OLEH
Kelompok 6
2019
KATA PENGANTAR
Difteri merupakan salah satu penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
dimana munculnya satu kasus difteri sudah dikategorikan sebagai KLB. Adanya KLB penyakit Difteri
dengan segala risiko kesehatan masyarakat sebagaimana tersebut diatas, memerlukan
kemampuan yang memadai untuk identifikasi, solusi tepat dan tindakan cepat.
Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan acuan investigasi KLB penyakit Difteri,
khususnya bagi mahasiswa pascasarjana epidemiologi lapangan FETP, dengan lebih
mengutamakan kepraktisan di lapangan dalam menghadapi situasi nyata KLB penyakit Difteri ,
dengan tetap berpedoman pada prinsip-prinsip epidemiologi,
Laporan ini disusun dengan semua keterbatasan dan kekurangan, baik dari sisi keilmuan,
maupun kepraktisan di lapangan. Upaya-upaya perbaikan akan terus dilakukan, dan sangat
mengharap adanya koreksi, saran dan pemikiran dari semua pihak.
Terimakasih penulis sampaikan pada semua pihak yang telah berkenan memberikan
masukan dan perbaikan, dan juga kepada Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina Kesehatan
& Kesehatan Pelabuhan dan Kesehatan Matra, Ditjen PP&PL, Kementerian Kesehatan RI dan
WHO, atas dukungannya, sehingga dapat diselesaikannya tulisan ini.
Penyusun
I. PENDAHULUAN
Difteri merupakan satu penyakit menular dan sering menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) di beberapa wilayah. Difteri merupakan penyakit yang sering menyebabkan kematian,
karena racun yang dihasilkan oleh bakteri Corynebacterium diphtPasien Ia. Bakteri membuat
toksin apabila bakteri terinfeksi oleh coryne bacteriophage yang mengandung diphtPasien Ia
toxin gene tox1. Semua umur dapat terkena difteri tetapi kebanyakan menyerang anak-anak yang
tidak dimunisasi2.
Pada tahun 2014, jumlah kasus difteri di Indonesia menempati urutan ketiga terbanyak di
dunia setelah India dan Nepal dengan 421 kasus hingga bulan November. Jumlah Kasus penyakit
Difteri di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2010 hingga tahun 2012, dan mengalami
penurunan pada tahun 2013 dan 2014. Pada tahun 2010 kasus difteri di Indonesia adalah 432
kasus, naik menjadi 806 kaus pada tahun 2011, dan naik menjadi 1192 kasus pada tahun 2012.
Pada tahun 2013 jumlah kasus turun menjadi 475 dan hingga November 2014 turun menjadi 421
kasus3.
Kasus penyakit difteri di Jawa Timur merupakan kasus difteri terbanyak di Indonesia.
Dalam lima tahun terakhir jumlah penderita difteri meningkat dari tahun 2010 hingga 2012 yakni
304 kasus pada tahun 2010, 665 kasus pada tahun 2011, 955 kasus pada tahun 2012. Kemudian
tren penyakit difteri cenderung turun. Pada tahun 2013 menjadi 653 kasus, 442 kasus pada tahun
2014 dan 37 pada tahun 2015 hingga bulan Maret4.
Difteri masih menjadi permasalahan kesehatan di Kabupaten Ngawi. Selama tahun 2012
hingga tahun 2015 selalu ada kasus probable difteri di Kabupaten Ngawi. Pada tahun 2012
teridentifikasi sebanyak 6 kasus difteri, 2013 terjadi 2 kasus, dan tahun 2014 sebanyak 6 kasus.
Laporan W1 KLB difteri dari Dinas kesehatan Kabupaten Ngawi diterima oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur pada tanggal 23-24 April 2015. Berdasarkan laporan W1 diketahui bahwa
terdapat dua lokasi kasus difteri yaitu di wilayah Puskesmas Geneng satu kasus dan Puskesmas
Karangjati dua kasus4. Satu kasus difteri (probable atau konfirmasi) adalah KLB dan setiap KLB
harus ditanggulangi untuk menurunkan angka kesakitan, kematian, dan penularan5.
Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi terhadap kasus agar
dapat dilakukan penaggulangan dengan segera. Tujuan umum kegiatan penyelidikan
epidemiologi KLB Difteri di Ngawi Tahun 2015 adalah melaksanakan tindakan penaggulangan
KLB Difteri di Kabupaten Ngawi
II. TUJUAN
a. Untuk mmastikan adanya KLB- Difteri di Kecamatan Geneng dan Karang Jati
Kabupaten Ngawi tahun 2015.
b. Menetapkan definisi operasional kasus KLB-Difteri
c. Untuk mengidentifikasi kebenaran adanya kasus difteri di wilayah Kabupaten Ngawi
dengan melakukan Penyelidikan Epidemiologi penemuan dini kasus guna mencegah
terjadinya wabah Difteri selanjutnya
III. METODE
A. Definisi Operasional KLB Difteri
a. Kasus probable (klinis) adalah kasus yang menunjukkan gejala-gejala demam, sakit
menelan, pseudomembran. putih keabu-abuan yang tidak mudah lepas dan mudah
berdarah.
b. Kasus konfirmasi laboratorium adalah kasus probable disertai hasil laboratorium yang
positif.
c. Kasus konfirmasi hubungan epidemiologi adalah kasus probable yang ada hubungan
epidemiologi dengan kasus konfirmasi laboratorium.
d. Carrier adalah kontak kasus yang tidak menunjukkan gejala klinis, tetapi hasil
pemeriksaan laboratoriium positif Corynebacterium diphteriae.
e. KLB Difteri adalah ditemukannya minimal 1 (satu) kasus Difteri klinis
B. Metode
Materi yang digunakan adalah investigasi lapangan di lokasi kasus, wawancara, dan
dukungan laboratorium.
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data Difteri di Kabupaten Ngawi di lakukan dengan pengumpulan
data primer dan sekunder. Dari data primer yaitu petugas surveilans Puskesmas
mengunjungi rumah penderita, tetangga, teman bermain, dan sekolah penderita untuk
melakukan wawancara. Sedangkan data sekunder meliputi data jumlah penduduk,
area geografis, data cakupan imunisasi setempat, data VVM, data suhu vaksin yang
diperoleh dari petugas kesehatan di Puskesmas Geneng dan Puskesmas Karangjati,
Petugas di Kecamatan Geneng dan Karang Jati.
Instrumen yang digunakan untuk pengumpul data yaitu form RCA untuk melihat
status imunisasi di sekitar rumah kasus. Form kedua yaitu diph-1 untuk penyelidikan
kasus. Form Diph-1 terdapat informasi mengenai identitas pelapor, identitas
penderita, riwayat sakit, riwayat pengobatan, dan riwayat kontak.
b. Pengambiln Swab
Pengambilan swab diambil pada pasien I hanya Pasien I dan kedua orang tuanya,
pada kasus Pasien II yang diambil swabnya adalah Pasien II, kakak dan orangtua
Pasien II. Kasus Pasien III, yang diambil swab adalah, Pasien III, ibu, adik, kakek dan
nenek. Seharusnya semua kontak erat pasien harus diambil swabnya. Pola
pengambilan swab sama yakni untuk pasien diambil swab hidung dan tenggorokan
sedangkan keluarga yang satu rumah diambil swab hidung.
C. Hasil Penelitian
1. Pemastian KLB Difteri
Untuk memastikan diagnosis difteri maka dilakukan pemeriksaan klinis dan
laboratorium untuk menegakkan diagnosis penyakit dengan pemeriksaan klinis
berdasarkan gejala dan tanda-tanda penyakit serta laboratorium dilakukan dengan
pengambilan swab difteri faring dan difteri tonsil. Pemastian KLB didasarkan pada
buku “Pedoman Petunjuk Teknis Imunisasi dan Surveilans dalam Rangka
penanggulangan KLB Difteri”
2. identifikasi kasus
Kasus Difteri di Kabupaten Ngawi pada Maret-April 2015 berjumlah 3 kasus
Nama Alama Tgl Tanda/ Imunisasi Diagnosis Jumlah Treatment Outco
t Mul Gejala Kontak me
ai yang
Saki diprofila
t ksis
Pasien Desa 09/0 Nyeri Lengkap Difteri 2 orang Profilaksis Sembu
I X 4/ telan, (ingatan Pharynx h
2015 panas, orang tua) (Lab -)
Pseudo
membran
e
Pasien Desa 21/0 Nyeri Lengkap Difteri 6 orang Profilaksis Sembu
II Y 4/ telan, (ingatan Pharynx(La h
2015 sakit orang tua) b -)
perut,
batuk,
Pseudo
membran
e
Pasien Desa 21/0 Nyeri Lengkap Difteri 5 orang Profilaksis Sembu
III Z 4/ telan (ingatan Tonsiditis h
2015 Pseudome orang tua) (Lab belum
mbrane, keluar)
Bullneck
Tabel 6.1
Rencana Kerja Operasional KLB-DIFTERI
Tanggal pelaksanaan Penanggung
kegiatan
14/04/2015 15/04/2015 16/04/2015 jawab pelaksana
Persiapan Administrasi X Adi
Persiapan Alat Laboratorium X Dodi
Rapat Tim X Ketua
Identifikasi Dan Wawancara
X Adi dan tim
Kasus
Perekaman Dan Analisis X Ricky
Laporan Sementara X Ketua
Rapat Tim Untuk Evaluasi Dan
X Ketua
Langkah Investigasi
Pertemuan RTL Di Dinas
X Ketua
Kesehatan
Laporan Final X Ketua
VI . DUMMY TABLE
Pseudo membrane : lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa
hidung, mulut sampai tenggorokkan
Stridor : suara kaar atau serak bernada tinggi atau rendah, yang mucul setiap trikkan atau hembusan
nafa
1. Telah terjadi KLB Suspek Difteri Di Kecamatan Geneng dan Kecamatan Karang Jati degan
gejala nyeri telan, demam, dan pseudomembrane.
2. Klaifikasi Difteri kasus Pasien I dan Pasien II adalah Difteri Faring sedangkan kasus Pasien III
adalah Difteri Tonsil
3.Kasus difteri di Kecamatan Karang Jati berjumlah dua orang yakni di Desa X dan Desa Y
sedangkan di desa Z berjumlah satu orang.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman.FS, 2015, Penyelidikan Epidemiologi KLB Difteri Di Kecamatan Geneng Dan Karang
Jati Kabupaten Ngawi Tahun 2015, Jurnal Wiyata. Vol. 3 No, 2 Tahun 2016
Subuh, M, 2017, Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian Difteri Edisi Pertama, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2017 Pembina