Anda di halaman 1dari 15

STUDI KASUS PENGELOLAAN NILAI

SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN


TUBERCULOSIS PARU DENGAN
PEMBERIAN TEKHNIK
PURSED LIP BREATHING

Disusun oleh :
ISYATUL A’LANIYAH
201911016

Dosen pembimbing :
Ns. Faradisa Yuanita Fahmi,M.Kep
Latar belakang

Tuberkulosis Paru merupakan penyakit infeksi tropis menular yang


disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis berada dalam alveoulus maka akan
membentuk tuberkel-tuberkel. hasil tuberkel ini akan menimbulkan reaksi
peradangan dan terbentuk eksudat-eksudat pada saluran pernapasan sehingga
muncul manifestasi klinik seperti batuk dan sesak napas yang jika tidak diobati
akan menyebabkan konsolidasi ke paru yang lain sehingga terjadi penurunan
pengembangan paru dan mengakibatkan terjadinya hipoksia (Smeltzer dan Bare,
2013;265).
Menurut WHO pada tahun 2017 jumlah kasus TB di dunia mencapai 10 juta kasus
dan di Indonesia sendiri sebanyak 425.089 kasus.(2,3) Jawa Tengah menjadi salah satu
dari 3 provinsi di Indonesia dengan kasus TB tertinggi yaitu sebanyak 45.527 kasus.
Untuk angka prevalensi penyakit tuberkulosis paru di Kabupaten Kendal tahun 2010
sebesar 127 per 100.000 penduduk, 2011 sebesar 109 per 100.000, tahun 2012 sebesar
112 per 100.000 penduduk, tahun 2013 sebesar 124 per 100.000 penduduk.
Tujuan :

1. Tujuan umum
a. Untuk mengetahui manfaat pengaruh teknik pernafasan pursed lip breating dan
posisi semi fowler terhadap kelancaran jalan nafas pada pasien sesak nafas
Tuberkulosis paru.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien Tuberkulosis
Paru.
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru.
c. Menyusun rencana keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru.
e. Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien Tuberkulosis Paru.
f. Mengetahui respon pasien setelah diberikan teknik pernafasan pursed lip
breating dan posisi semi fowler.
BAB II
Tuberkulosis
 Definisi
Tuberculosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh Mycrbacterium Tuberculosis yang
dapat menyerang pada berbagai organ tubuh mulai dari paru dan organ diluar paru seperti kulit,
tulang, persendian, selaput otak, usus serta ginjal yang sering disebut TB ekstra paru (Chandra,
2012).

 Anatomi fisiologi
Menurut Price dan Wilson (2006) proses pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara
ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara ekspirasi dapat dibagi
menjadi tiga proses . Proses yang pertama yaitu ventilasi, adalah masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan ke luar paru-paru. Proses kedua, transportasi yang terdiri dari beberapa aspek yaitu
difusi gas-gas antar alveolus dan kapiler (respirasi eksternal), distribusi darah dalam sirkulasi
pulmonal. Proses ketiga yaitu reaksi kimia dan fisik dari oksigen dan karbondioksida dengan
darah.
 Etiologi
Penyebab dari penyakit tuebrculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh micobacterium
tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang dengan ukuran sampai 4 mycron dan
bersifat anaerob. Sifat ini yang menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet nukles,
kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi (Sudarto,(2006;154)
 Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan RI 2006, klasifikasi Tubercolosis dibagi menjadiempat,
yaitu sebagai berikut :
1. Klasifikasi tuberculosis berdasarkan organ tubuh yang terkena
2. Klasifikasi tuberculosis berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjadi
pada TB paru
3. Klasifikasi tuberkulosis berdasarkan tingkat keparahan penyakit
4. Klasifikasi Tuberculosis berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya
 Manifestasi klinis
a. Demam
b. Batuk
c. Sesak nafas
d. Nyeri dada
e. Malaise
 Komplikasi
Penyakit TB Paru apabila tidak segera ditangani dengan baik akan menimbulkan
komplikasi yaitu :
1. Komplikasi dini :
 Pleuritis
 Efusi pleura
 Empiema
 Laringitis
2. Komplikasi lanjut :
 Obstruksi jalan nafas SOPT (Sindrom obstruksi pasca tuberculosis)
 Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal, amyloidosis,
karsinoma paru.(Zulkarnain dalam Selfiana, 201).
 Diagnosa keperawatan
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan kekurangan
upaya batuk.
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efek paru.
Kerusakan membran di alveolar, kapiler, sekret kevtal dan tebal.
 Penatalaksanaan
 Terapi farmakologi
Isoniasid (INH), Rifampisin (RIF), Streptomisin (SM), Etambutol (EMB), dan
Pirazinamid (PZA). Kapremiosin, kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat,
amikasin, dan siklisin merupakan obat – obat baris kedua (Price & Wilson,
2005;856).
 Terapi non farmakologi
• Latihan pernafasan
• Rutin berolahraga
• Konsumsi makanan bergizi
• Mengatur posisi semi fowler
Saturasi oksigen

 Definisi
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan dengan oksigen dalam arteri,
saturasi oksigen normal adalah antara 95 – 100 %.
 Pengukuran saturasi
Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa tehnik. Penggunaan oksimetri nadi
merupakan tehnik yang efektif untuk memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil
atau mendadak (Tarwoto, 2006).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi
 Hemoglobin
 Sirkulasi Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika area yang di bawah sensor
mengalami gangguan sirkulasi.
 Aktivitas Menggigil atau pergerakan yang berlebihan pada area sensor dapat menggangu
pembacaan SpO2 yang akurat
 Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai saturasi
 Merokok
 Aktivitas
 Suhu
 pH
 Tanda dan gejala penurunan nilai saturasi
kebiruan pada kulit, bantalan kuku, dibawah lidah, cuping telinga dan pada daerah
wajah.

 Dampak penurunan saturasi oksigen


Penurunan saturasi oksigen akibat obstruksi jalan napas sihingga terjadi penurunan
difusi yang mengakibatkan terjadi hipoksemia.

 Kategori penurunan saturasi oksigen


Tingkat saturasi oksigen menunjukan persentase hemoglobin yang tersaturasi dengan
oksigen. Saturasi oksigen darah arteri dengan PaO2 100 mmHg sekitar 97,5%
sementara yang bercampur darah vena dengan PaO2 40 mmHg sekitar 75%.

 Alat untuk mengukur nilai saturasi oksigen yaitu pulse oximetry.


Oksimetry nadi suatu alat yang non invasive yang dapat mengukur saturasi oksigen
dalam darah arteri klien dengan meletakkan sensor pada jari. Ibu jari kaki, hidung, daun
telinga dan dapat mendeteksi hipoksemia sebelum munculnya tanda dan gejala klinis
seperti sianosis
Pursed lip breating
 Definisi
Pursed Lip Breathing merupakan latihan pernafasan dengan cara penderita duduk dan
inspirasi dalam saat ekspirasi penderita menghembuskan melalui mulut hampir tertutup
seperti bersiul secara perlahan (Smeltzer , 2008).
 Tujuan
Untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta mengurangi kerja
pernafasan, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, relaksasi otot dan menghilangkan
ansietas.
 Mekanisme
inspirasi secara dalam serta ekspirasi aktif dalam dan panjang. Proses ekspirasi secara
normal merupakan proses mengeluarkan nafas tanpa menggunakan energy berlebih, namun
pada teknik pursed lip breating akan melibatkan proses ekspirasi secara aktif dan panjang.
 Manfaat
Prosedur ini bermanfaat mengurangi tingkat pernapasan dan meningkatkan volume tidal.
 Prosedur tekhnik
Pursed lip breating dapat dilakukan dalam dua keadaan yakni dalam keadaan tidur
dan duduk dengan menghirup udara dari hidung dan mengeluarkan udara dari mulut
dengan mengatupkan bibir.

 Program pelaksanaan
Program pelaksanakan Pursed Lip Breathing Exercise yang dapat dilakukan 1-2 kali
sehari selama 3 hari berturut-turut. Durasi yang dapat dilakukan di setiap melakukan
Pursed Lip Breathing selama 5 menit dengan 3 kali pengulangan
BAB III

 Rancangan studi kasus


Jenis penelitian ini menggunakan bentuk studi kasus. Studi kasus merupakan rancangan
penelitian yang mencakup pengkajian atau unit penelitian secara intensif misalnya satu
klien, keluarga, kelompok , komunitas atau institusi (Nursalam, 2018).

 Subyek studi kasus


Pengambilan subjek studi kasus berdasarkan pada kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Kriteria inklusi
 Pasien dengan diagnose medis Tuberkulosis paru.
 Pasien dengan nilai saturasi oksigen 90 – 94.
 Pasien dalam keadaan sadar.
 Pasien kooperatif.
 Bersedia menjadi responden.
 Bisa berkomunikasi dengan baik
2. Kriteria eksklusi
 Pasien Tuberkulosis paru yang sudah terjadi komplikasi .
 Tempat dan waktu studi kasus
 Tempat : RSUD dr. H. Soewondo Kendal
 Waktu studi kasus : RSUD dr. H. Soewondo Kendal

 Batasan istilah
Batasan istilah pada studi kasus ini adalah :
 Tuberkulosis
 Pursed lip breating
 Saturasi oksigen

 Pengumpulan data
 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah SOP Pursed Lip
Breathing, SOP pulse oximetry dan Lembar observasi frekuensi pernafasan untuk
mengetahui perubahan Frekuensi Pernafasan pasien pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol.
 Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
2. Wawancara
3. Studi dokumentasi
 Penyajian data
Hasil studi kasus ini akan disajikan dalam bentuk narasi dan table.

 Uji keabsahan data


Sumber data informasi yang diperoleh adalah menggunakan triagulasi dari tiga sumber
data yaitu sumber data utama yang berasal dari pasien ,perawat dan keluarga pasien
yang bersangkutan.

 Etika studi kasus


Etika penelitian harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut :
 Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antar penelitian dengan responden penelitian
dengan memberikan lembar persetujuan.
 Anonymity (Tanpa Nama)
cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
disajikan.
 Kerahasiaan (confidentiality)
memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun
masalah-masalah lainnya.

Anda mungkin juga menyukai