Anda di halaman 1dari 79

Penatalaksanaan Asma

Stabil

Faisal Yunus

Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia – Rumah Sakit Rujukan
Respirasi Nasional Persahabatan Jakarta
DISCLAIMER
• The meeting and material are organized and sponsored by PT. AstraZeneca Indonesia.
• This is a promotional meeting.
• The speaker in this meeting receive honoraria from PT. AstraZeneca Indonesia.

• Pertemuan ilmiah dan materi dalam pertemuan ini diselenggarakan dan disponsori oleh PT.
AstraZeneca Indonesia.
• Pertemuan ilmiah ini adalah pertemuan yang bersifat promosi.
• Pembicara dalam pertemuan ilmiah ini menerima honoraria dari PT. AstraZeneca Indonesia.

2
Pendahuluan
 Asma adalah penyakit kronik saluran napas
 Asma sering tidak terdiagnosis dengan tepat sehingga
tidak mendapatkan pengobatan yang tepat
 Penatalaksanaan asma bertujuan menjadikan asma
terkontrol
Alamat Website GINA

www.gina.org
Patofisologi Asma
Gangguan otot Inflamasi jalan
polos napas

❖ Bronkokonstriksi ❖ Infiltrasi / aktivasi sel


❖ Hipereaktivitas bronkus inflamasi
❖ Hipertrofi / hiperplasia ❖ Edema mukosa
❖ Pelepasan mediator inflamasi ❖ Proliferasi sel
❖ Proliferasi epitel

Gejala / Eksaserbasi
Hipereaktivitas
Normal Asma
Akut
Berat
FAKTOR PENCETUS ASMA
Faktor Pencetus Asma

 Sangat bervariasi
 Bersifat individual
 Mencetuskan serangan asma
Faktor Pencetus
❖ Alergen di dalam dan luar ruangan
❖ Polusi udara, asap rokok
❖ Infeksi saluran napas
❖ Latihan fisis dan hiperventilasi
❖ Perubahan cuaca
❖ Sulfur dioksida, bahan iritan
❖ Makanan aditif
❖ Emosi berlebihan
Gambar Tungau debu rumah
KLASIFIKASI ASMA
Klasifikasi Asma Stabil 2003
Ditentukan oleh
Frekuensi serangan
Serangan asma malam
Gangguan aktivitas
Nilai faal paru (VEP1 atau APE)
Variabilitas harian
Asma Intermiten

Gejala < 1 kali sepekan


Gejala asma malam < 2 kali sebulan
Serangan singkat tidak mengganggu
aktivitas
Nilai VEP1 atau APE > 80% nilai prediksi
Variabilitas < 20%
Asma Persisten Ringan
✓ Gejala > 1 kali seminggu serangan tapi < 1 kali
sehari
✓ Eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas
dan tidur
✓ Gejala asma malam > 2 kali sebulan
✓ Nilai APE / VEP1 > 80% nilai prediksi
✓ Variabilitas 20 – 30%
Asma Persisten Sedang
Gejala tiap hari
Gejala asma malam > 1 kali sepekan
Eksaserbasi mengganggu aktivitas dan
tidur
Nilai VEP1 atau APE > 60% tetapi <
80% nilai prediksi
Variabilitas > 30%
Asma Persisten Berat
❖ Gejala berkepanjangan
❖ Eksaserbasi sering
❖ Gejala asma malam sering
❖ Aktivitas fisik terbatas
❖ Nilai APE / VEP1 < 60% nilai prediksi
❖ Variabilitas > 30%
Kriteria Asma Terkontrol
❖ Tidak ada gejala asma atau minimal
❖ TIidak ada gejala asma malam
❖ Tidak ada keterbatasan aktivitas
❖ Nilai faal paru (APE / VEP1) normal
❖ Pemakaian obat pelega napas minimal
❖ Tidak ada kunjungan ke Unit Gawat
Darurat
Definisi Terkontrol Total
Tidak ada Gejala

Tidak ada Pemakaian salbutamol

Tiap hari APE pagi 80%

Tidak ada Terbangun malam hari

Tidak ada Eksaserbasi

Tidak ada Kunjungan ke IGD


Efek samping obat
Tidak ada

TOTAL kontrol bila semua keadaan bertahan selama 7 dari 8 minggu

Bateman et al. ARJCCM 2004


Klasifikasi Kontrol Asma GINA 2019

❖ Asma terkontrol Baik


❖ Asma terkontrol sebagian
❖ Asma tidak terkontrol
Bagaimana menilai tingkat kontrol
asma pasien dewasa, remaja, dan
anak ≥6 tahun?
Kontrol Gejala Asma Tingkat Kontrol Gejala Asma
Dalam 4 minggu terakhir, pasien mengalami: Terkontrol Terkontrol Tidak
Baik Sebagian terkontrol
• Gejala asma di siang hari > 2x
□ Ya □ Tidak
/pekan
• Apakah pernah terbangun malam
□ Ya □ Tidak Semua 1-2 Ya 3-4 Ya
hari karena asma?
Tidak
• Apakah pelega* dibutuhkan untuk
□ Ya □ Tidak
gejala > 2x/pekan
• Apakah ada pembatasan aktivitas
□ Ya □ Tidak
karena asma?
* Berdasarkan SABA pelega; tidak termasuk pelega yang digunakan sebelum olahraga

Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginashtma.org
www.asthmacontroltest.com

7
Asma Control Test (ACT)

➢ Terkontrol Total = 25
➢ Terkontrol Sebagian = 20-24
➢ Tidak Terkontrol = 5-19
PENATALAKSANAAN ASMA
STABIL
Tujuan Penatalaksanaan Asma
 Mencapai asma terkontrol sehingga pasien dapat
beraktivitas normal
 Menurunkan risiko eksaserbasi dan efek samping obat
Tujuan Pengobatan Asma Jangka Panjang

Tujuan asma jangka panjang

Mengurangi risiko kematian


Mencapai kontrol penuh
karena asma, eksaserbasi,
asma dan mempertahankan
limitasi aliran napas dan efek
level aktivitas normal
samping

Sangat penting untuk membuat pasien memperhatikan tujuan jangka panjang asma

Insert your date / confidentiality text


16x9 core template 33
here
Patofisiologi Asma
Gangguan otot Inflamasi jalan
polos napas

❖Bronkokonstriksi ❖ Infiltrasi / aktivasi sel


❖Hipereaktivitas bronkus inflamasi
❖Hipertrofi/hiperplasia ❖ Edema mukosa
❖ Pelepasan mediator inflamasi ❖ Proliferasi sel
❖ Proliferasi ep[tel

Gejala / Eksaserbasi
Obat Obat Asma

• Obat pelega napas ( Reliever )


• Obat pengontrol asma ( Controller )
Terapi Inhalasi
Terapi Inhalasi
Inhalasi Oral
Dosis Kecil Besar
Efek samping Sedikit Banyak
Awitan Cepat Lambat
Tempat obat bekerja Langsung Tidak langsung
Lama kerja Sama Sama
Mencegah EIA Baik Tidak
Teknik pemakaian Perlu Tidak perlu
Obat Pelega Napas

Dipakai saat serangan

Bersifat bronkodilator
Obat Pelega Napas
◼ Agonis 2 kerja singkat inhalasi
◼ Kortikosteroid sistemik
◼ Antikolinergik inhalasi
◼ Teofilin kerja singkat
◼ Agonis 2 kerja singkat oral
Normal Asma
Akut
Berat
Obat Pengontrol

 Dipakai rutin setiap hari

 Anti inflamas
Obat Pengontrol
❖ Kortikosteroid inhalasi ❖Anti IgE

❖Agonis 2 kerja lama inhalasi ❖Anti IL5

❖ Antileukotrien ❖Amtio IL4

❖Antikolinergik kerja lama ❖Kortikosteroid sistemik

❖ Teofilin kerja lama


Kortikosteroid meningkatkan ekspresi β2-receptor dan
mencegah terjadinya down-regulation akibat pemakaian
jangka panjang β2-agonis
Corticosteroid ß2-Agonist

Efek steroid terhadap sistem 2 ß2-Adrenoceptor

agonis +
Glucocorticoid
❖ Meningkatkan sintesis reseptor receptor +
Anti-inflammatory effect Bronchodilatation

❖ Menurunkan desensitisasi • Efek kortikosteroid terhadap ß2-agonist reseptor


reseptor • Efek ß2-agonist terhadap kortikosteroid

❖ Efek sinergi
EFEK KOMBINASI STEROID DAN LABA PADA ASMA
COMBAT study
Asma sedang: VEP1 ~75% pred pd ~1000µg ICS

400 Bud 160 µg + Formo 4,5 µg


Morning PEF (L/min)

390

380
Budesonide + formoterol
370 (400 + 12 µg b.d)
Budesonide
(400µg b.d.)
360

350
-10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Hari pengobatan
GOAL STUDY: TOTAL CONTROL: Time to Achieve Control
Salm/FP 59/250
Probability of control
1.0 FP 500

0.8

0.6
TOTAL CONTROL achieved earlier
0.4
with Salm/FP
0.2 Week 21 Week 45

0
0 4 8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52
Time to first TOTAL CONTROL week
Patients previously on low-dose ICS

P < 0.001; Seretide vs FP (based on days) GOAL Study


Step 1 – as-needed inhaled short-acting
beta2-agonist (SABA) (GINA 2017)

STEP 5

STEP 4

STEP 3 Refer for


PREFERRED STEP 1 STEP 2 add-on
CONTROLLER treatment
CHOICE e.g.
Med/high tiotropium,*
anti-IgE,
ICS/LABA anti-IL5*
Low dose
Low dose ICS ICS/LABA**

Other Consider low Med/high dose ICS Add tiotropium* Add low
Leukotriene receptor antagonists (LTRA)
controller dose ICS Low dose ICS+LTRA High dose ICS dose OCS
Low dose theophylline*
options (or + theoph*) + LTRA
(or + theoph*)

RELIEVER As-needed short-acting beta2-agonist (SABA) As-needed SABA or


low dose ICS/formoterol#

*Not for children <12 years


**For children 6-11 years, the preferred Step 3 treatment is medium dose ICS
#For patients prescribed BDP/formoterol or BUD/ formoterol maintenance and reliever therapy
 Tiotropium by mist inhaler is an add-on treatment for patients ≥12 years with a history of exacerbations
GINA 2017, Box 3-5, Step 1 (4/8)
Pasien ASMA berisiko mengalami serangan
tanpa mempedulikan tingkat kontrol maupun derajat keparahan asma

>1 dari 4 pasien di kelompok dengan status Tidak Terkontrol & Terkontrol
Sebagian (menurut GINA) dikaitkan dengan kejadian eksaserbasi1,2

80
eksaserbasi asma akut dalam 12 bulan terakhir
% pasien dengan >1 periode terapi OCS karena

70
63% Risiko Eksaserbasi dialami oleh
60 seluruh pasien asma,
50
baik asma ringan, sedang, berat3
40
~31%
• Semakin tinggi tingkat keparahan asma, maka
30 risiko eksaserbasi semakin besar3
~24%
• Semakin tinggi kejadian eksaserbasi
20
sebelumnya, maka risiko eksaserbasi berulang
10 semakin besar3

0
Terkontrol Terkontrol sebagian Tidak terkontrol
n = 1604 n = 2785 n = 3611

N = 8000 orang dewasa (18–50); 11 negara Eropa; Dengan ≥2 peresepan obat asma dalam 2 tahun terakhir

47 1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org
2. Price D, et al. Asthma control and management in 8,000 European patients: the REcognise Asthma and LInk to Symptoms and Experience (REALISE) survey. NPJ Prim Care Respir Med. 2014;24:14009.
3. Suruki RY, et al. The frequency of asthma exacerbations and healthcare utilization in patients with asthma from the UK and USA. BMC Pulm Med. 2017;17:74
Penggunaan SABA berlebih (≥3 SABA kanister/tahun) dikaitkan dengan
peningkatan risiko eksaserbasi dan kematian akibat asma1,2

SABINA Programme Swedish Asthma Population: Pasien yang diresepkan SABA ≥3 kanister/tahun mengalami
peningkatan kejadian eksaserbasi, rawat inap, dan kunjungan ke poli dibandingkan dengan pasien yang
diresepkan SABA 0-2 kanister*2
*The association of SABA use and asthma exacerbation risk in a nationwide Swedish asthma population as part of the SABINA study was evaluated by linking nationwide mandatory drug-and patient-registries.2
48 †Asthma-related exacerbations included hospitalizations, emergency room visits, and/or oral corticosteroid claims. 2SABA = short-acting β2-agonist; SABINA = SABA use IN Asthma; PY = patient years.
1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org. 2. Nwaru BI, et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is associated with
increased risk of exacerbation and mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme. Eur Respir J. 2020. 55: 1901872
Penggunaan SABA berlebih (≥3 SABA kanister/tahun) dikaitkan dengan
peningkatan risiko eksaserbasi dan kematian akibat asma1,2

381,741 pasien di Swedia dengan> 2 peresepan SABA dalam waktu 12 bulan (2006-2014) dinilai dengan rata-rata 85,4 bulan

Risiko kematian karena asma


Risiko eksaserbasi asma

Dispensing of ≥12 salbutamol canisters per year is associated with a markedly increased risk of asthma-related death3
– Risk of death with fenoterol 200mcg/actuation was 2–5 times higher than salbutamol

49 1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org; 2. Nwaru BI, et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is associated with
increased risk of exacerbation and mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme. Eur Respir J. 2020. 55: 1901872; 3. Suissa S, et al. A Cohort Analysis of Excess Mortality in Asthma and the
Use of Inhaled β-Agonists. Am J Respir Crit Care Med 1994; 149:604–10
Pasien Lebih Banyak Menggunakan SABA Daripada ICS

Dalam 4 minggu terakhir sebelum penelitian, lebih banyak pasien yang menggunakan
β2-agonist (63%) dibanding ICS (23%)

“Ketika gejala memburuk,


sebagian besar pasien
meningkatkan penggunaan
SABA, daripada
menggunakan obat
pengontrol” 2

ICS, inhaled corticosteroid; MI, mild intermittent; MP, mild persistent; MOP, moderate persistent; SABA, short-acting β2-agonist; SP, severe persistent.
The AIRE survey was conducted in 1999. Of the 73,880 households screened, one or more current asthma patients were identified in 3,488 households.
Full interviews were completed by 2,803 (80.4%) respondents.

50 1. Rabe KF et al. Clinical management of asthma in 1999: the Asthma Insights and Reality in Europe (AIRE) study. Eur Respir J 2000; 16: 802–7.; 2. O’Byrne PM et all. The paradoxes of asthma management: time for a
new approach? Eur Respir J 2017; 50: 170110
Penatalaksanaan Asma Stabil Dewasa dan Anak umur 12+ (GINA 2019)

Box 3-5A Confirmation of diagnosis if


Adults & adolescents 12+ years necessary Symptom control &
modifiable
risk factors (including lung
function)
Personalized asthma management: Comorbidities
Assess, Adjust, Review response Inhaler technique & adherence
Patient goals
Symptoms
Exacerbations
Side-effects Lung
function
Patient Treatment of modifiable risk
satisfaction factors & comorbidities STEP 5
Non-pharmacological
High dose
strategies Education & skills
Asthma medication options: training Asthma medications STEP 4
ICS-LABA
Adjust treatment up and down Refer for
for individual patient needs STEP 3 phenotypic
Medium
assessment
STEP 2 dose ICS- ± add-on
PREFERRED STEP 1 Low dose LABA therapy,
CONTROLLER Daily low dose inhaled corticosteroid ICS- e.g.tiotropiu
to prevent exacerbations As-needed low (ICS), or as-needed low dose ICS- LABA m, anti-IgE,
and control symptoms dose anti-IL5/5R,
formoterol *
ICS-formoterol * anti-IL4R
Other Low dose ICS Leukotriene receptor antagonist (LTRA), Medium dose High dose Add low dose
controller taken or low dose ICS taken whenever SABA ICS, or low ICS, add-on OCS, but
options whenever taken † dose tiotropium, or consider
add-on LTRA # side-effects
SABA is taken ICS+LTRA #
PREFERRED † As-needed low dose ICS-formoterol * As-needed low dose ICS-formoterol ‡
RELIEVER
Other
As-needed short-acting β2 -agonist (SABA)
reliever option
* Off-label; data only with budesonide-formoterol (bud-form) ‡ Low-dose ICS-form is the reliever for patients prescribed
† Off-label; separate or combination ICS and SABA inhalers bud-form or BDP-form maintenance and reliever therapy
# Consider adding HDM SLIT for sensitized patients with
© Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org allergic rhinitis and1FEV >70% predicted
Formoterol bekerja secepat dan seefektif
Salbutamol
45 FEV1 (% D from baseline)

35 NS

25

15

Budesonide/Formoterol 1280/36 µg (n = 55)

Salbutamol 1600 µg (n= 48)


5

–5 0 30 60 90 120 150 180

Menit setelah penggunaan obat

Kuna, P. et al., Effect of Budesonide/formoterol maintenance and reliever therapy on asthma exacerbations,
Clin Practice, 2007 (Compass study)
PERUBAHAN MENDASAR DARI GINA 2019

Untuk keamanan, GINA tidak lagi merekomendasikan terapi SABA tunggal


GINA merekomendasikan semua pasien asma remaja & dewasa SEHARUSNYA mendapatkan
terapi yang mengandung ICS (pengontrol)

53 Ref: 1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginashtma.org; 2. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma
Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org
GINA 2020, Box 3-4A © Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org
PERUBAHAN PENTING DALAM TATALAKSANA ASMA
UNTUK KEAMANAN, TERAPI DENGAN SABA TUNGGAL TIDAK LAGI DIREKOMENDASIKAN
PELEGA ANTI-INFLAMASI ADALAH PELEGA PILIHAN YANG DIREKOMENDASIKAN

Strategi Tatalaksana Asma (GINA)

Dewasa & Remaja >12 tahun


Tatalaksana asma yang dipersonalisasi
Menilai, Menyesuaikan, dan Meninjau sesuai
kebutuhan individual pasien

TRACK 1 PILIHAN UTAMA


STEP 5
Terapi Pilihan yaitu dosis
Tambahkan LAMA rendah ICS-formoterol
STEP 4 Rujuk untuk pemeriksaan
PENGONTROL dan STEP 3
Dosis sedang ICS- fenotipe ± anti-IgE, anti- sebagai pelega
PELEGA PILIHAN Dosis rendah ICS-formoterol IL5/5R, anti-IL4R
STEP 1-2 formoterol harian
(Track 1) Menggunakan pelega ICS- harian Pertimbangkan dosis tinggi
Dosis rendah ICS-formoterol jika perlu
ICS-formoterol
formoterol menurunkan risiko eksaserbasi
dibandingkan dengan pelega SABA
PELEGA: Dosis rendah ICS-formoterol jika perlu TRACK 2 ALTERNATIF
PENGONTROL and STEP 5 Apabila track 1 tidak
PELEGA ALTERNATIF STEP 4 Tambahkan LAMA
Rujuk untuk pemeriksaan
memungkinkan atau tidak
(Track 2) Sebelum mempertimbangkan STEP 3 Dosis sedang/tinggi ICS-
terapi menggunakan pelega SABA, STEP 2 Dosis rendah ICS-LABA LABA harian fenotipe ± anti-IgE, anti- dipilih pada pasien tanpa
IL5/5R, anti-IL4R
periksa apakah pasien cenderung STEP 1
Gunakan ICS setiap kali
Dosis rendah ICS harian harian Pertimbangkan dosis tinggi eksaserbasi dengan terapi
patuh dengan pengontrol harian ICS-LABA
menggunakan SABA saat ini, maka SABA sebagai
PELEGA: Agonis β2 kerja singkat (SABA) jika perlu pelega bisa digunakan
ICS dosis rendah setiap kali ICS dosis sedang, atau Tambahkan LAMA atau
Tambahkan azithromycin (dewasa)
atau LTRA, tambahkan OCS dosis
sebagai alternatif terapi
Opsi Pengontrol Lainnya untuk menggunakan SABA, atau tambahkan LTRA, atau LTRA, atau beralih ke dosis rendah tetapi pertimbangkan efek
kedua track LTRA harian, atau tambahkan tambahkan HDM SLIT tinggi ICS sampingnya
HDM SLIT

HDM: Tungau debu rumah; ICS: Kortikosteroid inhalasi; LABA: agonis β2 kerja panjang; LAMA: Antagonis muskarinik kerja panjang; LTRA: antagonis
ICS-formoterol adalah
reseptor leukotriene; OCS: kortikosteroid oral; SABA: agonis β2 kerja singkat; SLIT: imunoterapi sublingual. PELEGA PILIHAN
© 2021 Global Strategy Asthma Management and Prevention, all right reserved. Use is by express permission from the owner. pada asma ringan, sedang, maupun berat
55 References:
1. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2018. Available at: http://www.ginasthma.org/. 2. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2021. Available at: http://www.ginasthma.org/.
BAGAIMANA MENGINISIASI TERAPI?

Terapi Inisial:
Berdasarkan
gejala

Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2021. Available from: www.ginashtma.org
Personalisasi Penatalaksanaan Asma (GINA 2021)
Dewasa dan remaja 12+ tAhun

• Konfirmasi diagnosis bila perlu


• Kontrol gejala dan factor risisko
(termasuk fungsi paru)
• Gejala • Penyakit penyerta
• Eksaserbasi • Teknik inhalasi dan kepatuhan
• Efek samping • Tujuan pasien (dan orang tua)
• Fungsi paru
• Kepuasan pasien (orang tua)
• Penatalaksanaan terhadap faktor
risiko yang bisa dimodifikasi dan
penyakit penyerta
• Strategi non-farmakologik
• Edukasi dan latihan ketrampilan
GINA 2020
• Obat-obat asma
Peningkatan Terapi

 Setelah 2 pekan pengobatan


 Meningkatkan dosis
 Memberikan kombinasi
Penurunan Terapi

 Bila sudah terkontriol


 Terkontrol bertahan selama 3 bulan
 Setelah dosis turun, asma tetap
terkontrol
Penatalaksanaan Hanya Pada Ujung Gungung Es
Pentingnya Pemberian Pengontrol Secara Teratur

1. The same results were first published in Woolcock AJ. Clin Exper Allergy Rev 2001;1:62−64. This graph has been independently created by GSK from the original; 2. Reddel HK et al. Eur Respir J 2000;15:226-235.
NON-FARMAKOLOGI PADA
ASMA
NON-FARMAKOLOGI
❖ Menghindari faktor pencetus dan polusi

❖ Diet sehat (hindari mkanan tertentu)

❖ Penurunan berat badan

❖ Tidak merokok

❖ Vaksinasi

❖ Meningkatkan kebugaran jasmani

❖ Termoplasti bronkus
Meningkatkan Kebugaran Jasmani

❖ Olahraga yang teratur


✓ Meningkatkan kemampuan otot napas
✓ Meningkatkan kebugaran jasmani
✓ Menambah rasa percaya diri
❖Olahraga yang dianjurkan
✓ Renang
✓ Bersepeda
✓ Senam asma
Renang

 Tidak terjadi EIA (Exercise-

induces Asthma)

 Menguatkan otot napas


Senam Asma Indonesia
Pengaruh Senam Asma Indonesia Terhadap
Penderita Asma

Faisal Yunus, Joni Anwar, Husaeri Fakhruroji,


Wiwien Heru Wiyono dan Anwar Jusuf

Yunus F, Anwar J, Fachrurodji H, Wiyono WH, Jusuf A, Pengaruh senam asma Indonesia
terhadap penderita asma. J. Respir. Ind. 2002; 22:118-25.
Desain Penelitian
• Studi paralel acak, tersamar dan buta ganda

Melakukan Senam
Asma Indonesia
selama 8 pekan (20
subjek)
2 kelompok
Tidak melakukan
Senam Asma
Indonesia selama 8
pekan (20 subjek
Hasil Penilitian
Subjek yang melakukan Senam Asma Indonesia:
 Mengurangi frekuensi serangan
 Mengurangi gejala asma
 Mengurangi pemakaian obat pelega
 Meningkatkan VO2maks
The Effect of Asrhma Exercise on Cortisol
Hormone and Interlukin 5 in Indonesian Patients
with Persistent Asthma

Ramaya Nova Handayani, Faisal Yunus,


Iris Rengganis, Ermita Ilyas, Fariz Nurwidya

Handayani RN, Yunus F, Rengganis I, Ilyas E, Nurwidya F. The effect of asthma exercise on cortisol hormone
and interleukin 5 in Indonesian patients with persistent asthma. J Nat Sc Biol Med 2019;10 :193-6
Subjek dan Cara Kerja

 39 orang pasien asma persisten melakukan


Senam Asma Indonesia 3 kali sepekan
selama 2 bulan
 Dilakukan pemeriksaan kadar hormon
kortisol dan interleukin 5 (IL-5) sebelum dan
sesudah senam
Hasil Penilitian
Subjek yang melakukan Senam Asma Indonesia:
 Kadar hormon kortisol meningkat
 Kadar interleukin 5 (IL-5) menurun
Kesimpulan
➢ Tujuan pengobatan asma menjadikan asma terkontrol
➢ Obat pelega diberikan untuk mengatasi gejala saat serangan
➢ Obat pengontrol untuk mengontrol asma
➢ Terapi inhalasi adalah obat yang dianjurkan karena kerja ceoat,
dosis rendah, efek samping minimal dan efektif mencegah EIA
➢ Kombinasi inhalasi LABA dan kostikosteroid (LABACs) obat
yang efektif untuk asma
➢ Risiko Eksaserbasi dialami oleh seluruh pasien asma, baik asma
ringan, sedang, berat1
Kesimpulan
➢ Penggunaan SABA berlebih (≥3 SABA kanister/tahun) dikaitkan
dengan peningkatan risiko eksaserbasi dan kematian akibat asma2,3
➢ GINA merekomendasikan semua pasien asma remaja-dewasa
seharusnya mendapat terapi yang mengandung ICS (pengontrol)2
➢ Formoterol bekerja secepat SABA6
➢ Kombinasi ICS/formoterol dapat digunakan sebagai pelega dan
pengontrol
➢ Kombinasi ICS/formoterol merupakan obat pilihan pertama pada
pengobatan asma stabil
Kesimpulan
➢ Terapi ditingkatkan kalua belum memberikan hasil yang diharapkan
➢ Terapi baru bisa diturunkan setelah 3 bulan terdapat kondisi terkontrol
➢ Selain penggunaan obat-obatan, pasien harus menghindari factor
pencetus, diet sehat, mrnurunkan berat badan, vaksinasi, tidak
merokok, meningkatkan kebugaran jasmani dan termoplasti
➢ Senam asma yang dilakukan selama 2 bulan dapat mengurangi gejala,
serangan asma dan pemakaian pelega, meningkatkan VO2 maks,
meningkatkan hormon kortisol dan menurunkan kadar IL-5

1. Suruki RY, et al. The frequency of asthma exacerbations and healthcare utilization in patients with asthma from the UK and USA. BMC Pulm Med. 2017;17:74; 2. Global Initiative for Asthma. 2020. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. http://www.ginasthma.org. 3. Nwaru BI, et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is
associated with increased risk of exacerbation and mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme. Eur Respir J. 2020. 55: 1901872; 4. Harrison, T., et al. Variability in airway inflammation, symptoms, lung function and reliever use in asthma:
anti-inflammatory reliever hypothesis and STIFLE study design. ERJ Open Res 2020; 6: 00333-2019; 5. O’Byrne PM, et al. Inhaled Combined Budesonide–Formoterol as Needed in Mild Asthma. N Engl J Med. 2018;378:1865–1876; 6. Seberová E, Andersson A. Respir
Med. 2000;94(6):607–611; 7. O’Byrne PM, FitzGerald JM, Bateman ED, et al. supplementary appendix. N Engl J Med. 2018;378:1865–1876. 8. Beasley R, Holliday M, Redel HK, et al. N Engl J Med. 2019;380:2020–2030. 9. Rabe KF, Atienza T, Magyar P, et al. Lancet.
2006;368:744–753. 10. Vogelmeier C, D’Urzo A, Pauwels R, et al. Eur Respir J. 2005;26:819–828. 11. Kuna P, Peters MJ, Manjra AI, et al. Int J Clin Bousquet J, Boulet LP, Peters MJ, et al. Respir Med. 2007;101:2437–2446.
Pract. 2007;61:725–736. 12.
Semoga TETAP SEHAT
TETAP SEMANGAT
TETAP SELAMAT.

Aamiin!
Terima Kasih
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai