Anda di halaman 1dari 45

Mencapai Kontrol

Asma Secara
Proaktif
Diagnosis dan Penilaian Asma

Penatalaksanaan Asma Stabil

Content : ICS LABA dalam pegobatan Asma

Mencapai Kontrol Asma

Metode Proactive Reguler Dosing


Diagnosis Dan
Penilaian Asma
• Asma adalah penyakit heterogen, yang
biasanya memiliki karakteristik inflamasi
kronik saluran napas.
Definisi Asma
• Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala
pernapasan seperti mengi, sesak napas,
dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi
dalam hal waktu dan intensitas, disertai
variasi hambatan aliran udara ekspirasi
Anamnesis
• Gejala utama: sesak napas, batuk, rasa tertekan di dada, mengi
yang bersifat episodik dan bervariasi

Pemeriksaan fisis
• Normal sampai ada tanda obstruksi: ekspirasi memanjang, mengi,
hiperinflasi

Diagnosis Pemeriksaan penunjang


• Dasar: foto toraks normal/hiperinflasi
asma • APE: menurun, dengan pemberian bronkodilator meningkat ≥ 20%
• VEP1/KVP <75% dengan pemberian bronkodilatir meningkat ≥ 12%
dan 200 ml

Penunjang lain
• Eosinofil total ≥ 300 (≥4%)
• Uji provokasi bronkus
• Uji kulit
• FeNO
Derajat Berat Asma
Derajat berat asma Intermiten Persisten ringan Persisten sedang Persisten berat

Gejala Bulanan: Setiap pekan: Harian: Terus-menerus:


<1x sepekan >1x sepekan Setiap hari Terus menerus
Gejala (-) di luar <1x/hari Butuh bronkodilator Sering kambuh
serangan Serangan tiap hari Aktifitas fisis
Serangan singkat mengganggu Serangan terbatas
aktivitas dan tidur mengganggu
aktifitas dan tidur

Malam ≤2x/bulan >2x/bulan >1x sepekan Sering


VEP1 ≥80% prediksi ≥80% prediksi 60-80% prediksi ≤60% prediksi
APE ≥80% terbaik ≥80% terbaik 60-80% terbaik ≤60% terbaik
Variabilitas < 20% 20-30% >30% >30%
Tujuan Pengobatan Asma Jangka Panjang

Tujuan asma jangka panjang

Mencapai kontrol penuh asma Mengurangi resiko kematian


dan mempertahankan level krn asma, eksaserbasi, limitasi
aktivitas normal aliran napas dan efek samping

Sangat penting untuk membuat pasien memperhatikan tujuan jangka panjang asma

16x9 core template Insert your date / confidentiality text here 8


Derajat kontrol asma dapat dinilai dari 4
pertanyaan berikut:
• Apakah ada gejala siang hari > 2x/pekan?
Cara mengetahui • Apakah pernah terbangun di malam hari karena
asma?
Derajat • Apakah penggunaan pelega > 2x/pekan?
• Apakah ada keterbatasan aktivitas akibat asma?

Kontrol Pasien termasuk dalam kelompok

Asma • Terkontrol baik jika tidak mengalami keempat hal


tersebut
• Terkontrol sebagian jika mengalami 1 hingga 2 hal dari
pertanyaan tersebut
• Tidak terkontrol jika mengalami 3 hingga 4 kondisi
dari pertanyaan diatas
Bagaimana kita
dapat memeriksa
kontrol asma?

Insert your date / confidentiality text here 16x9 core template 10


Cek nilai kontrol dengan ACT

16x9 core template Insert your date / confidentiality text here 11


Penatalaksanaan
Asma Stabil
Pilihan pengobatan
Pengontrol (Controller)
Pengontrol (controller)

• Kortikosteroid inhalasi
• Kortikosteroid sistemik
• Sodium kromoglikat
• Nedokromil sodium
• Metilsantin
• Agonis beta 2 kerja lama (LABA) inhalasi dikombinasi dengan kortikosteroid inhalasi (ICS)
• Agonis beta 2 kerja lama oral
• Leukotriene modifiers atau antagonis leukotriene
• Anti muskarinik/antikolinergik kerja lama
• Anti IgE

Pelega (Reliever)
Pelega (reliever)

• Agonis beta 2 kerja singkat (SABA)


• Kortikosteroid sistemik
• Kortikosteroid sistemik digunakan sebagai obat pelega bila penggunaan bronkodilator
yang lain sudah optimal tetapi hasil belum tercapai, penggunaan dikombinasikan
dengan bronkodilator
• Anti muskarinik/anti kolinergik kerja singkat (SAMA)
• Aminofilin
• adrenalin

GINA 2020
Penatalaksanaan asma:
Assess, Adjust, Review response
Konfirmasi diagnosis bila diperlukan
Kontrol gejala dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi (termasuk fungsi paru)
Penyakit penyerta
Tehnik penggunaan inhaler dan kepatuhan
Tujuan pasien

Gejala
Eksaserbasi
Efek samping
Fungsi paru
Kepuasan pasien Tatalaksana terhadap faktor risiko yang
dapat dimodifikasi dan penyakit penyerta
Strategi non-farmakologi
Edukasi dan latihan keterampilan
Medikasi untuk asma

GINA 2020
• Latihan pernapasan
• Diet sehat
• Penurunan berat badan
• Menghindari polusi udara di dalam rumah

Intervensi non- •
Vaksinasi
Termoplasti bronkus
farmakologis • Pengaturan stress emosi
• Imunoterapi alergen
• Menghindari alergen luar rumah
• Menghindari polusi udara luar rumah
• Menghindari makanan dan kimia makanan

PDPI,ASMA-Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, 2019


Peningkatan pengobatan asma

Peningkatan berkelanjutan (minimal 2-3 bulan)

Peningkatan jangka pendek (1-2 minggu) pada keadaan infeksi


saluran napas atau pajanan alergen musiman

Penyesuaian hari ke hari, pada pasien yang diresepkan


kombinasi ICS-formoterol sebagai terapi pengontrol dan pelega
Penurunan dosis terapi saat asma terkontrol

Bila asma sudah Jika dosis diturunkan Pengorangan dosis


terkontrol baik dan faal Tujuan penurunan terlalu cepat dan terlalu kortikosteroid inhalasi
paru telah menetap dosis: banyak, risiko serangan secara total
Menemukan dosis
selama 3 bulan, maka pengobatan minimal yang dapat meningkat dihubungkan dengan
obat pengontrol dapat masih efektif bahkan jika gejala risiko timbulnya
diturunkan tanpa Memotivasi pasien agar masih dapat terkontrol serangan yang
kehilangan kontrol melanjutkan pengobatan bermakna
asma pengontrol
Pertimbangkan penurunan saat gejala asma telah
terkontrol dan fungsi paru telah stabil selama 3 bulan
atau lebih, jika pasien memiliki risiko eksaserbasi
atau keterbatasan aliran udara yang menetap, jangan
Prinsip umum turunkan dosis tanpa pengawasan yang ketat

dalam
penurunan Pilih waktu yang sesuai (tidak terdapat infeksi, pasien
tidak berjalan-jalan, tidak hamil)
pengobatan
asma
Penuruan dosis kortikosteroid inhalasi 25-50% dalam
rentang 3 bulan mungkin dan aman pada kebanyakan
pasien
ICS/LABA dalam pengobatan Asma
Asma seperti fenomena gunung es
Yang Terlihat

Eksaserbasi

Gejala

Fungsi paru

Yang tidak terlihat

Hiper-reaktivitas bronkus

Inflamasi jalan napas

Remodelling jalan napas

©2018 GSK Group of Companies


Pemberian dosis teratur ICS pada asma

Perbaikan

Perbaikan

1. The same results were first published in Woolcock AJ. Clin Exper Allergy Rev 2001;1:62−64. This graph has been independently created by GSK from the original; 2. Reddel HK et al. Eur Respir J 2000;15:226-235.
Perbaikan hiper-responsivitas saluran pernapasan terus
terjadi pada terapi ICS setelah fungsi paru stabil
110 1

FEV1 (% baseline)

Log10 PD20 (mg)


105 0

100 -1

FEV1 AHR

95 -2
Baseline 3 6 12 1 bulan pasca
Durasi pengobatan (bulan; n=35) pengobatan

Fisiologi, inflamasi, dan remodelisasi saluran pernapasan saling berhubungan dan membaik dengan terapi ICS. Terapi ICS yang diperpanjang diperlukan untuk manfaat
maksimal dalam remodelisasi dan hiper-responsivitas saluran pernapasan. Penentuan dosis ICS hanya dengan merujuk pada gejala dan fungsi paru mungkin terlalu
sederhana.

AHR: airway hyper-responsiveness; PD20: Dose methacholine giving a fall in FEV 1 of 20%; FEV1:
forced expiratory volume in 1 second; FP: fluticasone propionate; ICS: inhaled corticosteroid

Hasil serupa pertama kali dipublikasikan oleh Ward C et al. Thorax 2002:57(4):309–
316.
Perbandingan Penggunaan Pengontrol
Cara pemberian terapi ICS/LABA (Pengontrol)

Proactive Regular Dosing (PRD) Maintainance and Reliever Therapy (MART)

Maintainance: ICS/LABA dosis rendah* Maintaninance: ICS/formoterol dosis


(1-2 kali hirup b.d.)2 rendah*#(1-2 kali hirup b.d.)2
*e.g. fluticasone/salmeterol 2x1 hirupan *e.g. budesonide/formoterol 2x1 hirupan

Pasien menggunakan SABA untuk melegakan gejala, Pasien menggunakan dosis kortikosteroid/LABA
sesuai kebutuhan, dan sebelum olahraga untuk tambahan untuk mengatasi gejala sesuai kebutuhan –
mencegah timbulnya gejala hingga 6 dosis tambahan2

Jika terjadi respons suboptimal: Jika terjadi respons suboptimal:

Dapat diganti ke inhaler dengan dosis ICS/LABA lebih Dapat diganti ke inhaler dengan dosis ICS/LABA lebih
tinggi tinggi

– ICS: kortikosteroid inhalasi; LABA: long-acting β2-agonist; SABA: short-acting β2-agonist (misalnya #
Formoterol menghasilkan efek bronkodilasi cepat dan
salbutamol atau terbutaline); b.d. dua kali sehari tahan lama sehingga dapat digunakan sebagai LABA dan
obat pelega
1. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (GINA) 2017;
2. British National Formulary Drug Information. Available at:
https://www.medicinescomplete.com/mc/bnf/current/PHP85578-beclometasone-with-formoterol.htm;
4x3 core presentation Insert your date / confidentiality text here 25
25
https://www.medicinescomplete.com/mc/bnf/current/PHP85580-budesonide-with-formoterol.htm;
https://www.medicinescomplete.com/mc/bnf/current/PHP85606-fluticasone-with-salmeterol.htm. Accessed: February 2017.
Metoda MART
MART : Maintainance and Reliever Therapy
Pasien dengan MART reaktif terhadap gejala dengan tujuan mengurangi
eksaserbasi

Penggunaan ICS/LABA sebagai obat penyelamat (rescue medicine) Pasien


menentukan
kapan
menghentikan dan
memulai

Tujuan
Kontrol

Waktu

Information on this slide is based on the personal opinion of the presenter 27


Dampak berkesinambungan pada gejala asma
harian dengan MART
Rata-rata bobot endpoints kontrol asma dari baseline dan selama terapi rumatan dan pelega

Jumlah pasien yang menerima terapi rumatan Budesonide/formoterol dan 6.603


obat pelega
Durasi studi 6-12 bulan
Endpoints kontrol asma Baseline Pengobatan
Hari bebas gejala (%) 13.2% 46.0%
Penggunaan obat pelega sesuai kebutuhan (inhalasi/hari) 2.18 0.92
Hari bebas obat pelega (%) 14.7% 56.1%
Terbangun pada malam hari karena asma (%) 27.7% 11.5%
Eksaserbasi berat* (kejadian/pasien/tahun) 0.22

• Secara rata-rata, pasien dalam terapi rumatan dan pelega:


• membutuhkan obat pelega setidaknya satu kali per hari,
• mengalami gejala nokturnal setiap 7-10 hari,
• tidak bergejala <50% dari waktu studi, dan
• angka asma eksaserbasi berat adalah ~satu dari lima pasien per tahun
* Eksaserbasi berat pada studi ini diperluas dari definisi klinis untuk mencakup tidak hanya rawat inap atau kunjungan ke instalasi gawat darurat, tetapi juga terapi prednisone jangka pendek atau
penurunan PEF≥ 30% pada pagi hari dari baseline pada 2 hari berurutan atau lebih

Chapman KR et al. Thorax 2010;65:747-752.


28
Setelah 1 tahun terapi pengontrol dan pelega tunggal: Hanya 17%
dari pasien asma mencapai kontrol asma sesuai definisi
guideline1,2Sebuah analisis retrospektif pada data yang berasal dari 5 studi: 5246 pasien dengan terapi
rumatan dan pelega sesuai dinilai menurut pengendalian asma yang didefinisikan oleh GINA 3

Terkontrol baik
44.3% 17.4%

44.3%
Tidak terkontrol

38.3% Terkontrol
sebagian

1. Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan dalam Bateman E et al. J Allergy Clin Immunol. 2010;125:600–608. Grafik ini telah dibuat secara independen oleh GSK dari data asli.. 2. GSK DoF RF/SFC/0030/17. 3. 29
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (GINA) 2018, tersedia dari www.ginasthma.org.
Metoda PRD
PRD : Proactive Reguler Dosing
Regimen Proaktif Regular Dosing diperlukan untuk mencapai target kontrol
asma yang baik

Kontrol baik

Step up

Step up
Kontrol
Asma

Asma terkontrol baik


Contoh ACT ≥20
Kontrol buruk
Waktu

Information on this slide is based on the personal opinion of the presenter 31


75% pasien mencapai kontrol asma menurut definisi
GINA tetap terkontrol setelah 1 tahun terapi dosis reguler
Studi Gaining Optimal Asthma control (GOAL)1-3: 585 pasien dengan asma sedang yang diterapi
dengan fluticasone/salmeterol dievaluasi berdasarkan kontrol asma sesuai definisi GINA 4

Kontrol Kontrol
Parameter
total baik
Tidak terkontrol
25.5% Terbangun di malam Tidak
Terkontrol total hari krn asma Tidak
43.9%
Eksaserbasi Tidak Tidak

≤2x
Penggunaan pelega Tidak
seminggu
30.6%
Terkontrol baik ≤2x
Gejala siang hari Tidak
seminggu

Kunjungan ke UGD Tidak Tidak


(well controlled 74.5% - total control 43.9% = 30.6%)
Ini merupakan pengukuran kontrol mingguan. PEF pagi hari  80% Normal N/A
Pada kondisi awal, semua pasien memiliki asma yang tidak terkontrol (sesuai definisi GINA); rerata angka eksaserbasi 0.6 kejadian dalam 1 tahun terakhir
Eksaserbasi: Asma yang membutuhkan rawat inap dan/atau pengobatan kortikosteroid oral atau antibiotik
Efek samping
1. Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan dalam Bateman E et al. Eur Respir J 2007;29(1):56–63 and 2. Bateman E, et al. Am J Respir Crit Care pengobatan Tidak N/A
Med 2004;170:836-44. Grafik ini dibuat secara terpisah oleh GSK berdasarkan grafik aslinya. 3. GSK DoF RF/SFC/0031/17. 4. Global Strategy for 32
Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (GINA) 2018, tersedia dari www.ginasthma.org.
Hubungan antara inflamasi dan penggunaan SABA
Inflamasi menyebabkan bronkospasme yang memerlukan SABA

PENGGUNAAN SABA BERKURANG


S
A
B
A
use

Tidak ada ICS ICS bertambah ICS


Optimal
INFLAMSI BERKURANG/BHR

BHR, bronchial hyperresponsiveness 33


Sont JK et al AJRCCM 1999;159:1043-51 (AMPUL STUDY); Bateman ED et al. Am J Respir Crit Care Med. 2004;170:836–844 (GOAL STUDY).
SFC mengurangi jumlah penggunaan pelega
dalam seminggu
SFC FP
Week 1-52 adjusted mean change in asthma symptom score -1.0 -0.8
Week 1-52 median % symptom-free days 72.5 54.5
Odds ratio for symptom-free days during week 1-52 1.69
Week 1-52 median % rescue-free days 87.3 74.7
Odds ratio for rescue-free days during week 1-52 1.91

Pasien dengan SFC memiliki:

5 dari 7 6 dari 7
Hari bebas gejala Hari bebas pelega
Woodcock, et al. Primary Care Respiratory Journal 2007;16(3):151-161
Pasien dengan SFC mencapai kontrol baik dan kontrol parsial
lebih banyak dibandingkan FP tunggal (FP, n=577; SFC, n=583)

Bateman, et al. Ann Allergy Asthma Immunol 2019;123:57-63


Hasil studi real world selama 3 tahun: 73% pasien
mencapai Kontrol asma dengan SFC

SAL tunggal tidak direkomendasikan sebagai terapi pada asma 2,3


Reprinted from Lundbäck et al. Respir Med. 2009;103:348-355 with permission from Elsevier
Hasil studi real world selama 3 tahun: Gejala,
fungsi paru dan hiperreaktivitas saluran napas

Lundbäck et al. Respir Med. 2009;103:348-355.


MENGAPA PENTING UNTUK MENCAPAI KONTROL ASMA?

KONTROL ASMA YANG


BURUK MEMBERIKAN
RESIKO EKSASEBASI
YANG MENINGKAT

Bateman, et al. Ann Allergy Asthma Immunol 2019;123:57-63


Mengapa pemberian ICS dengan
Proactive Regular Dosis lebih baik?
Pemberian dosis reguler dibandingkan MART
Pemberian dosis reguler (bud/form 640/9 µg dua kali sehari) (n=58)
MART (bud/form 160/4.5 µg dua kali sehari + 160/4.5 µg) (n=60)

Biopsi endobronkial Sputum yang diinduksi Inflamasi


100 bertambah
100

80
80
Perubahan dari baseline (%)

Perubahan dari baseline (%)


60
60

40 40

20 20

0 0

-20 -20

-40 Mast cells -40


Eosinofil Eosinofil
p<0.001 -60 p<0.0038
-60
Bid: dua kali sehari; Bud/form: budesonide/formoterol; neut: neutrophil; mono: monocytes; lymph: lymphocytes; ICS: inhaled corticosteroids; LABA: Long-acting
Inflamasi
β2-agonist berkurang

Hasil yang sama pertama kali dipublikasikan dalam Pavord I et al. J Allergy Clin Immunol 2009;123(5):1083–1089. 40
Grafik-grafik ini dibuat secara terpisah oleh GSK berdasarkan grafik aslinya.
SFC vs ICS/LABA lain
Terapi SFC jangka panjang lebih superior dibandingkan
Form/Bud untuk mengurangi eksarsebasi sedang/berat
Rata-rata kejadian eksaserbasi sedang/berat pada pasien asma
Penurunan angka kejadian SFC (n=694) Form/Bud (n=697)

eksarsebasi terlihat pada 0.3


OR: 0.70 (95% OR: 1.01 (95% OR: 0.78 (95% OR: 0.43 (95%
CI 0.48, 1.01) CI 0.61, 1.67) CI 0.45, 1.35) CI 0.23, 0.79)

sedang/berat dalam 1 tahun


kedua kelompok pengobatan.

Rerata angka eksaserbasi


p=0.059 p=0.96 p=0.371 p=0.006
0.25
Angka eksaserbasi
Secara umum, angka sedang/berat yang 0.2
disesuaikan, sesuai
kejadian eksarsebasi dengan definisi protokol
0.15

pertahun 30% lebih rendah berdasarkan interval


penelitian. Perbedaan
0.1

pada kelompok SFC terapi keseluruhan:


SFC
0.05

p=0.059
dibandingkan dengan (50/250µg)
n=694
0
Minggu 1-24 Minggu 1-8 Minggu 9-16 Minggu 17-24
Interval penelitian
Form/Bud (p=0.059).
Pengobatan reguler dengan SFC dan Form/Bud dua kali perhari mengurangi gejala asma dan
meningkatkan fungsi paru secara signifikan pada pasien dengan asma persisten
Pengobatan SFC jangka panjang mengurangi eksarsebasi sedang/berat secara signifikan dibandingkan
dengan Form/Bud pada minggu ke 17

Ini adalah penelitian selama 6 bulan, acak, tersamar ganda, double-dummy, kelompok paralel, multisenter, pada pasien (usia > 18 tahun) dengan asma persisten yang mendapat terapi SFC 50/250 µg bid (n=694) atau Formoterol/Budesonide (Form/Bud) 6/200 µg bid (n=697).
CI, confidence interval; Form/Bud, formoterol fumarate/budesonide; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination; bid, dua kali sehari
Hasil ini pertama kali dipublikasikan di Dahl et al. Respir Med. 2006;100:1152-1162. Grafik ini dibuat secara indepaenden oleh GSK berdasarkan grafik aslinya.
BDP/Form partikel sangat halus tidak inferior dibandingkan SFC
dalam hal efikasi dan tolerabilitas

* * * * ** ** * ** * * * * * * – SFC memperlihatkan non-inferioritas
** **
dibandingkan BDP/Form terkait rerata PEF
300
pagi hari yang diukur selama 12 minggu
– BDP/Form juga menunjukkan efikasi yang
PEF (Liter/menit)

200 serupa dengan SFC untuk:


– Pengukuran fungsi paru lainnnya
– Penggunaan sebagai rescue medication
100 – Skor gejala
– Eksaserbasi asma

0
– Profil keamanan dan tolerabilitas kedua
0 2 4 6 8 10 12 pengobatan ini serupa
BDP/Form (n=115) SFC (n=113) Minggu*p < 0.001 vs. baseline; †p = ns antar pengobatan

Analisis noninferioritas untuk hasil primer, PEF pagi hari pada 2 minggu terakhir pengobatan, memperlihatkan tidak ada
perbedaan diantara kedua kelompok (perbedaan -3.32 l/menit; 95% CI) -17.92 to 11.28)

Ini adalah penelitian selama 12 minggu, tersamar ganda, acak, terkontrol aktif, multisenter, yang didesain untuk membandingkan efikasi dan keamanan beclomethasone/formoterol
(n=115) dengan fluticasone/salmeterol (n=113) pada pasien usiai ≥ 18 tahun dengan asma persisten sedang-berat.
BDP/Form, beclomethasone/formoterol; CI, confidence interval; PEF, peak expiratory flow; SFC, salmeterol/fluticasone propionate combination.

Hasil ini pertama kali dipublikasikan di Papi A et al. Allergy 2007: 62: 1182-1188. Grafik ini dibuat secara independen oleh GSK berdasarkan grafik aslinya.
Selektifitas β2:β1 Salmeterol lebih tinggi dibandingkan Formoterol
sehingga efek samping kardiovaskular (β1-reseptor) lebih minimal

Potensi relatif Rasio selektivitas


Reseptor β1 Reseptor β2 Reseptor β3
β2-agonis (atria; (aktivitas (adiposit;
aktivitas relaksasi aktivitas β2 : β1 β2:β3
inotropik) bronkus) lipolisis)

Isoprenalin        1.0         1.0         1.0         1.0      1.0


Salbutamol        0.0004         0.55         0.002     1375   275
Fenoterol        0.005         0.6         0.02       120     30
Formoterol        0.05       20.0         0.065       400   305
Salmeterol        0.0001         8.5         0.009   85,000   945
(Johnson M et al. Life Sciences 1993;52:2131-2143)
Dibandingkan dengan ICS lain, flutikason propionate memliki
potensi sebagai anti inflamasi yang lebih tinggi serta
bioavailabilitas yang rendah
Bioavailability
45
40
35
30
25

Bioavailability (%)
20
15
10
5
0

P
e

de
te

e
IC

lid
at

M
na

-C

ni
ro

/B
so
es

so
io
fu

ni
/d

P
op

de

BD
Flu
ne

de
pr

Bu
so

ni
ne
a

so
tic

so

c le
a
Flu

tic

Ci
Flu
• 1. Phillips G. Resp Med. 1990; 84:19-23.; 2. Daley-Yates PW et al. Br J Clin Pharmacol. 2015;80: 372–380
Kesimpulan

Asma seperti fenomena gunung es dimana yang terlihat hanya gejala,


eksaserbasi dan penurunan fungsi paru sementara hiperresponsivitas
saluran napas, inflamasi saluran napas serta remodeling saluran napas tidak
terlihat

Penggunaan ICS/LABA sebagai proaktif regular dosing (PRD) dapat


mengatasi inflamasi yang mendasari asma sehingga membantu pasien
mencapai kontrol asma dimana gejala teratasi dengan baik, penggunaan
obat pelega lebih minimal, tidak terbangun di malam hari karena asma dan
tidak mengalami pembatasan aktifitas karena asma serta mengurangi angka
kejadian eksaserbasi

Pada pasien COVID-19 dengan asma, pasien harus melanjutkan semua


pengobatan inhalasi mereka, termasuk kortikosteroid inhalasi, seperti yang
diresepkan oleh dokter

Anda mungkin juga menyukai