Anda di halaman 1dari 13

Journal

Reading

EPIDEMIOLOGICAL INVESTIGATION IN DIPHTHERIA


CONTROL IN BANDA ACEH, INDONESIA
Pembimbing :

dr. Budi Muliantoro, Sp. A

Oleh :

Meidy Adlina Firliyani (20190420124)


Jurnal
Pendahuluan
Difteri merupakan penyakit infeksi yang akut dan
menular. Agen penyebabnya adalah Corynebacterium
difteri
Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri masih ditemukan di indonesia.
Insiden difteri relatif tinggi di Aceh.
Di tahun 2018, ada 143 kasus difteri yang dilaporkan.

Dengan adanya wabah atau kejadian luar biasa (KLB) diperlukan


tindakan khusus untuk memutus rantai penyebaran kasus difteri
dan mengurangi jumlah morbiditas atau mortalitas difteri.

Langkah awal yang perlu dipersiapkan adalah untuk membentuk tim difteri yang dapat
bergerak cepat yaitu terdiri dari dokter, tim pengawasan, laboratorium personel dan tenaga
kesehatan lain dengan melakukan prosedur penyelidikan epidemiologi
Penelitian ini bertujuan untuk menguji penerapan pada penyelidikan epidemiologi difteri di Banda
Aceh, Indonesia.
Subjek dan Metode

1. Desain studi 2. Populasi dan Sampel 3. Pengumpulan data

Puskesmas sampel dipilih secara Pengumpulan data


Ini adalah studi kasus ganda
sengaja dengan pengambilan dilakukan dengan
kualitatif. Penelitian dilakukan
di kota Banda Aceh, dari bulan sampel berdasarkan data primer wawancara mendalam
mengenai distribusi difteri selama pada dokter di beberapa
Juni hingga Oktober 2018.
2017 dan 2018 puskesmas.
di Kota Banda Aceh.
Karakteristik Sampel

• Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) yang menjadi sampel penelitian


adalah mereka yang pernah menghadapi kasus difteri dalam rentang waktu
tahun 2017 dan 2018.
• Data Endimisitas sebaran difteri di setiap komunitas Puskesmas diperoleh
dari Dinas Kesehatan Banda Aceh.
• Dari sebelas komunitas Puskesmas di Kota Banda Aceh, lima komunitas
Puskesmas yang diambil sebagai sampel.
• Peneliti mewawancarai dokter sebagai bagian dari tim respons cepat pada
kasus difteri dan sebagai tim yang bertanggung jawab.
• Dari wawancara tersebut diperoleh bahwa penyelidikan epidemiologi di
setiap puskesmas sampel dilakukan dengan koordinasi dengan Dinas
Kesehatan Kota Banda Aceh
Hasil
Tabel 1. Characteristics of the sample

Number of positive Number of positive


Puskesmas Name diphtheria diphtheria
  cases in 2017 cases in 2018
 

Puskesmas A 1 case No case


 
Puskesmas B 4 cases 3 cases
   
   
Puskesmas C 3 cases No case
   
Puskesmas D 1 case No case
   
Puskesmas E 2 cases No case
Hasil

Puskesmas C Puskesmas D Puskesmas E


Puskesmas A Puskesmas B
Dalam rentang Dalam rentang Dalam rentang
Dalam rentang Dalam rentang 2017 - 2018 2017 - 2018 2017 - 2018
2017 - 2018 2017 - 2018 Puskesmas C Puskesmas D Puskesmas E
Puskesmas A Puskesmas B terdapat 3 kasus terdapat 1 kasus terdapat 2 kasus
terdapat 1 kasus terdapat 4 kasus yang dinyatakan yang dinyatakan yang dinyatakan
yang dinyatakan yang dinyatakan positif di tahun positif di tahun positif di tahun
positif di tahun positif di tahun 2017 dan di tahun 2017 dan di tahun 2017 dan di tahun
2017 dan di tahun 2017 dan di tahun 2018 sudah tidak 2018 sudah tidak 2018 sudah tidak
2018 sudah tidak 2018 ditemukan ditemukan adanya ditemukan adanya ditemukan adanya
ditemukan adanya adanya 4 kasus. kasus. kasus. kasus.
kasus.
Hasil
01 • Prosedur penyelidikan epidemiologi ini dimulai dengan mengumpulkan
informasi tentang data pribadi pasien yang diduga difteri (suspek) dan
semua informasi tentang kronologis dari penyakit difteri.

02 • Mengumpulkan informasi orang yang kontak erat dengan pasien yang


terpapar dan karier di lingkungan pasien seperti tetangga, teman bermain,
teman sekolah dan guru di sekitar lingkungan yang dicurigai.

03 • Rangkaian selanjutnya adalah pemeriksaan dari spesimen hidung atau


tenggorokan. Pemeriksaan juga harus dilakukan pada orang-orang yang
kontak erat dengan pasien dan kemungkinan karier.

04 • Tahap selanjutnya adalah profilaksis untuk pencegahan, diberikan pada


orang-orang yang kontak erat dan kemungkinan karier. Tugas dokter
adalah memberikan edukasi kepada seluruh anggota keluarga penderita
tentang resiko penularan difteri dan menjelaskan pentingnya profilaksis
sebagai obat pencegahan, prosedur pemberian profilaksis dan bagaimana
efek sampingnya.
Hasil
05• Semua yang mengalami kontak langsung terhadap pasien positif difteri
diberikan antibiotik eritromisin dengan dosis 4 x 500 mg selama tujuh hari.

• Adapun kendala yang sering dijumpai yaitu :

o Data pasien yang tidak valid dan banyak keluarga pasien yang tidak
kooperatif dalam memberikan informasi kepada tim pengawasan,
bahkan adanya perlawanan dari masyarakat.

o Pengumpulan data pribadi warga sekitar di wilayah puskesmas B


diketahui belum lengkap, hanya melakukan pengumpulan data
kontak erat di rumah pasien saja. Tidak ada pengumpulan data
yang dilakukan tentang kemungkinan kontak erat di lingkungan
sekitar pasien dan karier.

o Keterbatasan tenaga ahli laboratorium di Kota Banda Aceh yang


menjadi kendala bagi puskesmas untuk memeriksa specimen.

o Karena di Puskesmas B terbatas pengumpulan datanya sehingga


profilaksis tidak mencakup keseluruhan orang-orang yang kontak
langsung atau karier yang dicurigai.
Diskusi
• Penyelidikan epidemiologi adalah aktivitas yang dilakukan secara terencana
untuk menyelidiki kasus kesehatan yang terjadi di suatu wilayah kerja.
Penyelidikan berkaitan dengan bagaimana cara kronologis kasus itu terjadi,
mengkonfirmasi diagnosis, mencari kasus tambahan, dan memastikan
apakah ada wabah dan bertujuan untuk menentukan faktor risiko difteri agar
penyebaran difteri ini dapat dihentikan segera
• Berdasarkan tahapan prosedur disiapkan oleh Kementerian Kesehatan RI
Republik Indonesia, kejadian difteri harus dilaporkan dalam waktu kurang dari
24 jam sejak kasus tersebut ditemukan
• Penyelidikan epidemiologi sebagai bentuk pencegahan wabah difteri di kota
banda aceh umumnya sudah mencoba dilakukan secara optimal di setiap
puskesmas. Puskesmas telah melakukan tahap penyelidikan epidemiologis
secara lengkap terbukti mampu memberantas kejadian difteri di area kerja
mereka.
Diskusi
• Pengawasan kinerja tim diperlukan, tidak hanya mengandalkan
penerapan penyelidikan epidemiologi untuk petugas lapangan seperti
pengawasan, tapi dokter juga dituntut untuk bisa mengawasi tahapan
melakukan investigasi epidemiologi sehingga tidak ada lagi tahapan
yang terlewat memutus rantai distribusi difteri.

• Peran dokter sebagai orang yang termasuk dalam tugas tim gerak cepat
difteri diperlukan untuk mengawasi prosedur penyelidikan epidemiologi.
Dokter diharapkan dapat berperan aktif, tidak hanya menyerahkan
semua penyelidikan epidemiologi ini ke petugas lapangan.
Kesimpulan

Insert Your Image


Penelusuran epidemiologi berperan penting
dalam memutus rantai distribusi difteri.
Apabila ada yang terlewatkan dalam tahapan
penelusuran epidemiologi ini dapat
memberikan celah untuk perkembangan kasus
difteri dalam lingkungan Hidup.
Puskesmas yang melaksanakannya dengan
lengkap pada tahap penelusuran epidemiologi
ini terbukti mampu memberantas kejadian
difteri di wilayah kerjanya.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai