Anda di halaman 1dari 18

BAB I.

ILUSTRASI KASUS
a. Identitas pasien
Nama : Ny. R
Usia : 60 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Perum tiga
Status : sudah menikah
No. MR :7649xx

b. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 September 2017 di ruang
rawat inap Rumah Sakit Umum Siloam.

1. Keluhan Utama : Keluar darah dari vagina

2. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien, Ny. R, datang dengan keluhan keluarnya darah dari vagina yang sudah
berlangsung selama 7 bulan terakhir. Darahnya berwarna coklat bergumpal yang terkadang
bercampur lendir kehijauan dan berbau. Dalam seharinya pasien dapat menggunakan 3
sampai 4 pembalut untuk menampung darah. Pasien tidak mengeluhkan nyeri di perut bagian
bawah. Pasien mengaku bahwa sehari-hari pasien tampak pucat dan merasa lemas yang sudah
berlangsung lebih dari 3 bulan. Pasien tidak mengeluhkan adanya keinginan untuk memakan
benda aneh seperti es batu. Pasien mengaku adanya penurunan berat badan sebanyak 4 kg
dalam 1 bulan terakhir. Pasien tidak mengeluhkan gangguan dalam buang air besar dan kecil.
Pada bulan Juli 2017 pasien sudah datang ke rumah sakit untuk memeriksa kondisi.
Pasien telah melakukan biopsi dan diberikan transfusi darah. Dari hasil biopsi tersebut pasien
sudah terdiagnosis dengan carcinoma endometrium. Pasien disarankan untuk melakukan
operasi histerektomi namun pasien takut untuk melakukannya.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


 Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.

1
 Pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi untuk waktu yang lama dan rutin
meminum obat. Pasien mengkonsumsi obat candesartan 15 mg satu kali per hari.
Pasien tidak mengeluhkan adanya pandangan buram maupun nyeri kepala semejak
mengalami hipertensi.
 Pasien menyangkal adanya penyakit bawaan dari lahir.
 Pasien mengaku tidak memiliki masalah kadar gula darah dan kolesterol.

4. Riwayat Penyakit Keluarga :


 Pasien mengaku bahwa tidak ada penyakit menurun dalam keluarga.
 Pasien mengaku bahwa anggota keluarga tidak ada yang memiliki penyakit yang
serupa.

5. Riwayat Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan :


Pasien menyangkal adanya riwayat merokok dan meminum alkohol. Pasien tidak
mendapatkan terapi hormon setelah menopause.

6. Riwayat Menstruasi:
 Pasien mengalami menarche pada usia 13 tahun.
 Siklus menstruasi pasien adalah 28 hari dengan lama menstruasi 10 hari.
 Pasien mengalami menopause pada usia 56 tahun.
 Pasien mengalami pendarahan pada usia 59 tahun atau 7 bulan sebelum admisi.

7. Riwayat Sexual dan Pernikahan:


 Pasien melakukan coitarche pada usia 26 tahun dan hanya memiliki satu pasangan.

8. Riwayat Kehamilan dan Persalinan:


Kehamilan ke Jenis kelamin Kondisi anak Usia pasien Riwayat kehamilan
sekarang
1 Laki - laki Meninggal 26 tahun Per vaginam
pada usia 9
bulan
2 28 tahun abortus
3 Laki - laki Sehat 32 tahun Per vaginam

2
4 Perempuan Sehat 34 tahun Per vaginam

9. Riwayat Kontrasepsi:
 Pasien memiliki riwayat menggunakan kontrasepsi metode KB suntik setiap 3 bulan
selama 7 tahun.

c. Pemeriksaan Fisik:
Pemeriksaan fisik pada tanggal 4 September 2017:
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (E4M6V5)
Pernapasan : 20x/menit
Nadi : 127x/menit
Tekanan darah : 130/80
Suhu tubuh : 36,50C
BB/TB : 40 kg / 156 cm
IMT/BMI : 16,44 (underweight)
Kulit keseluruhan  Tampak pucat
 Tidak ada kebiruan atau sianosis
 Tidak ada kekuningan atau ikterus
 Tidak ada kemerahan
 Tidak ada bekas luka atau operasi
 Tidak ada hyperpigmentasi
 Turgor kulit normal
 Tidak ada edema
 Tidak ada gatal
Mata  Mata normal
 Konjungtiva anemis (CA +/+)
 Tidak ada sclera ikteris (SI -/-)
 Refleks pupil langsung dan tidak langsung normal (+/+)
Thorax
Jantung Inspeksi  Iktus kordis tidak terlihat
 Tidak ada bekas operasi

3
Auskultasi  Suara jantung:
- S1 normal
- S2 normal
- Tidak ada murmur
- Tidak ada gallop
Abdomen Inspeksi  Abdomen normal
 Tidak ada distensi abdomen
Auskultasi  Bising usus 12x/menit
Perkusi  Perkusi normal, timpani di seluruh bagian
abdomen
Palpasi  Tidak ada massa
Ekstremitas Inspeksi  Tidak kebiruan
 Tidak kekuningan
 Tidak ada deformitas
 Kuku normal, tidak ada clubbing finger
Palpasi  Ekstremitas hangat
 Tidak ada edema
 Capillary Refill Time normal (<2detik)
 Nadi reguler (+/+)
Kelenjar Getah  Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening leher
Bening  Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening inguinal
Ginekologi
Inspeksi Tidak dapat dilakukan
Inspekulo Tidak dapat dilakukan
Bimanual Tidak dapat dilakukan

Pemeriksaan fisik pada tanggal 18 September 2017 setelah pasien melalui operasi:
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis (E4M6V5)
Pernapasan : 18x/menit
Nadi : 88x/menit
Tekanan darah : 170/100
Suhu tubuh : 36,90C
4
BB/TB : 40 kg / 156 cm
IMT/BMI : 16,44 (underweight)
Kulit keseluruhan  Tampak pucat
 Tidak ada kebiruan atau sianosis
 Tidak ada kekuningan atau ikterus
 Tidak ada kemerahan
 Tidak ada bekas luka atau operasi
 Tidak ada hyperpigmentasi
 Turgor kulit normal
 Tidak ada edema
 Tidak ada gatal
Mata  Mata normal
 Konjungtiva anemis (CA +/+)
 Tidak ada sclera ikteris (SI -/-)
 Refleks pupil langsung dan tidak langsung normal (+/+)
Thorax
Jantung Inspeksi  Iktus kordis tidak terlihat
 Tidak ada bekas operasi
Auskultasi  Suara jantung normal:
- S1 normal
- S2 normal
- Tidak ada murmur
- Tidak ada gallop
Abdomen Inspeksi  Abdomen normal
 Tidak ada distensi abdomen
 Tidak ada masa
 Terdapat luka operasi di area suprapubic dan
terpasang selang drain.
Auskultasi  Bising usus 12x/menit
Perkusi  Perkusi normal, timpani di seluruh bagian abdomen
Palpasi Tidak dapat dilakukan
Ekstremitas Inspeksi  Tidak kebiruan

5
 Tidak kekuningan
 Tidak ada deformitas
 Kuku normal, tidak ada clubbing finger
Palpasi  Ekstremitas hangat
 Tidak ada edema
 Capillary Refill Time normal (<2detik)
 Nadi reguler (+/+)
Kelenjar Getah  Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening leher
Bening  Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening inguinal
Pelvis
Inspeksi Tidak dapat dilakukan
Inspekulo Tidak dapat dilakukan
Bimanual Tidak dapat dilakukan

d. Pemeriksaan Penunjang
- Biopsi dilakukan dengan cara dilatasi dan kuretase dilakukan pada tanggal 4 Juli
2017
o Hasil: well differentiated adenocarcinoma.
- X-ray Thorax dilakukan pada tanggal 4 September 2017
o Hasil: CTR 58% dengan elongasi aorta.
- Ultrasonography
o Hasil: tidak ada data
- Complete Blood Count dilakukan pada tanggal 15 September 2017 (sebelum
operasi).
o Hasil: Hb 9,9 g/dL
- Complete Blood Count dilakukan pada tanggal 17 September 2017 (setelah
operasi).
o Hasil: Hb 11,4 g/dL, Ht 33%, WBC 16.270 /uL
- Indeks Eritrosit dilakukan pada tanggal 15 September 2017 (sebelum operasi).
o Hasil: MCV 78,80 fL
- Indeks Eritrosit dilakukan pada tanggal 17 September 2017 (setelah operasi).
o Hasil: MCV 78,80 fL

6
e. Resume
Pasien datang dengan keluhan perdarahan postmenopause per vaginam yang sudah
berlangsung selama 7 bulan. Darah yang dikeluarkan berwarna coklat bergumpal yang
terkadang bercampur lendir kehijauan berbau sebanyak 3 sampai 4 pembalut per harinya.
Namun pasien tidak merasakan nyeri suprapubik. Pasien mengalami penurunan berat badan
sebanyak 4 kg dalam 1 bulan terakhir. Sehari-harinya pasien tampak pucat dan merasa lemas
yang berkembang sudah lebih dari 3 bulan. Pasien memiliki riwayat hipertensi untuk waktu
yang lama dan rutin meminum obat. Pasien mengalami menarche pada usia 13 tahun dan
menopause pada usia 56 tahun.
Pemeriksaan penunjang biopsi pasien memiliki hasil well differentiated adenocarcinoma.
Pasien mengalami mikrositik anemia dengan Hb 9,9 g/dL dan MCV 78,80 fL.

f. Diagnosis Kerja dan Diagnosis Banding


Diagnosis Kerja : Carcinoma endometrium
Mikrositik anemia

g. Penanganan
 Pada tanggal 15 September pasien mendapatkan transfusi PRC 500 mL sebanyak 2
unit.
 Obat hipertensi Candesatran tetap dikonsumsi.
 Pada tanggal 16 September pasien menjalani operasi histerektomi radikal, hasil dari
operasi menunjukkan carcinoma endometrium stadium IIIC.

h. Riwayat Perawatan
Tanggal Hasil
19 September 2017 S: Nyeri pada luka operasi yang diperparah ketika bangun tidur. Pasien
merasa kembung. Flatus (-). Sudah dapat buang air kecil. Keluar cairan
pada tempat terpasangnya drain.
O:
Pernafasan : 20x/menit
Nadi : 86x/menit
Tekanan darah : 130/100
Suhu tubuh : 35,80C

7
Konjungtiva anemis : (-/-)
A: Post histerektomi radikal dan carcinoma endometrium stadium IIIC
P:
Co-amoxiclav 625 mg, 3x1
Asam mefenamat 500 mg, 3x1
Candesartan 16 mg, 1x1
20 September 2017 S: Pasien muntah pada malam hari sebanyak 3 kali yang berisi ampas
makanan. Masih ada nyeri pada luka operasi. Buang air besar belum
lancar. Terdapat rembesan cairan pada tempat terpasangnya drain.
O:
Pernafasan : 18x/menit
Nadi : 80x/menit
Tekanan darah : 160/100
Suhu tubuh : 36,20C
A: Post histerektomi radikal dan carcinoma endometrium stadium IIIC
P:
Omeprazole 10 mL IV
Ondansetron 4 mg IV
Co-amoxiclav 625 mg PO, 3x1
Asam mefenamat 500 mg PO, 3x1
Candesartan 16 mg PO, 1x1
22 September 2017 Pasien pulang

8
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendakatan terhadap pendarahan postmenopause


Berikut adalah algoritma diagnosis kasus pendarahan abnormal uterus pada pasien
postmenopause:

Gambar 1. Algoritma diagnosis pendarahan abnormal uterus pada pasien postmenopause.

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) transvaginal lebih lebih disarankan untuk wanita yang
tidak mendapatkan hormon terapi untuk mengeksklusi keganasan endometrium. Wanita yang
mendapatkan terapi hormon disarankan untuk melakukan melakukan biopsi endometrium
kerana mayoritas pasien membutuhkan pemeriksaan tambahan berupa biopsi yang tidak
terlalu nyaman bagi pasien setelah melakukan USG.
9
2. Carcinoma Endometrium
Carcinoma endometrium adalah keganasan pada lapisan endometrium corpus uteri.
Carcinoma endometrium terbagi menjadi 2 tipe, tipe 1 dan tipe 2. Carcinoma endometrium
tipe 1 bergantung pada paparan hormon estrogen yang lama dan cenderung terjadi pada
wanita usia muda saat premenopause ataupun perimenopause. Carcinoma tipe ini umumnya
dimulai dengan hiperplasia endometrium dan merupakan tumor endometrioid diferensiasi
baik dengan prognosis yang lebih baik. Mutasi gen yang sering terjadi adalah gen PTEN.
Carcinoma endometrium tipe 2 tidak bergantung pada hormon estrogen yang terjadi pada
wanita tua saat postmenopause. Carcinoma tipe ini memiliki asosiasi dengan atropi
endometrium dan berprognosis buruk. Beberapa jenis dari carcinoma tipe 2 adalah jaringan
endometrioid diferensiasi buruk, serosa papiler, dan clear cell. Mutasi gen yang sering terjadi
adalah gen p53.

2.1. Faktor Risiko


Beberapa faktor risiko dari carcinoma endometrium adalah status gizi obesitas,
sindrom metabolik, sindrom polikistik ovarium, terapi estrogen, menarche dini dan
menopause pada usia yang lebih lanjut, dan periode anovulasi yang panjang sebelum
menopause. Pada kondisi-kondisi tersebut, pasien terpapar pada hormon estrogen dalam
jangka waktu panjang yang menyebabkan hiperplasia endometrium dan menjadi hiperplasia
endometrium atipikal atau carcinoma endometrium. Pengguna terapi hormon estrogen
memiliki risiko carcinoma endometrium sebanyak 2 sampai 10 kali lipat sesuai dengan
banyak dan lama terapi tersebut. Namun risiko ini dapat diturunkan dengan pemberian
progesteron secara berkala dikarenakan efek antiproliferatif dari progesteron. Riwayat dahulu
kanker ovarium, kanker colon, kanker payudara, dan riwayat keluarga carcinoma
endometrium juga merupakan faktor risiko tinggi untuk terjadinya carcinoma endometrium.
Penyakit herediter yang dapat menyebabkan carcinoma endometrium adalah kanker
kolorektal nonpoliposis herediter (HNPCC).

2.2. Gejala
Gejala dari carcinoma endometrium yang sering ditemukan adalah adanya pendarahan
uterine abnormal. Pada wanita premenopause pendarahan dapat berupa menorrhagia. Gejala
lainnya berupa keluarnya sekret abnormal atau bercak-bercak pada pasien postmenopause
dan nyeri pelvis karena kontraksi uterine disebabkan oleh hematometra. Pada pemeriksaan
10
fisik dengan spekulum dapat ditemukan darah namun tidak banyak. Pemeriksaan bimanual
dan rectovaginal pada carcinoma stadium awal dapat berupa normal. Pada stadium lanjut
dapat ditemukan pembesaran uterus yang immobile. Bila terjadi metastasis ke ovarium maka
ovarium dapat membesar.

2.3. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan laboratorium akan menunjukkan anemia bila pendarahan sudah
berlangsung lama. Pemeriksaan sitologi atau biopsi endometrium dapat menunjukkan
adenocarcinoma. Hasil biopsi dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan perbandingan
struktur komponen pandat dan komponen glandular dari adenocarcinoma, yaitu: grade 1
<5%, grade 2 5%-50%, dan grade 3 >50%. Apabila biopsi endometrium memiliki hasil
negatif tetapi pasien menunjukkan gejala, maka pasien harus melanjutkan dengan dilatasi dan
kuretase bertingkat (D&C). Pemeriksaan definitif carcinoma endometrium adalah dilatasi dan
kuretase bertingkat. Pemeriksaan dilakukan dengan anastesi dan dimulai dari kuretase kanal
endoservikal dan dilanjutkan dengan mendilatasi kanal lalu kuretase sekeliling rongga
endometrium. Pemeriksaan USG transvaginal merupakan pemeriksaan pertama yang dapat
dilakukan. Pemeriksaan USG dapat menilai besar dan bentuk uterus, ketebalan endometrium,
kontur permukaan endometrium, dan eksklusi keganasan ovarium. Bila ketebalan
endometrium < 5 mm maka diagnosi hiperplasiea endometrium dapat dieksklusi. Namun
pemeriksaan USG transvaginal dapat menghasilkan false positive bila pasien mengkonsumsi
obat tamoxifen selama lebih dari 2 tahun dikarenakan edema subendometrium. Pemeriksaan
reseptor hormon estrogen dan progesteron dilakukan untuk merencanakan terapi hormon di
kedepannya.
Pemeriksaan tambahan lainnya adalah CBC, urinalisis, foto x-ray thorax untuk
mencari metastasis, stool guaiac, dan sigmoidoskopi. Colonoscopy harus dilakukan bila stool
guaiac menunjukkan pendarahan gastrointestinal. Pada carcinoma dengan penyebaran
intraperitonial ekstensif akan menyebabkan penanda tumor CA-125 meningkat. Pemeriksaan
CT scan dapat digunakan untuk melihat anatomi pelvis, pembesaran kelenjar getah bening di
pelvis atau area periaortic, dan melihat metastasis pada hepar dan paru. MRI dapat digunakan
untuk memeriksa invasi pada myometrium, uterus bagian bawah, dan serviks.

2.4. Pembagian Stadium


Stadium dari carcinoma endometrium berdasarkan International Federation of
Gynecology and Obstetric tahun 2009 adalah sebagai berikut:
11
Gambar 2. Pembagian stadium carcinoma endometrium FIGO 2009
Risiko rekurensi carcinoma endometrium stadium I dapat dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:
Risiko rendah bila carcicoma pada stadium 1A grade 1 atau 2 tipe 1. Risiko sedang bila
carcinoma pada stadium 1A grade 3 tipe 1 atau stadium 1B grade 1 atau 2 tipe 1. Dan risiko
tinggi bila carcinoma pada stadium 1B grade 3 tipe 1 atau tipe 2 pada semua stadium.

2.5. Diagnosis Banding


Diagnosis banding dari pendarahan abnormal uterus pada wanita premenopause yang
paling inisial adalah aborsi terancam atau komplit. Komplikasi lainnya adalah leiomyomata,
hyperplasia endometrium, polip endometrium, polip servikal, pemakaian IUD, kanker
genitalia, atau metastasis kanker organ gastrointestinal, vesica urinaria, dan payudara. Bila
kelainan anatomis sudah dieksklusi, maka harus dilakukan pengecekkan untuk hemofilia.
Pada wanita postmenopause, diagnosis bandingnya berupa endometriosis, estrogen eksogen,
polip endometrium, dan kanker genitalia. Sumber estrogen dapat berupa terapi hormon pada
pasien postmenopause atau kandungan estrogen pada makanan yang dikonsumsi. Bila hasil
pemeriksaan D&C pada wanita postmenopause adalah normal, maka harus dipertimbangkan
kanker tuba falopi dan ovarium.

2.5.1. Endometriosis
Endometriosis adalah kondisi dimana lapisan endometrium tumbuh di luar uterus
seperti di ovarium ataupun tuba falopi. Jaringan endometrium ini akan luluh dan berdarah
12
mengikuti siklus menstruasi. Salah satu penyebab endometriosis adalah karena darah
menstruasi yang mengandung sel endometrium mengalir kembali melewati tuba falopi ke
rongga pelvis ataupun karena pindahnya sel endometrium ketika operasi caesar. Gejala dari
kondisi ini adalah dysmenorrhea, menorrhagia, nyeri ketika coitus, nyeri saat buang air, darah
pada urin atau feces, atau infertilitas. Jaringan endometriosis yang kecil tidak akan teraba saat
palpasi. Pemeriksaan USG dapat menunjukkan adanya endometrioma. Laparoskopi dilakukan
untuk melihat jaringan endometriosis dan melakukan biopsi. Penanganan dari endometriosis
berupa pemberian NSAID seperti ibuprofen untuk menghilangkan nyeri, operasi untuk
mengangkat jaringan endometriosis, atau terapi hormon dengan menggunakan combined oral
contraceptive ataupun GnRH antagonist.

