Anda di halaman 1dari 21

REFRAT

HUBUNGAN ANTARA TERAPI


HIPERBARIK OKSIGEN DENGAN
KEJADIAN BAROTRAUMA PARU
Anatomi Paru
Fisiologi Paru
a. Pernapasan luar yaitu proses penyerapan oksigen
(O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2) secara
keseluruhan.
b. Pernapasan dalam yaitu proses pertukaran gas
antar sel jaringan dengan cairan sekitarnya
(penggunaan oksigen dalam sel).
Kapasitas dan Volume Paru
Barotrauma
 Definisi
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan
sequelenya akibat ketidakseimbangan antara
tekanan udara rongga fisiologis dalam tubuh
dengan tekanan lingkungan di sekitarnya
Pembagian Barotrauma
 Berdasarkan patogenesisnya, barotrauma dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu: barotrauma waktu
turun (Descent barotrauma) dan barotrauma waktu
naik (ascent barotrauma)
 Berdasarkan organ yang terkena, maka barotrauma
dapat dibedakan menjadi: barotrauma telinga,
barotrauma paru, barotrauma gigi, barotrauma
wajah, kulit dan barotrauma intestinal
Barotrauma Paru

 Barotrauma Paru Waktu Turun (Descent)


Barotrauma ini terjadi saat pengurangan volume
paru-paru melampaui batas akibat dari tekanan di
sekitarnya

Kerusakan jaringan paru pada barotrauma ini


(squeeze),
 Barotrauma Paru Waktu Naik (Ascent)
 Kerusakan jaringan paru
 Emfisema surgikalis
 Pneumothorak
 Emboli udara
Terapi Oksigen Hiperbarik
 Definisi terapi oksigen hiperbarik adalah
pemberian oksigen tekanan tinggi untuk
pengobatan yang dilaksanakan dalam Ruang Udara
Bertekanan Tinggi (RUBT).
Indikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

 Indikasi mutlak terapi oksigen hiperbarik adalah


(Riyadi, 2013):
 Emboli gas
 Decompression sickness
 Keracunan gas karbon monoksida
KONTRA INDIKASI HBO
 ABSOLUTE = UNTREATED PNEUMO
THORAX
 RELATIVE
HUBUNGAN ANTARA TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK DENGAN BAROTRAUMA PARU

 Terapi utama barotrauma waktu descent adalah


dengan memberikan oksigen 100%menggunakan
intermittent positive pressure (ventilator) tanpa
perlu diberikan tekanan yang hiperbarik.
 Pada kerusakan jaringan paru, terapi utama yang
digunakan adalah inhalasi oksigen 100% agar
tercapai kadar gas yang memadai dalam sistem
arteri. Penggunaan terapi oksigen hiperbarik
sebaiknya dihindari apabila tidak mutlak
diperlukan, karena dapat memperluas kerusakan
jaringan paru (Riyadi, 2013).
 Pada emfisema surgikalis dimana terjadi
penyebaran gas ke pembuluh darah besar, jalan
nafas dan bahkan bisa ke mediastinum, subkutan,
maupun di pericardium, maka terapi yang diberikan
merupakan terapi simtomatis dan dapat diberikan
inhalasi gas oksigen 100% pada tekanan atmosfer
(Unsworth, 1973). Terapi oksigen hiperbarik dapat
diberikan apabila terjadi emfisema mediastinalis
yang berat, juga pada emfisema surgikalis yang
diikuti dengan adanya emboli udara (Riyadi, 2013).
 Terapi untuk pasien dengan pneumothorax adalah
dengan pemberian oksigen secara intermittent
tanpa tekanan positif, analgesik, bed rest, dan
fisioterapi. Pneumothorax tidak memerlukan terapi
rekompresi / oksigen hiperbarik, karena dengan
terapi rekompresi, pneumothorax akan cepat hilang
gejalanya tetapi pada saat dekompresi, gejala
tersebut akan muncul bahkan memburuk menjadi
tension pneumothorax.
 Emboli udara merupakan keadaan yang emergency
dan membutuhkan penanganan segera. Terapi
rekompresi dengan oksigen hiperbarik mutlak
diperlukan agar gelembung gas dapat larut dan
tidak terjadi kerusakan/kematian jaringan akibat
hipoksia.
 Dengan tekanan 6 ATA, ukuran emboli dikurangi menjadi
1/6nya, sehingga dapat melewati pembuluh-pembuluh
darah. Segera setelah gelembung udara tersebut mengecil,
maka diberikan oksigen untuk mempermudah
absorpsinya. Apabila keadaan gawat dan jauh dari tempat
yang menyediakan terapi rekompresi, maka penyelam
dapat direkompresi dengan melakukan penyelaman lagi
pada kedalaman 9 meter menggunakan oksigen 100%
lewat full face mask selama 30 sampai 120 menit, setelah
itu kecepatan naik ke permukaan 1 meter/12 menit. Proses
naik boleh dihentikan bila perbaikan klinis berkurang.

Anda mungkin juga menyukai