Anda di halaman 1dari 49

REFERAT:

ASMA
BRONKIAL
Irine Handini S (01073170084)
Pembimbing: dr. Irene Akasia Oktariana, Sp.A
Definisi
Asma adalah mengi berulang dan atau batuk persisten dengan karakteristik
sebagai berikut: timbul secara episodik, cenderung pada malam/dini hari
(nokturnal), musiman, setelah aktivitas fisik, serta terdapat riwayat asma atau
atopi lain pada pasien dan atau keluarganya.

Eksaserbasi (serangan) asma adalah episode perburukkan gejala-gejala asma


(sesak napas, batuk, mengi, dada rasa tertekan, atau kombinasi gejela-gejala
tersebut) secara progresif.
Epidemiologi Asma pada Anak
Populasi dengan sosio-
Total prevalensi asma ekonomi rendah (9%)
pada anak di dunia: 10%. >>> sosio-ekonomi
tinggi (5%)

• Jakarta, anak usia 6-12 tahun: 17,4%


• Bandung, anak usia 6-7 tahun: 3% dan anak usia 13-
14 tahun: 5,2%.
• Prevalensi kematian pasien asma anak: 3,5 kasus per
1 juta anak
Faktor Risiko
■ Jenis kelamin (laki – laki: 2x perempuan)
■ Usia (serangan mengi pertama pada asma persisten: 25% usia
<6 bulan dan 75% pada usia <3 tahun)
■ Sosio-ekonomi
■ Alergen (serpihan kulit binatang peliharaan, tungau debu
rumah, jamur, kecoa, paparan asap rokok, dan polusi udara:
nitrat dioksida, karbon monoksida, atau SO2)
■ Infeksi
■ Atopi (hay fever, rinitis alergi, atau eksema  risiko 2x lipat)
■ Lingkungan
Tucson Children Respoiratory Study:
■ Stringent index: early frequent wheezer pada 3 tahun pertama
kehidupan + minimal 1 kriteria mayor ATAU 2 kriteria minor.
■ Loose index: early wheezer pada 3 tahun pertama kehidupan +
minimal 1 kriteria mayor ATAU 2 kriteria minor.

Kriteria Mayor Kriteria Minor

1. Asma pada orang tua (didiagniosis 1. Rinitis alergi yang didiagnosis oleh
oleh dokter) dokter
2. Eksema pada anak (didiagnosis 2. Mengi di luar selesma (common
oleh dokter) cold)
3. Eosinofilia (≥ 4% dari jumlah
leukosit)
2004: asthma predictive index yang dimodifikasi
Risiko asma pada anak: 2 kriteria mayor ATAU 1 kriteria mayor
dengan 2 kriteria minor.

Kriteria Mayor Kriteria Minor


1. Asma pada orangtua 1. Rinitis alergi yang didiagnosis
(didiagniosis oleh dokter) oleh dokter
2. Eksema pada anak (didiagnosis 2. Mengi di luar selesma (common
oleh dokter) cold)
3. Sensitisasi terhadap aero- 3. Eosinofilia (≥ 4% dari jumlah
alergen leukosit)
Patogenesis
Airway
Remodelling
Alur
Diagnosis
■ Uji tuberkulin perlu dilakukan pada
kelompok yang diduga asma ataupun
yang bukan
Anamnesis
Pola?
■ Gejala sulit bernapas, mengi, dada terasa berat  Derajat? ( menentukan
pengobatan)
bersifat episodik dan berkaitan dengan musim, Apakah gejala tersebut
timbul pada saat infeksi virus
■ Riwayat asma atau penyakit atopi pada anggota
atau timbul sendiri?
keluarga

■ Mengi dan batuk hebat TIDAK bersamaan dengan


infeksi virus  Tentukan frekuensi dan pencetusnya
– Pencetus spesifik: aktivitas, emosi, debu, paparan
terhadap bulu binatang, perubahan suhu lingkungan atau
cuaca, aerosol atau aroma tajam, asap rokok, atau asap
dari perapian.
Pemeriksaan Fisik
■ Pasien tidak mengalami serangan: NORMAL
■ Pasien dengan derajat asma yang lebih berat: MENGI di luar serangan

Anak < 5 tahun sulit tes fungsi paru atau pemeriksaan hiperresponsivitas  Diagnosis asma melalui klinis
 Asma sering didiagnosis sebagai bentuk varian bronkitis dan mendapatkan pengobatan yang tidak tepat
seperti antibiotik dan obat batuk.

■ Anak: gejala hanya batuk + pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan


mengi, sesak, dan lain-lain  dipertimbangkan kemungkinan asma.
■ Anak: tampak sehat + batuk pada malam hari yang rekuren  asma
sebagai probable diagnosis
■ Jika terdapat keraguan dalam mendiagnosis asma ringan pada anak,
dapat dilakukan tes dengan berolahraga yaitu berlari cepat selama 6
menit.
Wheezing: 3 fenotipe wheezing

Transient early wheezing


■ Mengi pada 3 tahun pertama kehidupan.
■ Sesekali dan tidak timbul lagi pada usia 6 tahun.
■ Fungsi paru terendah sudah terjadi saat lahir, kemudian pada usia 6 tahun megalami
perbaikan, tetapi tidak mencapai normal
■ Tidak didapatkan bukti bahwa mereka mengalami asma meski masih menunjukkan
hiperresponsivitas saluran napas dan gangguan minimal fungsi paru.
■ Pada kelompok ini terdapat risiko tinggi mengi dan penyakit paru obstruktif menahun
setelah mereka mulai merokok.
Wheezing of late onset
■ Anak tidak pernah mengalami penyakit saluran napas
bawah yang disertai mengi, tetapi kemudian mengalami
mengi pada usia 6 tahun.
■ Sering ditemukan ibu dengan asma dan adanya riwayat
rinitis pada tahun pertama.
■ Tidak terdapat perbedaan fungsi paru yang bermakna
dibanding dengan anak normal.

Persistent wheezing
■ Minimal 1 kali penyakit saluran pernapasan bawah,
mengi dalam 3 tahun pertama kehidupan dan terus
menetap sampai usia 6 tahun.
■ Anak pada kelompok ini banyak mempunyai ibu dengan
riwayat asma.
■ Pada usia 6 tahun: fungsi parunya paling rendah
dibanding dengan kelompok lain dan nilai IgE lebih
tinggi
Pemeriksaan Fungsi Paru
Uji fungsi parus dapat mengevaluasi:
1. Volume paru
2. Fungsi jalan napas  dilakukan manuver ekspirasi
paksa secara maksimal yang dapat dilakukan anak >
6 tahun. Dapat dilakukan pengukuran:
a) Spirometer: Forced expiratory volume 1 second
(FEV1) dan vital capacity (VC)
b) Peak Flow Meter: Peak expiratory flow (PEF)/Arus
Puncak Ekspirasi (APE)
3. Pertukaran gas  dengan pulse oxymeter, BAKU
EMAS: analisis gas darah
PEF  diukur secara serial dalam 24 jam dan
dibandingkan dengan variabilitas.
– Variabilitas harian = perbedaan nilai
(peningkatan/penurunan) PEF dalam 1 hari.
– Dilakukan pada pagi dan malam hari, hari yang sama,
dan secara konsisten (sebelum atau sesudah
pemberian bronkodilator)
– Pada asma intermiten atau asma berat: variabilitas
PEF tidak selalu ditemukan.

PNAA 2004, untuk mendukung diagnosis asma anak digunakan batasan:


1. Variabilitas PEF atau FEV1 ≥ 15%
2. Kenaikan PEF atau FEV1 ≥ 15% setelah pemberian inhalasi bronkodilator
3. Penurunan PEF atau FEV1 ≥ 20% setelah provokasi bronkus
Penilaian tanda inflamasi saluran napas akibat asma
- Memeriksa eosinofil sputum yang spontan ataupun dengan garam hipertonik.

Penilaian Status Alergi


■ Uji kulit atau pemeriksaan IgE spesifik dalam serum

Tidak banyak membantu diagnosis,


dapat membantu menentukan
faktor risiko dan pencetus asma
Klasifikasi: GINA 2006
Intermitten: Persisten Ringan:
• Gejala <1 kali per minggu • Gejala >1 kali per minggu tapi <1 kali per hari
• Serangan singkat • Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur
• Gejala nokturnal < 2 kali/bulan • Gejala nokturnal > 2 kali/bulan
• FEV1 ≥ 80% predicted atau PEF ≥ 80% nilai • FEV1 ≥ 80% predicted atau PEF ≥ 80% nilai
terbaik individu terbaik individu
• Variabilitas PEF atau FEV1 <20% • Variabilitas PEF atau FEV1 20%-30%
Persisten Sedang: Persisten Berat:
• Gejala terjadi setiap hari • Gejala terjadi setiap hari
• Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur • Serangan sering terjadi
• Gejala nokturnal > 1 kali dalam seminggu • Gejala asma nokturnal sering terjadi
• Menggunakan agonis-β kerja pendek setiap hari • FEV1 ≤ 60% predicted atau PEF ≤ 60% nilai
• FEV1 60-80% predicted atau PEF 60-80% nilai terbaik individu
terbaik individu • Variabilitas PEF atau FEV1 >30%
• Variabilitas PEF atau FEV1 >30%
Klasifikasi: PNAA
*Bila terdapat keraguan antara derajat penyakit, maka tatalaksana diberikan sesuai dengan
derajat yang lebih berat
Parameter Klinis Asma episodik jarang Asma episodik sering Asma pesisten (asma
(asma ringan) (asma sedang) berat)
Frekuensi serangan <1x/ bulan >1 x/bulan Sering
Lama serangan < 1 minggu ≥ 1 minggu Hampir sepanjang
tahun, tidak ada remisi
Di antara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Pemeriksaan fisik di luar Normal (tidak ada Mungkin terganggu (ada Tidak pernah normal
serangan kelainan) kelainan)
Obat pengendali (anti- Tidak perlu Nonsteroid/steroid Steroid hirupan/oral
inflamasi) hirupan dosis rendah
Uji faal paru (di luar PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60 – 80% PEF/FEV1 < 60%
serangan) Variabilitas 20 – 30%
Variabilitas faal paru (bila Variabilitas > 15% Variabilitas > 30% Variabilitas > 50%
ada serangan)
Eksaserbasi/serangan Asma

■ Paparan faktor pencetus paling sering: infeksi virus atau alergen atau
kombinasinya.

■ Faktor risiko serangan berat mengancam nyawa berupa adanya


riwayat:
• serangan asma yang mengancam • belum lama baru lepas
nyawa penggunaan steroid sistemik
• intubasi karena serangan asma • tidak teratur berobat sesuai
• pneumotoraks atau rencana
pneumomediastinum • penyakit psikiatri atau masalah
• timbul gejala dalam jangka waktu psikososial.
yang lama
Parameter klinis, fungsi paru, Ringan Sedang Berat
laboratorium Tanpa ancaman henti napas Ancaman henti napas
Sesak (breathless) Berjalan Berbicara Istirahat
Bayi: menangis keras Bayi: Bayi: tidak mau makan /
- Tangis pendek dan lemah minum
- Kesulitasn menyusu /
makan
Posisi Bisa berbaring Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan
Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
Kesadaran Mungkin irritable Biasangan irritable Biasanya irritable Kebingungan
Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
Mengi Sedang, sering hanya pada Nyaring, sepanjang ekspirasi ± Sangat nyaring, tersengar Sulit/tidak terdengar
akhir ekspirasi inspirasi tanpa stetoskop sepanjang
ekspirasi dan inspirasi
Penggunaan otot bantu respiratorik Biasanya tidak Biasanya ya Ya Gerakan paradoks torako-
abdominal
Retraksi Dangkal, retraksi Sedang, ditambah retraksi Dalam, ditambah napas Dangkal/hilang
interkostal suprasternal cuping hidung
Frekuensi napas Takipnea Takipnea Takipnea Bradipnea
Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
Pulsus paradoksus Tidak ada Ada Ada Tidak ada, tanda kelelahan
(pemeriksaannya tidak praktis) < 10 mmHg 10 – 20 mmHg > 20 mmHg otot napas
PEFR atau FEV1 (% Nilai prediksi / %
nilai terbaik)  > 60%  40 - 60%  < 40%
 Pra-bronkodilator  > 80%  60 - 80%  < 60%
 Pasca - bronkodilator Respons < 2 jam
SaO2 (%) > 95% 91 – 95 % ≤ 90%
PaO2 Normal (biasanya tidak > 60 mmHg < 60 mmHg
perlu diperiksa)
PaCO2 < 45 mmHg < 45 mmHg > 45 mmHg
Algoritma
Tatalaksana
Di rumah: inhalasi β-agonis kerja cepat
sebanyak 2 kali dengan selang waktu 20
menit.

