Anda di halaman 1dari 25

Pengaruh Pool Therapy Terhadap VO2 Max Penderita

Asma Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah


Surakarta Pada Tahun 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penyakit asma hingga kini masih tergolong penyakit yang tidak dapat disembuhkan.
Polusi udara dan kurangnya kebersihan lingkungan yang terdapat di kota-kota besar
merupakan faktor yang sangat dominan meningkatnya serangan penyakit asma di
Indonesia. Pada tahun 2005, WHO menginformasikan jumlah penderita asma di dunia
mencapai 100 - 150 juta orang, sedangkan di Indonesia mencapai 2 juta orang. Penyakit
yang memiliki gejala seperti dada sesak dan napas bunyi (mengik) ini akibat faktor
genetik dan lingkungan. Kedua faktor tersebut saling berkaitan dalam mekanisme
timbulnya gejala asma.

Asma merupakan penyakit jangka panjang yang dapat menyebabkan penderitanya


sulit bernapas, batuk-batuk, dan mengalami mengi ketika kambuh. Pada tiap orang,
tingkat keparahan penyakit ini berbeda-beda, dan umumnya dapat dikendalikan dengan
baik.

Asma terjadi ketika saluran napas atau bronkus mengalami radang. Bronkus yang

berbentuk seperti tabung kecil ini berfungsi untuk membawa udara masuk dan keluar

dari paru-paru. Bronkus penderita asma pada umumnya lebih sensitif dari orang-orang

lain dan lebih gampang mengalami radang.

Asma merupakan salah satu masalah kesehatan yang bisa menyebabkan disabilitas
(ketidakmampuan) penderita. Serangan asma memang tidak bisa ditebak dan biasanya

1
mendadak. Begitu orang yang menderita asma terkena bahan penyebab alergi, ia pasti
langsung susah bernapas. Banyak faktor yang menimbulkan serangan asma misalnya,
lingkungan, bahan alergen (penyebab alergi), infeksi saluran napas dan polusi udara.
Asma dapat menurunkan VO2max paru,sehingga metabolism dalam tubuh terganggu.
VO2max adalah kemampuan pengambilan oksigen dengan kapasitas
maksimal untuk digunakan oleh tubuh dalam satuan ml/kgBB/menit. VO2max
umumnya digunakan untuk menentukan kemampuan aerobic, dimana kemampuan
aerobic akan berkaitan dengan sistem kardio dan sistem respirasi. Padahal dengan
aktifitas berenang serangan asma bisa berkurang Ini bisa dilakukan oleh orang dewasa
maupun anak-anak. Terutama penderita asma anak, renang sangat dianjurkan. Gerakan
berirama teratur membantu pola perna
pasannya lebih stabil.

Hidro therapy atau terapi air adalah metode perawatan dan penyembuhan dengan
menggunakan air untuk mendapatkan efek-efek terapis (Chaiton, 2002). Secara khusus,
air memiliki kualitas untuk mencapai respon tubuh yang bisa menyembuhkan simpton-
simpton dan meningkatkan mekanisme tubuh dalam menghadapi ancaman eksternal.
Media air bisa
digunakan karena faktor buoyancy (keterapungan) baik di kolam renang maupun kolam
terapi. Air dapat digunakan sebagai terapi dalam kondisi panas, hangat, netral
(temperatur
tubuh), dingin, atau dalam kondisi beku (es).

2
B. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh hydrotherapy terhadap VO2Max penderita asma pada
mahasiswa universitas muhammadiyah Surakarta pada tahun 2015?

C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh hydrotherapy terhadap VO2Max penderita asma pada
mahasiswa universitas muhammadiyah Surakarta pada tahun 2015

D. Manfaat Penelitian
Memperoleh inormasi dan pengaruh dari hydrotherapy terhadap VO2Max penderita
asma.
Memperoleh informasi tentang latihan renang yang sesuai untuk penyakit asma.

BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi fungsional paru

1. Deinisi

1.    Sistem respirasi


Istilah pernapasan yang lazim digunakan, mencakup dua proses pernapasan luar
(eksterna), yaitu penyerapan oksigen dan pengeluaran karbondioksida dari tubuh secara
keseluruhan; serta pernapasan dalam (interna) yaitu penggunaan oksigen dan
pembentukan karbondioksida oleh sel-sel serta pertukaran gas antara sel-sel tubuh
dengan media cair sekitarnya. Sistem pernapasan terdiri dari organ pertukaran gas
(paru) dan sebuah pompa ventilasi paru. Pompa ventilasi itu terdiri atas dinding dada,
otot-otot pernapasan, yang memperbesar dan memperkecil ukuran rongga dada; pusat
pernapasan di otak yang mengendalikan otot pernapasan; serta jaras dan saraf yang
menghubungkan pusat pernapasan dengan otot pernapasan.
Pada keadaan istirahat, frekuensi pernapasan manusia normal berkisar antara 12-
15 kali permenit. Satu kali bernapas, sekitar 500 ml udara, atau 6-8 ml udara permenit
dimasukkan dan dikeluarkan dari paru-paru. Udara ini akan bercampur dengan gas
yang terdapat dalam alveoli, dan selanjutnya oksigen masuk ke dalam darah di kapiler
paru, sedangkan karbondioksida masuk ke dalam alveoli, melalui proses difusi
sederhana. Dengan cara ini, 250 ml oksigen per menit masuk ke dalam tubuh dan 200
ml karbondioksida akan dikeluarkan.
2. Saluran udara
Setelah melalui saluran hidung dan faring, tempat udara pernapasan dihangatkan
dan dilembabkan dengan uap air, udara inspirasi berjalan menuruni trakea, melalui
bronkiolus, bronkiolus respiratorius dan duktus alveolaris sampai ke alveoli.
Antara trakea dan sakus alveolaris terdapat 23 kali percabangan saluran udara. Enam
belas percabangan pertama saluran udara merupakan zona konduksi yang menyalurkan
udara dari dan ke lingkungan luar. Bagian ini terdiri dari bronkus, bronkiolus dan
bronkiolus terminalis. Tujuh percabangan berikutnya merupakan zona peralihan dan
zona respirasi, tempat terjadinya pertukaran gas, dan terdiri dari bronkiolus

2
respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli. Adanya percabangan udara saluran
majemuk ini sangat meningkatkan luas total penampang melintang saluran udara dari
2,5 cm2 di trakea menjadi 11.800 cm2 di alveoli. Akibatnya, kecepatan aliran udara di
dalam saluran udara kecil dan sangat menurun mencapai nilai yang rendah.
Tiap alveolus dikelilingi oleh pembuluh darah kapiler paru. Pada sebagian besar
tempat, udara dan darah dipisahkan hanya oleh epitel alveoli dan endotel kapiler, jadi
jarak yang memisahkan keduanya adalah sekitar 0,5 µm. pada manusia didapatkan tiga
ratus juta alveoli, dan luas keseluruhan dinding alveoli yang berhubungan dengan
pembuluh kapiler dalam kedua paru sekitar 70 m2.
Tiap alveolus dilapisi oleh dua jenis sel epitel. Sel tipe I merupakan sel gepeng yang
memiliki perluasan sitoplasma yang besar dan merupakan sel pelapis utama. Sel tipe II
(pneumosit glanular) lebih tebal dan mengandung banyak badan inklusi lamellar. Sel –
sel ini mensekresi surfaktan (Ganong, 1992).

3.      Mekanika pernapasan

Paru dan dinding dada adalah struktur elastik. Pada keadaan normal, hanya
ditemukan selapis tipis cairan diantara diantara paru dan dinding dada. Paru dengan
mudah dapat bergeser sepanjang dinding dada, tetapi sukar untuk dipisahkan, seperti
halnya dua lempeng kaca yang direkatkan dengan air dapat digeser tetapi tidak dapat
dipisahkan. Tekanan dalam ruang antara paru dan dinding dada (tekanan pleura)
bersifat subatmosferik. Pada saat kelahiran, jaringan paru dikembangkan sehingga
teregang, dan pada akhir ekspirasi tenang, kecenderungan daya recoil jaringan paru
untuk menjauhi dinding dada diimbangi oleh daya rekoil dinding dada ke arah
berlawanan. Apabila dinding dada dibuka, paru akan kolaps; dan apabila paru
kehilangan elastisitasnya, dada akan mengembang menyerupai bentuk gentong (barrel
shaped).
Inspirasi merupakan proses aktif. Kontraksi otot-otot inspirasi akan meningkatkan
volume intratorakal. Tekanan intrapleura di bagian basis paru akan turun dari nilai
normal sekitar -2,5 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfer) pada awal inspirasi,
menjadi -6 mmHg. Jaringan paru semakin teregang. Tekanan di dalam saluran udara
menjadi sedikit lebih negative, dan udara mengalir ke dalam paru. Pada akhir inspirasi

3
daya rekoil paru mulai menarik dinding dada kembali kekedudukan ekspirasi, sampai
tercapai keseimbangan kembali antara daya rekoil jaringan paru dan dinding dada.
Tekanan dalam saluran udara menjadi sedikit lebih positif dan udara mengalir
meninggalkan paru.selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan proses pasif yang
tidak memerlukan kontraksi otot untuk menurunkan volume intratorakal. Namun, pada
awal ekspirasi, masih terdapat kontraksi ringan otot inspirasi.
Pada inspirasi kuat, tekanan intrapleura turun mencapai -30 mmHg, menimbulkan
pengembangan jaringan paru yang lebih besar. Apabila ventilasi meningkat, derajat
pengempisan jaringan paru juga ditingkatkan melalui kontraksi aktif otot-otot ekspirasi
yang menurunkan volume intratorakal.

4.      Otot – otot pernapasan

a.      Otot – otot inspirasi:


Gerakan diafragma menyebabkan perubahan volume intratorakal sebesar 75%
selama inspirasi tenang. Otot diafragma melekat di sekelilinh bagian dasar rongga
thoraks, membentuk kubah di atas hepar dan bergerak ke arah bawah seperti piston
pada saat berkontraksi. Jarak pergerakan diafragma berkisar antara 1,5 cm sampai 7 cm
saat inspirasi.
Muskulus interkostalis internus, yang berjalan dari iga ke iga secara miring ke
arah bawah ke depan. Iga-iga berputar seolah-olah bersendi di bagian punggung,
sehingga ketika otot interkostalis eksternus berkontraksi, iga-iga di bawahnya akan
terangkat. Gerakan ini akan mendorong sternum ke luar dan memperbesar diameter
anteroposterior rongga dada. Diameter transversal juga membesar, tetapi dalam derajat
yang lebih kecil. Setiap otot interkostalis eksternus ataupun diafragma dapat
mempertahankan ventilasi yang adekuat pada keadaan istirahat.
Muskulus skaleneus dan sternokleidomastoideus di leher merupakan otot-otot inspirasi
tambahan yang ikut membantu mengangkat rongga dada pada pernapasan yang sukar
dan dalam.

b.         Otot – otot ekspirasi:

4
Apabila otot ekspirasi berkontraksi, volume intratoraks menurun dan terjadi
ekspirasi paksa. Kemampuan ini dimiliki oleh otot-otot interkostalis internus karena
otot-otot ini berjalan miring kearah bawah dan belakang dari iga ke iga, sehingga pada
waktu berkontraksi akan menarik rongga bawah dada ke bawah. Kontraksi otot dinding
abdomen anterior juga ikut membantu proses ekspirasi dengan cara menarik iga-iga ke
bawah dan ke dalam serta dengan meningkatkan tekanan intra abdominal yang akan
mendorong diafragma ke atas (Ganong, 1992).

Tabel dibawah ini menunjukkan otot-otot pernapasan beserta fungsi dan mekanisme

kerjanya:

TABEL 1.1
Otot-otot pernapasan
Waktu
Hasil
Fungsi Stimulasi
Otot Kontraksi
untuk
Otot
Kontraksi
Inspirasi Diafrag Bergerak Setiap
ma turun, inspirasi,
meningkatka otot primer
n dimensi inspirasi
vertikal
rongga toraks
Otot Mengangkat Setiap
antar iga iga ke arah inspirasi,
eksterna depan dan ke berperan
l arah luar, komplemen
memperbesar ter
rongga toraks sekunder
dalam terhadap
dimensi aksi primer
depan ke diafragma
belakang dan
sisi ke sisi
Otot- Mengangkat Hanya pada
otot sternum dan saat
leher dua iga inspirasi
(skalene pertama, paksa, otot
us, memperbesar inspirasi

5
sternokl bagian atas tambahan
eidomas rongga toraks
toideus)
Ekspirasi Otot- Meningkatka Hanya pada
otot n tekanan saat
abdome intra ekspirasi
n abdomen, aktif
yang (paksa)
menimbulkan
gaya ke atas
pada
diafragma
untuk
mengurangi
dimensi
vertikal
rongga toraks
Otot- Mendatarkan Hanya
otot toraks dengan sewaktu
antar iga menarik iga- ekspirasi
internal iga ke bawah aktif
dan ke dalam, (paksa)
menurunkan
ukuran depan
belakang dan
samping
rongga toraks
Sumber: Sherwood, 2001

5. Volume dan kapasitas paru normal

Berikut ini adalah nilai volume paru normal yang dimiliki manusia. (1) Tidal Volume

(TV). Volume udara yang masuk atau keluar paru-paru selama satu kali bernapas. Nilai

rata-rata dalam keadaan istirahat = 500 ml. (2) Volume Cadangan Inspirasi (VCI).

Volume tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi tidal volume istirahat.

VCI dihasilkan oleh kontraksi maksimum diafragma otot antar iga eksternal dan otot

6
inspirasi tambahan. Nilai rata-ratanya = 3500 ml. (3) Volume Cadangan Ekspirasi

(VCE). Expiratory reserve volume. Volume tambahan udara yang dapat secara aktif

dikeluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara yang dikeluarkan secara pasif

pada akhir tidal volume biasa. Nilai rata-rata = 1000 ml. (4) Volume Residual (VR).

Volume minimum udara yang tersisa di paru bahkan setelah ekspirasi maksimum. Nilai

rata-rata = 1200 ml.

Berikut ini adalah nilai kapasitas paru normal yang terdapat pada manusia. (1)

Kapasitas Inspirasi (KI). Volume maksimum udara yang dapat dihirup pada akhir

ekspirasi normal tenang (KI = VCI + TV). Nilai rata-rata = 3500 ml. (2) Kapasitas

Residual Fungsional (KRF). Volume udara di paru pada akhir ekspirasi pasir normal

(KRF = VCE + VR). Nilai rata-rata = 2200 ml. (2) Kapasitas Vital (KV) volume

maksimal udara yang dapat dikeluarkan selama satu kali bernapas setelah inspirasi

maksimum. Subyek mula-mula melakukan ekspirasi maksimum kemudian melakukan

inspirasi maksimum (KV = VCI + TV + VCT). Nilai rata-rata = 4500 ml. (3) Kapasitas

Paru Total (KPT). Volume udara maksimal yang dapat ditampung oleh paru-paru (KPT

= KV + VR). Nilai rata – rata = 5700 ml. (4) Volume Ekspirasi Paksa dalam satu detik

(Forced Expiratory Volume). Volume udara yang dapat di ekspirasi selama detik

pertama ekspirasi dalam menentukan KV. Biasanya Forced Expiratory Volume (FEV)

sekitar 80% yaitu dalam keadaan normal 80% udara yang dapat dipaksa keluar dari

paru-paru yang mengembang maksimum dapat dikeluarkan dalam 1 detik pertama.

Manfaat pengukuran volume dan kapasitas paru adalah sebagai petunjuk untuk

mengetahui berbagai penyakit saluran pernapasan (Sherwood, 2001).

7
B. VO2 Maximal

1. Definisi

2. VO2 (pemakaian oksigen) merupakan ukuran dari volume oksigen yang

digunakan tubuh kita untuk mengubah energi dari makanan ke energi molekuler yang

disebut Adenosin Triphosphat (ATP) yang digunakan tubuh pada tingkat sel. VO2

maksimal (konsumsi oksigen maksimum) adalah volume oksigen maksimal yang dapat

dicapai oleh seseorang.

3. VO2 dan VO2 maksimal sangat dibutuhkan saat melakukan latihan karena kedua

hal tersebut yang menentukan kemampuan tubuh dalam menghasilkan ATP dan ATP

adalah sumber energi yang membuat otot tetap bekerja selama melakukan aktivitas dan

latihan. Selama melakukan aerobic atau latihan yang mempengaruhi daya tahan, seiring

dengan meningkatnya intensitas latihan volume oksigen juga akan meningkat. Dengan

peningkatan intensitas volume oksigen secara terus menerus maka seseorang akan

dapat mencapai konsumsi oksigen secara maksimal. Hal inilah yang disebut dengan

konsumsi oksigen secara maksimal (Plowman; Smith 2003).

Konsumsi oksigen maksimum bergantung pada tiga sistem. Sistem pernapasan penting

untuk ventilasi dan pertukaran oksigen serta karbondioksida antara udara dan darah di

paru. Sistem sirkulasi diperlukan untuk menyalurkan oksigen ke otot yang bekerja.

Akhirnya, otot-otot harus memiliki enzim-enzim oksidatif untuk memakai oksigen yang

disampaikan kepada mereka.

Olahraga aerobik yang teratur dapat meningkatkan VO2 maksimal dengan membuat

jantung dan sistem pernapasan lebih efisien, sehingga penyaluran oksigen ke otot yang

8
aktif lebih banyak. Otot yang berolahraga itu sendiri menjadi semakin mampu

menggunakan oksigen yang disalurkan kepada mereka. Jumlah kapiler fungsional

meningkat, demikian juga jumlah dan ukuran mitokondria, yang mengandung enzim-

enzim oksidatif (Sherwood, 2001).

Tingkat Kebugaran dapat diukur dari volume seseorang dalam mengkonsumsi oksigen

saat latihan pada volume dan kapasitas maksimum. Kelelahan yang dirasakan akan

menyebabkan turunnya konsentrasi sehingga tanpa konsentrasi yang prima terhadap

suatu permainan, sudah hampir dipastikan kegagalan yang akan diterima. Cepat atau

lambatnya kelelahan seseorang dapat diperkirakan dari kapasitas aerobik yang kurang

baik.

Kapasitas aerobik menunjukkan kapasitas maksimal oksigen yang dipergunakan oleh

tubuh (VO2 maksimal). Dan seperti kita tahu, oksigen merupakan bahan bakar tubuh

kita. Oksigen dibutuhkan oleh otot dalam melakukan setiap aktivitas berat maupun

ringan. Dan semakin banyak oksigen yang diasup/diserap oleh tubuh menunjukkan

semakin baik kinerja otot dalam bekerja sehingga zat sisa-sisa yang menyebabkan

kelelahan jumlahnya akan semakin sedikit. VO2 maksimal diukur dalam banyaknya

oksigen dalam liter per menit (l/min) atau banyaknya oksigen dalam mililiter per berat

badan dalam kilogram per menit (ml/kg/min). Tentu, semakin tinggi VO 2 maksimal,

yang bersangkutan juga akan memiliki daya tahan dan stamina yang istimewa (Zudine,

2009). Kekuatan aerobik maksimal, VO2 maksimal, adalah pengukuran yang diperoleh

dari kapasitas sistem kardiovaskuler dalam mengalirkan darah ke otot-otot besar yang

dilibatkan atau terlibat dalam kerja atau latihan secara dinamis. Program latihan daya

tahan yang dapat meningkatkan VO2 maksimal dapat dilakukan selama 15-60 menit.

9
Latihan yang dilakukan selama 2-3 bulan dapat meningkatkan VO2 maksimal sebesar

15% (Powers et al, 1990).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar VO 2 maksimal pada tubuh menurut

Wiesseman yang dikutip oleh Kuntaraf (1992):

a. . Jenis kelamin

Setelah masa pubertas wanita dalam usianya yang sama dengan pria umumnya

mempunyai konsumsi oksigen maksimal yang lebih rendah dari pria.

b. Usia

Setelah usia 20-an VO2 maksimal menurun dengan perlahan-lahan. Dalam usia 55

tahun, VO2 maksimal lebih kurang 27% lebih rendah dari usia 25 tahun. Dengan

sendirinya hal ini berbeda dari satu dengan orang yang lain. Mereka yang mempunyai

banyak kegiatan VO2 maksimal akan menurun secara perlahan.

c. Keturunan

Seseorang mempunyai potensi yang lebih besar dari orang lain untuk mengkonsumsi

oksigen yang lebih tinggi dan mempunyai suplai pembuluh darah kapiler yang lebih

baik terhadap otot-otot, mempunyai kapasitas paru-paru yang lebih besar, dapat

mensuplai haemoglobin dan sel darah merah yang lebih banyak serta jantung yang

lebih kuat. Dilaporkan bahwa konsumsi oksigen maksimum bagi mereka yang kembar

identik sangat sama.

d. Komposisi tubuh

Walaupun VO2 maksimal dinyatakan dalam beberapa mililiter oksigen yang

dikonsumsi per kilogram berat badan, perbedaan komposisi tubuh seseorang

10
menyebabkan konsumsi yang berbeda. Misalnya tubuh mereka yang mempunyai lemak

dengan persentasi tinggi mempunyai konsumsi oksigen maksimum yang lebih rendah.

Bila tubuh berotot kuat, VO2 maksimal akan lebih tinggi. Sebab itu, jika dapat

mengurangi lemak dalam tubuh, konsumsi oksigen maksimal dapat bertambah tanpa

tambahan latihan.

e. Latihan/olahraga

Kita dapat memperbaiki VO2 maksimal dengan olahraga atau latihan. Dengan latihan

daya tahan yang sistematis, akan memperbaiki konsumsi oksigen maksimal dari 5%

sampai 25%. Proses berlatih yang dilakukan secara teratur, terencana berulang-ulang

dan semakin lama semakin bertambah bebannya, serta dimulai dari yang sederhana ke

yang lebih kompleks (Sistematis dan Metodis). Penelitian menunjukkan bahwa laki-laki

usia 65-74 tahun dapat meningkatkan VO2 maksimal sekitar 18% setelah berolahraga

secara teratur selama 6 bulan (Wiesseman, dalam Kuntaraf, 1992).

1. TABEL 1.2
2. Klasifikasi VO2 maksimal normal
Excell Very Very
Gender Age Good Average Fair Poor
ent Good Poor
18-20 >63 62-57 56-51 50-46 45-39 38-33 <33
Male 21-25 >62 62-56 55-51 50-45 44-38 37-32 <32
26-30 >59 59-55 54-48 47-42 41-36 35-30 <30
18-20 >53 53-48 47-43 42-38 37-33 32-28 <28
Female 21-25 >50 50-46 45-42 41-36 35-33 31-27 <27
26-30 >48 48-44 43-40 39-35 34-31 30-26 <26
3. Sumber: Shvartz; Reibold, 1990

Dalam hal ini pengukuran menggunakan 12 minutes run/walk test menurut Cooper,

karena subyek dalam penelitian ini adalah subyek sehat dan tes tersebut cocok

digunakan untuk subyek sehat dari segala usia baik dewasa muda atau dewasa tua. 12

11
minutes run/walk tes adalah salah satu alat pengukuran yang digunakan untuk

mengidentifikasikan kapasitas maksimum oksigen seseorang selama melakukan latihan.

Pengukuran tersebut dapat menunjukkan berapa liter oksigen yang dapat dihantarkan

supaya otot dapat bekerja dengan baik tiap menitnya. Tujuan dari tes ini adalah untuk

menentukan tingkat kebugaran seseorang dan kemampuan seseorang untuk

memanfaatkan oksigen dalam melakukan suatu kegiatan. Tes ini dapat disesuaikan

dengan kemampuan subyek.

4. 12 minutes run/walk test menurut Cooper menginstruksikan kepada subyek untuk

berlari atau berjalan sejauh yang mereka bisa selama 12 menit. Tes ini dilakukan di

dalam trak yang telah disediakan dan ditandai sebelumnya. Validitas dari tes ini

menunjukkan coeficient corelation sebesar 0,90 (r = 0,90). Reliabilitas dari tes ini

tergantung pada seringnya subyek melakukan olahraga dan kelincahan subyek tersebut.

Keuntungan dari tes ini adalah tidak memerlukan biaya yang banyak dan dapat

dilakukan dalam kelompok besar sekaligus serta mudah untuk dilaksanakan

(Cooper,1968).

Rumus VO2 maks = (22,351xjarak(km))-11,288

r=0,90

C. Pool therapy
1. Definisi

Hidro therapy atau terapi air adalah metode perawatan dan penyembuhan dengan

menggunakan air untuk mendapatkan efek-efek terapis (Chaiton, 2002). Secara khusus,

air memiliki kualitas untuk mencapai respon tubuh yang bisa menyembuhkan simpton-

12
simpton dan meningkatkan mekanisme tubuh dalam menghadapi ancaman eksternal.

Media air bisa digunakan karena faktor buoyancy (keterapungan) baik di kolam renang

maupun kolam terapi. Air dapat digunakan sebagai terapi dalam kondisi panas, hangat,

netral (temperatur

tubuh), dingin, atau dalam kondisi beku (es).

Hidro therapy sesungguhnya merupakan metode terapi dengan pendekatan “lowtech”

yang mengandalkan pada respon-respon tubuh terhadap air. Beberapa keuntungan yang

diperoleh dari terapi air antara lain: untuk mencegah flu/demam, memperbaiki fertilitas,

menyembuhkan kelelahan, meningkatkan fungsi imunitas, meningkatkan energy tubuh,

dan membantu kelancaran sirkulasi darah (Chaiton, 2002; Bates A, & Hansen N,1996).

Salah satu contoh perawatan terapi air yang sederhana adalah dengan cara mandi

dengan air yang lebih dingin dari biasanya. Dengan mandi air yang lebih dingin

memungkinkan tubuh mengeluarkan jumlah dan pannjang dingin yang lebih lama.

Air adalah media yang sangat ideal bagi program latihan dan rehabilitasi, ketika

berdiri pada kedalaman sebahu maka terjadi pengurangan berat badan sebesar 90%,

selain itu air mengurangi tekanan muskuloskeletal dan persendian (Rujito, 2008).

Contoh lainnya ialah terapi kolam renang dengan air hangat yang memberi dampak

kebebasan bergerak bagi pasien dan mengurasi rasa sakit. Terapi di dalam kolam

renang memungkinkan untuk berdiri bebas tanpa pegangan sehingga memiliki manfaat

tidak terjadi benturan dan tekanan

sebagaimana bila dilakukan di darat. Artinya, terapi dengan media kolam renang sangat

banyak manfaatnya pada penderita dengan gangguan muskuloskeletal.

13
Hukum-hukum Hidrodinamika

Keuntungan-keuntungan terapi di dalam kolam renang selain faktor keunggulan

sifat-sifat zat cair itu sendiri seperti pada hukum archimides dan hukum pascal, juga

karena faktor yang bersifat psikologis berupa rekreasi dan hiburan sehingga pasien

tidak merasa jenuh dan bosan (Rujito, 2008). Apalagi apabila kolam renang memiliki

suhu temperatur

yang bisa dirubah panas atau dingin, dan memiliki mesin turbulensi untuk

menyemprotkan air sebagai pemijatan dan rileksasi. Zat cair memiliki sifat-sifat yang

unik berbeda dengan jenis zat yang lain. Di bawah ini merupakan penjelasan dasar

mengenai hukum pascal dan hukum archimides.

Hukum Pascal

Hukum Pascal mengatakan bahwa:“tekanan pada suatu titik akan diteruskan

kesemua titik lain secara sama”. Artinya bila tekanan pada suatu titik dalam zat cair

ditambah dengan suatu harga, maka tekanan semua titik di tempat lain pada zat cair

yang sama akan bertambah dengan harga yang sama pula.

Hukum Archimedes

14
Salah satu hukum hidrostatika yang lain adalah hukum Archimedes yang

mengatakan bahwa:“Setiap benda yang berada dalam satu fluida maka benda itu akan

mengalami gaya ke atas, yang disebut gaya apung, sebesar berat air yang

dipindahkannya”. Hukum ini juga bukan suatu hukum fundamental karena dapat

diturunkan dari hukum newton juga. Bila gaya archimedes sama dengan gaya berat W

maka resultan gaya = 0 dan benda melayang .

Bila FA>W maka benda akan terdorong keatas akan melayang

Bila FA<W maka benda akan terdorong kebawah dan tenggelam

Jika rapat massa fluida lebih kecil daripada rapat massa balok maka agar balok

berada dalam keadaan seimbang, volume zat cair yang dipindahkan harus lebih kecil

dari

pada volume balok. Artinya tidak seluruhnya berada terendam dalam cairan dengan

perkataan lain benda mengapung. Agar benda melayang maka volume zat cair yang

dipindahkan harus sama dengan volume balok dan rapat massa cairan sama dengan

rapat massa benda. Jika rapat massa benda lebih besar daripada rapat massa fluida,

maka benda akan mengalami gaya total ke bawah yang tidak sama dengan nol artinya

benda akan jatuh tenggelam. Selain hukum-hukum hidrodinamika di atas terdapat pula

metode Program

Halliwick. Menurut Rujito (2008), The Ten Point Programe Halliwick Methods

tersebut

antara lain:

15
1. Mental Adjustment. Menjadi mampu merespon dengan cara sewajarnya perbedaan

lingkungan, situasi, atau tugas yang sulit, belajar kontrol pernafasan. Salah satu

contohnya adalah menyesuaikan untuk bergerak di dalam air.

2. Disengage-ment. Sebuah proses yang terus menerus, seluruh pembelajaran

dengan seorang therapis yang ahli fisik dan mental.

3. Transversal Rotation Control (Formally Vertical Rotation). Kemampuan untuk

mengontrol rotasi yang mana saja yang dibuat frontotransversal axis.

4. Sagittal Rotation Control. Kemampuan mengontrol rotasi yang mana saja yang

dibuat sagittotransversal (anterior/posterior) axis.

5. Longitudinal Rotation Control (formally Lateral Rotation). Kemampuan

mengontrol rotasi yang mana saja yang dibuat sagitto-frontal (longitudinal) axis.

6. Combined Rotation Control. Kemampuan mengontrol kombinasi rotasi.

7. Upthrust. Mempercayai air akan menyokong tubuh, kadang dinamakan

”pembalikan mental” (karena therapis harus membalik pikiran mereka dan

menyadari mereka akan mengapung dan tidak tenggelam).

16
8.Balance in Stillness. Mengapung dan rileks didalam air dan ini tergantung pada

mental kedua dan kontrol keseimbangan fisik. Ketika seimbang, aktifitas lain bisa

dilakukan lebih mudah.

5. Turbulent Gliding. Terapungnya perenang adalah termasuk bergerak di dalam air

dengan seorang instruktur tanpa kontak fisik diantara mereka. Therapis mengontrol

rotasi yang tidak dikehendaki tetapi tidak membuat gerakan yang bersifat mendorong.

10. Simple Progression and Basic Swimming Movement. Pengembangan dari gerakan

sedehana yang mendorong, dibuat oleh gaya therapis yang mana bersifat individu ke

therapis yang lain.

D. Kerangka Teori

Masih banyak penderita asma yang belum tahu akan penanganan untuk mencegah

bahkan mengurangi angka kekambuhannya, dengan diberikan terapi renang atau yang

disebut dengan pool therapy dapat meningkatkan VO2Max dari paru-paru sehingga

metabolism dalam tubuh tidak mengalami gangguan yang lebih parah.

E. Kerangka Konsep

1. Variable bebas 2. Variabel terikat


Teknik pool therapy Penderita Asma

17
Variabel Pengganggu
Faktor pemicu asma
Kebiasaan/ Hobi

F. Hipotesis
Ada pengaruh pool therapy terhadap VO2Max penderita asma pada mahasiswa
universitas muhammadiyah Surakarta pada tahun 2015.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasi dengan cross-sectional yang

bertujuan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi, berdasarkan hasil pengujian

hipotesis terhadap data yang diperoleh dalam waktu yang bersamaan (Notoatmojo,

2005).

B. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilkukan di kolam renang koppasus klaten jawa tengah dan di laboratorium

gymnasium universitas muhammadiyah Surakarta pada tanggal 4-25 agustus 2015.

18
C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 jurusan fisioterapi angkatan 2013 universitas

muhammadiyah Surakarta yang bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan

mengisi informed consent.

D. Alat Ukur Penelitian

Penelitian ini menggunkan alat ukur tes prestasi secara formatif ,yang mana peneliti ingin

mencapai suatu pencegahan kekambuhan penyakit asma dengan penambahan VO2Max

paru.

E. Variable dan Definisi Operasional


Variable bebas : teknik pool therapy, VO2Max
Variabel terikat : penderita asma
Definisi operasional :
a. Teknik pool therapy
Teknik pool therapy adalah berbagai macam cara untuk membantu melatih otot
pernafasan dengan media air dalam kolam renang.
b. Penderita asma
Penderita asma adalah mahasiswa yang mengalami gangguan pernafasan yang
disebabkan oleh banyak factor yang masih mengalami kekambuhan akibat kurangnya
oksigen .

c. VO2Max
VO2max adalah oksigen maksimal yang dapat di tamping dalam paru yang mana
mempengaruhi metabolism dalam tubuh. Pada penderita asma VO2Max nilainya lebih
rendah disbanding dengan keadaan normal.

19
ANALISIS DATA

Penelitian ini menggunakan analisis data multivariate, Dalam analisis multivariat menggunakan

regresi logistik ganda untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel independen

dengan satu variabel dependen (Yasril dan Kasjono, 2009). Menguji kecocokan hasil observasi

dengan nilai parameter nol (tidak ada efek). Jika nilai p kecil maka dikatakan data tidak sesuai

dengan hipotesis nol dan hasil dikatakan “bermakna secara statistik”. Secara trasional digunakan

batas nilai p = 0, 05 untuk menentukan “bermakna” atau “tidak bermakna” suatu hasil

penelitian atau bisa dengan menyebutkan nilai sebenarnya dari nilai p (Yasril dan Kasjono,

2009).

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pustakasekolah.com/panduan-penulisan-proposal-penelitian-skripsi-
lengkap.html

Bates A, & Hansen N. (1996). The Principles and Properties of Water: Aquatic Exercise
and Therapy. Philadelphia, PA: WB Saunders Co; Pages: 21-28.

Chaiton, Leo. (2002). Terapi Air untuk Kesehatan dan Kecantikan. Prestasi Pustaka
Publisher. Jakarta-Indonesia.

Garrison, Susan J. (2001). Dasar-Dasar Terapi dan Rehabilitasi Fisik. Alih Bahasa: dr.
Anton Cahaya Widjaja. Jakarta: Hipokrates Publisher.

Muchammad Tamyiz. (2008). Olahraga Renang sebagai Terapi Penyakit Dalam.


http://www.blog.muchammadtamyiz.com. Selasa, 16 Desember 2008.

Peni Kusumaastuti, dr. Sp.RM. (2008). Hidroterapi, Pulihkan Otot dan Sendi yang Kaku.

20
http://www.gayahidupsehat.com. Rabu, 09 Januari 2008.

http://klinikberjalan.blogspot.com/2013/08/bab-iii-hub-antara-olahraga-dengan.html

Pengaruh Pool Therapy Terhadap VO2 Max Penderita


Asma Pada Mahasiswa Universitas Muhammadiyah
Surakarta Pada Tahun 2015

21
Disusun Oleh :

FITRIA FAHRUN NISA


J120130015

PROGRAM STUDI SARJANA FISIOTERAPI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA TAHUN 2013

22
23

Anda mungkin juga menyukai