Preseptor :
dr. Gustin S, Sp.A (K)
Batuk
sesak di dada terutama ketika malam hari atau dini hari
PENDAHULUAN
asma dapat muncul karena reaksi terhadap faktor
pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan
penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran
pernafasan atau reaksi hipersensitivitas
• Infographic Style Pendahuluan
2 1
>> >>>
02 Manfaat Penulisan
• Menambah wawasan mengenai Gambaran Severitas Asma
pada Anak dengan Riwayat Gejala Atopi
• Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada Departemen
Ilmu Kesehatan Anak RSUD M.Natsir Solok
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI PARU
ANATOMI PARU
Place Your Picture Here and Sent to Back
Modern Portfolio
Presentation
Place Your Picture Here and Sent to Back
ASMA
• DEFINISI
• Gangguan inflamasi kronik yang
berhubungan dengan obstruksi saluran
• Penyakit saluran
• Suatu penyakit heterogen respiratori dengan dasar
respiratori dan hiper-responsif bronkus
yang ditandai dengan yang secara klinis ditandai dengan adanya inflamasi kronik yang
inflamasi kronik saluran wheezing, batuk, dan sesak napas yang
mengakibatkan obstruksi
respiratori. berulang.
dan hiperreaktivitas
saluran respiratori
dengan derajat bervariasi.
UKK Respirologi
GINA (Global International IDAI
Initiative Asthma) Consensus on
(ICON) Pediatric
Asthma
• EPIDEMIOLOGI ASMA
Sekarang: sering
ditemukan pada
Global Burden of negara dengan
Terdapat 334 Diseasestudy pendapatan tinggi
Penyakit yang (GBD): asma maupun rendah.
juta orang yang
dapat menyerang terdapat di negara
menderita berkembang
semua orang. asma.
• FAKTOR RESIKO
Penelitian ISAAC (International Study of Asthma and Allergies
in Childhood) :
Makanan
Berat lahir tidak
Ventilasi
Asapcepat
rokoksaji
memadai
Polusi udara Cooking fuel
RISK
• PATOFISIOLOGI ASMA
• KLASIFIKASI ASMA
Berdasarkan
serangan
Berdasarkan Berdasarkan
kendali kekerapan
Berdasarkan Derajat Serangan Asma
Asma serangan Serangan asma dengan
Asma serangan berat
ringan-sedang ancaman henti napas
• Bicara dalam kalimat • Bicara dalam kata • Mengantuk
• Lebih senang duduk daripada berbaring • Duduk bertopang lengan • Letargi
• Tidak gelisah • Gelisah • Suara napas tak terdengar
• Frekuensi napas meningkat • Frekuensi napas meningkat
• Frekuensi nadi meningkat • Frekuensi nadi meningkat
• Retraksi minimal • Retraksi jelas
• SpO2 (udara kamar): 90 – 95% • SpO2 (udara kamar) < 90%
• PEF > 50% prediksi atau terbaik • PEF < 50% prediksi atau terbaik
Berdasarkan Derajat Kekerapan
Persisten
>1x/bulan, namun tidak setiap Minggu
ringan
Persisten
Gejala asma terjadi hampir tiap hari
berat
Berdasarkan Derajat Kendali
DIAGNOSIS
ANAMNESA
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
ANAMNESIS
Adanya riwayat alergi
Timbul pada
bila pasien
adaVariabilitas
atau
keluarganya
faktor pencetus
Gejala timbul secara
Reversibilitas
episodik dan berulang
ASMA
PEMERIKSAAN FISIK
• Gelisah
• Sianosis
• Sesak
Inspeksi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas dan untuk
menilai variabilitas. Pada fasilitas terbatas dapat dilakukan pemeriksaan
dengan peakflowmeter
Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan IgE spesifik.
Uji inflamasi saluran respiratori: FeNO (fractional exhaled nitric oxide),
eosinofil sputum.
Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin
hipertonik.