Bila belum membaik  maka pasien


segera mencari pertolongan ke sarana
kesehatan
Antikolinergik = Incomplete response = serangan sedang
Ipatropium
Bromida

Steroid oral= metilprednisolone


0.5-1 mg/kgBB/hari selama 3
– 5 hari
3 nebu Tidak ada response = serangan berat

• Nebu β-agonis + antikolinergik


• O2 2 – 4 lpm
• Pasang jalur IV
• Foto toraks (pneumotoraks atau
pneumomediastinum)

• Obat pulang: β-agonis (hirupan atau oral)


• Steroid IV = metilprednisolone 0.5-1 mg/kgBB/hari
diberikan setiapsetiap
4–6 6-8
jamjam
selama 24-48
• Aminofilin IV = dosis awal 6 – 8 mg/kgBB dilarutkan
jam dan steroiddalam dekstrosa
oral hingga 5%
kontrol
atau garam fisiologis 20 mL dan diberikan setiap
poliklinik 20-30
dalam menit.
24-48 jam
• dalam < 4 jam sebelum pasien sudah mendapatkan aminofilin
berikan ½ dosis inisial
• 4 jam kemudian, dosis rumatan sebanyak 0,5 – 1 mg/kgBB/jam.
Kriteria Rawat Ruang Intensif
Beberapa kriteria pasien yang perlu dirawat di ruang ICU berupa:
■ Tidak ada respons terhadap tatalaksana awal di UGD dan atau
perburukan serangan asma yang cepat.
■ Adanya kebingungan, disorientasi, dan tanda lain ancaman henti
napas, atau hilang kesadaran
■ Tidak ada perbaikan dengan tatalaksana baku di ruang rawat inap
■ Ancaman henti napas, hipoksemia walau sudah diberi oksigen (PaO2
< 60 mmHg dan atau PaCO2 > 45 mmHg meskipun pada gagal napas
terjadi pada kadar PaCO2 yang tinggi atau rendah)
Indikasi pemasangan ventilasi
mekanik:
■ Pulsus paradoksus yang cepat meningkat
■ Penurunan pulsus paradoksus pada pasien yang kelelahan
■ Perburukkan status mental
■ Aritmia jantung atau henti jantung
■ Henti napas
■ Tidak bisa bicara
■ Asidosis laktat yang tidak bisa membaik
■ Diaforesis pada posisi berbaring
■ Silent chest walaupun sudah terjadi usaha napas yang hebat
Indikasi relatif dari pemasangan ventilasi mekanik: hipoksemia (PaO2 < 60 mmHg) tidak membaik
dengan oksigen 100% atau PaCO2 > 60 mmHg dan meningkat lebih dari 5 mmHg/jam.
Terapi Medikamentosa: Bronkodilator
1. Beta Adrenergik Kerja Pendek (Short Acting)
- Terapi pilihan pada serangan asma.
- Reseptor β1:di jantung. Reseptor β2: epitel jalan napas, otot pernapasan,
alveolus, sel-sel inflamasi, jantung, pembuluh darah, otot lurik, hepar, dan
pankreas.
- Stimulasi pada reseptor beta adrenergik  relaksasi otot polos jalan napas
yang menyebabkan bronkodilatasi.
- Efek lain: klirens mukosilier, penurunan permeabilitas vaskular, dan
berkurangnya pelepasan mediator dari sel mast.
β2-agonis selektif
■ Efek samping: tremor otot skeletal, sakit kepala, agitasi, palpitasi,
dan takikardi.

■ INHALASI  onset 1 menit, efek puncak 10 menit, lama kerja 4-6


jam
• Serangan ringan: MDI 2 – 4 puff setiap 3 – 4 jam
• Serangan sedang: 6 – 10 puff setiap 1 – 2 jam
• Serangan berat: 10 puff
– Salbutamol: 0,1 – 0,15 mg/kgBB (max 5 mg/kali) dengan
interval 20 menit ATAU Kontinu 0,3 – 0,5 mg/kgBB/jam (max
15 mg/jam)
– Terbutalin: 2,5 mg atau 1 repulse/nebulisasi
■ ORAL  onset 30 menit, efek puncak 2 – 4 jam, lama kerja 5 jam
– Salbutamol: 0,1 – 0, 15 mg/kgBB/kali setiap 6 jam
– Terbutalin: 0,05 – 0,1 mg/kgBB/kali setiap 6 jam
– Fenoterol: 0,1 mg/kgBB/kali setiap 6 jam.
■ SUBKUTAN  Tidak lebih baik dari nebulisasi
- Salbutamol: 10-20 mcg/kgBB/kali
- Tetralin subkutan: 5 – 10 mcg/kgBB/kali.
■ INTRAVENA  bila tidak merespon pada nebulisasi β2-agonis, kortikosteroid iv,
dan teofilin dengan tanpa ipratropium bromida.
– Salbutamol iv: dosis awal 0,2 mcg/kgBB/menit, dinaikkan 0,1 mcg/kgBB
setiap 15 menit (maksimal 4 mcg/kgBB/menit)
– Terbutalin iv: 10 mcg/kgBB selama 10 menit, dilanjutkan 0,1 – 4
μg/kgBB/jam dengan infus kontinu.
Epinefrin/adrenalin
 merupakan beta adrenergik kerja pendek
■ Digunakan bila β2-agonis selektif tidak ada dan diberikan
terutama bila ada anafilaksis atau angioedema
■ Epinefrin subkutan: onset 5 – 15 menit, efek puncak pada
30 – 120 menit, dan durasi 2 – 3 jam.
– larutan epinefrin 1:1000 (1 mg/mL) dengan dosis
0,01 mL/kgBB (maksimal 0,3 mL) diberikan 3 kali
dengan selang 20 menit
■ Inhalasi epinephrine: onset 1 – 1,5 jam
– 2,25% aerosol via nebulizer
– Efek samping: nyeri kepala, gelisah, palpitasi,
takiaritmia, tremor, dan hipertensi.
2. Methyl Xanthine (teofilin kerja cepat)
■ Efek bronkodilatasi setara dengan β2-agonis inhlasi namun
banyak efek samping : mual, muntah, sakit kepala, kejang,
takikardia, dan aritmia.
■ Keunggulan: merangsang pusat respiratorik dan
meningkatkan kontraktilitas otot respiratorik.
■ Aminofilin intravena: dosis awal 6 – 8 mg/kgBB dilarutkan
dalam dekstrosa 5% atau garam fisiologis sebanyak 20 mL
diberikan setiap 20-30 menit.
– Jika dalam < 4 jam sebelum pasien sudah
mendapatkan aminofilin maka dosis yang diberikan
adalah ½ dosis.
– 4 jam kemudian, dosis rumatan 0,5 – 1 mg/kgBB/jam
– Maksimal: 16 – 20 mg/kgBB/jam.
3. Antikolinergik: Ipratropium Bromida
■ Efek samping: yang timbul berupa kekeringan atau rasa tidak enak
dimulut.
■ Dosis: 0,1 mL/kgBB nebulisasi setiap 4 jam atau dalam larutan
0,025% sebanyak 4 – 10 tetes.
4. Kortikosteroid
■ Manfaat: mencegah progresivitas asma, mencegah perlunya rawat
inap, mengurangi gejala, memperbaiki fungsi paru, memperbaiki
respons bronkodilatasi oleh β2-agonis.
■ Onset 4 jam dan efek masimum 12-24 jam
■ Preparat oral: prednisone dengan dosis 1 – 2 mg/kgBB/hari
sebanyak 2 – 3 kali sehari dan selama 3 – 5 hari.
• Kortikosteroid intravena metilprednisolon penetrasinya yang baik ke
jaringan paru dan efek antiinflamasi yang lebih besar: 1 mg/kgBB
setiap 4 – 6 jam
• Dosis hidrokortison IV : 4 mg/kgBB setiap 4 – 6 jam.
• Deksametason: bolus ½ - 1 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan 1
mg/kgBB/hari setiap 6 – 8 jam
Magnesium Sulfat
 Pada serangan asma berat yang tidak memberikan respon terhadapa pemberian
kortikosteroid sistemik dan nebulisasi berulang dengan β2-agonis dan aminofilin
 Dosis: 25-50 mg/kgBB IV selama 1 jam. Kadar magnesium serum diperiksa setiap
6 jam untuk menjaga kadar di dalam darah sebesar 3,5 – 4,5 meq/dL.
 Efek sampingnya: kelemahan otot, penurunan deep tendon refleks, hipotensi,
takikardia, mual dan muntah, flushing kulit, dan disritmia jantung.

Antibiotik
■ Pada keadaan infeksi respiratorik oleh bakteri  ditemukannya pneumonia, sputum
yang purulen, atau diduga terdapat rinosinusitis yang menyertai asma

**Pemberian antihistamin juga tidak memiliki efek yang menguntungkan karena dapat
memperkental sputum.
Terapi Suportif
Oksigen
■ Pertahankan saturasi sekitar 95%.

Campuran Helium dan Oksigen


■ Helioks: 80% helium dan 20% oksigen
■ Diberikan selama 15 menit sebagai tambahan pada pemberian oksigen bersamaan
dengan nebulisasi salbutamol dan metilprednisolon IV
■ Helium bersifat lebih ringan sehingga dapat mengubah aliran turbulen menjadi
laminar dan menyebabkan oksigen lebih mudah mencapai elveoli.
■ Tidak selalu menunjukkan hasil yang menguntungkan  diperlukan penelitian lebih
lanjut.
Tatalaksana
Jangka
Panjang
Obat asma terbagi menjadi:

• Obat pereda (reliever)  untuk


meredakan serangan asma

• obat pengendali (controller) 


untuk mengatasi masalah dasar
asma yaitu inflamasi kronik
saluran napas.
Asma Episodik Jarang
■ Obat pereda β-agonis hirupan kerja pendek (SABA, Short Acting β2-agonis) atau
golongan xanthine kerja cepat jika ada serangan.
■ PNAA: obat pengendali tidak dianjurkan pada anak dengan asma periodik jarang.
■ Bila dalam 4 – 6 minggu anak tidak memberikan respon baik walau terapi sudah
adekuat, maka tatalaksana pindah menjadi asma episodik sering.
Asma Episodik Sering
■ Indikasi penggunaan antiinflamasi sebagai pengendali: penggunaan β-agonis
hirupan >3 x/minggu (tanpa menghitung penggunaan pra aktivitas fisik), atau
serangan sedang/berat >1
■ Lini pertama berupa kortikosteroid dosis rendah: budesonid.
– Dosis rendah steroid hirupan: 100-200 μg/hari bodesonid untuk anak usia <
12 tahun, dan 200 – 400 μg/hari budesonid untuk anak usia > 12 tahun.
■ Selama 8 – 12 minggu dengan steroid dosis rendah tidak menimbulkan respons
atau masih terdapat gejala  menaikkan dosis steroid hirupan sampai 400 μg/hari
(termasuk dalam tatalaksana asma persisten)
■ Bila asma terkendali dalam 8 – 12 minggu: maka derajatnya beralih ke yang lebih
ringan. Hentikan penggunaan steroid hirupan bila memungkinkan.
Asma Persisten
■ Steroid hirupan dosis rendah tidak respon baik 
dosis dapat ditingkatkan dengan dosis medium
ATAU tetap dosis rendah + LABA (long acting β2-
agonis)/teofilin slow release/anti-leukotriene
reseptor (ALTR)
■ Dosis steroid hirupan yang masih dianggap
aman: Budesonid 400 μg/hari. Pada 800 μg/hari
dapat timbul pengaruh terhadap poros
hipotalamus-hipofisi-adrenal (HPA) hingga
berdampak pada pertumbuhan.
■ Efek samping steroid hirupan dapat dikurangi
dengan penggunaan alat spacer  mengurangi
deposisi obat di area orofaringeal sehingga
mengurangi absorpsi sistemik dan meningkatkan
deposisi obat di paru. Kemudian pasien
dianjurkan berkumur setelah menghirup obat.
■ Jika dosis steroid hirupan mencapai
>800 μg/hari tetapi tetap tidak timbul
respon baik  gunakan prednisone atau
prednisolone (1 – 2 mg/kgBB/hari
diberikan dalam 1 atau 2 dosis) 
Kemudian dosis diturunkan sampai
dosis terkecil yang diberikan selang
sehari pada pagi hari.
■ Anak dengan asma tipe rinitis  tangani
dengan antihistamin setirizin untuk
menanggulangi rinitisnya
Syarat Step Up: Syarat Step Down:
■ Pengendalian lingkungan dan hal ■ Pengendalian lingkungan harus
yang memperberat asma sudah tetap baik
dilakukan.
■ Asma sudah terkendali selama 3
■ Pemberian obat sudah tepat bulan berturut-turut.
susunan dan caranya.
■ ICS hanya boleh diturunkan 25%
■ Tindakan 1 dan 2 sudah dicoba setiap 3 bulan sampai dosis terkecil
selama 4 – minggu. yang dapat mengendalikan asma.
■ Efek samping ICS tidak ada. ■ Bila step down gagal, perlu dicari
sebabnya dan bila sudah dikoreksi,
maka ICS dapat diturunkan
bersamaan dengan penambahan
LABA atau LTRA.
Obat-obatan pada tatalaksana jangka panjang:
Steroid Hirupan Dosis Rendah (low dosed inhaled steroid) 100 – 200 μg
Budesonid
■ Antiinflamasi yang paling banyak dipakai dan paling kuat
■ Manfaat: mencegah penebalan lamina retikularis dan mencegah terjadinya
neoangiogenesis.

Disodium Cromoglycate (DSCG)


■ Preparat ini tidak ada di Indonesia.
■ Manfaatnya berupa mengatasi inflamasi dan mencegah airway remodelling lebih rendah
daripada steroid hirupan dosis rendah namun efek sampingnya sedikit.
Obat-obat tambahan:
** Bila dosis harian steroid hirupan sudah mencapai 400
μg/hari atau gejala pada stadium asma persisten belum
dapat terkendali

1. LABA (Long acting β2-agonist)


■ 2 preparat inhalasi: salmeterol dan formoterol;
dan 1 obat oral: procaterol.
■ Kombinasi steroid hirupan dan LABA:
– Seretide dalam MDI: fluticasone propionat
+ salmeterol
– Symbicort dalam DPI: budesonide +
formoterol.
2. Antileukotrien (leukotriene receptor antagonist, LTRA)
 Kelebihan: Menjaga integritas epitel dengan menekan kerja epithel growth factor (EGF) dan
menekan transforming growth factor (TGF) sehingga dapat mengendalikan terjadinya fibrosis,
hiperplasi, dan hipertrofi otot polos.
1. Montelukast
■ Belum ada di Indonesia dan harganya mahal.
■ Dapat diberikan sejak usia 2 tahun dan dosis per oral hanya 1 kali sehari sehingga memudahkan
penggunaan dan meningkatkan ketaatan pemakaian obat.

2. Zafirlukast
■ Untuk anak usia > 7 tahun
■ Efek samping: mengganggu fungsi hati (meningkatkan trasnaminase) pada bulan-bulan pertama
penggunaannya sehingga diperlukan pemantauan fungsi hati.
■ Dosis 10 mg diberikan 2 kali dalam sehari saat perut kosong.
3. Teofilin Lepas Lambat

■ Teofilin lepas lambat kurang


dianjurkan untuk digunakan.
■ Teofilin lepas lambat Quibront TSR
tidak dapat dibentuk menjadi puyer
■ Pasien yang menggunaan teofilin
perlu pemantauan pada kadar
teofilin dalam serum.
Cara Pemberian Obat Asma

Usia Alat Inhalasi


< 5 tahun  Nebuliser
 MDI dengan spacer
 Aerochamber, babyhaler
5 – 8 tahun  Nebuliser
 MDI dengan spacer
 DPI (dry powder inhaler): Diskhaler,
turbuhaler
> 8 tahun  Nebuliser
 MDI dengan atau tanpa spacer
 DPI
Prevensi Asma Pengendalian lingkungan yang dapat
dilakukan:
■ Pemberian ASI eksklusif
■ Menghindari anak dari asap rokok
■ Penghindaran makanan
berpotensi alergenik ■ Tidak memelihara binatang berbulu
seperti kucing anjing dan burung
■ Memperbaiki ventilasi ruangan
■ Mengurangi kelembaban kamar untuk
anak yang sensitif terhadap debu rumah
dan tungau.
■ Gunakan pembersih udara dengan
sistem HEPA (high eficiency articulate
air)

Anda mungkin juga menyukai