Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

GANGGUANG SISTEM PERNAFASAN

Dosen Pengampu

Dafid Arifiyanto, M.Kep.Kep.M.B

Rita Dwi Hartanti, Ns,Sp.Kep.M.B

Disusun Oleh :

1. Alfian (16.1127.S)
2. Tri Setyo Leksono (16.1195.S)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN PEKALONGAN

TAHUN 2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


memberikan petunjuk dan kekuatan kepada saya sehingga Makalah
Keperawatan Medika Bedah “Asuhan Keperawatan” pada pasie gangguan
sistem pernafasa. Ini dapat diselesaikan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi nilai tugas mata kuliah perawatan
medikal bedah.

Makalah ini membahas mengenai asuhan keperawatan dengan


gangguan pernafasan. Dalam kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan,
bimbingan dan arahan kepada saya.

Dalam makalah ini saya menyadari masih jauh dari kesempurnaan,


untuk itu segala saran dan kritik guna perbaikan dan kesempurnaan sangat
saya nantikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan para pembaca pada umumnya.

Pekalongan, 7 september 2017

Penyusun
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar).
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada
saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan
karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri
melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil
buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan
System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang
merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu
maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat
menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit.
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan
dasar klien secara holistic memiliki tanggung jawab untuk membantu pemenuhan
kebutuhan oksigen klien yang tidak adekuat.
Dalam tindakannya, seorang perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan
harus melakukan metode keperawatan berupa pengkajian, diagnose keperawatan,
intervensi, dan evaluasi. Diagnosa keperawatan adalah suatu bagian integral dari proses
keperawatan. Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan interpretasi
data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien. Diagnosa keperawatan
memberikan gambaran tentang masalah atau status kesehatan klien yang nyata (aktual)
dan kemungkinan akan terjadi, dimana pemecahannya dapat dilakukan dalam batas
wewenang perawat.
Diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi dapat
berupa ketidakefektifan bersihan jalan nafas, ketidakefektifan pola nafas, gangguan
pertukaran gas, disfungsi respon penyapihan ventilator, dan gangguan ventilasi
spontan.
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah proses pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu memberikan
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system respirasi secara benar.
B. Tujuan Khusus

1. Memahami pengakajian pada klien dengan gangguan sistem respirasi.


2. Memahami diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem respirasi.
3. Memahami intervensi dan implementasi pada klien dengan gangguan sistem
respirasi.
4. Memahami evaluasi pada klien dengan gangguan sistem respirasi.

 
BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Sistem Respirasi
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

1. Pernapasan dalam (internal)

Pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal
tersebut menggambarkan proses metabolism intraseluler yang meliputi konsumsi
O2(digunakan untuk oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran CO 2 (terdapat dalam
sitoplasma) sampai menghasilkan energy.

2. Pernapasan luar (eksternal)


Absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke
lingkungan luar. Urutan proses pernapasan eksternal adalah:
1) Pertukaran udara luar ke dalam alveoli melalui aksi mekanik pernapasan yaitu
melalui proses ventilasi.
2) Pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan darah pada pembuluh
kapiler paru-paru melalui proses difusi.
3) Pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke
jaringan dan sebaliknya yang disebut proses transportasi.
4) Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh darah kapilerjaringan dengan sel-
sel jaringan melalui proses difusi.

Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu :

 Saluran nafas bagian atas


Pada bagian ini memiliki fungsi utama yaitu :
a) Air conduction (penyalur udara) sebagai saluran yang meneruskan udara
menuju saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas. 
b) Protection (perlindungan) sebagai pelindung saluran napas bagian bawah
agar terhindar dari masuknya benda asing. 
c) Warming, filtrasi,dan humidifikasi sebagai bagian yang menghangatkan,
manyaring, dan member kelembapan udara yang dihirup. 
 Saluran nafas bagian bawah
Secara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya yaitu:
a) Saluran udara konduktif, yang biasa disebut sebagai percabangan
trakheobronkhialis yang terdiri atas trakea, bronkus, dan bronkiolus.
b) Saluran respiratorius terminal, yang biasa disebut dengan acini yang
berfungsi sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran
respiratorius terminal yang merupakan tempat pertukaran gas yang
sesungguhnya.
B. Mekanisme Pernafasan
Agar terjadi pertukaran sejumlah gas untuk metabolisme tubuh diperlukan
usahakeras pernafasan yang tergantung pada:

1. Tekanan intrapleural

Dinding dada merupakan suatu kompartemen tertutup melingkupi paru.


Dalamkeadaan normal paru seakan melekat pada dinding dada, hal ini disebabkan
karenaada perbedaan tekanan atau selisih tekanan atmosfir ( 760 mmHg) dan
tekanan intrapleural (755 mmHg). Sewaktu inspirasi diafrgama berkontraksi,
volume rongga dada meningkat, tekanan intra pleural dan intra alveolar turun
dibawah tekanan atmosfir sehingga udara masuk Sedangkan waktu ekspirasi volum
rongga dada mengecilmengakibatkan tekanan intra pleural dan tekanan intra
alveolar meningkat diatas atmosfir sehingga udara mengalir keluar.

2. Compliance
Hubungan antara perubahan tekanan dengan perubahan volume dan aliran
dikenal sebagai compliance. 

C. Patway
1. Klasifikasi kompresi
A. Atelektasi kompresi
Atelektasi kompresi terjadi sewaktu suatu sumber di luar alveolus
menimpakan gaya Atelektasi kompresi terjadi sewaktu suatu
sumber di luar alveolus menimpakan gaya yang cukup besar pada
alveolus sehingga alveolus kolaps. Hal ini terjadi apabila dinding
dada tertusuk atau terbuka ,karena tekanan di atmosfer lebih
besar dari tekanan yang menahan paru (tekanan pleura).
Atelektasis kompresi juga dapat terjadi apabbila suatu tekanan
yang bekerja pada paru atau alveoulus akibat adannya tumor
distensi abdomen ,atau adema dan pembekaan ruang intertisum
yang mengelilingi alveolus.

B. Atelektasis absorpsi
Terjadi akibat tidak adannya udara di dalam alveolus di
hambat ,maka udara yang sedang berada di dalam alveolus
akhirnya akan berdifusi keluar dan alveolus akan kolaps. Hal ini
terjadi biasannya akibat penimbunan mukus , misalnya fiprosis
kristik,pnioumonia,atau bronkitis kronik,meningkatkan risiko
atelektasis absorpsi karena efek anastesi yang menyebabkan
terbentuknya mukus serta keengganan membantukan mukus yang
terkumpul setelah pembedahan, Hal ini terjadi pada pembedahan
abdomen atau thoraks di mana batuk akan menimblkan nyeri
yang hebat . tirah baring berpanjangan setelah pembedahan
meningkatkan risiko terbentuknya atelektasis absorpsi karena
berbaring menyebabkan pengumpulan sekresi mukus di daerah
dependen paru sehingga ventilasi di daerah tersebut berkurang
.penimbunan mukus meningkatkan resiko pneumonia karena
mokus dapat berfungsi sebagai lahan berkembiakan
mikroorganisme.

Atelektasis absopsi juga dapat disebabkan oleh segala


sesuatu yang menggangu pembentukan sugfutan. Tanpa
sucfugtan teganggan permukaan alveolus sangat tinggi sehingga
kemungkinan kolapsnnya laveolus meningkat. Sebagiaan bayi
permature tidak memiliki surfactan sehingga pada kelompok ini
insiden atelektasis tinggi.
Konsentrasi surfactan dalam alveolus dapat berkurang
akibat serta pecahnya dinding alveolus yang terjadi pada sindrom
distres pernafasan dewasa. Surfactan juga dapat rusak akibat
terapi oksigen konsentrasi tinggi dalam waktu24 jam . oksigen
murni dapat merusak sel sel alveolus tipe II sehingga sel
seltersebut tidak menghasilkan sucfaktan.
SURFACTAN
Sel-sel tertentu di dalam alveolus tipeII yang
memproduksi suatu zat yang penting yang di sebut surfactan yang
membantu mengurangi tegangan permukaan alveolus sehingga
melemahkan ikatan di antara molekul-molekel tersebut.
Menurut hukum laplace , semakin kecil jari-jari suatu bola
maka semakin besar tekanan yang di bertikan untuk
mengembangkannya .namun apabila terdapat surfactan maka
alfeolus kecil memperlukan tekanan yang lebih kecil dari pada
alveolus yang lebih besar karena surfaktan terkonsentrasi tinggi
sehingga sangat menurunkan tegangan di permukaan alveolus .
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pada dasarnya tujuan pengkajian adalah mengumpulkan data objektif dan subjektif
dari klien.Adapun data yang terkumpul mencakup klien, keluarga, masyarakat,
lingkungan, atau kebudayaan.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan selama pengkajian antara lain:

1. Memahami secara keseluruhan situasi yang sedang dihadapi oleh klien dengan cara
memperhatikan kondisi fisik, psikologi, emosi, social kultural, dan spiritual yang
bisa mempengaruhi status kesehatannya.
2. Mengumpulkan semua informasi yang bersangkutan dengan masa lalu, saat ini
bahkan bahkan sesuatu yang berpotensi menjadi masalah bagi klien guna membuat
suatu database yang lengkap. Data yang terkumpul berasal dari perawat-klien
selama berinteraksi dan sumber yang lain. (Gordon, 1994)
3. Memahami bahwa klien adalah sumber informasi primer.
4. Sumber informasi sekunder meliputi anggota keluarga, orang yang berperan penting
dan catatan kesehatan klien.

Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi, dan


komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini mencakup dua langkah
yaitu pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan sumber sekunder (keluarga,
tenaga kesehatan), dan analisis data sebagai dasar untuk diagnosa keperawatan, Metode
pengumpulan data meliputi berikut ini :

1. Melakukan wawancara.
2. Riwayat kesehatan/keperawatan.
3. Pemeriksaan fisik.
4. Mengumpulkan data penunjang hasil laboratorium dan diagnostik lain serta
catatan kesehatan (rekam medik).
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :

1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.Perawat
juga mengkaji keadaan pasien dan keluarganya.Kajian tersebut berfokus kepada
manifestasi klinik keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini,
riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat
psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari biografi pasien. Aspek yang sangat erat
hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan adalah usia, jenis kelamin,
pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.

2. Keluhan Utama
Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan
pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan utama yang biasa muncul antara lain :
a. Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada pasien dengan gangguan sistem
pernapasan. Tanyakan berapa lama pasien mengalami batuk dan bagaimana hal
tersebut timbul dengan waktu yang spesifik atau hubungannya dengan aktifitas
fisik. Tentukan apakah batuk produktif atau non produktif.
b. Peningkatan Produksi Sputu
Sputum merupakan suatu substansi yang keluar bersama dengan batuk atau
bersihan tenggorokan. Percabangan trakheobronkial secara normal memproduksi
sekitar 3ons mukus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan
normal. Produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal. Tanyakan dan catat
warna, konsistensi, bau, dan jumlah dari sputum. Jika terjadi infeksi, sputum
dapat berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu dan jernih. Pada keadaan
edema paru-paru, sputum berwarna merah muda karena mengandung darah
dengan jumlah yang banyak.
c. Dispnea
Dispnea merupakan suatu persepsi kesulitan bernapas/napas pendek dan
merupakan perasaan subjektif pasien.Perawat mengkaji tentang kemampuan
pasien saat melakukan aktivitas.
d. Hemoptisis
Hemoptisis adalah darah yang keluar dari mulut saat batuk. Perawat
mengkaji apakah darah tersebut  berasal dari paru-paru, perdarahan hidung atau
perut. Darah yang berasal dari paru-paru biasanya berwarna merah terang karena
darah dalam paru-paru distimulasi segera oleh reflek batuk.
e. Chest Pain
Nyeri dada dapat berhubungan dengan dengan masalah jantung dan paru-
paru.Gambaran lengkap dari nyeri dada dapat menolong perawat untuk
membedakan nyeri pada pleura, muskuloskeletal, kardiak dan gastrointestinal.
3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Yang perlu ditanyakan perawat kepada pasien tentang riwayat penyakit pernapasan
adalah:
a) Riwayat merokok
Merokok merupakan penyebab utama kanker paru-paru, emfisemia, dan
bronkitis kronis.Semua keadaan itu sangat jarang menimpa. Anamnesis harus
mencangkup usia mulainya merokok secara rutin, rata-rata jumlah rokok yang
dihisap per hari, dan usia menghentikan kebiasaan merokok.
b) Pengobatan saat ini dan masa lalu
c) Alerg
d) Tempat tinggal

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru ada tiga
hal yaitu:
a. Penyakit infeksi

Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain.


Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui
sumber penularannya.

b. Kelainan alerg
Contohnya asma bronkial
c. Pasien bronkitis kronis 

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah menganalisis data subjektif dan objektif untuk
membuat diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan melibatkan proses berpikir
kompleks tentang data yang dikumpulkan dari klien, keluarga, rekam medik, dan
pemberi pelayanan kesehatan yang lain.
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respons aktual atau
potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasiny. Setelah merumuskan diagnosa keperawatan spesifik,
perawat menggunakan keterampilan berpikir kritis untuk menetapkan prioritas diagnosa
dengan membuat peringkat dalam urutan kepentingannya.Prioritas ditegakkan untuk
mengidentifikasi urutan intervensi keperawatan ketika klien mempunyai masalah atau
perubahan multiple.
Proses diagnosa keperawatan dibagi menjadi kelompok interpretasi dan menjamin
keakuratan diagnosa dari proses keperawatan itu sendiri. Perumusan pernyataan
diagnosa keperawatan memiliki beberapa syarat yaitu mempunyai pengetahuan yang
dapat membedakan antara sesuatu yang aktual, risiko, dan potensial dalam diagnosa
keperawatan.

Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :


a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
 Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi
saluran pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih.
 Batasan Karakteristik
a. Subjektif
Dispnea.
b. Objektif
1. Bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi
basah kasar, dan ronkhi kering).
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif.
4. Sianosis.
5. Kesulitan untuk bersuara.
6. Penurunan bunyi napas.
7. Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi
duduk atau berdiri dan sering ditemukan pada seseorang yang
mengalami kongestif paru.
8. Kegelisahan
9. Sputum
c. Faktor yang berhubungan
1. Lingkungan
Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
2. Obstruksi Jalan Napas
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih,
adanya jalan napas buatan, terdapat benda asing dari jalan napas,
sekresi pada bronchi, dan eksudat pada alveoli.
3. Fisiologis
Disfungsi neuromuskuler, hiperplasi dinding bronchial, PPOK,
Infeksi, asma, alergi jalan napas, dan trauma.
 Hasil yang Disarankan NOC
a. Status Pernapasan ; Pertukaran Gas.
Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri.
b. Status Pernapasan ; Ventilasi
Yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-paru.
c. Perilaku Mengontrol Gejala
Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan
yang didapat pada fungsi fisik dan emosi.
d. Perilaku Perawatan : Penyakit atau Cidera
Yaitu tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan
patologi.
b. Gangguan Pertukaran Gas
 Definisi
Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida
dimembrane kapiler-alveolar.Ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi saluran pernapasan guna mempertahankan jalan
napas yang bersih.
 Batasan Karakteristik
1. Subjektif
a. Dispnea.
b. Sakit kepala pada saat bangun.
c. Gangguan penglihatan.
2. Objektif
a. Gas darah arteri yang tidak normal.
b. pH arteri tidak normal.
c. Ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman pernapasan.
d. Warna kulit tidak normal (misalnya pucat atau kehitaman).
e. Konfusi.
f. Cianosis (hanya pada neonates).
g. Karbondioksida menurun.
h. Diaphoresis
i. Hiperkapnia.
j. Hiperkarbia.
k. Hipoksia.
l. Hipoksemia.
m. Iritabilitas.
n. Cuping hidung mengembang.
o. Gelisah.
p. Sputum.
q. Takhikardia.
r. Mata terbelalak.
 Faktor  yang berhubungan
1. Lingkungan
Merokok, menghirupasap rokok, dan perokok pasif.
2. Obstruksi jalan napas
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya
jalan napas bantuan, sekresi pada bronki, eksundat pada alveoli.
3. Fisiologis  
Disfungsi neuro miskular, PPOK, hyperplasmia dinding bronchial,
infeksi asma, alergi jalan naps, dan trauma.
 Hasil yang Disarankan NOC
a. Status Pernapasan: pertukaran gas, yaitu CO2 atau O2 di alveolar
untuk mempertahankan konsentrasi gas darah arteri
b. Status Pernapasan Ventilasi, yaitu perpindahan udara masuk dan dan
c. keluar dari paru-paru.Perilaku mengontrol gejala: tindakan seseorang
yang yang meminimalkan perubahan sampingan yang di dapat pada
fungsi fisik dan emosi.
d. Perilaku perawatan: penyakit atau cidera tindakanseseorang untuk
mengurangi atau menghilangkan patologi.

1. d.      Fungsi Pernafasan, Resiko Ketidakefektifan


1. Definisi

Risiko ketidakefektifan pernapasan (ARF) merupakan kondisi ketika individu berisiko


mengalami ancaman pada jalan masuk udara menuju saluran pernapasan dan/ ancaman
pada pertukaran gas (O2-CO2) antara paru-paru dan system vaskuler.

1. Faktor resiko

Adanya faktor risiko yang dapat mengubah fungsi pernapasan (lihat faktor yang
berhubungan)

1. Faktor yang berhubungan 

a)      Patofisiologis

1)      Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.

2)      Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tidak efektif,
sekunder akibat:

2.1  Penyakit system persarafan, missal: miastenia gravis

2.2  Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala

2.3  Cedera serebrovaskular (stroke)

2.4  Kuadriplegia

b)      Terkait Pengobatan

1)  Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

1.1 Efek sedative obat (sebutkan)

1.2 Anestesia, umum atau spinal


1.3 Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat (sebutkan)

1.4 Berhubungan efek trakeostomi  (perubahan sekresi)

c)      Situasional (Personal, Lingkungan)

1)      Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

1.5  Pembedahan atau trauma

1.6  Nyeri, takut, ansietas

1.7  Kelelahan

1.8  Gangguan persepsi/kognitif

2)      Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah

3)      Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap

4)      Pajanan terhadap udara dingin, tertawa, menangis, allergen, asap.

 
BAB IV

A. KESIMPULAN
Respirasi merupakan proses ganda, yaitu terjadinya pertukaran gas di dalam
jaringan (penafasan dalam) dan yang terjadi di dalam paru-paru (pernafasan luar).
Dengan bernafas setiap sel dalam tubuh menerima persediaan oksigennya dan pada
saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan
karbon dan hidrogen dari jaringan, memungkinkan setiap sel sendiri-sendiri
melangsungkan proses metabolismenya, yang berarti pekerjaan selesai dan hasil
buangan dalam bentuk karbon dioksida dan air dihilangkan
System respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan organ tubuh yang
merupakan parameter kesehatan manusia. Jika salah satu system respirasi terganggu
maka secara system lain yang bekerja dalam tubuh akan terganggu. Hal ini dapat
menimbulkan terganggunya proses homeostasis tubuh dan dalam jangka panjang
dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

Filianti, Evi. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit nafas. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai