Pembimbing:
dr. Vincentia, SpKK
Disusun oleh:
Irine Handini S. (01073170084)
2.3. Etiopatogenesis
Obat kemoterapi yang sering menyebabkan telogen effluvium adalah methotrexate, 5-
fluorouracil, dan retinoid. Telogen efluvium umumnya mempengaruhi hanya <50% rambut di
kepala dan terjadi ketika sebagian besar rambut anagen berpindah menjadi fase telogen. Karena
kerontokkan rambut terjadi pada fase telogen maka kerontokkan tipe telogen efluvium terjadi 3-4
bulan setelah paparan dari obat. Pasien akan mengeluhkan bertambahnya kerontokkan rambut
yang lebih banyak dari biasanya di seluruh bagian kepala dan penipisan tebal rambut. [4]
Anagen effluvium kerontokan rambut yang paling sering terjadi pada pasien menjalani
terapi antikanker. Obat terapi kemoterapi menargetkan kumpulan sel yang berproliferasi dengan
cepat termasuk sel neoplasma dan matriks rambut pada anagen. Pada angen effluvium, obat
kemoterapi menyebabkan efek toksik pada lapisan dalam pembungkus akar rambut atau intergritas
batang rambut menyebabkan pegangan/jangkar yang abnormal. Hal ini menyebabkan rambut
mudah ronton dengan tahanan ringan atau patah ketika mencapai permukaan kulit kepala. Setelah
batang rambut anagen hilang, rambut akan berada pada fase telogen, tidak tumbuh, selama masa
terapi. Karena mayoritas rambut berada pada fase anagen, kerontokkan tipe ini menimbulkan efek
yang sangat besar dan dapat menyebabkan kehilangan rambut total sampai 1-2 bulan sejak
kemoterapi dimulai. Obat kemoterapi yang sering menyebabkan anagen effluvium adalah
cyclophosphamide, etoposide, topotecan, dan paclitaxel. [4]
Tingkat reversibiltas dari alopesia berhubungan dengan kerusakan pada stem sel folikel
rambut. Chemotherapy berefek umumnya spesifik pada sel yang berproliferasi, yang berada pada
bulb, yang tidak mempengaruhi stem sel yang tidak beraktivitas yang berfungsi untuk inisiasi
pertumbuhan folikular. Maka dari itu, walaupun tidak selalu, alopesia karena kemoterapi
umumnya bersifat reversibel. [4]
Gambar 2.1. Stem sel pada folikel rambut. Warna biru menandakan stem sel yang tidak
beraktivitas. Warna kuning menandakan stem sel yang berproferasi. [4]
2.4. Faktor Risiko
Tingkat risiko alopesia dari suatu agen kemoterapi tergantung dari tipe obat yang
digunakan, rute pemberian, dosis, dan jadwal pemberian obat. Faktor risiko alopesia antara tiap
obat kemoterapi berbeda dengan beberapa agen menyebabkan sedikit atau tidak sama sekali
kerontokan rambut dapat dilihat pada tabel 2.1.. Kemoterapi yang diberikan dalam dosis tinggi,
intermiten, dan diberikan secara intravena memiliki asosiasi yang tinggi dengan angka kejadian
yang besar dari alopesia komplit. Sedangkan, kemoterapi yang diberikan dalam dosis rendah,
diberikan secara oral, atau secara intravena per minggu memiliki risiko rendah menyebabkan
alopesia total. Contohnya, cyclophosphamide yang diberikan setiap 3 minggu, dosis tinggi sedang,
dan secara intravea hampir selalu menyebabkan alopesia universal. Namun, regimen yang
mengandung cyclophosphamide oral jarang menimbulkan alopesia. Regimen kemoterapi
kombinasi lebih memiliki risiko menyebabkan alopesia dibanding regimen obat tunggal. [5]
Beberapa hal lain yang dapat mempengaruhi tingkat risiko dan jenis dari CIA termasuk
metabolisme obat yang buruk, paparan radiasi di kulit kepala, usia lanjut, adanya alopesia
androgenetik, penggunaan kemoterapi sebelumnya, adanya respon imun graft versus host pada
pasien yang mendapatkan transplantasi sel hematopietik. [5]
Tabel 2.1. Frekuensi dan tingkat keparahan alopesia dari agen kemoterapi[5]
2.5. Gejala Klinis
CIA sangat menonjol pada kulit kepala dengan predileksi pada area dengan total densisitas
rambut yang rendah yaitu pada area crown dan frontal. Alopesia dapat bersifat difus atau fokal.
Hilangnya rambut pada area alis, bulu mata, aksila, dan pubis tidak selalu terjadi dan bahkan dapat
terjadi setelah dosis terakhir kemoterapi diberikan. Namun, penyembuhan terjadi lebih cepat pada
kulit kepala.[6,7]
Waktu kejadian kerontokkan rambut dipengaruhi oleh agen kemoterapi, dosis, dan jadwal
kemoterapi. Mayoritas regimen yang diberikan setiap 2-3 minggu, kerontokkan rambut terjadi
sekitar 2 minggu dan hilang seluruhnya pada akhir siklus ke-2 kemoterapi. Kemoterapi setiap
minggu menyebabkan kerontokkan rambut yang lebuh lambat dan terkadang inkomplit. Pada
kondisi tersebut, rambut dapat tumuh kembali pada terapi selanjutnya. Sedangkan, kemoterapi
dosis tinggi yang digunakan pada transplantasi sel hematopietik menyebakan kerontokkan rambut
yang cepat dan komplit. Beberapa agen kemoterapi dapat menyebabkan alopesia berkepanjangan
atau permanen seperti docetaxel pada dosis ≥75 mg/m2 per siklusnya. [6,7]
Methotrexate dan beberapa agen biologis dapat mempengaruhi melanosit folikel yang
menyebabkan hiperpigmentasi pada rambut kulit kepala, alis, dan bulu mata. Hiperpigmentasi
memiliki pola garis yang berseling dengan warna normal atau disebut juga flag sign. Hal ini terjadi
karena periode kemoterapi dan periode tanpa kemoterapi yang bergantian. [6,7]
Gambar 2.2. Perubahan penampilan fisik. Gambar A: sebelum pengobatan dengan paclitaxel dan
carboplatin. Gambar B: 1 bulan setelah pengobatan.[5]
2.6. Diagnosis
Pada pemeriksaan trichoscopi, ciri khas dari anagen effluvium adalah ditemukannya
konstriksi Pohl-Pinkus yang menyebabkan batang rambut mudah patah ketika sampai pada
orifisium folikular. [6,7]
Minoxidil Topikal
Minoxidil berkerja dengan memperpanjang fase anagen pada rambut dan juga
memperbesar ukuran folikel rambut. Saat ini minoxidil sudah digunakan sebagai
terapi alopesia androgenetik dan alopesia areata. Pemakaian minoxidil pada CIA
tidak dapat mencegah terjadinya alopesia namun dapat memperlambat kerontokan
rambut dan mempercepat waktu dari kehilangan rambut maksimal sampai
pertumbuhan rambut pertama.[13]
Calcitriol Topikal
Pengobatan awal dengan calcitriol topikal tidak mengubah tingkat sitotoksik dari
kemoterapi tapi dapat mencegah alopesia. Namun berdasarkan peneliatian,
pemberian calcitriol topikal pada pasien yang mendapatkan kemoterapi
anthracycline dan cyclophosphamide pada kanker payudara tidak dapat mencegah
CIA.[14]
2. Sesudah kerontokan rambut: gunakan rambut palsu atau kain untuk mencegah
paparan cahaya matahari dan udara dingin pada kulit kepala bila dibutuhkan.
Untuk mengurangi efek psikologi negatif, pasien harus didukung untuk menggunakan
kamuflase seperti memakai topi, memakai wig, atau memotong rambut menjadi gaya pendek pada
hari ke 15 setelah kemoterapi pertama pada kemoterapi yang menyebabkan alopesia komplit.
Beberapa studi juga menganjurkan untuk menggunakan program komputer dalam
mengimajinasikan alopesia dimana hal tersebut dapat mengurangi tingkat stress terkait CIA dan
menambah perasaan positif.[16]
1. Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. 1st ed. Depok:
Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesia; 2016.
2. Fitzpatrick T, Goldsmith L. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 7th ed.
McGraw Hill; 2013.
3. Waters J, Richardson G, Jahoda C. Hair follicle stem cells. Seminars in Cell &
Developmental Biology. 2007;18(2):245-254.
4. Yeager C, Olsen E. Dermatologic Therapy. Treatment of Chemotherapy-induced
Alopecia. 2011;24:432-442.
5. Chon S, Champion R, Geddes E, Rashid R. Chemotherapy-induced alopecia. Journal of
the American Academy of Dermatology. 2012;67(1):e37-e47.
6. Chon SY, Champion RW, Geddes ER, Rashid RM. Chemotherapy-induced alopecia. J
Am Acad Dermatol 2012; 67:e37.
7. Yun SJ, Kim SJ. Hair loss pattern due to chemotherapy-induced anagen effluvium: a
cross-sectional observation. Dermatology 2007; 215:36.
8. Machado M, Moreb JS, Khan SA. Six cases of permanent alopecia after various
conditioning regimens commonly used in hematopoietic stem cell transplantation. Bone
Marrow Transplant 2007; 40:979.
9. Palamaras I, Misciali C, Vincenzi C, et al. Permanent chemotherapy-induced alopecia: a
review. J Am Acad Dermatol 2011; 64:604.
10. van den Hurk CJ, Breed WP, Nortier JW. Short post-infusion scalp cooling time in the
prevention of docetaxel-induced alopecia. Support Care Cancer 2012; 20:3255.
11. Komen MM, Breed WP, Smorenburg CH, et al. Results of 20- versus 45-min post-
infusion scalp cooling time in the prevention of docetaxel-induced alopecia. Support Care
Cancer 2016; 24:2735.
12. Glaser DA, Hossain P, Perkins W, et al. Long-term safety and efficacy of bimatoprost
solution 0·03% application to the eyelid margin for the treatment of idiopathic and
chemotherapy-induced eyelash hypotrichosis: a randomized controlled trial. Br J
Dermatol 2015; 172:1384.
13. Duvic M, Lemak NA, Valero V, et al. A randomized trial of minoxidil in chemotherapy-
induced alopecia. J Am Acad Dermatol 1996; 35:74.
14. Jimenez JJ, Yunis AA. Protection from chemotherapy-induced alopecia by 1,25-
dihydroxyvitamin D3. Cancer Res 1992; 52:5123.
15. Butow P. Supportive Care in Breast Cancer. 2017;41(1):40.
16. Can G, Yildiz M, EmelEmineÖzdemir R. Supportive Care for Chemotherapy Induced
Alopecia: Challenges and Solutions. Clin Res Infect Dis. 2017;4(1):1048.