X-ray thorax
Kriteria Diagnosis Asma
Menegakkan Diagnosis Asma
ATOPI
Penyakit kulit kronik kambuhan yang paling sering terjadi pada bayi dan
anak- anak , sedangkan pada orang dewasa sekitar 1-3%
Fase Anak
•Fase bersifat langsung atau lanjutan dari fase infantil
•Muncul dilipatan siku, pergelangan tangan kaki, kelopak mata dan leher
•Pada dermatitis berat anak sering mengalami gangguan psikologis
•Alergen yang berperan dalam fase ini adalah aeroalergen (pencetus yang dihirup) seperti tungau, debu rumah, wol dan serpihan hewan piaraan selain alergi makanan
Fase Remaja
•Lesi khas pada fase ini adalah eksim likenifikasi (penebalan kulit) pada daerah lipatan, plak hiperpigmentasi (perubahan warna kulit menjadi lebih gelap), dan skuama (bersisik)
•Gatal terutama pada malam hari yang berkaitan dengan kondisi psikologis, kelainan ini dicetuskan oleh gangguan emosional.
• Kekambuhan terjadi saat terpajan dengan alergen spesifik atau lingkungan tertentu.
Patofisiologi
Genetik
1.Makanan
• Makanan yang paling sering sebagai faktor pencetus ialah telur, susu, gandum,
kedele, dan kacang tanah
alergen inhalan nampaknya sering pada anak-anak yang lebih tua dan
orang dewasa yang mengakibatkan rasa gatal dan lesi atopik setelah
individu tersebut tersensitisasi secara inhalasi bronkial
Gangguan fungsi
sawar kulit
Faktor-faktor yang Berkurangnya kadar
berkonstribusi pada infeksi lemak pada kulit
atau kolonisasi S. aureus dermatitis atopi
Peningkatan
pada dermatitis atopi adherence kulit akibat
meningkatnya
fibronektinproduksi
Berkurangnya dan
fibrinoge
endogen peptid
antimikroba
(betadefensins, LL-37)
oleh keratinosit
Rinitis Alergi
Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and It’s Impact on Asthma)
adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasa
gatal dan tersumbat setelah mukosa terpapar alergen yang diperantarai
oleh Ig E.
Klasifikasi
bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4
Intermitten minggu
Berdasarkan
Sifat
Berlangsungnya
Persisten bila gejala lebih dari 4 hari/ minggu dan dari dari 4 minggu
Sedang- Berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut atas.
Gejala Klinis
Patofisiologi :
Alergen IgE
Pelepasan Berikatan
Degranulasi
mediator dengan
Sel Mast
inflamasi reseptor H1
Hal ini juga diketahui bahwa AR dan asma sering hidup berdampingan.
Saat mereka berbagi latar belakang genetik, jalur peradangan saluran
napas kronis dan pemicu yang sama (paparan alergen, infeksi virus, udara
dingin, dan polusi udara) , Pengobatan rhinitis dapat bermanfaat untuk
mencegah eksaserbasi asma berat.
Ini berarti bahwa mengobati berdampingan antara rhinitis alergi dan asma
dapat meningkatkan kontrol asma dan mengurangi pemanfaatan sumber daya
kesehatan
Arasi S, Porcaro F, Cutrera R dan Fiocchi AG (2019) severe ashma and alergy: Sebuah Pediatric Perspektif. Depan. Pediatr. 07:28.
doi: 10,3389 / fped.2019.00028
Alergi Makanan
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis alergi terhadap makanan dapat muncul mulai dari urtikaria
akut sampai reaksi anafilaksis. Organ target yang sering terkena adalah kulit,
saluran cerna, saluran napas atas, bawah dan sistemik.
• anak dengan gejala satu atau lebih sindrom alergi yang tinggi
berhubungan dengan risiko keparahan dari asma yang
dideritanya.
Alergen akan terikat pada IgE yang sudah terikat pada sel mast
yang sudah tersentitisasi dan akan terjadi fusi granula dengan
membran sel mast sehingga terjadi degranulasi
mediator yang sudah ada dalam granula keluar dari sel mast
Granula yang sudah ada ini adalah histamin yang mempunyai efek
pelebaran pembuluh darah di mukosa
Eosinofil
melepaskan mediator Major Basic Protein (MBP),
Myelopreoxidase (MPO), Eosinophilic Cationic Protein (ECP),
Eosinophil Peroxidase (EPO) yang juga Pertanda Biologi (PB)
Asma Bronkial
Dermatitis Atopi Rinitis Alergi Alergi makanan
Sel mast
Pelepasan Histamin
Kerusakan Epitel
Mudah Terangsang
alergen
BAB IV .Metodologi Penelitian
Metodologi Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada
pasien anak dengan satu atau lebih
gejala atopi di poli dan bangsal anak
RSUD M. natsir, Solok, Sumatera
Barat
A B
Kriteria sampel
Kriteria Inklusi
Pasien asma pada anak
berdasarkan kriteria Kriteria Eksklusi
konsesus asma IDAI 2016 Pasien asma yang tidak
Memiliki riwayat gejala atopi bersedia menjadi
satu atau lebih responden
bersikap koperatif
Pasien telah menyetujui
inform concern
Cara Pengumpulan Data
Alat
Pada penelitian ini alat yang digunakan adalah kuisioner peneliti yang telah diverifikasi.
Jenis Data
Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dari hasil pengambil kuisioner berdasarkan
kuisioner peneliti yang telah diverifikasi
Cara Kerja
Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan
random pada pasien yang berkunjung ke poli anak
rawat jalan RSUD M.Natsir, Solok, Sumatera Barat
Dilakukan wawancara, jika memenuhi kriteria
inklusi dan ekslusi dilanjutkan pengisian kuisioner
oleh orang tua/wali pasien
Pemeriksaan dilakukan pada minggu pertama hingga
minggu ke-4
Persiapan Penelitian
Informed consent
Tidak memenuhi
Memenuhi kriteria kriteria
Dalam penelitian ini analisis data menggunakan SPSS versi 16.0 yang terdiri
dari analisis univariat dan analisis bivariat
Analisa Univariat
Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran masing-masing variabel, distribusi frekuensi berbagai variabel
yang diteliti yaitu variabel dependen asma dan variabel independen riwayat atopi. Kemudian diwujudkan dalam tabel
distribusi frekuensi
Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan berdasarkan uji hipotesis komparatif kategorik untuk meliha
perbedaan antara variable independen dengan dependen. Uji statistik yang digunakan adalah u
chi square ( ) dengan α = 0,05 dan derajat kepercayaan 95%. Selanjutnya hasil analisi
diinterpretasikan dengan hipotesis sebagai berikut :
Jika nilai p ≤ 0,05, maka ada perbedaan antara variable independen dengan variable dependen.
Jika nilai p > 0,05, maka tidak ada perbedaan antara variable independen dengan variabl
dependen.
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:
Tabel 4.1 Dammy Tabel Karakteristik Demografi Pasien Asma pada Anak
Karakteristik Frekuensi n(%)
Umur :
Balita (0-5 tahun)
Kanak kanak (5-11 tahun)
Remaja Awal (12-16 tahun)
Jenis Kelamin :
Laki – Laki
Perempuan
Asma dengan riwayat atopi
Asma tanpa riwayat atopi
Total
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:
Derajat Asma N %
Usia
Balita
Kanak-kanak
Remaja awal
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Total, n (%)
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:
kategorik N %
Derajat N %
Asma
Usia Usia
Balita Balita
Kanak-
Kanak-kanak
kanak
Remaja awal
Remaja awal
Jenis kelamin Jenis
Perempuan kelamin
Laki-laki Perempuan
Laki-laki
Total, n (%) Total, n (%)
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Jenis makanan
Susu sapi
Telur
Udang
Ikan
Kacang kedelai
Total, n (%)
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table univariat:
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
Jenis makanan
Kucing
Anjing
Lainnya
Total, n (%)
Keluaran statistik yang diharapkan dapat digambarkan pada dummy table
bivariat:
Hubungan Severitas Asma dengan Riwayat Atopi
Asma dengan
riwayat atopi
Asma tanpa
riwayat atopi
Kuisioner