
memastikan hal tersebut
1. Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus suspek difteri dengan hasil kultur positif
strain toksigenik.
2. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi adalah kasus suspek difteri yang mempunyai
hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium.
3. Kasus kompatibel klinis adalah kasus suspek difteri dengan hasil laboratorium
negative, atau tidak diambil specimen, atau tidak dilakukan tes toksigenisitas, dan
tidak mempunyai hubungan epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium
4. Discarded adalah kasus suspek difteri yang setelah dikonfirmasi oleh Ahli tida
memenuhi kriteria suspek difteri
STRATEGI PENEMUAN KASUS
1. Kasus Difteri dapat ditemukan di pelayanan statis (puskesmas dan RS) maupun kunjungan
lapangan di wilayah kerja Puskesmas. Kasus dengan keluhan nyeri menelan dilakukan
pemeriksaan tenggorok untuk mencari adanya membran pada tonsil dan faring
2. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pelacakan epidemiologi terhadap
setiap kasus suspek difteri untuk mencari kasus tambahan, identifikasi kontak erat, dan
pemberian profilaksis terhadap kontak erat.
3. Merujuk kasus suspek difteri ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan lebih lanjut
4. Melakukan komunikasi risiko ke masyarakat.
Wawancara Kasus
Penugasan II
PASIEN 1, DF1
W1 PASIEN 1
PASIEN 2, DIF1 DAN W1
W1 PASIEN 2
DF1, PASIEN 3
W1 PASIEN 3
Pertanyaan:
1. Berdasarkan soal kasus diatas, saudara diminta untuk menginput data-data kedalam
form pencatatan pelaporan yang tersedia.
2. Buatlah analisa secara deskriptif dan interpretasikan hasilnya berdasarkan data hasil
Penyelidikan Epidemiologi difteri tersebut.
3. Dari data tersebut tersebut, apakah benar telah terjadi KLB difteri? Dasar apa yang
dipakai untuk penetapan KLB?
4. Apa tindakan saudara sebagai petugas Surveilans Puskesmas setelah tahu bahwa telah
terjadi KLB difteri?
5. Informasi apa saja yang harus dikumpulkan untuk melengkapi laporan KLB difteri?
6. Apa rencana tindak lanjut setelah KLB difteri berakhir
ANALISA DESKRIPTIF
● Berdasarkan Orang