2.5.2. Polip endometrium


Polip endopmetrium tumbuh dikarenakan tingginya hormon estrogen dalam tubuh.
Mayoritas dari polip endometrium bersifat jinak, namun tidak menutup kemungkinan untuk
menjadi ganas. Polip dalam ukuran kecil akan bersifat asimptomatik. Beberapa gejala dari
polip endometrium adalah metrorrhagia, menorrhagia, dymenorrhea, pendarahan post
menopause, nyeri post coitus, dan infertilitas. Pemeriksaan penunjangnya berupa USG
transvaginal, hysterosonogram, hysteroscopy, dan biopsi endometrium. Polip yang
asimptomatis dapat ditangani dengan observasi. Namun polip yang menyebabkan pendarahan
butuh diangkat ketika melakukan histeroskopi.

2.6. Tata Laksana


Tata laksana utama dari carcinoma endometrium adalah histerektomi, bilateral
salpingo-oofoorecktomi, dengan atau tanpa limfadenektomi pelvis dan paraaorta. Setelah
melakukan laparotomi, rongga pelvis pasien dibilas dengan cairan saline sebanyak 50 – 100
mL untuk pemeriksaan sitologi. Histerektomi radikal dilakukan bila keganasan diduga sudah
menyebar sampai parametrium dan tidak disarankan untuk carcinoma endometrium staium II.
Pasien dengan carcinoma endometrium stadium III dan IV dapat melakukan operasi
sitoreduksi. Setelah operasi pasien diperiksa secara rutin setiap 3 sampai 6 bulan untuk 2
tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 sampai 12 bulan.
Pasien yang tidak bisa menjalani operasi dapat melakukan terapi radiasi, kombinasi
dari external beam radiation therapy (EBRT) dengan brachytherapy, atau terapi hormon.
Terapi hormon dengan progesteron dosis tinggi juga dapat diberikan pada pasien yang masih
ingin mejaga fertilitas. Progesteron yang digunakan adalah medroxyprogesterone acetate 400
13
– 600 mg/hari atau megestrol asetat 160 – 320 mg/hari. Namun, bila terjadi rekurensi setelah
terapi konservatif maka pilihan utamanya adalah histerektomi.
Kemoterapi pada pasien carcinoma endometrium stadium lanjut berupa kombinasi
dari paclitaxel dan carboplatin. Pilihan lainnya berupa TAP regiman yang terdiri dari
paclitaxel, doxorubicin, dan cisplatin. Namun, regimen TAP memiliki efek toksisitas yang
tinggi terutama neuropati perifer. Kemoterapi atau EBRT diindikasikan pada carcinoma
endometrium stadium III dan stadium IV. Namum, carcinoma endometrium stadium IV lebih
baik bila ditangani dengan kemoterapi dikarenakan lokasi metastasis yang jauh. Pada pasien
ini, terapi EBRT bertujuan sebagai terapi kuratif.

2.7. Komplikasi
Komplikasi dari carcinoma endeometrium tingkat lanjut atau invasi yang dalam pada
myometrium adalah anemia karena kehilangan darah yang berlangsung lama atau pendarahan
akut. Terapi radiasi dapat memperlambat pendarahan yang signifikan. Untuk mengetahui
apakah pasien mengalami hematometra dapat dilakukan dengan menggunakan sonde dengan
pasien dianastesi. Lalu dilakukan dilatasi untuk mengeluarkan bekuan darah dan lainnya. Bila
pasien mengalami pyometra maka pasien dapat mengalami peritonitis atau sepsis.
Komplikasi dari prosedur D&C dan biopsi adalah perforasi uterus. Perforasi yang besar harus
ditangani dengan laparaskopi atau laparotomi. Bila terjadi kontaminasi rongga peritoneum
dengan darah atau tumor nekrosis maka pasien harus diberikan antibiotik spektrum luas.

2.8. Tindakan Prevensi


Edukasi untuk mencegah carcinoma endometrium meliputi menjaga berat badan
untuk menghindari obesitas, aktivitas fisik, kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, dan
pengendalian gula darah pada pasien diabetes melitus. Faktor lain yang dapat dihindari untuk
mencegah carcinoma endometrium adalah nulliparity. Pasien juga harus diedukasi untuk
melakukan pemeriksaan bila mengalami pendarahan atau bercak-bercak per vaginam setelah
menopause. Dibutuhkan anamnesis riwayat keluarga yang lengkap mengenai kanker ataupun
HNPCC yang nantinya dilanjutkan dengan pengecekan dan kounseling megenai risiko
genetik yang dimiliki pasien. Pada pasien dengan HNPCC, disarankan untuk melakukan
biopsi endometrium setiap 1 sampai 2 tahun dimulai pada usia 30 tahun. Bila sudah tidak
ingin mempunyai anak lagi, disarankan untuk melakukan histerektomi. Terapi hormon untuk
wanita postmenopause harus terdiri dari estrogen dan progesteron. Progesteron dapat
diberikan melalui dua cara: setiap hari dengan memberikan 2,5 mg medroxyprogesterone
14
acetate atau pada 10 hari terakhir dari siklus dengan memberikan 10 mg
medroxyprogesterone acetate atau 200 mg micronized progesterone.

3. Anemia pada Pasien Carcinoma Endometrium


Pasien kanker dengan anemia umunya ditangani dengan transfusi sel darah merah
(RBC) sebanyak 2 unit dengan batas Hb < 9 g/dL dan batas <10 g/dL pada pasien dengan
penyakit kardiovaskular. Pemberian satu unit 500 mL RBC akan menaikkan Hb sebanyak 1
g/dl dengan masa 100 – 110 hari. Terapi lainnya adalah dengan pemberian eritropoietin
(EPO) ketika Hb 9–9,9 g/dL atau terapi Fe intravena ketika Hb 10–10,9 g/d.
EPO diberikan dengan dosis 10.000 IU sebanyak 3 kali per minggu dengan suntik
subkutaneus dan divealuasi setiap 4 minggu. Pasien memberikan respon baik apabila ada
penambahan Hb 1-2 g/dL setiap 4 minggu, Apabila respon tidak baik, maka dosis EPO
dinaikkan menjadi 20.000 IU sebanyak 3 kali per minggu atau 36.000 IU sebanyak 2 kali per
minggu.
Pemberian Fe secara intravena diindikasikan pada pasien dengan feritin <30 ng/mL
dan serum transferin <20%. Pemberian iron dextran harus dimulai dengan dosis percobaan
yaitu 25 mg/kgBB dan diobservasi selama 1 jam kedepan untuk melihat adanya reaksi alergi.
Bila tidak ada reaksi maka dapat dilanjutkan dengan dosis 100 mg per minggu selama 10
minggu untuk mencapai total dosis 1 gram atau infus drip 1 gram dalam beberapa jam.

15
BAB III.
ANALISA KASUS

A. Diagnosis
Pasien memiliki keluhan perdarahan postmenopause per vaginam yang sudah
berlangsung selama 7 bulan tanpa nyeri suprapubik. Pasien sudah pernah mengandung
sebanyak 4 kali. Namun, pasien memiliki hipertensi untuk waktu yang lama yang merupakan
salah satu faktor risiko keganasan. Pasien tidak mendapatkan terapi hormon dan berdasarkan
data rekam medis yang ada, pasien tidak mengalami pembesaran uterus ataupun lesi pada
traktus genitalis. Berdasarkan algoritma yang ada, pemeriksaan pasien dilanjutkan dengan
biopsi endometrium atau USG transvaginal. Karena pasien tidak mendapatkan terapi hormon
maka pasien lebih disarankan untuk melakukan USG terlebih dahulu. Pasien mengaku pernah
melakukan USG namun hasil tidak bisa didapatkan. Diduga hasil USG adalah adanya
penebalan dinding uterus lebih sama dengan 5 mm sehingga pasien perlu melakukan biopsi
endometrium dengan metode D&C. Hasil dari biopsi pasien adalah well differentiated
adenocarcinoma. Maka dari data yang ada, dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami
carcinoma endometrium.
Perdarahan pasien sudah berlangsung selama 7 bulan dengan jumlah 3 sampai 4
pembalut per harinya. Dari pemeriksaan laboratorium pasien ditemukan bahwa Hb pasien
adalah 9,9 g/dL dan MCV 78,80 fL. Namun pasien tidak melakukan pemeriksaan profil besi.
Maka dapat disimpulkan pasien mengalami microcytic anemia.

B. Tata Laksana
Tata laksana pada pasien yang pertama adalah perbaikan anemia pasien. Sehari
sebelum operasi, pasien diberikan transfusi 2 unit RBC. Obat hipertensi pasien tetap
dilanjutkan. Selanjutnya pasien harus melakukan operasi histerektomi. Histerektomi yang
dilakukan adalah histerektomi radikal yang mencangkup pengangkatan serviks, uterus, tuba
falopi, ovarium, dan kelenjar getah bening. Stadium carcinoma endometrium pasien dinilai
ketika operasi dengan hasil stadium IIIC. Hal ini menadakan bahwa sudah terdapat metastasis
ke kelenjar getah bening pelvis atau para aorta. Setelah operasi, cairan peritoneum pasien
digunakan untuk pemeriksaan sitologi dan jaringan uterus, ovarium, dan kelenjar getah
bening untuk pemeriksaan pathologi. Dari hasil pemeriksaan sitologi dan pathologi dapat
diketahui derajat risiko rekurensi pasien.

16
Obat yang diberikan pada pasien adalah co-amoxiclav sebagai antibiotik untuk
profilaksis, asam mefenamat sebagai NSAID untuk analgesic luka operasi, dan candesartan
sebagai obat hipertensi Angiotensin Receptor Blocker. Dalam menangani keluhan muntah
pasien diberikan ondansetron untuk mencegah mual muntah karena operasi dan omeprazole
sebagai PPI untuk mengurangi produksi asam lambung pasien. Hb pada pasien setelah
operasi sudah mendekati normal namun nilai MCV masih sama sehingga disarankan untuk
melakukan pemeriksaan penunjang profil besi untuk menentukan tata laksana sleanjutnya
kepada pasien.

C. Prognosis
i. Ad vitam : bonam
ii. Ad functionam : bonam
iii. Ad sanationam : dubia ad bonam

17
DAFTAR PUSTAKA

 Oriel KA, Schrager S. Abnormal Uterine Bleeding. Am Fam Physician.


1999;60(5):1371-1380.
 Hoffman B. Williams gynecology, 3rd ed. New York: McGraw-Hill Education; 2016.
 DeCherney A. Current diagnosis & treatment obstetrics & gynecology. New York:
McGraw-Hill; 2013.
 Colombo N, Preti E, Landoni F, Carinelli S, Colombo A, Marini C et al. Endometrial
cancer: ESMO Clinical Practice Guidelines for diagnosis, treatment and follow-up.
Annals of Oncology. 2013;24(suppl 6):vi33-vi38.
 Colombo N, Creutzberg C, Amant F, Bosse T, González-Martín A, Ledermann J et al.
ESMO-ESGO-ESTRO Consensus Conference on Endometrial Cancer: diagnosis,
treatment and follow-up. Annals of Oncology. 2015;27(1):16-41.
 Schrijvers D. Management of Anemia in Cancer Patients: Transfusions. The
Oncologist. 2011;16(Supplement 3):12-18.
 Experts Committee on Cancer-Related Anemia, Chinese Society of Clinical Oncology
(CSCO). Clinical practice guidelines on cancer-related anemia (2012-2013 Edition).
Chin Clin Oncol 2012;1(2):18. doi: 10.3978/j.issn.2304-3865.2012.10.01

18

Anda mungkin juga menyukai