Anda di halaman 1dari 83

refrat GAMBARAN SEVERITAS ASMA PADA

ANAK DENGAN RIWAYAT ATOPI


LAINNYA
Oleh :
Vina Suci Santika S. (1410070100053)
Nadyagustina Zulnesa (1410070100054)
Disci Yelfi Putri (1410070100056)
Jhean Vantika Kenti (1410070100058)
Althof Sona (1410070100144)

Preseptor :
dr. Gustin S, Sp.A (K)

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BAITURRAHMAH


KEPANITERAAN KLINIK SENIOR ILMU KESEHATAN ANAK
RSUD M.NATSIR SOLOK
2019
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Asma didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika terjadi
gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan
penderita mengalami mengi (wheezing).

Batuk
sesak di dada terutama ketika malam hari atau dini hari
PENDAHULUAN
asma dapat muncul karena reaksi terhadap faktor
pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan
penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran
pernafasan atau reaksi hipersensitivitas
• Infographic Style Pendahuluan

Prevalensi asma pada anak sangat


bervariasi di antara negara-negara di
dunia, berkisar antara 1-18%. Menurut
para ahli, prevalensi asma akan terus
meningkat. Sekitar 100 - 150 juta
penduduk dunia terserang asma
dengan penambahan 180.000 setiap
tahunnya
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2007, prevalensi asma untuk seluruh kelompok usia
sebesar 3,5% dengan prevalensi penderita asma pada
anak usia 1 - 4 tahun sebesar 2,4% dan usia 5 - 14 tahun
sebesar 2,0%.
Pendahuluan
ATOPI merupakan suatu kecenderungan
seseorang dan atau keluarga untuk membentuk
immunoglobulin E sebagai respon terhadap
alergen. Manifestasi yang dapat muncul pada
penderita atopi diantaranya asma, dermatitis atopik
atau rinitis alergik.
Pendahuluan
Biasanya penyakit atopi bermanifestasi awal sebagai dermatitis atopi . Sepertiga dari penderita
dermatitis atopik pada anak-anak akan berkembang menjadi rinitis alergik dan sepertiga lagi
akan berlanjut menjadi asma.

rinitis alergik dermatitis asma


41,5%, atopik 7,5%, 12,4%.

The International Study of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC)


pernah melakukan penelitian mengenai prevalensi penyakit atopi di
Bandung, di dapatkan bahwa penderita rinitis alergik 41,5%, dermatitis
atopik 7,5%, dan asma 12,4%.
risiko penderita asma lebih tinggi pada anak laki-laki dibanding
perempuan.

2 1
>> >>>

Dalam suatu penelitian dikatakan Beberapa penyakit penyerta seperti


penyakit atopi lain dapat berkontribusi memperburuk kontrol asma dan
mempersulit manajemen diagnostik dan terapeutik pasien asma.
Sensitisasi alergen atau gejala alergi dapat memprediksi onset dan
10% tingkat keparahan asma
Selain itu, secara luas dijelaskan bahwa risiko
20% pengembangan penyakit pada pasien dengan dermatitis
atopi
70% sangat erat terkait dengan ekspresi klinis sensitisasi
IgE.
Dan di sebutkan bahwa rhinitis alergi adalah faktor risiko
utama terjadinya hiper-reaktivitas bronkial dan asma,
rhinitis alergi dapat mendahului timbulnya asma dalam
perjalan penyakit atopi.
Meskipun banyak yang mengatakan sensitisasi atopik adalah suatu
faktor risiko penting terutama untuk penyakit asma pada anak, peran
\alergi atau atopi pada anak-anak yang terkena asma masih dalam
perdebatan. Dan belum pernah dilakukan penelitian mengenai
keparahan asma dengan riwayat atopi lain di RSUD M Natsir Solok.
Maka peneliti tetarik untuk melakukan penelitian mengenai hal ini.
Tujuan dan ManfaatPenulisan
Tujuan
01 • Untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik
senior pada Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUD
M. Natsir.
• Untuk bahan pengayaan agar lebih memahami materi
Gambaran Severitas Asma pada Anak dengan
Riwayat Atopi Lainnya.

02 Manfaat Penulisan
• Menambah wawasan mengenai Gambaran Severitas Asma
pada Anak dengan Riwayat Gejala Atopi
• Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada Departemen
Ilmu Kesehatan Anak RSUD M.Natsir Solok
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PARU

ANATOMI PARU
Place Your Picture Here and Sent to Back

Modern Portfolio
Presentation
Place Your Picture Here and Sent to Back
ASMA
• DEFINISI
• Gangguan inflamasi kronik yang
berhubungan dengan obstruksi saluran
• Penyakit saluran
• Suatu penyakit heterogen respiratori dengan dasar
respiratori dan hiper-responsif bronkus
yang ditandai dengan yang secara klinis ditandai dengan adanya inflamasi kronik yang
inflamasi kronik saluran wheezing, batuk, dan sesak napas yang
mengakibatkan obstruksi
respiratori. berulang.
dan hiperreaktivitas
saluran respiratori
dengan derajat bervariasi.
UKK Respirologi
GINA (Global International IDAI
Initiative Asthma) Consensus on
(ICON) Pediatric
Asthma
• EPIDEMIOLOGI ASMA

Sekarang: sering
ditemukan pada
Global Burden of negara dengan
Terdapat 334 Diseasestudy pendapatan tinggi
Penyakit yang (GBD): asma maupun rendah.
juta orang yang
dapat menyerang terdapat di negara
menderita berkembang
semua orang. asma.
• FAKTOR RESIKO
Penelitian ISAAC (International Study of Asthma and Allergies
in Childhood) :
Makanan
Berat lahir tidak
Ventilasi
Asapcepat
rokoksaji
memadai
Polusi udara Cooking fuel
RISK
• PATOFISIOLOGI ASMA
• KLASIFIKASI ASMA
Berdasarkan
serangan

Berdasarkan Berdasarkan
kendali kekerapan
Berdasarkan Derajat Serangan Asma
Asma serangan Serangan asma dengan
Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk
• Lebih senang duduk daripada berbaring • Duduk bertopang lengan • Letargi
• Tidak gelisah • Gelisah • Suara napas tak terdengar
• Frekuensi napas meningkat • Frekuensi napas meningkat
• Frekuensi nadi meningkat • Frekuensi nadi meningkat
• Retraksi minimal • Retraksi jelas
• SpO2 (udara kamar): 90 – 95% • SpO2 (udara kamar) < 90%
• PEF > 50% prediksi atau terbaik • PEF < 50% prediksi atau terbaik
Berdasarkan Derajat Kekerapan

Kekerapan Uraian kekerapan gejala asma

Intermiten <6x/tahun atau jarak antar gejala ≥6 minggu

Persisten
>1x/bulan, namun tidak setiap Minggu
ringan

Persisten sedang >1x/minggu, namun tidak setiap hari

Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
Berdasarkan Derajat Kendali
DIAGNOSIS

ANAMNESA

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ANAMNESIS
Adanya riwayat alergi
Timbul pada
bila pasien
adaVariabilitas
atau
keluarganya
faktor pencetus
Gejala timbul secara
Reversibilitas
episodik dan berulang

ASMA
PEMERIKSAAN FISIK

• Gelisah
• Sianosis
• Sesak

Inspeksi
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk
menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan
dengan peakflowmeter
 Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik.
 Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum.
 Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin
hipertonik.
 X-ray thorax
Kriteria Diagnosis Asma
Menegakkan Diagnosis Asma
ATOPI

Kecenderungan untuk merespon secara imunologis


terhadap beragam antigen/ alergen , yang mengarah ke
diferensiasi CD4, TH2 dan kelebihan produksi
imunoglobulin E (Ig E)

Di hubungkan dengan perkembangan penyakit alergi , yaitu


:
- Dermatitis Atopi
- Rinitis Alergi
- Alergi Makanan
- Asma Bronkial
Dermatitis Atopi

Penyakit kulit kronik kambuhan yang paling sering terjadi pada bayi dan
anak- anak , sedangkan pada orang dewasa sekitar 1-3%

Tanda dan gejala utama :


Gatal
Tanda dan gejala utama : Gatal

Morfologi dan distribusi lesi berdasarkan usia :

- Fase Infantil (usia 2 bulan – 2 tahun )


- Fase anak ( usia 2 – 10 tahun)
- Fase remaja dan dewasa ( usia > 13 th)
Fase Infantil •Muncul pada usia 2 bulan, biasanya simetris pada kedua pipi, kemudian menyebar ke dahi, kulit kepala, telinga, leher, pergelangan tangan dan tungkai.
•Alergen (pencetus) yang berperan dalam fase ini adalah makanan, seperti susu sapi, telur, soya dan gandum.

Fase Anak
•Fase bersifat langsung atau lanjutan dari fase infantil
•Muncul dilipatan siku, pergelangan tangan kaki, kelopak mata dan leher
•Pada dermatitis berat anak sering mengalami gangguan psikologis
•Alergen yang berperan dalam fase ini adalah aeroalergen (pencetus yang dihirup) seperti tungau, debu rumah, wol dan serpihan hewan piaraan selain alergi makanan

Fase Remaja
•Lesi khas pada fase ini adalah eksim likenifikasi (penebalan kulit) pada daerah lipatan, plak hiperpigmentasi (perubahan warna kulit menjadi lebih gelap), dan skuama (bersisik)
•Gatal terutama pada malam hari yang berkaitan dengan kondisi psikologis, kelainan ini dicetuskan oleh gangguan emosional.
• Kekambuhan terjadi saat terpajan dengan alergen spesifik atau lingkungan tertentu.
Patofisiologi

Penurunan fungsi sawar kulit

Genetik

Faktor pencetus lainnya


1. Penurunan fungsi sawar kulit

Disfungsi permeabilitas sawar epidermis

Gen ini mengkode protein


profilargin sebagai Hilangnya mutasi gen filaggrin (FLG)
prekusor struktur protein
FLG pada diferensiasi
kompleks epidermal. FLG
terekspresi pada granula Pelepasan natural moisturizing
keratohialin selama factor terganggu
diferensiasi terminal
epidermis. Setelah
keratinosit menjadi padat,
protein FLG melepaskan Kulit menjadi kering
natural moisturizing factor
(NMF).
2. Genetik
Orang tua memiliki riwayat
dermatitis atopi

Resiko pada anak


2 – 3 x lipat

Terdapat peran 2 kromosom yaitu kromosom 1q21 dan


kromosom 17q25 dan kromosom lainnya seperti 5q31-
33
Faktor pencetus lainnya :

1.Makanan
• Makanan yang paling sering sebagai faktor pencetus ialah telur, susu, gandum,
kedele, dan kacang tanah

• merupakan suatu perubahan dramatis dengan kondisi bayi sebelumnya di dalam


rahim yang hanya menelan air ketuban steril dan bebas alergen. Umumnya akibat
proses sensitisasi dan reaksi hipersensitifitas spesifik terhadap protein makanan,
terbentuk IgE spesifik terhadap makanan.
2. Aeroalergen

Paparan terhadap alergen inhalan seperti serbuk sari,


jamur, tungau, dan bulu binatang

alergen inhalan nampaknya sering pada anak-anak yang lebih tua dan
orang dewasa yang mengakibatkan rasa gatal dan lesi atopik setelah
individu tersebut tersensitisasi secara inhalasi bronkial

Kadar IgE meningkat pada individu yang sering tersensitisasi


dengan tungau, serbuk sari, dan bulu binatang, serta
3. Staphylococcus aureus

bakteri ini untuk menyekresi toksin yang


dikenal sebagai superantigen.

Bahan ini akan menstimulasi aktivasi sel T dan


makrofag.

Gangguan fungsi
sawar kulit
Faktor-faktor yang Berkurangnya kadar
berkonstribusi pada infeksi lemak pada kulit
atau kolonisasi S. aureus dermatitis atopi
Peningkatan
pada dermatitis atopi adherence kulit akibat
meningkatnya
fibronektinproduksi
Berkurangnya dan
fibrinoge
endogen peptid
antimikroba
(betadefensins, LL-37)
oleh keratinosit
Rinitis Alergi
Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and It’s Impact on Asthma)
adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan tersumbat setelah mukosa terpapar alergen yang diperantarai
oleh Ig E.
Klasifikasi
bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4
Intermitten minggu
Berdasarkan
Sifat
Berlangsungnya

Persisten bila gejala lebih dari 4 hari/ minggu dan dari dari 4 minggu

tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas


Ringan harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja dan hal-
Berdasarkan hal lain yang mengganggu.
Tingkat berat
ringannya

Sedang- Berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut atas.
Gejala Klinis
Patofisiologi :
Alergen IgE

Pelepasan Berikatan
Degranulasi
mediator dengan
Sel Mast
inflamasi reseptor H1

vasodilatasi dari Merangsang sel Bersin bersin dan


sinusoid goblet hidung gatal

Hidung tersumbat Hipersekresi mukus Rhinorea


Dalam suatu penelitian Kehadiran sensitisasi alergi terhadap alergen inhalan
dan gejala rinitis biasanya dikaitkan dengan onset awal asma yang berat.
Pasien dengan rinitis alergi di laporkan bahwa kontrol asmanya lebih buruk
dan lebih eksaserbasi dan kunjungan darurat.

Hal ini juga diketahui bahwa AR dan asma sering hidup berdampingan.
Saat mereka berbagi latar belakang genetik, jalur peradangan saluran
napas kronis dan pemicu yang sama (paparan alergen, infeksi virus, udara
dingin, dan polusi udara) , Pengobatan rhinitis dapat bermanfaat untuk
mencegah eksaserbasi asma berat.

Ini berarti bahwa mengobati berdampingan antara rhinitis alergi dan asma
dapat meningkatkan kontrol asma dan mengurangi pemanfaatan sumber daya
kesehatan
Arasi S, Porcaro F, Cutrera R dan Fiocchi AG (2019) severe ashma and alergy: Sebuah Pediatric Perspektif. Depan. Pediatr. 07:28.
 
doi: 10,3389 / fped.2019.00028
Alergi Makanan
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis alergi terhadap makanan dapat muncul mulai dari urtikaria
akut sampai reaksi anafilaksis. Organ target yang sering terkena adalah kulit,
saluran cerna, saluran napas atas, bawah dan sistemik.

• Kulit  Urtikaria akut dan angioedema


• Saluran Cerna Nausea, muntah, diare, gembung, sering flatus, kolik dan
konstipasi menahun
• Saluran Napas 
Patofisiologi
Tubuh gagal mentoleansi makanan

Peran Ig E Meransang IgE

Ikatan IgE dan alergen makanan akan melepaskan mediator


histamin, prostaglandin

Timbul vasodilatasi, kontraksi otot polos dan hiper sekresi mukus

Timbul gejala reaksi hipersensitivitas tipe 1

Bila alergen dikonsumsi berulang kali sel mononuklear akan


diransang untuk memproduksi histamin releasing factor (HRF)
Hubungan Asma dan Riwayat Atopi

• anak dengan gejala satu atau lebih sindrom alergi yang tinggi
berhubungan dengan risiko keparahan dari asma yang
dideritanya.

• lebih dari setengah populasi penggunaan obat oral


kortikosteroid dan kunjungan rumah sakit terkait asma
lebih sering dilaporkan pada anak anak yang memiliki
riwayat lebih dari satu kondisi atopik.
• oleh Roberts et al. menunjukkan bahwa anak-anak
dengan alergi makanan sekitar 6 kali lebih mungkin
menderita asma parah di kemudian hari daripada anak-
anak yang tidak memiliki alergi makanan
• 40% anak-anak yang didiagnosis dengan alergi telur dan / atau
ikan dalam tiga tahun pertama kehidupan mereka melaporkan
gejala asma saat ini pada usia sekolah
mekanisme tipe I klasifikasi Gell dan Coombs yang diperankan
oleh antibody IgE

Seorang yang menderita riwayat atopi akan membuat antibodi IgE


terhadap alergen

Alergen akan terikat pada IgE yang sudah terikat pada sel mast
yang sudah tersentitisasi dan akan terjadi fusi granula dengan
membran sel mast sehingga terjadi degranulasi
mediator yang sudah ada dalam granula keluar dari sel mast

Granula yang sudah ada ini adalah histamin yang mempunyai efek
pelebaran pembuluh darah di mukosa

Eosinofil beredar di sirkulasi dan menuju ke organ target dengan


bantuan histamin yang dilepaskan dari sel mast/sel basofil
Eosinofil akan menembus pembuluh darah dengan bantuan faktor
kemotaksis dan molekul adhesi yang terdapat pada endotel
pembuluh darah

Eosinofil
melepaskan mediator Major Basic Protein (MBP),
Myelopreoxidase (MPO), Eosinophilic Cationic Protein (ECP),
Eosinophil Peroxidase (EPO) yang juga Pertanda Biologi (PB)

Major basic protein merusak sel epitel mukosa setempat


Kerusakan epitel ini mengakibatkan ujung saraf eferen
terpapar sehingga mukosa menjadi hiperaktif
BAB III .Kerangka Teori
Atopi

Asma Bronkial
Dermatitis Atopi Rinitis Alergi Alergi makanan

Sel mast

Pelepasan Histamin

Beredar di sirklasi darah


bersama eosinofil

Pelepasan Mediator Inflamasi

Kerusakan Epitel

Mudah Terangsang
alergen
BAB IV .Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
pasien anak dengan satu atau lebih
gejala atopi di poli dan bangsal anak
RSUD M. natsir, Solok, Sumatera
Barat

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilakukan selama 1
tahun yang mencakup tahap
persiapan sampai pelaporan di RSUD.
M Natsir, Solok, Sumatera Barat.
Metodologi Penelitian
Populasi

Jenis dan Rancangan Penelitian 1.Populasi Target


Penelitian ini bersifat analitik, Pasien asma pada anak
dengan rancangan penelitian yang memiliki satu atau
cross sectional dengan tujuan lebih gejala atopi pada
untuk mengetahui gambaran dirinya di sumatera barat
tingkat severitas asma pada 2.Populasi Terjangkau
anak dengan atau tanpa riwayat Pasien asma pada anak
atopi di poli anak RSUD. M. yang memiliki satu atau
Natsir, Solok, Sumatera Barat lebih gejala atopi pada
dirinya di poli dan bangsal
rawat jalan anak RSUD M.
Natsir, Solok, Sumatera
Barat
Metodologi Penelitian
Sampel
Sampel pada penelitian ini dipilih secara Accident
random sampling sesuai kriteria inklusi dan
eksklusi. Untuk menentukan besar sampel dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

A B
Kriteria sampel
Kriteria Inklusi
Pasien asma pada anak
berdasarkan kriteria Kriteria Eksklusi
konsesus asma IDAI 2016 Pasien asma yang tidak
Memiliki riwayat gejala atopi bersedia menjadi
satu atau lebih responden
bersikap koperatif
Pasien telah menyetujui
inform concern
Cara Pengumpulan Data
Alat
Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah kuisioner peneliti yang telah diverifikasi.
Jenis Data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dari hasil pengambil kuisioner berdasarkan
kuisioner peneliti yang telah diverifikasi
Cara Kerja
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan
random pada pasien yang berkunjung ke poli anak
rawat jalan RSUD M.Natsir, Solok, Sumatera Barat
Dilakukan wawancara, jika memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi dilanjutkan pengisian kuisioner
oleh orang tua/wali pasien
Pemeriksaan dilakukan pada minggu pertama hingga
minggu ke-4
Persiapan Penelitian

Identifikasi subjek yang berpotensi


masuk ke dalam penelitian

Informed consent

Bersedia Tidak bersedia

Penilaian lebih lanjut

Stratisfied random sampling

Tidak memenuhi
Memenuhi kriteria kriteria

Statiska Deskriptif Pengisian Kuisioner


Pengolahan dan Analisa data

• Data subjek penelitian diambil pada Minggu 1 hingga minggu ke


empat penelitian oleh peneliti. Setelah memastikan pasien telah
memenuhi kriteria inklusi yang diinginkan, pasien atau yang
mendapingi diminta untuk mengisi informed consent, dilakukan
pengisian kuisioner yang telah dipersiapkan.
• Dalam penelitian ini analisis data menggunakan SPSS versi 16.0
yang terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat
Pengolahan dan Analisa data

 Data subjek penelitian diambil pada Minggu 1 hingga minggu ke empat


penelitian oleh peneliti. Setelah memastikan pasien telah memenuhi kriteria
inklusi yang diinginkan, pasien atau yang mendapingi diminta untuk mengisi
informed consent, dilakukan pengisian kuisioner yang telah dipersiapkan.

Dalam penelitian ini analisis data menggunakan SPSS versi 16.0 yang terdiri
dari analisis univariat dan analisis bivariat
Analisa Univariat

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel
yang diteliti yaitu variabel dependen asma dan variabel independen riwayat atopi. Kemudian diwujudkan dalam tabel
distribusi frekuensi
Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan berdasarkan uji hipotesis komparatif kategorik untuk meliha
perbedaan antara variable independen dengan dependen. Uji statistik yang digunakan adalah u
chi square ( ) dengan α = 0,05 dan derajat kepercayaan 95%. Selanjutnya hasil analisi
diinterpretasikan dengan hipotesis sebagai berikut :
Jika nilai p ≤ 0,05, maka ada perbedaan antara variable independen dengan variable dependen.
Jika nilai p > 0,05, maka tidak ada perbedaan antara variable independen dengan variabl
dependen.
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:

Tabel 4.1 Dammy Tabel Karakteristik Demografi Pasien Asma pada Anak
Karakteristik Frekuensi n(%)

Umur :  
Balita (0-5 tahun)  
Kanak kanak (5-11 tahun)  
Remaja Awal (12-16 tahun)  
Jenis Kelamin :  
Laki – Laki  
Perempuan  
Asma dengan riwayat atopi  
Asma tanpa riwayat atopi  
Total  
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:

Tabel 4.2 Dammy Tabel Gambaran responden dengan Rhinitis Alergi

Derajat Asma N %

Usia    
Balita
Kanak-kanak
Remaja awal

Jenis kelamin    
Perempuan
Laki-laki
Total, n (%)    
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:

Tabel 4.3 Dammy Tabel Gambaran responden dengan Dermatitis Atopi

kategorik N %
Derajat N %
Asma
Usia Usia        
Balita Balita
Kanak-
Kanak-kanak
kanak
Remaja awal
Remaja awal
Jenis kelamin Jenis        
Perempuan kelamin
Laki-laki Perempuan
Laki-laki
Total, n (%) Total, n (%)        
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:

Tabel 4.4 Dammy Tabel Gambaran Responden dengan Alergi makanan


kategorik N %
Usia    
Balita
Kanak-kanak
Remaja awal

Jenis kelamin    
Perempuan
Laki-laki
   
Jenis makanan
Susu sapi
Telur
Udang
Ikan
Kacang kedelai

Total, n (%)    
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:

Tabel 4.5 Dammy Tabel Gambaran Responden dengan Alergi Hewan


kategorik N %
Usia    
Balita
Kanak-kanak
Remaja awal

Jenis kelamin    
Perempuan
Laki-laki
   
Jenis makanan
Kucing
Anjing
Lainnya
Total, n (%)    
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table
bivariat:
Hubungan Severitas Asma dengan Riwayat Atopi

  Tingkat severitas asma  


Responden    
p value
Asma intermitten Persisten Persiten berat
Total
ringan-
 
sedang

N (%) N (%) N (%) N (%)  

Asma dengan                  

riwayat atopi

Asma tanpa                

riwayat atopi
Kuisioner

Anda mungkin juga menyukai