Anamnesis
• Keluhan utama: • Riwayat alergi pada pasien dan
• Wheezing atau keluarganya
• Batuk kronik berulang (BKB) • Variabilitias, intensitas gejala
bervariasi dari waktu ke waktu,
• Karakteristik khas asma: biasanya gejala lebih berat saat
• Gejala timbul episodik/berulang malam
• Timbul bila ada factor pencetus • Reversibilitas, gejala membaik
(iritan, allergen, infeksi respiratori secara spontan atau dengan obat
akut, aktivitas fisis) pereda asma
Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang
• Stabil tanpa gejala tidak ditemukan • Uji fungsi paru dengan spirometry
kelainan • Skin prick test
• Sedang bergejala wheezing baik • Pemeriksaan IgE spesifik
secara langsung maupun dengan
auskultasi • Uji inflamasi saluran respiratori
dengan FeNO (fractional exhaled nitric
• Gejala alergi (DA, rhinitis alergi, oxide)
allergic shiners, geographic tongue)
• Uji provokasi bronkus dengan
exercise, metakolin, atau larutan salin
hipertonik
Klasifikasi
Tujuan tata laksana asma anak secara umum adalah mencapai kendali asma
sehingga menjamin tercapainya potensi tumbuh kembang anak secara
optimal. Secara lebih rinci, tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Aktivitas pasien berjalan normal, termasuk bermain dan berolahraga.
2. Gejala tidak timbul pada siang maupun malam hari.
3. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.
4. Efek samping obat dapat dicegah untuk tidak atau sesedikit mungkin
terjadi, terutama yang memengaruhi tumbuh kembang anak.
Apabila tujuan ini belum tercapai maka tata laksananya perlu dievaluasi
kembali.
Tata laksana medikamentosa
Tujuan tata laksana asma adalah untuk mencapai dan mempertahankan kendali
asma serta menjamin tercapainya tumbuh kembang anak secara optimal. Obat
asma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
1. Obat pereda (reliever) Obat ini digunakan untuk meredakan serangan atau
gejala asma bila sedang timbul. Bila serangan sudah teratasi dan gejala tidak
ada lagi, maka pemakaian obat ini dihentikan.
2. Obat pengendali (controller). Digunakan untuk mencegah serangan asma.
Obat ini untuk mengatasi masalah dasar asma yaitu inflamasi respiratori
kronik, sehingga tidak timbul serangan atau gejala asma. Pemakaian obat ini
secara terus-menerus dalam jangka waktu yang relatif lama, bergantung pada
kekerapan gejala asma dan responsnya terhadap
pengobatan/penanggulangan.
Cara pemberian obat
1. Tatalaksana dirumah
• Jika tidak ada keadaan seperti keadaan diatas maka berikan inhalasi agonis
β2 kerja Pendek, via nebulizer atau dengan MDI + spacer,sebagai!berikut :
A. Jika via nebulizer
1. Berikan agonis β2 kerja pendek, lihat! responsnya. Bila gejala (sesak napas dan wheezing)
menghilang, cukup diberikan satu kali.
2. Jika gejala belum membaik dalam 30 menit, ulangi pemberian sekali lagi
3. Jika dengan 2 kali pemberianagonis β2 kerja pendek via nebulizer belum membaik, segera
bawa ke fasyankes.
B. Jika diberikan Via MDI (Metered dose Inhaler) + spacer
1. Berikan agonis β2 kerja pendek serial via spacer (dengan dosis: 2-4
semprot. Berikan satu semprot obat ke dalam spacer ( diikuti 6-8! tarikan
napas melalui antar muka (interface) spacer( berupa masker atau
mouthpiece. Bile belum ada respons berikan semprot berikutnya dengan
siklus yang!sama.
2. Jika membaik dengan dosis <4 semprot, inhalasi dihentikan.
3. Jika gejala tidak membaik dengan dosis 4 semprot, segera bawa ke
fasyankes.
2. Tatalaksana di Fasilitas Pelayanan
Kesahatan Primer
Anamnesis
Waktu mulainya da pemicu serangan saat ini (jika diketahui)
Gejala-gejala untuk menilai keparahan serangan, termasuk
ketebatasan aktifitas fisik, adanya gejala anafilaksis
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko kematian
Pengobatan yang telah diberikan untuk serangan saat ini.
Pengobatan yang dipakai saat ini (obat Pereda dan pengendali),
termasuk dosis dan alat inhalasi yang dipakai, ketaatan, peningkatan
dosis dan respons terhadap pengobatan yang dipakai saat ini.
2. Tatalaksana di Fasilitas Pelayanan
Kesahatan Primer
Pemeriksaan fisik
Tanda vital dan derajat serangan, meliputi: derajat kesadaran, suhu,
frekuensi nadi, frekuensi napas, tekanan darah, kemampuan bicara
lengkap satu kalimat, retraksi dinding dadadan wheezing
Tanda komplikasi atau penyakit penyerta (anafilaksis, pneumonia,
pneumotoraks)
Tanda dari kondisi lain yang dapat menjadi penyebab distress
respirasi (misalnya tanda gagal jantung, inhalasi benda asing,
obstruksi saluran napas atas)
2. Tatalaksana di Fasilitas Pelayanan
Kesahatan Primer
Pemeriksaan Penunjang
Periksa saturasi oksigen dengan pulse oximetry. Saturasi oksigen
<92% merupakan tanda serangan berat yang memerlukan tindakan
yang agresif
Pasien dengan serangan
asma atau ancaman henti
napas yang di rujuk ke RS
Tindak Lanjut
Bila pasien memenuhi kriteria untuk dipulangkan, obat yang dibawakan
pulang adalah agonis β2 kerja pendek (bila tersedia sangat dianjurkan
pemberian inhalasi daripada pemberian preparat oral) dan steroid oral.
Jika pasien dengan asma persisten, berikan obat pengendali. Apabila
pasien sebelumnya sudah diberi obat pengendali, lalu evaluasi dan
sesuaikan ulang dosisnya. Informasi lebih lengkap lihat di tatalaksana
jangka panjang.
Jika obat diberikan dalam bentuk inhaler, sebelum pasien dipulangkan,
pastikan teknik pemakaian inhaler sudah tepat.
Kontrol ulang ke fasyankes 3-5 hari kemudian.
3. Tatalaksana di rumah Sakit (UGD)
Langkah awal ketika dapat rujukan : nilai ABC dan derajat kesadaran
pasien
Jika terdapat ancaman henti nafas, dan penurunan kesadaran maka
siapkan untuk perawatan PICU. Sambil menunggu, beri inhalasi agonis
β2 kerja pendek via nebulizer dan dapat di ulang selang waktu 20
menit. Pada pemberian ketiga ditambahkan ipratropium bromide ke
dalam nebulisasi. (untuk menentkan derajat serangan asma)
MDI merupakan alat inhalasi yang cukup suli penggunaannya
dibandingkan DPI :
1. Derasnya arus semprotan aka n menyebabkan impaksi dan sebagian besar
terdeposisi di orofaring
2. Untuk anak kecil yang belum mampu mengkordinasikan hirup-tekan-hirup
panjang
Metered dose inhaler
Spacer
Penghindaran Pencetus
• Upaya utama dalam tatalaksana asma
TERIMA KASIH
Sumber: Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) 2016