Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengertian Emfisema
Emfisema didefinisikan sebagai distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus
terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Brunner & Suddarth, 2002)
Emfisema merupakan bentuk paling berat dari Penyakit Paru Obstruktif Menahun
(PPOM) yang dikarakteristikkan oleh inflamasi berulang yang melukai dan akhirnya
merusak dinding alveolar sehingga menyebabkan banyak bula (ruang udara) kolaps
bronkiolus pada ekspirasi (jebakan udara). (Doengoes,2000)
2. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki kualitas hidup, untuk
memperlambat kemajuan proses penyakit, dan untuk mengatasi obstruksi jalan nafas
untuk menghilangkan hipoksia.
1. Bronkodilator
Digunakan untuk mendilatasi jaln nafas karena preparat ini melawan baik edema
mukosa maupun spasme muskular dan membantu baik dalam mengurangi obstruksi
jalan nafas maupun dalam memperbaiki pertukaran gas.medikasi ini mencakup agonis
betha-adrenergik (metaproterenol, isoproterenol dan metilxantin (teofilin, aminofilin),
yang menghasilkan dilatasi bronkial melaui mekanisme yang berbeda. Bronkodilator
mungkin diresepkan per oral, subkutan, intravena, per rektal atau inhalasi. Medikasi
inhalasi dapat diberikan melalui aerosol bertekanan, nebuliser balon-genggam, nebuliser
dorongan-pompa, inhaler dosis terukur, atau IPPB.
2. Terapi aerosol
Aerosolisasi (proses membagi partikel menjadi serbuk yang sangat halus) dari
bronkodilator salin dan mukolitik sering kali digunakan untuk membantu dalam
bronkodilatasi. Ukuran partikel dalam kabut aerosol harus cukup kecil untuk
memungkinkan medikasi dideposisikan dalam-dalam di dalam percabangan
trakeobronkial. Aerosol yang dinebuliser menhilangkan bronkospasme, menurunkan
edema mukosa, dan mengencerkan sekresi bronkial. Hal ini memudahkan proses
pembersihan bronkiolus, membantu mengendalikan proses inflamasi, dan memperbaiki
fungsi ventilasi.
3. Pengobatan Infeksi
Pasien dengan emfisema sangat rentan terhadap infeksi paru dan harus diobati
pada saat awal timbulnya tanda-tanda infeksi. S. Pneumonia, H. Influenzae, dan
Branhamella catarrhalis adalah organisme yang paling umum pada infeksi tersebut.
Terapi antimikroba dengan tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin, atautrimetroprim-
sulfametoxazol (bactrim) biasanya diresepkan. Regimen antimikroba digunakan pada
tanda pertama infeksi pernafasan, seperti dibuktikan dengan sputum purulen, batuk
meningkat, dan demam.
4. Kortikosteroid
Kortikosteroid menjadi kontroversial dalam pengobatan emfisema. Kortikosteroid
digunakan setelah tindakan lain untuk melebarkan bronkiolus dan membuang sekresi.
Prednison biasa diresepkan. Dosis disesuaikan untuk menjaga pasien pada dosis yang
terendah mungkin. Efek samping termasuk gangguan gastrointestinal dan peningkatan
nafsu makan. Jangka panjang, mungkin mengalami ulkus peptikum, osteoporosis,
supresi adrenal, miopati steroid, dan pembentukan katarak.
5. Oksigenasi
Terapi oksigen dapat meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien dengan
emfisema berat. Hipoksemia berat diatasi dengan konsentrasi oksigen rendah untuk
meningkatkan PaO2 hingga antara 65 – 85 mmHg. Pada emfisema berat oksigen
diberikan sedikitnya 16 jam per hari, dengan 24 jam per hari lebih baik.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen, obstruksi jalan nafas
oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. peningkatan produksi sekret,
bronkokontriksi
3.  Pola nafas tidak efektif b.d. nafas pendek, adanya sekret, bronkokontriksi, iritan
jalan nafas
4. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d anoreksia, mual/muntah
5. Resiko tinggi infeksi b.d. penurunan kerja silia, menetapnya sekret
6. Intoleransi aktifitas b.d. keletihan, hipoksemia, dan pola nafas tidak efektif
4. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran gas b.d. gangguan suplai oksigen, obstruksi jalan nafas oleh
sekresi, spasme bronkus, jebakan udara
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien dapat
memperlihatkan hasil dengan kriteria :
 Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA
dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernafasan
 Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan / situasi

Anda mungkin juga menyukai