Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN NEBULIZER

DISUSUN OLEH :
Yeni Gusmida Pabunta.S.Kep

Program Studi Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Harapan Ibu Jambi
Tahun 2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN NEBULIZER

A. Definisi

a. Pernapasan

Pernapasan atau respirasi adalah pertukaran gas antara mahkluk hidup (organisme)

dengan ligkungannya. Secara umum, pernapasan dapat diartikan sebagai proses

menghirup oksigen dari udara serta mengeluarkan karbon dioksida dan uap air.

Dalam proses pernapasan, oksigen merupakan zat kebutuhan utama. Oksigen untuk

pernapasan diperoleh dari udara di lingkungan sekitar.

b. Penyakit Parenkimal Paru

Asma adalah suatu penyakit obstruksi jalan nafas yang reversible dengan

dikarakteristikan oleh hiperreaktivitas bronkus, bronkokonstriksi, dan inflamasi

saluran nafas kronik. Perkembangan penyakit asma bersifat multifaktorial yang

meliputi penyebab genetik dan lingkungan.

Patofisiologi terjadinya asma adalah karena adanya inflamasi kronik spesifik dari

mukosa saluran nafas bawah. Pengaktifan dari kaskade inflamasi menyebabkan

terjadinya infiltrasi sel eosinophil, neutrophil, sel mast, sel T, dan leukotrin ke mukosa

saluran nafas. Rekruitmen sel-sel tersebut akan memicu terbentuknya mediator

proinflamasi lainnya seperti histamine, prostaglandin,bradikinin, tromboksan,

leukotriene, platelet activating factor, dll yang akan berpengaruh terhadap berbagai

target organ. Hal ini menyebabakan terjadinya peningkatan permeabilitas vaskular

yang menyebabkan edema dinding saluran nafas, infiltrasi sel radang pada saluran

nafas, dan peningkatan aktivitas sel pensekresi mukus. Adanya peningkatan jumlah

sel-sel inflamasi mengakibatkan hipersensitivitas saluran nafas serta memicu

remodeling saluran nafas.

Terapi asma terdiri dari dua modalitas terapi obat: (1) untuk mengurangi inflamasi

kronik dan menangani hiperresponsif saluran nafas dengan obat anti inflamasi yaitu

glukokortikoid inhalasi dan penghambat leukotriene, dan (2) untuk menangani

kontraksi berlebihan akut dari otot polos saluran nafas yaitu dengan obat golongan

bronkodilator yang dapat merelaksasi saluran nafas. Target kerja obat pada saluran
nafas dapat langsung merelaksasi otot polos atau dengan menghambat/memblok aksi

dari bronkokonstriktor.

c. Penyakit Paru Obstrutif Kronis (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah suatu penyakit yang ditandai gejala

pernafasan dan hambatan aliran udara persisten karena adanya abnormalitas saluran

nafas dan/atau alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan partikel atau gas

berbahaya/polusi yang signifikan. Faktor risiko dari penyakit ini adalah genetik,

merokok atau sebagai perokok pasif, paparan terhadap debu dan partikel-partikel

berbahaya (terutama di pertambangan batubara, pertambangan emas, dan industri

tekstil), paparan terhadap polusi udara baik indoor maupun outdoor, asma dan

hiperreaktifitas saluran nafas, bronkitis kronis, infeksi, serta berat badan lahir rendah.

Terapi farmakologis untuk PPOK ditujukan untuk mengurangi gejala, menurunkan

frekuensi dan beratnya serangan, dan memperbaiki toleransi aktivitas/olahraga dan

status kesehatan. Regimen terapi untuk PPOK ada berbagai macam jenis, yang

penggunaannya disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala, hambatan aliran udara,

dan beratnya serangan. Obat yang biasa digunakan pada pasien PPOK adalah

bronkodilator, agen antimuskarinik, metilxantin, agen antiinflamasi (kortikosteroid

inhalasi), terapi inhalasi triple (glukokortikoid oral, penghambat phosphodiesterase-4,

antibiotik), dan mukolitik.

d. Terapi Inhalasi

Terapi inhalasi adalah sistem pemberian obat dengan cara menghirup obat dengan

bantuan alat tertentu, misalnya nebulizer. Nebulizer adalah suatu jenis cara inhalasi

dengan menggunakan alat pemecah obat untuk menjadi bagian-bagian seperti

hujan/uap untuk dihisap. Biasanya untuk pengobatan saluran pernafasan bagian lebih

bawah

Terapi inhalasi uap adalah cara pengobatan dengan alat nebulizer dapat mengubah

obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol terus menerus, dengan tenaga yang

berasal dari udar yang dipadatkan, atau gelombang ultrasonik. aerosol yang berbentuk

dihirup penderita melalui mouth piece atausungkup Bronkodilator yang diberikan

dengan nebulizer . memberikan efek bronkodilatasi (pelebaran bronkus) yang


bermakna tanpa menimbulkan efek samping. Hasil pengobatan dengan nebulizer

lebih banyak bergantung pada jenis nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang

menghasilkan partikel aerosol terus-menerus, ada juga yang dapat diatur sehingga

aerosol hanya timbul pada saat penderita melakukan inhalasi, sehingga obat tidak

banyak terbuang.
Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth piece dan

pemompaan udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan di

dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan latihan khusus dan banyak

digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah dapat

digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI.

Kerugiannya adalah hanya 50 – 70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan

sisanya terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri. Jumlah cairan yang

terdapat di dalam hand held nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 – 8

liter/menit. Biasanya dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik

(asetilsistein) atau natrium bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya

digunakan larutan NaCl.

e. Nebulizer

Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan

menjadi aerosol secara terus menerus dengan tenaga yang berasal dari udara

yang dipadatkan atau gelombang. Sejak ditemukannya nebulizer pada tahun

1859 di Perancis, nebulizer merupakan pilihan terbaik pada kasus kasus yang

berhubungan dengan masalah inflamasi atau obstruksi bronkus pada

penderita asma atau PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis). Alat nebulizer

dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus-

menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau

gelombang ultrasonik. Aerosol merupakan suspensi berbentuk padat atau

cair dalam bentuk gas dengan tujuan untuk menghantarkan obat ke target

organ dengan efek samping minimal dan dengan keamanan dan efektifitas

yang tinggi. Partikel aerosol yang dihasilkan nebulizer berukuran antara 2-5

μ, sehingga dapat langsung dihirup penderita dengan menggunakan


mouthpiece atau masker. Berbeda dengan alat MDI (Metered Dose Inhaler)

dan DPI (Dry Powder Inhaler) dimana alat dan obat merupakan satu

kesatuan. Ada dua jenis nebulizer yang umumnya sering digunakan :

a) Nebulizer jet : menggunakan jet gas terkompresi (udara atau oksigen)

untuk memecah larutan obat menjadi aerosol.

b) Nebulizer ultrasonik : menggunakan vibrasi ultrasonik yang dipicu secara

elektronik untuk memecah larutan obat menjadi aerosol.

Ultrasound Nebulizer Jet Nebulizer

(a) (b)

Gambar 1. Jenis-jenis nebulizer (a) Nebulizer ultrasonik (b) Nebulizer jet


Keterangan gambar (a) :

1. Mouthpiece

2. Tombol (On/Off)

3. Konektor tabung udara (air tube connector)

4. Pompa penyaring

5. Jet air nebulizer (Nebulizer medication cup)

6. Aliran udara

7. Kabel

8. Klip nebulizer

9. Kompresor

f. Klasifikasi

Beberapa contoh jenis nebulizer uap antara lain:

c) Simple nebulizer

d) Jet nebulizer, menghasilkan partikel yang lebih halus, yakni antara 2 – 8

mikron. Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan paling banyak dipakai di

rumah sakit.

e) Ultrasonik nebulizer, alat tipe ini menggunakan frekuensi vibrator yang

tinggi, sehingga dengan mudah dapat mengubah cairan menjadi partikel

kecil yang bervolume tinggi, yakni mencapai 6 cc/menit dengan partikel

yang uniform. Besarnya partikel adalah 5 mikron dan partikel dengan

mudah masuk ke saluran pernapasan, sehingga dapat terjadi reaksi, seperti


bronkospasme dan dispnoe. Oleh karena itu alat ini hanya dipakai secara

intermiten, yakni untuk menghasilkan sputum dalam masa yang pendek

pada pasien dengan sputum yang kental.

f) Antomizer nebulizer, partikel yang dihasilkan cukup besar, yakni antara

10 – 30 mikron. Digunakan untuk pengobatan laring, terutama pada

pasien dengan intubasi trakea.

Beberapa bentuk jet nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan, sehingga dapat

digunakan pada ventilator dan IPPB, dimana dihubungkan dengan gas kompresor.

Kelebihan dan kekurangan dari nebulizer : Nebulizer jet

Kelebihan Kekurangan

1. koordinasi minimal 1. mahal

2. dosis tinggi dapat diberikan 2. kemungkinan kontaminasi alat

3. tidak ada pelepasan freon 3. resiko, gangguan listrik dan mekanik

4. tidak semua obat bisa dinebulisasi

5. perlu kompresor, tidak praktis dibawa

6. perlu menyiapkan cairan obat

7. perlu waktu lebih lama


Nebulizer Ultrasonik

Kelebihan Kekurangan

1. koordinasi minimal 1. mahal

2. dosis tinggi dapat diberikan 2. kemungkinan kontaminasi alat

3. tidak ada pelepasan freon 3. resiko, gangguan listrik dan mekanik

4. tidak berisik 4. tidak semua obat bisa dinebulisasi

5. waktu relatif singkat 5. ukuran besar, tidak praktis dibawa

6. perlu menyiapkan cairan obat

7. perlu waktu lebih lama


Fungsi Nebulizer

Alat Nebulizer sangat berguna dalam dunia kesehatan sebagai fungsi alat

terapi dan pengobatan untuk penderita yang mengalami penyakit saluran pernafasan

dengan cara menghirup larutan obat yang telah diubah menjadi bentuk kabut.

Nebulizer sangat cocok digunakan anak-anak atau pun usia lanjut dan mereka yang

sedang mengalami serangan asma parah. Tidak ada kesulitan sama sekali dalam

menggunakan nebulizer, karena pasien cukup bernafas seperti biasa dan kabut obat

akan terhirup masuk ke dalam paru-paru. Beberapa contoh penderita ganguan

pernafasan Asma, Bronchities, sesak pernafasan dan lain sebagainya yang

menyangkut pada ganguan pernafasan dengan pengobatan seperti ini di harap kan

pengobatan lebih efektif. Obat – obat yang akan digunakan biasanya terlebih dahulu

dicampur dengan aquades atau pelaru obat terutama pada obat – obatan yang bukan

berupa cairan dan kadar pelarut obat telah ditentukan sesuai dosis.
Bagian-Bagian Nebulizer

Nebulizer terdiri dari beberapa bagian yang terpisah yang terdiri dari

generator aerosol, alat bantu inhalasi (masker, mouthpiece) dan obatnya sendiri.

Masker dan mouthpiece pada nebulizer memiliki beberapa ukuran yang dapat

disesuaikan untuk penggunaanya pada anak-anak atau orang dewasa, sehingga

diharapkan jika menggunakan masker atau mouthpiece dengan ukuran yang tepat,

larutan obat yang melalui nebulizer berubah menjadi gas aerosol tersebut dapat

dihirup/dihisap dengan baik dan keberhasilan terapi yang didapatkan juga dirasakan

optimal.

(a) (b)

Gambar 2. Alat bantu inhalasi nebulizer (a) Masker uap (b) Mouthpiece

Nebulizer lebih disukai untuk beberapa alasan, antara lain: 1) Anak-anak,

orang lanjut usia, dan pasien yang lemah mungkin kesulitan menggunakan MDI dan

DPI secara benar. 2) Beberapa pasien membutuhkan dosis yang lebih tinggi daripada

yang dapat dihantarkan oleh MDI dan DPI, misalnya pada pasien asma kronik,

serangan akut PPOK dan sistik fibrosis. 3) Untuk pengobatan sendiri di rumah,

dimana pasien membutuhkan dosis yang lebih besar daripada yang dapat diberikan

menggunakan MDI. 4) Serangan pada asma akut


Prinsip Dasar Nebulizer

Pada dasarnya alat ini bekerja dengan cara memanfaatkan proses nebuliza

atau Proses pengkabutan yang terjadi akibat penekanan udara yang cukup tinggi dari

kompresor yang kemudian masuk ke Nebulizer kit yang berfungsi sebagai

pemampatan udara dan tempat cairan obat, pemampatan udara di Nebulizer kit dari

kompresor menimbulkan panahanan udara sehingga udara tesrsebut meniupkan

cairan obat pada Nebulizer kit yang mengakibatkan pecahnya molekul-molekul air

menjadi uap yang dihasilkan dari cairan obat yang dimanfaatkan untuk pengobatan

pada penderita ganguan. Pernafasan dengan demikian pengobatan dapat kontak

langsung dengan penyakit melalui saluran pernafasan yang menuju ke paru-paru

sehingga diharapkan dalam pengobatan ini lebih efektif.

Jet Nebulizer

Jet nebulizer, menghasilkan partikel yang lebih halus, yakni antara 2 – 8 mikron.

Biasanya tipe ini paling banyak dipakai di rumah sakit. Nebulizer ini terhubung

dengan kompresor yang menekan udara atau oksigen untuk bergerak dengan

kecepatan tinggi melewati cairan obat hingga memecah cairan tersebut menjadi

partikel aerosol, yang kemudian dihirup oleh pasien. Alat tipe ini terkadang cukup

bising, kecuali pada beberapa alat yang dilengkapi dengan peredam bising. Nebulizer
jenis ini sering digunakan di rumah sakit atau penggunaan pribadi untuk pasien yang

sulit menggunakan inhaler. Alat ini terhubung dengan listrik di setiap penggunaannya

sehingga kurang praktis untuk dibawa bepergian.


Ultrasonic Nebulizer

Ultrasonik nebulizer, alat tipe ini menggunakan frekuensi vibrator yang tinggi,

sehingga dengan mudah dapat mengubah cairan menjadi partikel kecil yang

bervolume tinggi, yakni mencapai 6 cc/menit dengan partikel yang uniform. Besarnya

partikel adalah 5 mikron dan partikel dengan mudah masuk ke saluran pernapasan,

sehingga dapat terjadi reaksi.

Pada ultrasonic nebulizer prinsip kerjanya adalah dengan mengatur tebal kabut

serta mengatur waktu yang diperlukan. Pesawat ini menggunakan piezoelektrik yang

menimbulkan suatu getaran akibat adanya suatu frekuensi untuk memecah cairan obat

menjadi kabut. Frekuensi tersebut dihasilkan oleh suatu rangkaian osilator.

a) Piezoelektrik

Piezoelektrik secara langsung mengubah energi listrik menjadi

mekanik. Tegangan input yang digunakan menyebabkan bagiian

keramik meregang dan memancarkan gelombang ultrasonik. Sensor

piezoelektrik terdiri dari bagian seperti housing, clip-type spring,

crystal, dan seismic mass. Prinsipnya yaitu ketika terdapat suatu

frekuensi mengenai piezoelektrik, maka clip-type spring yang

terhubung dengan seismic mass akan menekan crystal, sehingga


menyebabkan lapisan tipis antara crystal dengan housing akan

bergetar.

b) Osilator

Osilator atau pembangkit sinyal adalah suatu rangkaian yang

menghasilkan keluaran yang amplitudonya berubah-ubah secara

periodik dengan waktu. Keluarannya bisa berupa gelombang sinusoida,

gelombang persegi, gelombang pulsa, gelombang segitiga atau

gelombang gigi gergaji.


INHALASI NEBULIZER
No.
:
Dokumen
No. Revisi : -
SO Tgl. Terbit : -
P
Tgl. Mulai
: -
Berlaku
Halaman : 1/2

1. Pengertian Pemberian inhalasi uap dengan obat/tanpa obat menggunakan nebulator

2. Tujuan 1. Mengencerkan sekret agar mudah dikeluarkan


2. Melonggarkan jalan nafas

3. Refrensi Depkes RI. 2011. Prosedur Perawatan Dasar. Jakarta.

4. AlatdanBahan 1. Alat tulis & buku catatan

2. Set nebulizer
3. Obat bronkodilator
4. Bengkok
5. Tissue
6. Spuit 5cc
7. Aquades

5. Prosedur/ A. Tahap Pra interaksi


1. Petugas mengecek program terapi
Langkah-langkah 2. Petugas mencuci tangan
3. Petugas menyiapkan alat
B. Tahap Orientasi
1. Petugas memberikan salam kepada pasien
2. Petugas menanyakan nama dan tanggal lahir pasien dengan
mencocokan pada papan tempat tidur pasien
3. Petugas menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
4. Petugas menanyakan persetujuan/kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Petugas menjaga privasi pasien
2. Petugas mengatur pasien dalam posisi duduk
3. Petugas menempatkan meja/troly di depan pasien yang berisi set
nebulizer
4. Petugas mengisi nebulizer dengan aquades sesuai takaran
5. Petugas memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
6. Petugas memasukkan obat sesuai dosis
7. Petugas memasang masker pada pasien
8. Petugas menghidupkan nebulator dan meminta pasien nafas dalam
melalui mulut sampai obat habis
9. Petugas membersihkan mulut & hidung dengan tissue, dibuang
ke bengkok
6. Prosedur/Langkah- D. Tahap terminasi
langkah 1. Petugas merapikan pasien dan lingkungan
2. Petugas menjelaskan tindakan sudah selesai
3. Petugas membereskan alat-alat
4. Petugas mencuci tangan
5. Petugas mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawat/bidan
E. Evaluasi
Mengevaluasi penderita apakah pengobatan yang dilakukan
memberikan perbaikan atau mengurangi keluhan
7. Unit Terkait 1. Ruang Bersalin

2. Ruang Rawat Inap

3. Ruang Gawat Darurat

8. DokumenTerkait 1. Rekam Medik Asuhan Keperawatan/Kebidanan

2. Standar Asuhan Keperawatan/Kebidanan


DAFTAR PUSTAKA

Mangku G, Senapathi TGA. Terapi Cairan. Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Indeks
Jakarta. 2017: 243-56.
Widmaier. Vander Sherman Luciano's Human Physiology. 9th ed. McGraw- Hill
Ryerson; 2004.
Barrett K, Barman S, Boitano S, Brooks H. Ganong's Review of Medical
Physiology 24th Edition. 24th ed. New York: McGraw-Hill Medical
Publishing Division; 2012.
Stoelting R, Hines R, Marschall K. Handbook for Stoelting's anesthesia and co-
existing disease. 7th ed. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2017

Anda mungkin juga menyukai