Anda di halaman 1dari 23

TELAAH JURNAL

Severe Asthma in Primary Care:


Identification and Management
Oleh:
Rismha Mulka C014192081
Kenneth Suliyanto XC062192006
Zahra Nurul C014192008
Fitriyanti Farmansyah C014192073
Edward Gani C014182085
Supervisor Pembimbing :
DR.dr.Muh.Ilyas, SpPD-KP, SpP(K)
Residen Pembimbing :
dr.Muhammad Ayip
SUBTITLE

Intoduction
And Identifying The
Assessing Asthma
Patient With Severe
Defining Severe Control
Asthma
Asma

Clinical Practice
Recommendations For
Individualizing Improving
Treatment Of Identification And Conclussions
Severe Asthma Management Of
Severe Uncontrolled
Asthma

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management.
The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
INTRODUCTION
• 40 juta penduduk USA
menderita asthma seumur
hidup (13% populasi)
• 26 juta penduduk sedang
menderita asthma (8%
populasi)
• Angka kejadian lebih tinggi
pada usia 18-24 tahun
(10,3%) dibandingkan
>25tahun (8,1%-9,4%)
• 5-10% populasi dewasa
menderita asthma berat

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
• Tingkat keparahan asma mempengaruhi kualitas
hidup individu
• Faktor komorbid berupa rhinosinusitis, polip nasal,
obesitas, dan obstructive sleep apnea
• Konsekuensi jangka panjang masih diteliti
• Anak dengan asma berat 32 kali lebih beresiko
menderita PPOK dibandingkan asma ringan
• Biaya pengobatan 1,7-5 kali lebih tinggi
• Sebagian besar pasien asma ditangani di
pelayanan primer, 22% ditangani spesialis, 48%
tidak pernah ditangani spesialis
• Pasien dengan asma berat tidak terkontrol
dianjurkan untuk terapi tertarget
• Tujuan penelitian : mengklarifikasi perbedaan
antara tingkat keparahan dan kontrol asma

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
DEFINING SEVERE ASMA
• Tingkat keparahan asma didasarkan Sebagian besar pada
frekuensi gejala siang dan malam hari, tingkat gangguan
fungsional, dan frekuensi eksaserbasi. (lama)
• Frekuensi gejala dan eksaserbasi dipertimbangkan sebagai
elemen dari kontrol asma
• Tingkat keparahan didefinisikan dari tipe pengobatan dan
dosis yang dibutuhkan untuk menjaga asma tetap
terkontrol secara adekuat.
• Kontrol gejala diperiksa tersendiri dan dihubungkan dalam
definisi dari tingkat keparahan asma

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management.
The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
International European Respiratory Society (ERS)/ American Thoracic Society (ATS) Task
Force

Asma berat pada individu berusia 6 tahun atau lebih didefinisikan sebagai berikut:
1. Asma yang membutuhkan pengobatan tahap 4-5 dari Global Initiative for Asthma dengan
kortikosteroid inhalasi dosis sedang hingga tinggi dan tambahan 1 atau lebih obat pengontrol.
(mis: long acting B2 agonist, long acting muscarinic antagonist, leukotriene modifier, dan
teofilin) atau kortikosteroid sistemik untuk setidaknya setengah dari tahun sebelumnya untuk
mencegak asma menjadi tidak terkontrol.
2. Asma yang tetap tidak terkontrol meskipun dengan terapi ini.

Definisi dari asma tidak terkontrol menurut panduan ini membutuhkan adanya
paling tidak 1 dari hal berikut: kontrol gejala yang buruk, ( menurut kuesioner
kemudahan penggunaan), seringnya terjadi eksaserbasi berat, eksaserbasi yang
serius (membutuhkan hospitalisasi), atau keterbatasan aliran udara pernapasan.

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
Signifikansi klinis
1. Asma berat mengambil peranan dalam mayoritas dari morbiditas dan pemanfaatan sarana
Kesehatan oleh pasien dengan asma

2. Dibutuhkan untuk meningkatkan identifikasi pasien dengan asma berat yang tidak
ditangani secara adekuat/tidak terkontrol

3. Terapi biologis terbaru sudah tersedia dan dalam pengembangan yang menargetkan pada
mekanisme penyebab yang spesifik dari penyakit, dengan tujuan untuk menmperbaiki
kontrol dan hasil akhir pengobatan pasien dengan asma berat

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
ASSESSING ASTHMA CONTROL
Kontrol Asma

Tidak Terkontrol Terkontrol

≥1 Kriteria berikut: Memberat saat ICS


• Kontrol Gejala Buruk dosis tinggi,
ACQ > 1.5 atau ACT < 20
kortikosteroid sistemik
dan biologics dikurangi
• Eksaserbasi berat yang frekuen
(tappering)
≥2 kortikosteroid sistemik (>tiap 3
hari)
• Eksaserbasi Gawat:
- ≥1 masuk rumah sakit
- Rawat di ICU
- Ventilasi mekanis
• Hambatan Aliran Udara
FEV1<80% prediksi post bronkodilator
Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
ACQ (Asthma Control Questionnaire)
Terdiri dari 7 pertanyaan ACT (Asthma Control Test)
• Pasien mengingat frekuensi dan Terdiri dari 5 pertanyaan tentang gejala
pengalaman gejala seminggu yang lalu asma dalam 4 minggu terakhir:
1.Bangun malam 1. Sesak napas
2.Gejala saat bangun 2. Bangun malam hari
3.Sesak napas 3. Penggunaan obat pelega
4.Mengi 4. Gangguan pekerjaan atau sekolah
5.Activity limitation 5. penilaian pasien tentang tingkat
6.Penggunaan obat pelega kontrol asma
• Penilaian FEV 1 prediksi prebronkodilator
Tiap pertanyaan diberi skor 1-5
Tiap pertanyaan diberi skor Skor tinggi menunjukkan kontrol baik
0 (no impairment) – 6 (maximum impairment)
Interpretasi
Interpretasi <20 = tidak terkontrol dengan baik
>1.5 = tidak terkontrol dengan baik <15 = sangat tidak terkontrol dengan baik

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
ASSESSING ASTHMA CONTROL
Penilaian fungsi paru berkala penting untuk pasien yang mungkin tidak
mengenali gejala sampai obstruksi airflow menjadi berat

SPIROMETRI
(Pengukuran airflow limitation yang paling obyektif dan akurat)

Masalah di layanan primer


Jarang menggunakan spirometri
dikarenakan keterbatasan:
- Staf dan waktu
- Biaya dan kualitas peralatan
- Kekhawatiran tentang interpretasi
- Kurangnya pelatihan yang memadai

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
IDENTIFYING THE PATIENT WITH SEVERE ASTHMA

• Apabila pasien diberikan dosis tinggi ICS dan 2 lainnya pengobatan


controller yang berlanjut menjadi eksaserbasi
• Dan pada pasien yang membutuhkan tiba-tiba corticosteroid oral
untuk 3 hari atau lebih pada pasien yang memiliki asma berat.
• Pasien juga dianggap memiliki asma berat jika dikendalikan pada dosis
tinggi ICS dengan controller lainnya tapi dosis ICS tidak dapat
diturunkan tanpa riwayat asma yang memberat.

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
IDENTIFYING THE PATIENT WITH SEVERE ASTHMA
• Pilihan utama pada pengobatan asma berat hingga saat ini
àkortikosteroid oral.
• Penggunaan kortikosteroid oral dalam jangka panjang telah dikaitkan
dengan masalah keamanan à diabetes tipe 2, osteopenia/osteoporosis,
dyspepctic disorder, hipertensi, katarak, dan obstructive sleep apnea.
• Asma dikarakteristikkan dengan fenotipe, atau kumpulan karakteristik à
umur, jenis kelamin, indeks massa tubuh, atopi dan ciri-ciri klinis, termasuk
fungsi paru dan riwayat eksaserbasi.
• Umumnya fenotipe yang diidentifikasi à allergic asthma, non allergic
asthma, asthma with fixed airflow limitation dan asma dengan obesitas.
Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
IDENTIFYING THE PATIENT WITH SEVERE ASTHMA
• Patofisiologi penyebab dasar endotipe dapat membantu dalam mengidentifikasi
biomarker terkait dengan endotype spesifik yang dapat memprediksi respon
terhadap targeting terapi mekanisme penyebab dasar.
• Salah satu studi yang terbaik endotipe asma adalah asma tipe 2-high (T2-high).
• Pasien dengan T2-high asma memiliki konsentrasi mediator lebih besar terkait
dengan respon imun tipe 2 ( contoh: eosinofil, basofil, sel mast, sel helper tipe 2,
sel limfoid innate grup 2, dan sel B) dan sitokin tipe 2, temasuk IL-4,IL-5, dan IL -
13, pada epitel saluran pernapasan.

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
Gambaran jalur
sitokin inflamasi
dan signaling pad
asma tipe 2.

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
INDIVIDUALIZING TREATMENT FOR SEVERE ASTHMA

Pada pasien dengan asma berat, untuk mengidentifikasi apakah pasien


memiliki endotipe tipe 2 dan menentukan pengobatan yang
menargetkan jalur tertentu dapat dilakukan :
1. Pemeriksaan Darah Konsentrasi IgE dan eosinophil
2. Fractional Concentration of Exhaled Nitric Oxide (FeNO)

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
CLINICAL PRACTICE RECOMMENDATIONS FOR IMPROVING IDENTIFICATION AND
MANAGEMENT OF SEVERE UNCONTROLLED ASTHMA

• Pedoman asma - terapi berdasarkan tingkat keparahan penyakit


dan tingkat pengendalian asma.
• Keputusan untuk membuat peningkatan berkelanjutan dalam
terapi masih kurang jelas.
• "Asthma Yardstick" - mengelola strategi terapi bertingkat
menurut klasifikasi keparahan.
• Mengetahui fenotipe dan / atau karakteristik khusus dari kondisi
pasien dapat meningkatkan terapi.

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
CLINICAL PRACTICE RECOMMENDATIONS FOR IMPROVING IDENTIFICATION AND
MANAGEMENT OF SEVERE UNCONTROLLED ASTHMA

• Rujukan spesialis (±) - mengidentifikasi fenotipe/endotipe dan


menyingkirkan kondisi lain.
• Layanan primer - menangani faktor berkontribusi pada
pengendalian buruk; kepatuhan buruk, teknik penghirupan
buruk, dan penyakit penyerta.
• Terapi bertarget memberikan perawatan terfokus - mekanisme
spesifik pada gejala; ± beberapa bulan untuk menentukan
kemanjuran.

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management. The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
CONCLUSSIONS
• Pasien asma parah - sebagian kecil penderita; berdampak
parah - biaya, kualitas hidup, dan produktivitas.
• Identifikasi asma berat - pengobatan dan tingkat
pengendalian.
• Pasien rutin dinilai (kuesioner pasien) dan pengukuran
objektif; spirometri.
• Rekomendasi terapi bertahap - strategi pengobatan
individual; tidak efektif untuk semua.
• Pemahaman lebih baik tentang fenotipe / endotipe asma
dan pengembangan terapi biologis (e.g. antibodi
monoklonal anti-IgE dan anti-IL-5) - pilihan pengobatan
baru yang lebih baik.

Jennifer L. Trevor, MD, Bradley E. Chipps, MD. Severe Asthma in Primary Care: Identification and Management.
The American Journal of Medicine, Vol 131. May, 2018. p:487-489
THANK YOU!!

Anda mungkin juga menyukai