Anda di halaman 1dari 12

p-ISSN : 1979-2344

JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) KERACUNAN


PANGAN DI KAMPUNG CIJOHO RW 01 DESA SIRNAMEKAR KABUPATEN
SUKABUMI TAHUN 2019

Yeni Suryamah
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Bandung
yeni_suryamah@hotmail.com

Abstrak

Setiap makanan selalu mengalami proses penyediaan bahan mentah, pengolahan, penyimpanan dan
distribusinya sampai di meja makan yang berisiko terjadinya keracunan, baik keracunan karena
pangan itu sendiri beracun atau adanya bahan racun yang mencemari makanan. Keracunan pangan
sering dikaitkan dengan pengelolaan atau penyimpanan makanan yang tidak atau kurang higienis.
Faktor perilaku merupakan hal yang berperan penting dalam berbagai kasus. selain itu faktor
lingkungan dengan kondisi sanitasi yang tidak memadai atau kurang memenuhi syarat kesehatan juga
berpengaruh dengan berbagai kejadian keracunan pangan. Tujuan penyeldikan epidemiologi ini adalah
untuk memperoleh gambaran dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian KLB Keracunan
pangan di Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi.
Desain studi ini menggunakan deskriptif Cohort Historical dengan waktu pengumpulan data dimulai
pada Jumat 15 Nopember 2019 hingga 19 Nopember 2019. Populasi penelitian adalah seluruh kasus
keracunan makanan di Wilayah Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuled
Kabupaten Sukabumi. sedangkan sampel terdiri dari kasus yang memenuhi kriteria kasus dan kontrol
yang memenuhi kriteria control yaitu orang yang memakan makanan syukuran namun tidak menjadi
sakit. Hasil penyelidikan epidemiologi didapatkan bahwa Attack rate KLB keracunan pangan terbesar
pada jenis kelamin perempuan (0.041%) dan kelompok umur 15->60 tahun (0.029%). Case Fatality
Rate pada KLB Keracunan Pangan sebesar 0.027. Gejala terbanyak pada kejadian KLB keracunan
pangan ini adalah gejala mual 77.9% (60 orang) dan diare 67.5% (52 orang). Kurva epidemik pada
kejadian KLB ini berbentuk common source dengan rentang masa inkubasi 30 menit sampai dengan
79.5 jam, dengan mean inkubasi 12,51 jam. Berdasarkan masa inkubasi diperoleh informasi bahwa
agent penyebab penyakit yang memungkinkan adalah bakteri E.colli. Berdasarkan jenis makanan yang
dimakan, dicurigai bahwa makanan yang berisiko menyebabkan keracunan adalah bihun, dengan
selisih attack rate sebesar 0.12. Hasil pemeriksaan rapid test pada alat masak didapatkan hasil positif
mengandung residu glukosa dan residu protein. Rekomendasi antara lain diperlukan adanya penguatan
Program sanitasi lingkungan, Peningkatan kembali sosialisasi dari perangkat daerah yang menangani
kesehatan lingkungan serta meningkatkan kembali pola partisipasi masyarakat melalui pemberdayaan
masyarakat

Kata Kunci : KLB, Keracunan Pangan, Penyelidikan Epidemiologi

Abstract

Every food always experiences the process of supplying raw materials, processing, storing and
distributing it to the dinner table which is at risk of poisoning, either poisoning because the food itself
is poisonous or the presence of poisonous substances that pollute food. Food poisoning is often
associated with the management or storage of food that is not or less hygienic. Behavioral factors are
things that play an important role in various cases. In addition, environmental factors with inadequate
sanitation conditions or inadequate health requirements also affect various food poisoning incidents.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 151


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

The purpose of this epidemiological investigation is to obtain an overview and factors that influence
the incidence of food poisoning outbreaks in Cijoho Village RW 01 Sirnamekar Village, Tegalbuled
District, Sukabumi Regency. The study design uses descriptive Historical Cohort with data collection
time starting on Friday 15 November 2019 until 19 November 2019. The study population was all
cases of food poisoning in the Cijoho Village RW 01 Sirnamekar Village Tegalbuled District
Sukabumi District. while the sample consists of cases that meet the criteria of cases and controls that
meet the control criteria, namely people who eat thanksgiving food but do not become ill. The results
of epidemiological investigations found that the outbreak of food poisoning outbreaks was greatest in
the female sex (0.041%) and the age group 15-> 60 years (0.029%). Case Fatality Rate in KLB Food
Poisoning is 0.027. The most common symptom in the outbreak of food poisoning was nausea of
77.9% (60 people) and diarrhea 67.5% (52 people). The epidemic curve in the outbreak event is in the
form of a common source with an incubation period of 30 minutes to 79.5 hours, with a mean
incubation of 12.51 hours. Based on the incubation period, information was obtained that the possible
causative agent was E. coli bacteria. Based on the type of food eaten, it is suspected that food that is
at risk of causing poisoning is vermicelli, with a difference in attack rate of 0.12. The results of the
rapid test on the cookware showed positive results containing glucose residues and protein residues.
Recommendations include the need to strengthen the environmental sanitation program, re-increase
the socialization of the regional apparatus that handles environmental health and to increase the
pattern of community participation through community empowerment.

Keywords : Outbreaks, Food Poisoning, Epidemiological Investigations

PENDAHULUAN karena mengkonsumsi makanan dan minuman


Setiap makanan selalu mengalami proses yang telah terkontaminasi dengan bakteri,
penyediaan bahan mentah, pengolahan, parasit atau virus dan bahan kimia berbahaya
penyimpanan dan distribusinya sampai di meja (Bekti, 2011).
makan di setiap rumah tangga, pertemuan- Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan
pertemuan, pesta, makanan jajanan, restauran Pangan adalah adanya dua orang atau lebih
dan berbagai cara distribusi pangan. Semuanya yang menderita sakit dengan gejala yang sama
mempunyai risiko terjadinya keracunan, baik atau hampir sama setelah mengkonsumsi
keracunan karena pangan itu sendiri beracun pangan, dan berdasarkan analisis epidemiologi,
atau adanya bahan racun yang mencemari pangan tersebut terbukti sebagai sumber
makanan (Imari, 2011: 4) penularan (PP no 28 tahun 2004 tentang
Keracunan pangan sering dikaitkan Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan,
dengan pengelolaan atau penyimpanan penjelasan pasal 25 ayat 3).
makanan yang tidak atau kurang higienis. KLB keracunan pangan masih menjadi
Faktor perilaku merupakan hal yang berperan masalah kesehatan ditingkat nasional maupun
penting dalam berbagai kasus. selain itu faktor regional. Hal ini disebabkan semakin
lingkungan dengan kondisi sanitasi yang tidak meningkatnya industri pangan masak maupun
memadai atau kurang memenuhi syarat bahan mentah dan pola pengawasannya yang
kesehatan juga berpengaruh dengan berbagai belum jelas.
kejadian keracunan pangan. Kejadian Mencermati besarnya masalah kejadian
keracunan makanan biasanya disebabkan keracunan, khususnya keracunan pangan maka

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 152


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

sangat diperlukan kemampuan bertindak cepat 4) Mengetahui distribusi kasus KLB


dan tepat serta kemampuan menghimpun data berdasarkan variabel waktu.
epidemiologi untuk menentukan arah 5) Mengetahui faktor risiko KLB Keracunan
penguatan kapasitas program dan identifikasi pangan
daerah atau populasi tertentu yang lebih 6) Mengetahui deskripsi pengolahan pangan
spesifik, terutama kemampuan melakukan yang diduga menjadi sumber KLB
investigasi kejadian keracunan pangan (Imari, 7) Mengetahui sumber penularan
2011:6). 8) Mengetahui attcak rate dan case fatality
Pada hari Jumat, tanggal 15 November rate pada KLB keracunan pangan
2019, Dinas Kesehatan Kabupaten Sukabumi 9) Mengetahui kurve epidemik KLB
menerima laporan KLB dari Puskesmas keracunan pangan
Bangbayang yang di duga akibat keracunan Kejadian Luar Biasa (KLB) Keracunan
pangan. Berdasarkan laporan awal tersebut Pangan adalah adanya dua orang atau lebih
sebanyak 77 penderita diobat di sarana yang menderita sakit dengan gejala yang sama
pelayanan puskesmas dengan gejala mual, atau hampir sama setelah mengkonsumsi
muntah, pusing, diare, demam, panas pangan, dan berdasarkan analsis epidemiologi,
tenggorokan dan panas perut. Selanjutnya atas pangan tersebut terbukti sebagai sumber
dasar informasi tersebut Dinas Kesehatan penularan (PP 28 , 2004 tentang Keamanan,
Kabupaten Sukabumi berkoordinasi dengan Mutu dan Gizi Pangan, penjelasan pasal 25
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas II Bandung ayat 3).
wilker Palabuhan Ratu untuk melakukan Makanan yang terkontaminasi dapat
investigasi ke lokasi kejadian. menimbulkan gejala penyakit baik infeksi
Adapun tujuan dari penyelidikan maupun keracunan. Kontaminasi makanan
epidemiologi ini adalah untuk Memperoleh adalah terdapatnya bahan atau organisme
gambaran dan faktor-faktor yang berpengaruh berbahaya dalam makanan secara tidak
terhadap kejadian KLB Keracunan pangan di sengaja. Bahan atau organisme berbahaya
Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar disebut kontaminan.
Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi Gejala dan tanda-tanda klinik keracunan
dengan focus kepada : pangan sangat bergantung pada jenis
1) Memastikan adanya KLB keracunan etiologinya, tetapi secara umum gejala
pangan keracunan pangan dapat digolongkan ke dalam
2) Mengetahui distribusi kasus berdasarkan 6 kelompok yaitu :
variabel tempat 1. Gejala utama yang terjadi pertama-tama
3) Mengetahui distribusi kasus KLB pada saluran gastrointestinal atas (mual,
berdasarkan variabel orang muntah).
2. Gejala sakit tenggorokan dan pernafasan.

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 153


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

3. Gejala utama terjadi pada saluran METODE PENELITIAN


gastrointestinal bawah (kejang perut, diare). Desain studi ini menggunakan deskriptif
4. Gejala neurologik (gangguan penglihatan, Cohort Historical dengan batasan waktu KLB
perasaan melayang, paralysis). keracunan Pangan pada Jumat 15 Nopember
5. Gejala infeksi umum (demam, menggigil, 2019 hingga 19 Nopember 2019 yang berada
rasa tidak enak, letih, pembengkakan di Kampung Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar
kelenjar limfe). Kecamatan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi.
6. Gejala alergik (wajah memerah, gatal-gatal). Sementara Definisi Operasional Kasus adalah
Secara umum etiologi keracunan pangan Orang yang didiagnosa oleh dokter Puskesmas
disebabkan oleh jenis kuma bakteri, virus, atau Rumah Sakit setempat sebagai kasus
parasit, jamur dan jenis kimiawi. KLB. Populasi penelitian adalah seluruh kasus
a. Jenis kuman dapat kumannya beracun, atau keracunan makanan di Wilayah Kampung
kuam yang memproduksi racun. Kuman Cijoho RW 01 Desa Sirnamekar Kecamatan
dapat berkembang biak dalam pangan Tegalbuled Kabupaten Sukabumi. sedangkan
kemudian menimbukan keracunan pangan, sampel terdiri dari kasus yang memenuhi
atau masuk dalam tubuh korban kemudian kriteria kasus dan kontrol yang memenuhi
berkembang biak dan terjadi keracunan kriteria control yaitu orang yang memakan
pangan. makanan syukuran namun tidak menjadi sakit.
b. Jenis kimia dapat berasal dari pertumbuhan Pengumpulan data untuk penyelidikan
kuman yang memproduksi racun, atau epidemiologi dilakukan dengan cara:
adanya bahan racun organik maupun 1. Pengumpulan data sekunder yang terdapat
unorganik yang mencemari pangan. Sering di Dinas Kesehatan Kabupaten, puskesmas
kali pangan sendiri sebagai bahan racun. lokasi KLB Keracunan Pangan yaitu:
Bahan beracun memiliki sifat-sifat Jumlah Penduduk Desa lokasi KLB, Usia
khusus, ketersediannya dialam, distribusinya, kasus, Alamat kasus, Profil Desa,Penyedia
gejala sakit, masa inkubasi, fatalitas korban Jasa Pangan, Jenis pangan/menu yang
keracunan, keberadaan pada makanan. dikonsumsi, Kondisi Lingkungan, Hasil
Beberapa jenis virus dan bakteri terdapat laboratorium sampel pangan dan
secara umum di lingkungan sekitar dan bahkan lingkungan, Upaya penanggulangan yang
seringkali menimbulkan pencemaran pada telah dilakukan.
makanan tertentu. Ahli keracunan yang 2. Pengumpulan data primer dengan
bekerja di laboratorium, sering kali memulai menggunakan instrumen kuesioner yang
penyelidikan keracunan pangan, justru drai ditanyakan kepada kasus dan kontrol KLB
jenis virus/bakteri yang sering terdapat pada Keracunan Pangan
jenis makanan tertentu (Imari, 2011:32) Proses pengolahan data analisis situasi ini
meliputi tahapan sebagai berikut, yaitu:

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 154


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

1. Perangkat lunak untuk pengolahan data - Jarak ke Ibu Kota Kabupaten : 120 Km
yang diperoleh diolah secara - Lama jarak tempuh ke Ibu Kabupaten : 4
komputerisasi menggunakan program Jam
Microsoft Office - Jarak ke Ibu Kota Propinsi : 230 Km
2. Analisis data sekunder dan primer - Lama jarak tempuh ke Ibu Propinsi : 7
berupa : Data jumlah penderita menurut Jam
kelompok umur, Curve epidemik
Keracunan Pangan, Distribusi kasus KLB Kronologis Kejadian
Keracunan Pangan,Menganalisis distribusi Pada hari Jumat, tanggal 15 November
kasus KLB Keracunan Pangan berdasarkan 2019, BP.Pudin Di Kp Cijoho Rt 01 Rw 01
variabel, orang, tempat dan waktu, attack Desa Sirnamekar Kec. Tegalbuleud, Kab.
rate dan case fatality rate, Mendeskripsikan Sukabumi menggelar acara Syukuran Tahfidz
upaya yang telah dilakukan untuk Qur’an. Acara tersebut dilaksanakan selama
menanggulangi KLB Keracunan Pangan satu hari, yaitu Hari Jumat (Syukuran). Untuk
yang telah terjadi acara hari Jumat makanan mulai siap disajikan
sejak pukul 16.00 wib,
HASIL DAN PEMBAHASAN Ada beberapa makanan yang dihidangkan
Deskripsi Wilayah Desa Sirnamekar dalam acara syukuran Tahfidz Qur’an : antara
Desa Sirnamekar merupakan salahsatu di lain Daging Ayam Bumbu, Bihun, nasi putih,
Kecamatan Tegalbuleud yang memiliki luas Bugis, papais, ulen. Makanan disajikan dengan
wilayah 1.750 ha dan terbagi menjadi 4 dibungkus dan ketika hendak pulang, masing-
Kedusunan dan 12 ke-RT-an. Dengan Batas- masing keluarga dibekali dengan 1 dus
Batas Desa sebagai berikut makanan dengan menu yang sama yang di
- Sebelah utara berbatasan dengan Sungai kemas dalam nasi bok putih berbungkus
Cikaso, Desa Bojong Kecamatan steyrofoam.
Kalibunder. Pada hari Sabtu siang, tanggal 16
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa November 2019, sekitar pukul 14.00WIB
Nangela Kecamatan Tegalbuleud sampai dengan sabtu pagi ada beberapa warga
- Sebelah timur berbatasan dengan Desa mengeluh mual, muntah-muntah disertai
Bangbayang Kecamatan Tegalbuleud pusing setelah menyantap hidangan dari acara
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa syukuran tersebut. Kemudian warga yang
Cimahpar Kecamatan Kalibunder mengeluh gejala yang sama semakin
Orbitasi Desa bertambah di sekitar jam 12.00WIB hingga
- Jarak ke Ibu Kota Kecamatan :78 Km jam 19.00WIB. Selanjutnya Ketua RT melapor
- Lama jarak tempuh ke Ibu Kecamatan : 3 Ke Kepala Dusun Cijoho (enyang) pada jam
Jam 19.00WIB dan menginformasikan ke Bidan

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 155


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

Desa dan Kepala Puskesmas Bangbayang. dalam pengelolaannya belum


Selanjutnya bidan Desa Sirnamekar memperhatikan karakteristik dari makanan
memutuskan untuk membawa korban ke pustu tersebut, masa kalaluarsa, cara perlakuan
terdekat (pustu Sirnamekar) dan meminta terhadap bahan dan alat masih tradisional.
bantuan Puskesmas Bangbayang untuk Alat yang digunakan masih menggunakan
bantuan medis dan membuka Posko alat masak standar, bahkan dapurnya masih
Kesehatan. Hingga hari Minggu tanggal 17 menggunakan tungku sederhana dan masih
November pada pukul 07.00WIB sampai beralaskan tanah. Selain itu kulaitas air
dengan pukul 16.00WIB, total kasus yang yang digunakan dalam pengoalah alat dan
tercatat bertambah sejumlah 77 orang. Pada bahan makanan masih menggunakan
pukul 11.00 mendapatkan kabar melalui sumber air dari mata air dan air permukaan,
telepon 1 orang dinyatakan meninggal dunia dan belum pernah dilakukan pemeriksaan
atas nama Holis berumur 55 tahun yang sampel air.
bertempat di kp Cikupa Desa Sirnamekar
Kecamatan Tegalbuleud. Minggu Jam 14.00 c. Proses Pengolahan
ada 2 Orang yang dirujuk ke RSUD Tabel 1 Proses Pengolahan Pangan yang
diduga menjadi Sumber Penyebab KLB
Jampangkulon. Senin jam 07.00 mendapatkan
kabar 1 orang meninggal dunia atas nama Waktu
No Jam Uraian Keterangan
yoyoh 54 tahun yang bertempat di kp.Cijoho. Tanggal
(WIB)
1 Kamis, 22.00 Pembuatan Koki
14 Nov. bahan ulen tersebut an.
Deskripsi Pengolahan Pangan Yang Diduga 2019 ketan kemudian Ibu Holis
Menjadi Sumber Penyebab diangin yang
anginkan di kemudian
a. Profil Pengolah Pangan dalam rumah meninggal
Pengelolaan pangan di tingkat desa 2 Jumat, 06.00 Bahan makanan sabtu 16
15 di beli di nopember.
untuk acara khusus/hajatan di lingkungan Nopembe warung Haryadi Saat akan
r 2019 oleh yang punya memasak
masyarakat masih menggunakan tenaga hajat (bpk. ibu Holis
Pidin) sebenarnya
pengolah setempat yang belum terlatih dan 07.00 Bahan makanan sudah
tersebut di olah mengeluh
menerapkan sistem kekeluargaan yang oleh Kolmak sakit dan
(koki masak) sudah
tradisonal. Tenaga pengolah makanan berobat ke
dan 5 orang
belum menerapkan sistem keamanan lainnya dari puskesmas
mulai meracik namun tetap
pangan karena masih tradisonal dan lokasi bumbu hingga memaksaka
pemotongan n diri untuk
kejadian merupakan daerah pedesaan yang ayam. Sisa memasak
bumbu di
belum memiliki kelompok pengusaha simpan di
kulkas.
catering. keperluan air
bersih untuk
b. Bahan dan Alat
memasak
Bahan makanan yang digunakan diambil dari 2
sumber mata air
merupakan bahan makanan setempat, yang keduanya
merupakan mata

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 156


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414
air yang tidak 2 RSUD 6 Pasien 6 pasien Adalah pasien
terawat, dengan Jampang KLB
menggunakan Kulon keracunan
jeligen milk pak pangan
pudin 2 buah kampong
dan milik bu cijoho yang
olis 2 buah. dirujuk ke RS
14.00 Masakan selesai Jampang
dimasak Kulon tgl 15-
kemudian 19Nopember
dikemas. 2019.
Kemasan nasi Dari 6 pasien
menggunakan tersebut
daun pisang, sebanyak 2
bihun dan orang
daging meninggal
dimasukan ke yaitu : an ibu
dalam satu Holis 55 tahun
plastic. Ulen (meninggal 16
ketan dan bugis Nopember
juga disatukan 2019) dan Ibu
ke dalam satu yoyoh 54
plastic. tahun
Makanan yang (meninggal
di bungkus 17Nopember
dibuat sebanyak 2019)
40 dus. 3 Kuesioner 84 84 Bersama tim
16.00 Acara dimulai. KKP Dinkes Kab
Kelas II Sukabumi,
Bandung Puskesmas
Bangbayang,
d. Distribusi Makanan HAKLI Kab.
Sukabumi dan
Orang yang datang berkunjung disuguhkan PAEI Jabar
Total Kasus 76 kasus
makanan secara prasmanan. Tapi jika ada
undangan/kerabat yang tidak hadir, maka
Peta 1 Sebaran Kasus KLB Keracunan Pangan
makanan tersebut (makanan dalam dus) Di Kampung Cijoho Desa Sirnamekar
diantarkan ke rumahnya. Sebanyak 40 dus Kecamatan Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19
Nopember 2019
diantarkan kepada tetangga/kerabat yang
tidak bias hadir saat itu.

Deskripsi Kejadian Luar Biasa Keracunan


Pangan
a. Deskripsi Kasus Berdasarkan Tempat
Tabel 2 Validasi Data Kasus KLB
Keracunan Pangan Di Kampung Cijoho
Desa Sirnamekar Kecamatan Tegalbuleud
Kab. Sukabumi 15-19 Nopember 2019

Sumber Jumlah Hasil


No Keterangan
Data Tercatat Validasi Tabel 3 Prosentase Kasus Berdasarkan
1 Puskesma 77 pasien 77 Pasien yang Domisili Pada Kejadian KLB Keracunan
s pasien datang ke Pangan Di Kampung Cijoho Desa Sirnamekar
Bangbaya posko KLB di Kecamatan Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19
ng kampung
Cijoho
Nopember 2019

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 157


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

Wanita 1093 43 2 57.33 0.041 0.047

Domisili Jumlah Kasus % Jumlah 2203 75 2 100 0.035 0.027


No CFR
(RT/RW) sakit meninggal kasus

1 01/01 45 0 60.00 0 Secara keseluruhan Attack Rate KLB di


2 03/01 30 2 40.00 0.067 Kampung Cijoho sebesar 0.035 dan CFR 0.027
Jumlah 75 2 100.00 0.027
dengan Attack Rate tertinggi berada pada
Berdasarkan domisili diketahui Bahwa
kelompok perempuan (0.041) dengan CFR
penderita tinggal di dua RT yaitu RT 01 dan
sebesar 0.047.
RW 03. Proporsi penderita yang berdomisili di
Tabel 6 Prosentase Kasus Berdasarkan
RT 01/01 sebesar 60% dan Proporsi penderita Pekerjaan Pada Kejadian KLB Keracunan
di RT.03 sebesar 40% dengan CFR sebesar Pangan Di Kampung Cijoho Desa Sirnamekar
Kecamatan Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19
0.067. Nopember 2019

b. Deskripsi Kasus Berdasarkan Orang Status Jumlah Kasus %


No CFR
Pekerjaan kasus
Tabel 4 Prosentase Kasus Berdasarkan Sakit meninggal
Kelompok Umur Pada Kejadian KLB belum
1 0 4.00 0
Keracunan Pangan Di Kampung Cijoho Desa sekolah 3
Sirnamekar Kecamatan Tegalbuleud Kab. 2 Buruh 9 0 12.00 0
Sukabumi 15-19 Nopember 2019 3 IRT 33 2 44.00 0.061
4 Pelajar 18 0 24.00 0
Jumlah Kasus
Kelompok % 5 0 10.67 0
No CFR Petani 8
Umur meninggal kasus
Sakit 6 wiraswasta 4 0 5.33 0
1 <1th 0 0 0 0 Jumlah 2 100.00 0.027
75
2 1- 4 th 1 0 1.33 0
3 5- 14 th 4 0 5.33 0 Sebagian besar penderita adalah IRT (44%)
4 15-60> th 70 2 93.33 0.029 dan Pelajar (44%) sementara yang berprofesi
Jumlah 75 2 100.00 0.027
sebagai petani dan wiraswasta hanya sebesar
10.67% dan 5.33%.
Proporsi KLB Keracunan Pangan pada
kelompok usia 1-4 tahun sebesar 1.33%, c. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu
kelompok 5-14 tahun sebesar 5.33% dan 15- Grafik. 1 sebaran penderita berdasarkan waktu
60tahun sebesar 93.33% dengan kasus Pada Kejadian KLB Keracunan Pangan Di
Kampung Cijoho Desa Sirnamekar Kecamatan
meninggal sebanyak 2 orang (CFR=0.027) Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19 Nopember
2019
Tabel 5 Prosentase Kasus Berdasarkan Jenis
Kelamin Pada Kejadian KLB Keracunan
Pangan Di Kampung Cijoho Desa Sirnamekar
Kecamatan Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19
Nopember 2019

Jenis Population Jumlah Kasus %


AR CFR
Kelamin at risk Sakit meninggal kasus

Pria 1110 32 0 42.67 0.029 0

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 158


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

Berdasarkan hasil wawancara, diperoleh


informasi bahwa masa inkubasi terpendek
adalah 30 menit dan masa inkubasi terpanjang
Berdasarkan waktu diketahui jumlah
79.5 jam, dengan jumlah penderita terbanyak
penderita yang tercatat berada pada tanggal 15
ada di masa inkubasi 24 jam (sebanyak 7
nopember dan 16 nopember yaitu sebanyak 32
orang) dan 16 jam (sebanyak 6 orang). Rata-
penderita. Sementara pada tanggal 17
rata masa inkubasi 12.51 jam.
nopember turun drastis menjadi 5 penderita
dan 18 nopember sebanyak 6 penderita.
Tabel. 7 Dugaan Agen Biologi Penyebab
d. Deskripsi Kasus Berdasarkan Etiologi Penyakit dengan Masa Inkubasi Terpendek
Penyakit Pada Kejadian KLB Keracunan Pangan Di
Kampung Cijoho Desa Sirnamekar Kecamatan
Grafik 2 Distribusi Gejala Penyakit Pada Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19 Nopember
Kejadian KLB Keracunan Pangan Di 2019
Kampung Cijoho Desa Sirnamekar Kecamatan
Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19 Nopember No Nama Agent Masa Masa Agent
Penyebab Inkubasi Inkubasi Penyakit
2019
Terpendek Terpendek Disingkirkan
Kasus
1 Staphylococcus 1 jam 30 menit Belum
aureus
2 E. coli 5 jam Belum
3 V. 2 jam Belum
parahaemoliticus
4 V. cholerae 12 jam Belum
5 Bacillus cereus 30 menit Belum
6 Salmonella 6 jam Belum

Berdasarkan masa inkubasi terpendek yaitu 30


Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui menit maka diagnosis banding KLB yang
bahwa gejala yang paling banyak dialami masih mungkin adalah Staphylococcus aureus,
penderita adalah mual (60 orang), diare (52 E. coli, V. parahaemoliticus,
orang) dan demam (34 orang) sementara gejala V.cholerae,Bacillus cereus dan salmonella.
muntah hanya sebanyak 22 orang.
Tabel. 8 Dugaan Agen Biologi Penyebab
Grafik 3 Distribusi Masa Inkubasi Penyakit Penyakit dengan Rata Rata Masa Inkubasi
Pada Kejadian KLB Keracunan Pangan Di Pada Kejadian KLB Keracunan Pangan Di
Kampung Cijoho Desa Sirnamekar Kecamatan Kampung Cijoho Desa Sirnamekar Kecamatan
Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19 Nopember Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19 Nopember
2019 2019

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 159


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414
No Nama Agent Rata- Rata- Agent Pangan Di Kampung Cijoho Desa Sirnamekar
Penyebab rata rata Penyakit Kecamatan Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19
Masa Masa Disingkirkan
Inkubasi Inkubasi
Nopember 2019
Kasus
1 Staphylococcus 2-4 jam 12.51 Disingkirkan Makan Tidak Makan
aureus jam Makanan ARM ARTM Selisih
2 E. coli 10-24 Belum Tidak Tidak
Sakit Sakit
jam sakit Sakit
3 V. 12 jam Disingkirkan
nasi 25 3 0.89 51 4 0.93 0.03
parahaemoliticus
4 Bacillus cereus 8 - 16 Belum
Bihun 56 3 0.95 20 4 0.83 0.12
(enteritis) jam
Daging
61 5 0.92 15 2 0.88 0.04
Ayam
Berdasarkan rata-rata masa inkubasi, maka
Bugis 33 5 0.87 43 2 0.96 0.09
agent penyebab penyakit yang memungkinkan
Uli Ketan 18 1 0.95 58 6 0.91 0.04
adalah E. Coli dan Bacillus Cereus.
Papais 33 4 0.89 43 3 0.93 0.04
Bila dilihat dari dugaan penyebab Agen
Kimiawi dengan rata rata masa inkubasi,
Bila dilihat dari makanan yang di konsumsi,
memungkinkan untuk terjadinya keracunan
sebagian besar penderita mengkonsumsi
timbal. Seperti terlihat pada tabel berikut.
daging ayam (61 orang), dan bihun (56 orang)

Tabel. 9 Dugaan Agen Kimia Penyebab dan orang yang tidak makan daging ayam
Penyakit dengan Masa Inkubasi Terpendek namun sakit sebanyak 15 orang. Hal ini tidak
Pada Kejadian KLB Keracunan Pangan Di
Kampung Cijoho Desa Sirnamekar Kecamatan jauh berbeda dengan orang yang tidak makan
Tegalbuleud Kab. Sukabumi 15-19 Nopember bihun namun sakit (20 orang). Namun bila
2019
dilihat dari selisih attack rate terbesar ternyata
No Nama Rata-rata Rata-rata Agent
Agent Masa Masa Penyakit di duga penyebab keracunan berasal dari
Penyebab Inkubasi Inkubasi Disingkirkan
Kasus
makanan bihun (selisih attact rate = 0.12)
1 keracunan beberapa Disingkirkan
kadmium menit
sampai Faktor Risiko Yang Memungkinkan
beberapa
jam a. Hasil Wawancara dengan penjamah
2 keracunan beberapa Disingkirkan makanan
florida menit
sampai 2
jam
Penjamah Makanan Hanya Anggota
12.51 jam
3 keracunan 30 menit Belum Keluarga Yang Berjumlah 2 Orang,
timbal atau lebih
lama ditambah ibu Holis dan isap. Bapak. Pudin
4 keracunan 30 menit Disingkirkan
timah sampai 2 menyatakan bahwa mereka sudah biasa
jam
5 Keracunan Beberapa Disingkirkan menyelenggarakan syukuran seperti itu
sianida detik sampai
beberapa beberapa kali dan tidak ada kejadian
menit apapun.
6 Keracunan ± 1 jam Disingkirkan
arsenik b. Hasil investigasi lingkungan
Berdasarkan investigasi ke rumah
Tabel 10 Attack Rate Makanan yang di
Konsumsi Pada Kejadian KLB Keracunan penyelenggara syukuran (Bpk. Pudin)

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 160


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

diketahui kondisi geografis berbukit dan - Piring menghasilkan warna hijau


terjal berada di lereng gunung dan muda
lingkungan fisik rumah panggung dengan - Gelas menghasilkan warna hijau muda
sarana sanitasi yang ada terutama air bersih Hasil pemeriksaan tersebut
sangat memprihatinkan, sumber airnya dari menunjukan bahwa alat masak dan
mata air yang terbuka/ tidak terlindung dan alat makan tersebut mengandung
tidak terawat. Selain itu sebgaian besar residu glukosa dan residu protein
masyarakat di desa tersebut masih  Pemeriksaan air pada wadah derijen
menggunakan Jamban Cemplung (BAB ke diketahui menggandung Alumunium
kolam ikan) sebesar 140ppm dan THH sebesar
c. Hasil investigasi makanan 182ppm serta tidak ditemukan merkuri.
Sampel makanan dan feses penderita sudah  Pemeriksaan bahan makanan berupa
diamankan oleh pihak polsek Kalibunder bumbu bawang putih kemiri dan bumbu
dan sebagian sampel tersebut sudah dikirim bawang merah cabai tidak diemukan
ke laboratorium Kesehatan Daerah Probinsi kandungan Sianida dan arsenic.
Jawa Barat di Bandung pada hari Minggu
17 Nopember 2019. Sehingga pada saat SIMPULAN
Tim Kantor Kesehatan Pelabuhan a. Terjadi KLB keracunan Pangan pada
mengadakan investigasi tidak berhasil tanggal 15 Nopember 2019, kasus
melakukan pemeriksaan sampel tersebut. terdistribusi di dua RT (RT 01 dan RT
Dikarenakan sampel tersebut ternyata 03) di Desa Sirnamekar sebanyak 77
sudah dialihkan ke Polsek Tegalbuleud kasus
dimana akses ke polsek Kalibunder b. Attack rate KLB keracunan pangan
membutuhkan waktu 2.5 jam dari lokasi terbesar pada jenis kelamin perempuan
kejadian. (0.041%) dan kelompok umur 15->60
tahun (0.029%)
d. Hasil Pemeriksaan Rapid Test
c. Case Fatality Rate pada KLB Keracunan
 Pemeriksaan alat masak dan usap alat
Pangan sebesar 0.027
makan dilakukan pada katel, panci,
d. Gejala terbanyak pada kejadian KLB
piring dan gelas dengan menggunakan
keracunan pangan ini adalah gejala mual
pemeriksaan Pro Clean untuk
77.9% (60 orang) dan diare 67.5% (52
mengetahui residu protein dan
orang)
pemeriksaan spotcheck plus untuk
e. Kurva epidemik pada kejadian KLB ini
mengetahui residu glukosa didapatkan
berbentuk common source dengan
hasil sebagai berikut :
rentang masa inkubasi 30 menit sampai
- Ketel menghasilkan warna ungu terang
dengan 79.5 jam, dengan mean inkubasi
- Panci menghasilkan warna ungu gelap

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 161


p-ISSN : 1979-2344
JURNAL SEHAT MASADA VOLUME XIV NOMOR 2 Juli 2020 e-ISSN : 2502-5414

12,51 jam. Berdasarkan masa inkubasi Undang – Undang Republik Indonesia No. 4
Tahun 1984, Wabah Penyakit Menular.
diperoleh informasi bahwa agent
Jakarta.
penyebab penyakit yang memungkinkan Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2004,
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.
adalah bakteri E.colli
Jakarta
f. Berdasarkan jenis makanan yang
Departemen Kesehatan RI, 2008, Petunjuk
dimakan, dicurigai bahwa makanan
Teknis Surveilans Keracunan Pangan.
yang berisiko menyebabkan keracunan Jakarta
adalah bihun, dengan selisih attack rate
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
sebesar 0.12 Tahun 2011, Buku Pedoman Penyelidikan
dan Penanggulangan Kejadian Luar
g. Hasil pemeriksaan rapid test pada alat
Biasa Penyakit Menular dan Keracunan
masak didapatkan hasil positif Pangan. Jakarta.
mengandung residu glukosa dan residu
Chin, James, 2009, Manual Pemberantasan
protein Penyakit Menular, Editor Penterjemah :I
Nyoman Kandun. Edisi 17. Jakarta.

REFERENSI Sholah Imari, 2011, Investigasi KLB


Keracunan Pangan. Jakarta.
WHO (2008), FoodBorne Disease Outbreaks :
Guidelines for Investigation and Controls

Jurnal Penelitian Kesehatan STIKes Dharma Husada Bandung 162

Anda mungkin juga menyukai