Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

ASMA BRONKIAL PADA ANAK


OBESITAS
Pembimbing:

dr. Hendarti Praharaningsih Eddy Saputra, Sp.A

Penyusun:

Meidy Adlina Firliyani ( 20190420124 )


Asma Bronkial

Penyakit heterogen, ditandai dengan peradangan saluran


napas kronis. Adanya riwayat gejala pernapasan seperti mengi
ekspirasi, napas pendek, sesak dada dan batuk. (GINA, 2019)

(rsmmc.co.id, 2018)
Epidemiologi

 World Health Organisation (WHO) memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan paling
sering terjadi pada anak (WHO, 2018).

 Menurut laporan CDC (Center for Disease Control and Prevention) tahun 2015, prevalensi asma menurut
usia sebesar 8,4 % pada anak dan 7,6 % pada orang dewasa (Kemenkes, 2016).
Faktor Resiko
 Dikelompokan menjadi genetik dan non genetik.

 Faktor risiko yaitu:

◦ Asap rokok
◦ Perubahan cuaca
◦ Polusi udara
◦ Binatang peliharaan
◦ Jenis makanan
◦ Perabot rumah tangga
◦ Tungau debu rumah
◦ Riwayat penyakit keluarga

(Respirologi PP IDAI, 2016)


Patofisiologi

 Obstruksi saluran pernafasan


 Hiperresponsivitas saluran nafas

(Respirologi PP IDAI, 2016)


Klasifikasi
 Berdasarkan umur Berdasarkan fenotip

 Asma bayi – baduta (bawah dua tahun)  Asma tercetus infeksi virus

 Asma balita (bawah lima tahun)  Asma tercetus aktivitas (exercise induced asthma)

 Asma usia sekolah (5-11 tahun)  Asma tercetus alergen

 Asma remaja (12-17 tahun)  Asma terkait obesitas

 Asma dengan banyak pencetus (multiple triggered


asthma)
Klasifikasi
 Berdasarkan kekerapan timbulnya gejala

(Respirologi PP IDAI, 2016)


Klasifikasi

 Berdasarkan derajat beratnya serangan


 Berdasarkan derajat kendali
Asma serangan ringan-sedang
• Asma terkendali penuh (well controlled)
Asma serangan berat

Serangan asma dengan ancaman henti napas ◦ Tanpa obat pengendali : pada asma
intermiten

◦ Dengan obat pengendali : pada asma


persisten (ringan/ sedang/berat)

• Asma terkendali sebagian (partly controlled)

• Asma tidak terkendali (uncontrolled)


Obesitas
 Obesitas adalah dampak ketidakseimbangan energi berupa  asupan yang jauh melampaui keluaran energi
dalam jangka waktu  tertentu.

 Kelebihan energi akan disimpan menjadi  lemak sehingga dengan bertambahnya simpanan  lemak
tersebut, bertambah berat badan dan menjadi  obesitas.

 Kegemukan dan obesitas pada anak dinilai dengan pengukuran Body Mass  Index (BMI)
Dampak Obesitas
Menimbulkan berbagai keluhan dan  berbagai keluhan dan gangguan penyakit

Penyakit Kardiovaskuler 

Penyakit Hipertensi 

Asma Bronkhiale 

Sleep Apnea 

Kelainan Bentuk dan Ukuran Tulang 

Penyakit Diabetes Mellitus 


Hubungan Obesitas dan Asma Bronkial

1. Obesitas dan Fungsi Paru

2. Obesitas dan Mediator Inflamasi

3. Faktor genetik

4. Diet
Diagnosis
Penegakan diagnosis asma pada anak mengikuti alur klasik diagnosis medis. Diagnosis asma pada pasien
obesitas disertai dengan pengukuran parameter hiperreaktivitas bronkus karena gejala respiratori pada pasien
obesitas seringkali menyerupai asma.

Anamnesis Pemeriksaan fisik

 Gejala timbul secara episodik atau berulang. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak,
dapat terdengar wheezing, baik yang terdengar
 Timbul bila ada faktor pencetus.
langsung (audible wheeze) atau yang terdengar dengan
 Adanya riwayat alergi
stetoskop.
 Variabilitas

 Reversibilitas

(Respirologi PP IDAI, 2016)


Diagnosis
Pemeriksaan penunjang

 Untuk menunjukkan variabilitas gangguan aliran napas akibat obstruksi, hiperreaktivitas, dan inflamasi

saluran respiratori, atau adanya atopi

 Jika terindikasi dan fasilitas tersedia, pemeriksaan untuk mencari kemungkinan diagnosis banding,

misalnya uji tuberkulin, foto sinus paranasalis, foto toraks,, uji defisiensi imun, CT-scan toraks,

endoskopi respiratori.

(Respirologi PP IDAI, 2016)


Tatalaksana
Asma lebih sulit dikendali pada pasien dengan obesitas. Hubungan antara obesitas dengan
asma cukup kompleks. Tidak cukup bukti yang menyatakan adanya perbedaan tatalaksana
asma dengan obesitas atau tanpa obesitas.

 Tata laksana medikamentosa

Obat pereda (reliever) untuk meredakan gejala asma bila sedang timbul dan obat pengendali
(controller) untuk mencegah serangan asma. Cara pemberian dengan inhalasi
Tatalaksana
Obat pengendali asma terdiri dari :

 Steroid inhalasi

Menekan inflamasi dan sebagai tatalaksana asma jangka Panjang. Steroid inhalasi
dapat mengendalikan asma, menurunkan angka kekambuhan, mengurangi risiko MRS,
memperbaiki kualitas hidup, memperbaiki fungsi paru.

 Agonis β2 kerja panjang

Kombinasi agonis β2 kerja panjang dengan steroid terbukti memperbaiki fungsi paru
dan menurunkan angka kekambuhan
Tatalaksana
 Antileukotrien

Memiliki efek bronkodilatasi kecil, mengurangi gejala termasuk batuk, memperbaiki fungsi paru, dan
mengurangi inflamasi jalan napas dan eksaserbasi.

 Teofilin lepas lambat

Diberikan sebagai preparat tunggal atau diberikan sebagai kombinasi dengan steroid inhalasi
karena kemampuan absorbsi dan bioavaibilitas yang lebih baik.

 Anti-IgE (omalizumab)

Adalah antibodi monoklonal yang mampu mengurangi kadar IgE bebas dalam serum
Tatalaksana
 Non-medikamentosa
Keterangan :

1. Acuan awal penetapan jenjang tata laksana jangka


panjang menggunakan klasifikasi kekerapan.

2. Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah berlangsung


selama 6- 8 minggu dan asma belum terkendali, maka tata
laksana naik jenjang ke atasnya (step up).

3. Bila suatu jenjang dalam tata laksana sudah berlangsung


selama 8- 12 minggu dan asma terkendali penuh, maka
tata laksana turun jenjang kebawahnya (step down).

4. Perubahan jenjang tata laksana harus memperhatikan


aspek- aspek penghindaran, penyakit penyerta.

5. Pada Jenjang 4, jika belum terkendali, tata laksana


ditambahkan omalizumab.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai