RANTAI R
INTERMEDIATE N
R
AROMATIK AMINO
2 GOLONGAN
ESTER AMIDE
O O
R C R C
O R’ NH R’
Ester Intermediate Chain
Amide
(-CO-) (Hydrocarbon) (-NHC-)
N H+
amide ester
• Intermediate chain terdiri dari • Intermediate chain terdiri dari
ikatan amide ikatan ester
procaine chloroprocaine
tetracaine
Anestetik lokal golongan amide
prilocaine
lidocaine mepivacaine
ropivacaine
bupivacaine Levo-bupivacaine
Dimana obat anestetik lokal bekerja
MEKANISME KERJA
Anestetik lokal bekerja melalui
penghambatan konduksi
mencegah aliran ion Na+ melalui
saluran Na+.
Sebagai Antiinflamasi
Mekanisme molekuler yang
mendasari belum diketahui secara
pasti.
Pnyebaran Obat dan Blokade
Farmakodinamik
1 = Kurang 4 = Baik
Tipe serabut saraf
Serabut saraf yang berbeda menunjukkan perbedaan sensitivitas
terhadap anestetik lokal
PENYEBARAN OBAT & BLOKADE
Onset
Blok simpatis
(vasodilatasi perifer & suhu kulit meningkat)
Blok proprioseptif
Blok motorik
Recovery
Onset berhubungan dengan :
pKa Anestesi lokal dengan pKa yang mendekati
pH fisiologis akan memiliki konsentrasi basa non
ionisasi yang lebih tinggi yang dapat melewati
membran sel saraf, dan onsetnya menjadi lebih cepat.
Solubility
pKA
Onset
Protein • Duration of action
binding
pKa Anestesi lokal
Durasi anestesi lokal
Durasi aksi berhubungan dengan ikatan protein
plasma (α-glokoprotein asam), mungkin karena
reseptor anestesi lokal juga merupakan protein.
Faktor farmakokinetik yang menentukan absorbsi
juga mempengaruhi durasi aksi.
Durasi juga bergantung pada karakteristik anestetik
lokal
Short acting: procaine, chloroprocaine
Moderate acting: lidocaine, mepivacaine, prilocaine.
Long acting: tetracaine, bupivacaine, etidocaine
Durasi dan efek vaskuler perifer
Vasodilatasi Vasoconstriksi
Blok Sensoris dan Motorik
Lapisan lemak
Kation
(bermuatan +)
Dalam larutan anestetik lokal
dalam 2 bentuk Basa
(netral)
R Ξ NH+ R Ξ N + H+
LAH+ LA + H+
Kation Basa
absorpsi
Kaudal
Paraservikal/paravertebral
Epidural
Pleksus Brakhial
Sciatic / femoral
Subkutan Lambat
DISTRIBUSI
Distribusi tergantung pada penyerapan organ, yang mana
ditentukan oleh faktor-faktor berikut :
Umur
◦ Geriatrik penurunan aliran darah
hepar dan fungsi organ
◦ Neonatus sistem enzimatik yang
masih imatur
Golongan amide
◦ Kecepatan metabolisme: prilocaine> lidocaine>
mepivacaine> ropivacaine> bupivacaine.
◦ Metabolit Prilocaine derivat o-toluidine mengalami
akumulasi setelah diberikan dosis besar (>10 mg/kg)
methemoglobinemia.
INTERAKSI OBAT
Suksinilkolin dan anestesi lokal ester bergantung pada
pseudokolinesterase untuk metabolismenya. Pemberian
secara bersamaan dapat meningkatkan efek kedua obat.
RESPIRASI
Mendepresi respon ventilasi terhadap hipoksia, apneu
yang dapat terjadi akibat paralisis saraf frenikus dan
interkostal atau depresi pusat respirasi meduler
NEUROLOGI
Parestesia lidah, pusing, tinnitus, dan penglihatan kabur.
Gejala eksitasi (misalnya, kegelisahan, kebingungan,
kecemasan, ketakutan), depresi SSP, dan kejang
Gejala dan Tanda Toksisitas
Gejala dan tanda toksisitas
TOKSISITAS
Plasma Conc.
μg / ml
C.V.S depression
24
20 Respiratory arrest
16 Coma
12 Convulsion
s
Unconsciousness
8 Muscular Twitching
Visual and auditory disturbances
4 Light headed ness
Numbness of tongue
0
TOKSISITAS
TOKSISITAS
Toksisitas
DOSIS MAKSIMUM
TOKSISITAS
Kesimpulan
1. Penggunaan anestetik lokal baik tunggal maupun
kombinai sangat menguntungkan karena :
Safe (Aman).
Simple (mudah digunakan).
Cheap (murah).
Painless (pascabedah)
2. Pemilihan suatu Anastetik Lokal didasarkan pada :
Potensinya (potency)
Mulai kerjanya (onset time)
Lama kerjanya (duration)
Toksitasnya (toxicity)
3. Saat ini telah banyak diteliti dan diterima bahwa obat
anestesi lokal sebagai antiinflamasi
TERIMA KASIH