Anda di halaman 1dari 48

Fraktur

Nurul Amelia Rahayu Putri (130112190724)


Nabila Nurul Assyifa (130112190689)
Ananda Hanifah Husna (130112190536)
Akhmad Syaikhu Firizal (130112190514)

Preseptor: Dr. Dicky Mulyadi, dr., Sp.B, Sp.OT(K)

Program Studi Profesi Dokter Departemen Ilmu Bedah


Periode 8 Juni - 17 Juli 2020
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin
Definisi dan Epidemiologi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural baik pada tulang, plat
epifisial, permukaan sendi kartilago.

• Gaya fisik penyebab fraktur dan gaya fisik yang terjadi pada displacement fragmen
fraktura akan menyebabkan jejas jaringan lunak.
• Epidemiologi
• Insidensi fraktur terbuka 30,7 per 100.000 populasi per tahun.
• Penyebab fraktur ekstremitas bawah terbuka yang paling sering adalah kecelakaan
lalu lalu lintas.
• Fraktur tulang panjang tersering adalah tibia dan fibula (11,2%).
• Insidensi sesuai usia berkurang pada laki-laki dan bertambah pada wanita. Pada laki-
laki, insidensi tertinggi pada usia 15-19 tahun.
Injuries Terkait Fraktur
• Tulang cortical dapat menahan
kompresi dan gaya shearing
dibandingkan dengan gaya tensi.
• Oblique/transverse fracture
• Greenstick fracture
• Spiral fracture
• Avulsion fracture
• Intraarticular fracture
• Tulang cancellous, struktur spongiosa,
lebih rentan terhadap gaya kompresi.
• Crush/compression fracture
• Buckle/torus fracture.
Penyebab Fraktur
• Injury • Stres Repetitif
• Gaya langsung: patah di point of impact, • Pada tulang normal karena beban berat.
ada kerusakan jaringan lunak, biasanya • Saat terpapar stress dan deformasi
transverse fracture berulang dan prolong  resorpsi tulang >
• Gaya bending: triangular “butterfly” replacement  tulang rentan.
fragment, kerusakan kulit biasa terjadi • Kelemahan abnormal dari tulang, fraktur
• Gaya crushing: comminuted fracture, “patologis”
kerusakan jaringan lunak meluas
Fraktur yang dapat terjadi bahkan saat stress
• Gaya tidak langsung: patah pada jarak
normal, sudah lemah karena:
dari gaya; kerusakan jaringan lunak di
situs fraktur tidak terhindarkan • Perubahan struktur (osteoporosis,
osteogenesis imperfecta atau Paget’s
disease)
• Lesis lytic (kista tulang atau metastasis)
Deskripsi Fraktur • Relationship of the fracture fragments to
each other
• Undisplaced
• Displaced: translasi, angulasi, rotasi,
• Site: diaphyseal, metaphyseal, epiphyseal, distraksi, overriding atau impacted
atau intra-articular, atau fracture-dislocation
• Relationship of the fracture to external
• Extent: environment
• Complete • Closed (simple): fraktur dengan kulit
• Incomplete: crack/hairline fracture, yang menutupi tulang tersebut intak
buckle fracture, greenstick fracture. • Open (compound): fraktur yang
• Configuration: berkontak dengan lingkungan luar, karena
• Transverse penetrasi fragmen fraktur atau ada
penetrasi benda tajam.
• Oblique
• Spiral • Complications
• Comminuted: > 1 garis fraktur  lebih • Uncomplicated
dari 2 fragmen • Complicated: lokal dan sistemik, karena
jejas primer atau penatalaksanaannya.
Tipe Fraktur
Complete Incomplete
Tulang terpisah komplit. Pola pada X-ray Tulang terpisah tidak komplita,
• Transverse, fragmen biasanya menetap kontinuitas periosteum terjaga.
setelah reduksi • Crack/hairline fracture
• Oblique/spiral, cenderung memendek • Greenstick fracture, tulang buckled
dan re-displace bahkan setelah splinting atau bent; sering pada anak
• Impacted, fragmen ”jammed” dan garis • Buckle fracture
fraktur sulit dibedakan.
• Compression fracture
• Comminuted, lebih dari dua fragmen;
penyatuan permukaan fraktur buruk 
sering tidak stabil
Diagnosis: Anamnesis
Primary Survey
• CC: SOCRATES
• Nyeri: keparahan, lokasi, referred pain
• Bengkak: setelah injury? Tiba-tiba / lambat? Semakin besar?
• Mekanisme dan timing injury (kronologis)
• Riwayat jatuh, cedera putar, trauma langsung, KLL
• Keluhan pada sistem lain (pusing, sesak, sakit perut, muntah)
Secondary Survey
• AMPLE: Allergy, Medication, Past history of illness/injuries, Last meal, Events
(penggunaan obat-obatan terlarang, alkohol, dll)
Pemeriksaan Fisik:
Primary Survey
• A: Airway (panggil pasien/cek hembusan nafas)
• B: Breathing (periksa RR, saturasi oksigen)
• C: Circulation (periksa tekanan darah dan PR)
• D: Disability (Mini Mental State Examination)
• E: Exposure (periksa suhu)
Pemeriksaan Fisik: Status Lokalis
• Look:
• Kulit:
• Perubahan warna: hiperemis, kebiruan,
pucat
• Ekimosis, luka, ulkus, scars
• Bentuk: bengkak? atropi
• Benjolan: ukuran, batas
• Deformitas: angulasi, rotasi, pemendekan
• Gerakan abnormal (di situs fraktur).
• Feel:
• Kulit: hangat/dingin, kering/lembab, sensasi
normal
• Jaringan lunak: benjolan (nyeri tekan, konsistensi,
mobilitas, permukaanm denyut?
• Pulsasi arteri dorsalis pedis
Pemeriksaan Fisik: Status Lokalis
• Feel
• Sensasi
• Tulang dan sendi: outline normal, krepitus, penebalan synovium, kelebihan cairan sendi
• Nyeri tekan (tajam)
• Move
• Pergerakan aktif
• Minta pasien untuk menekuk kakinya sampai maksimal. Lihat range of movementnya
(dengan menggunakan sudut).
• Cara menentukan sudutnya: Tarik garis khayal dari paha pasien, lalu hitung sudut antara
garis khayal dengan tungkai bawah pasien.
• Pergerakan Pasif
• Minta pasien rileks, dan pemeriksa menekuk kaki pasien sampai maksimal,berhenti
apabila terasa sakit. Lihat range of movementnya.
• Nilai: rasa sakit, spasmic otot, dan false movement (arah menekuk tidak seperti normal)
Pemeriksaan Pencitraan
• Modalitas: X-ray (diperlukan 2 sisi),
USG, MRI, CT-scan  anteroposterior
dan lateral
• Important features:
• Soft tissue: swelling? Wasting?
• Bone : shape, size, contour
• Alignment: hubungan tulang-tulang
dan persendian
Fracture Healing
Penghancuran jaringan dan pembentukan hematoma (days 1 – 5)
• Pembuluh darah robek  bentuk hematoma sekitar dan dalam fraktur.
• Tulang di permukaan fraktur tidak mendapat perdarahan  mati (1-2mm)
Inflamasi dan proliferasi sel (days 5 - 11)
• Inflamasi akut (dalam 8 jam pertama), migrasi sel peradangan  ujung fragmen
dikelilingi sel  scaffolding di situs fraktur
• Hematoma diserap kembali, pertumbuhan kapiler baru
Pembentukan callus (days 11 – 28)
• Stem cells diferensiasi jadi sel chondrogenic dan osteogenic: formasi tulang baru.
• Osteoclast: menyerap tulang lama
• Callus: massa seluler tebal dengan pulau-pulau tulang dan kartilago imatur.
Fracture Healing
Konsolidasi
• Aktivitas osteoblast dan osteoklas berlanjut
• Transformasi woven bone  lamellar bone
• Osteoclast burrow di garis fracture, osteoblast
mengisi ruang sisa (antara fragment dan
tulang baru).
Remodelling (days 18 onwards, berbulan-
bertahun tahun)
• Fraktur telah dijembatani tulang solid.
• Dalam beberapa bulan dan tahun, akan
reshaping.
Abnormal Healing of Fracture
Abnormalitas penyembuhan fraktur:
• Malunion: fraktur sembuh pada waktu yang diharapkan namun posisi tidak benar
dengan deformitas tulang residual.
• Delayed union: fraktur sembuh lebih lama dari waktu yang diharapkan.
• Nonunion: kegagalan penyembuhan tulang komplit, hasilnya membentuk union
fibrosa atau false joint (pseudoarthrosis)
Komplikasi Fraktur
Komplikasi Fraktur
Prinsip Umum Tata Laksana Fraktur
• First, Do No Harm
• Base Treatment on an Accurate Diagnosis and Prognosis
• Perlu reduksi? Closed atau open?
• Tipe imobilisasi: eksternal atau internal?
• Select Treatment with Specific Aims
• To relieve pain
• To obtain and maintain satisfactory position of the fracture fragments
• To allow and, if necessary, to encourage bony union.
• To restore optimum function
• Cooperate with the ”Laws of Nature”
• Make Treatment Realistic and Practical
• Select Treatment for Your Patient as An Individual
Emergency Life Support System
BLS diindikasikan untuk kegawatdaruratan yang mengancam hidup dari sistem
ABCs:
• Airway (obstruksi)
• Breathing (henti napas)
• Circulation (henti jantung atau perdarahan parah)

ATLS
Meliputi prosedur rumah sakit yang lebih lanjut seperti monitoring jantung,
defibrilasi, memberikan cairan IV, obat-obatan, dan alat airway.
Modalitas Penanganan Definitif Fraktur
1. Proteksi
2. Imobilisasi
3. Reduksi tertutup dengan manipulasi diikuti imobilisasi
4. Reduksi tertutup dengan continuous traction diikuti imobilisasi
5. Reduksi tertutup diikuti Functional Fracture-Bracing
6. Reduksi tertutup dengan manipulasi diikuti Extrenal Skeletal Fixation
7. Reduksi tertutup dengan manipulasi diikuti Internal Skeletal Fixation
8. Reduksi terbuka diikuti Internal Skeletal Fixation
9. Eksisi Fragmen Fraktur dan Subtitusi dengan Endoprothesis
1. Proteksi saja (tanpa reduksi dan
imobilisasi)
• Proteksi fraktur dari segala Indikasi: fraktur stabil dan undisplaced pada:
- costa, phalanges, dan metacarpal
bentuk tekanan/injury - klavikula stabil (anak)
- fraktur kompresi ringan pada tulang belakang
- impacted fraktur humerus atas
• Upper limb  arm sling
• Lower limb  relief of Risiko
Mungkin tidak cukup untuk pasien anak/dewasa yang tdk
weightbearing kooperatif  fraktur bisa berpindah

Perlu pemeriksaan radiologis berkala saat proses pemulihan


2. Imobilisasi dengan ekternal splinting (tanpa
reduksi)
Imobilisasi dengan pemasangan Risiko
• tarikan otot dan gaya gravitasi dapat menyebabkan
eksternal splinting (paris cast, pergerakan fraktur  angulasi, totasi
metallic, plastic cast) • pemasangan cast tdk tepat  tekanan lokal, konstriksi
tungkai, mengganggu sirkulasi arteri atau vena
imobilisasi relatif
Perlu pemeriksaan radiologi berkala

Indikasi : fraktur undisplaced


namun tidak stabil (tdk ada
angulasi atau rotasi signifikan pada
fraktur)
3. Reduksi tertutup dengan manipulasi diikuti
imobilisasi
• Metode yang paling banyak digunakan
• Indikasi: displaced fractures yang memerlukan reduksi dan adanya
prediksi bahwa reduksi akurat secara tertutup cukup untuk bisa
memperbaiki fraktur
• (-) harus dilakukan oleh tenaga terlatih dan berpengalaman
4. Reduksi tertutup dengan continuous traction diikuti imobilisasi

Indikasi:
• Fraktur tulang panjang tidak stabil, oblique, spiral, atau comminuted
• Fraktur tulang belakang
• Fraktur dengan trauma vaskular, pembengkakan masif, dan skin loss

Risiko
traksi berlebihan (dalam jangka waktu panjang)  volkmann's ischemia, superficial skin loss, gagalnya
penyatuan fragmen tulang
Anak-anak:
continuous traction
diaplikasiskan
melalui kulit dengan
extension tape
(skin traction)

Anak lebih tua,


dewasa: kekuatan
traksi yang diperlukan
lebih besar, traksi
diaplikasikan ke tulang
dengan transverse
rigid wire on pin
(skeletal traction)
5. Reduksi tertutup diikuti Indikasi
- fraktur shaft tibia

Functional Fracture- - distal femur


- humerus

Bracing - ulna

Prinsip yang mendasari modalitas terapi


Kontraindikasi
1. Rigid immobilization  tidak efektif fraktur yang lebih bisa ditangani secara
untuk penyembuhan
efisien oleh reduksi terbuka dan internal
fraktur
skeletal fixation (intertrochanteric fracture
2. Gerakan terkontrol akan of femur, subtrochanteric dan mid-shaft
menstimulasi pembentukkan callus fraktur mfemur, fraktur shhaft radius dan
3. Fungsi pergerakan mencegah fraktur intra-articular)
kekakuan sendi iatrogenik
4. Reduksi yang sempurna tidak
menimbulkan masalah Risiko
fungsi/penapilan (cosmesis) secara gagal mempertahankan posisi yang harus
signifikan dipertahankan fragmen fraktur  indikasi
ORIF
Proses treatment
1. closed reduction
2. continous traction (selama beberapa hari)
3. imobilisasi dengan plaster cast (3-4 minggu) 
hingga nyeri dan bengkak berkurang signifikan,
jaringan lunak mulai healing
4. pemasangan ginged cast-brace/plastic brace 
pergerakan sendi di atas dan di bawah bagian
tulang yang mengalami fraktur
6. Reduksi tertutup dengan
manipulasi diikuti Extrenal Skeletal
Fixation Bentuk paling sederhana
pemasangan 2-3 pin metal secara perkutan melalui tulang
Roger Anderson – memodifikasi di lokasi atas dan bawah lokasi fraktur. kedua pin
external skeletal fixation hewan disokong oleh batang yang dipasang di bagian eksternal
(sebagai penyatu/fixator yang kuat)
Stader (veterinary surgeon)

• External fixator memfasilitasi axial


micromotion  menstimulasi
penyembuhan fraktur (Goodship &
Kenright)
Indikasi
• Severe comminuted fraktur tibia atau femur
(terutama open fraktur tipe 3 
mempermudah wound dressing dan skin
graft)
• Fraktur tidak stabil pada pelvis, humerus,
radius, dan metakarpal

Hoffman type
Risiko Ilizarov frame  circular external fixation
• Infeksi
7. Reduksi tertutup dengan manipulasi
diikuti Internal Skeletal Fixation
Reduksi tertutup fraktur tidak stabil, reduksi dipertahankan dengan
pemasangan paku metalik atau batang intramedullary pada
lokasi fraktur secara perkutan dengan kontrol radiografi
(repeated single radiograph atau flouroscopy jangka pendek)

Indikasi:
• Fracture yang tidak bisa dipertahankan/tidak memerlukan
imobilisasi eksternal
• Fraktur tidak stabil pada neck of femur

• Risiko: Infeksi
8. Reduksi terbuka diikuti Internal
Skeletal Fixation
• Open reduction dilakukan • Metallic device  transfixation
dengan visualisasi langsung screws, intramedullary nails & rods,
smooth & threaded pins, encircling
pada fragment fraktur  fraktur
bands, wire sutures.
site dibuka  risiko infeksi
tinggi, (may catastophic) • Dahulu harus dilepas setelah fraktur
sembuh, namun saat ini tidak (risiko
tinggi infeksi)
• Biodegradable screw – polyglycolic
acid – bertahan selama 6 mo, resorpsi
gradual dalam 2 – 5 tahun
1958
Swiss surgeon (Müller, Allgower and Willeneger)
mengembangkan AO/ASIF system – prinsip kerja:
• Internal fixation rigid  imobilisasi eksternal tidak
diperlukan  gerakan total dan aktif dapat dilakukan
secepatnya
• Mencegah imobilisasi jangka panjang, fracture disease
(kekakuan sendi, atrofi otot, osteoporosis, edema kronis)
Indikasi: reduksi tertutup tidak mungkin dilakukan/terbukti tidak efektif
• Grossly unstable fracture – reduksi tidak dapat dipertahankan
• Coexistent vascular injury – exploration & repair.

Risiko:
• Infeksi
• Merusak suplai darah – delayed union / nonunion
• Metal failure
• Postoperative adhesions between muscle group
9. Eksisi Fragmen Fraktur dan Subtitusi
dengan Endoprothesis
• Articular fragment dieksisi dan digantikan dengan
endoprosthesis (prosthetic joint replacement)

Indikasi: fraktur hip/elbow;


• Displaced intracapsular fractures of the neck of the femur in
elderly
• Comminuted fracture of radial head (excision of radial head is
contraindicated in children – epiphyseal growth)
• Severely comminuted unstable supracondylar fracture of
humerus in adult
• Severely comminuted fracture of patella
• Comminuted fracture of humeral head

Risiko
• Infeksi
• Migrasi endoprostesis ke tulang yang mengalami
osteoporosis
Fraktur Terbuka
• Terhubung dengan udara luar  risiko
infeksi tinggi
• Terapi: mencegah infeksi, menyatukan
fraktur
• Foto polaroid harus segera diambil
sebelum melakukan prosedur lainnya,
untuk mencegah infeksi yang bisa terjadi
karena pemeriksaan berulang
Klasifikasi Fraktur Terbuka
• Diklasifikasikan berdasarkan keparahan cedera soft tissue
Tatalaksana Sirkulasi ekstremitas (pulsasi distal) dan
status neurologis distal harus diperiksa
berulang, terutama setelah melakukan
• Membersihkan luka (wound cleansing) maneuver reduksi fraktur
membersihkan tanah, kotoran, serpihan baju, dan benda
asing lainnya di sekitar luka dengan air steril atau NaCl Prinsip Tatalaksana
isotonik • Manipulasi untuk memperbaiki posisi
• Eksisi jaringan mati (debridement) fragmen  splintage to hold them
eksisi kulit, jaringan subkutan, otot, fragmen kecil tulang together until they unite  pergerakan
yang sudah kehilangan suplai darahnya
dan fungsi sendi dipertahankan
• Menutup luka (wound closing) • Fracture healing didukung oleh
area luka ditutup oleh saline-soaked dressing di bawah
impervious seal untuk mencegah desiccation  menutupi physiological loading of the bone 
tulang, tulang yang kering rentan mengalami osteomyelitis aktivitas otot dan early weight-bearing
Dibiarkan hingga pasien masuk ke kamar operasi diperlukan untuk mendukung
• Antibakteri penyembuhan tulang
• Profilaksis tetanus
Antibiotik
golden period : 6 jam

Diberikan dalam dosis besar sebelum,


saat, dan setelah penanganan luka
Profilaksis Tetanus
• Sudah menjalani imunisasi tetanus  booster
• Belum menjalani imunisasi/status imunisasi tidak diketahui  250 unit
tetanus immunoglobulin
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai