Manifestasi klinis =
o Secara umum, gejala klinis yang terjadi akibat adanya massa intrakranial disebabkan oleh lesi
desak ruang (SOL) tumor terhadap ruang intrakranial. Adanya lesi desak ruang tersebut
menimbulkan gejala klinis berupa peningkatan TIK yang bermanifestasi sebagai sakit kepala,
mual, muntah, dan papilledema. Tumor sendiri akan menimbulkan edema disekitarnya dan
massa berikut edemanya dapat mengobstruksi aliran LCS sehingga terjadi hidrosefalus.
David Kristianus - 130110150165
Adanya massa, hidrosefalus, dan edema akan menyebabkan desakan pada sistem saraf
sehingga tumbul gejala mulai dari sakit kepala, diplopia, kejang, perubahan status mental,
hemiparesis, dan sebagainya. Semakin besar massanya, maka sakit kepala akan terasa
semakin sering dan semakin berat disertai pandangan buram. Harus diwaspadai gejala
peningkatan TIK jika sakit kepala hebat diikuti muntah proyektil, diplopia, dan penurunan
kesadaran.
o Adanya lesi desak ruang juga dapat mendesak jaringan otak sehat disekitarnya sehingga
terjadi defisit neurologis sesuai dengan lokasi tumor, diantaranya kejang dan gangguan
motorik berupa paresis atau plegia. Jika tumor menekan saraf kranialis maka akan terjadi
defisit nervus kranialis.
o Tanda penting dari tumor otak yaitu adanya gejala neurolgik yang progresif. Progresivitas
bergantung pada lokasi, kecepatan pertumbuhan tumor, dan edema jaringan sekitarnya.
Diagnosis =
1. Anamnesis:
Gejala beserta awitan, kualitas, perubahan dari waktu ke waktu.
Peningkatan TIK -> sakit kepala, mual, muntah, edema papil, hingga penurunan
kesadaran, dll.
Manifestasi klinis fokal -> hemiparesis, afasia, gangguan visus, diplopia, kelumpuhan saraf
kranial, dll. Manifestasi klinik fokal bergantung pada lokasi tumor dan edema otak di
sekitarnya.
Hidrosefalus
Perdarahan -> pada tumor yang kaya akan pembuluh darah.
Riwayat keganasan sebelumnya, riwayat keganasan dalam keluarga.
2. Pemeriksaan fisik
Status generalis: pada peningkatan TIK terdapat peningkatan tekanan darah dan
perubahan frekuensi nadi mulai dari cepat hingga menjadi bradikardia, serta perubahan
pola napas dari hiperventilasi hingga depresi napas.
Status neurologis: perlu pemeriksaan lengkap mulai dari kesadaran (GCS) dan pupil yang
isokor atau anisokor, serta reflex cahaya langsung dan tidak langsung. Dinilai pula nervus
kranialis, biasanya terdapat paresis CN VI, CN VII, atau CN XII, serta kekuatan motorik,
sensibilitas, dan otonom.
Pemeriksaan neuro-oftalmologi
Pemeriksaan fungsi luhur
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Pemeriksaan radiologis: CT scan atau MRI kepala dengan kontras, pemeriksaan rontgen
(untuk mencari tumor primer), PET CT (atas indikasi)
Pemeriksaan cairan serebrospinal
Tata Laksana =
1. Tata laksana emergensi -> menurunkan peningkatan TIK dengan cara:
Pemasangan VP shunt jika terjadi hidrosefalus.
Mengurangi edema: deksametason loading 8 mg IV dilanjutkan 4 mg tiap 6 jam IV.
2. Tata laksana kuratif -> dilakukan jika tumor masih dapat direseksi total atau akan
memberikan hasil yang baik dengan radioterapi dan kemoterapi.
David Kristianus - 130110150165
Reseksi tumor: untuk mengurangi efek desakan, mendapatkan jaringan biopsi, serta
mengurangi volume massa agar didapat hasil radioterapi atau kemoterapi yang lebih
optimal. Pada meningioma, terapi utama adalah reseksi total yang akan memberikan
keluaran yang baik.
Radioterapi: konvensional dapat langsung terhadap tumornya jika tumor primer yang
soliter atau whole brain radiotherapy jika dianggap sebagai tumor metastasis;
stereotactic radiosurgery/radioterapi dengan sinar x atau sinar gamma yang bisa secara
spesifik sesuai dengan ukuran tumor.
Kemoterapi: disesuaikan dengan jenis tumor. Sejauh ini yang memberikan hasil baik
adalah terhadap astrositoma derajat tinggi atau limfoma.
Targeted therapy: merupakan pemberian agen yang spesifik anti terhadap protein target
tertentu, seperti anti VEGF, anti EGFR, dan sebagainya.
3. Tata laksana paliatif ->
a. Bertujuan untuk mengatasi gejala-gejala yang muncul akibat tumor secara langsung
ataupun tidak langsung. Biasanya dilakukan jika tumor terlalu besar atau tidak
memungkinkan diterapi secara maksimal.
b. Antikonvulsan jika kejang: dianjurkan levetiracetam 20 mg/kgBB.
c. Analgesik jika nyeri, sesuai dengan tingkat nyerinya. Nyeri kanker biasanya memiliki
kualitas nyeri sedang sampai berat. Dapat diberikan golongan opiat mulai dari tramadol
dikombinasikan dengan gabapentin.
d. Antikoagulan. Keganasan dan imobilisasi dapat menyebabkan keadaan hiperkoagulasi.
e. Antibiotik jika infeksi.
f. Mobilisasi pasif hingga aktif untuk mencegah infeksi atau dekubitus.
g. Diet yang adekuat.