UNIVERSITAS PATTIMURA
ANESTESI REGIONAL
Disusun Oleh
2018-84-077
Pembimbing:
AMBON
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, referat dengan judul “Anestesi Regional” dapat penulis
selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Seperti diketahui oleh masyarakat bahwa setiap pasien yang akan menjalani
tindakan invasif, seperti tindakan bedah akan menjalani prosedur anestesi. Anestesi
sendiri secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika melakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh.
Obat untuk menghilangkan nyeri terbagi ke dalam 2 kelompok, yaitu analgetik dan
anestesi. Analgetik adalah obat pereda nyeri tanpa disertai hilangnya perasaan secara
total. Seseorang yang mengkonsumsi analgetik tetap berada dalam keadaan sadar.
Analgetik tidak selalu menghilangkan seluruh rasa nyeri, tetapi selalu meringankan
rasa nyeri. Beberapa jenis anestesi menyebabkan hilangnya kesadaran, sedangkan jenis
yang lainnya hanya menghilangkan nyeri dari bagian tubuh tertentu dan pemakainya
tetap sadar.
Terdapat beberapa tipe anestesi, yang pertama anestesi total , yaitu hilangnya
kesadaran secara total, anestesi lokal -, yaitu hilangnya rasa pada daerah tertentu yang
diinginkan (pada sebagian kecil daerah tubuh), anestesi regional yaitu hilangnya rasa
pada bagian yang lebih luas dari tubuh oleh blokade selektif pada jaringan spinal atau
saraf yang berhubungan dengannya. Pembiusan lokal atau anestesi lokal adalah salah
satu jenis anestesi yang hanya melumpuhkan sebagian tubuh manusia dan tanpa
menyebabkan manusia kehilangan kesadaran. Obat bius jenis ini bila digunakan dalam
4
operasi pembedahan, maka setelah selesai operasi tidak membuat lama waktu
penyembuhan operasi.
5
BAB II
ISI
Anestesi regional adalah bentuk anestesi yang hanya sebagian dari tubuh dibius
(dibuat mati rasa). Hilangnya sensasi di daerah tubuh yang dihasilkan oleh pengaruh
1. Blok sentral (blok neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.
Tindakan ini sering dikerjakan.
2. Blok perifer (blok saraf), misalnya anestesi topikal, infiltrasi lokal, blok
lapangan, dan analgesia regional intravena.
Secara kimia, anestesi lokal dibagi menjadi 2, yaitu senyawa ester dan amida.
Berikut perbedaan kedua senyawa tersebut:
6
Metabolisme Dihidrolisis oleh Dimetabolisme di sitokrom
pseudokolinesterase di P450 isoenzim (N-dealkilasi
plasma yang menyebabkan dan hidroksilasi) hepar
pelepasan PABA. Esterase
tidak ada di cairan
serebrospinal (CSS)
sehingga tidak
dimetabolisme di CSF
sampai obat tersebut
mencapai vaskular sehingga
kemungkinan terjadinya
reaksi alergi lebih besar.
Contoh Punya satu ‘i’ Punya dua ‘i’
Prokain, Lidokain
Benzokain, Bupivakain
Kokain, Mepivakain
Tetrakain Ropivakain
Sumber:
Struktur kimiawi dua prototipe anestesi lokal terdiri dari satu gugus aromatik,
satu intermediet, dan satu gugus amino terminus. Gugus aromatik tersebut bersifat
lipofilik yang penting digunakan untuk melewati membran lipid sel target dalam hal
ini neural sheat dan membran sel saraf, sedangkan gugus amino terminus/amine
bersifat hidrofilik yang penting untuk berikatan dengan saluran sodium (Na+). Berikut
1. Lipofilik/hidrofobia
membran lipid sel saraf. Selain itu, reseptor lipofilik paling banyak di saluran
sodium. Selain itu, semakin kecil molekul obatnya, maka semakin cepat
7
2. Keseimbangan ion H+
sehingga obat semakin cepat berpenetrasi ke membrane lipid sel saraf. Salah
satu contoh bagian tubuh yang terionisasi adalah bagian tubuh yang sedang
mengalami inflamasi, sehingga obat anestesi lokal yang bekerja tidak akan
sepenuhnya efektif. Selain itu, bentuk kationik adalah bentuk yang paling aktif
3. Vasodilator/vasokontriktor
anestesi lebih banyak di saraf daripada di aliran darah. Efek ini memiliki
keuntungan berupa menurunkan efek toksik obat. Selain itu, dengan adanya
8
Tabel 4. Dosis obat anestesi lokal berdasarkan risiko toksisitas sistemik dan
kemungkinan dosis letal. Dosis maksimum untuk menghindari toksisitas lokal
mungkin lebih rendah
Jalur Dosis tunggal Dosis tunggal Onset Durasi aksi
pemberian maksimum tanpa maksimum (menit) dalam isolasi
obat anestesi vasokonstriktor dengan (menit)
(mg/kg) vasokonstrikt (dengan
or (mg/kg) vasokontrikto
r, jika
tersedia)
Ester
Prokain 7-10 10 20-30 (30-45
(infiltrasi, Tidak dinaikkan dengan
subkutan) hingga total 100 epinefrin)
mg
Kloroprokain 10-12 14 6-12 30-60
(infiltrasi, Tidak dinaikkan Tidak (60-90 dengan
subkutan) menjadi 800 dinaikkan epinefrin)
mg/dosis menjadi 1000
mg/dosis
Tetrakain 1-3 1-5 3-8 120-180
(Topikal, kulit - Kulit (dewasa):
dan membrane 7 g/hari)
mukosa, - Kulit (anak-
infiltrasi, anak): 2g/hari
subkutan) - Membran
mukosa: 20
mg/osis
- Infiltrasi,
subkutan: 3
mg/kg/dosis
Amida
Lidokain 3-4,5 6-7 (infiltasi - 30-120 (120-
(Topikal, kulit - Kulit (dewasa): Tidak Infiltra 140 dengan
dan membrane 4,5 dinaikkan si 1-3 epinefrin)
mukosa, mg/kg/dosis,tid sampai 500 -
infiltrasi, ak dinaikkan mg/dosis Topikal
subkutan) sampai 300 mg (kulit)
- Membran 3-5
mukosa: 4,5
mg/kg/dosis,
tidak dinaikkan
sampai 300
mg/hari
9
- Infiltrasi
subkutan: 4,5
mg/kg/dosis
10
Tabel 5. Perbedaan sensitivitas serat saraf berdasarkan ukuran dan mielinasinya
Tipe Fungsi Diameter Mielinasi Kecepatan Sensitivitas
serat (𝝁𝒎) konduksi terhadap
(m/s) obat
anestesi
Tipe A
𝜶 Proprioseptif, 12-20 Banyak 70-120 +
motorik
Jadi, semakin kecil diameter dan semakin sedikit mielin saraf, maka
semakin cepat konduktivitas dan semakin sensitif serat saraf tersebut, dalam hal
ini adalah sera saraf tipe B dan C. Distribusi saluran sodium terdapat paling
banyak pada bagian saraf yang tidak bermielin (saraf non-mielin dan nodus
5. pH
ion-ion lebih tinggi serta menggambarkan hubungann antar ion dan non-ion
pada anestesi lokal. Obat anestesi berdifusi lebih cepat pada keadaan
11
dengan sodium bikarbonat yang bersifat basa dan menyebabkan obatnya lebih
Selain itu juga meningkatkan bentuk non-ion, menurukan nyeri saat infiltrasi
2.2.1.1 Farmakokinetik
12
Farmakokinetik obat anestesi gugus ester cepat terurai dalam plasma (dengan waktu
paruh < 1 menit) pada kulit atau jaringan lunak sekitar saraf.
Sumber:
13
2.2.1.2 Farmakodinamik
A. Absorbsi
tempat injeksi dari banyak sampai sedikitnya vaskularisasi yaitu intravena >
trakeal > interkostal > kaudal > paraservikal > epidural > brachial > sciatic >
subkutan).
4. Penggunaan vasokonstriktor
B. Distribusi
Distribusi meningkat pada obat anestesi lokal yang diinjeksi pada daerah banyak
dan lambat. Distribusi cepat dihubungkan dengan tingginya daya perfusi obat anestesi
misalnya ke otak, jantung, ginjal, dan hepar, sedangkan distribusi lambat dihubungkan
14
C. Metabolisme dan ekskresi
1. Ester
2. Amida
Urutan obat anestesi lokal yang dari yang tercepat dan terlama dihidrolisis adalah:
anestesi lokal adalah dengan memblok kanal sodium (Na+) bergerbang tegangan (voltage
gated sodium channel). Mekanismenya adalah kanal sodium yang terblok menyebabkan
sehigga menyebabkan terganggunya influks ion dan terhambatnya depolarisasi serta tidak
terjadinya potensial aksi. Uptake obat anestesi lokal dilakukan dengan 2 cara diantaranya
yaitu berdifusi dari CSS ke piamater dan menyebar ke ruang Virschow-Robin yang
15
Gambar 1. Ruang Virschow-Robin (Uptake local anesthetics)
Sumber:
5. Mula kerja sesingkat mungkin dan bertahan untuk jangka waktu yang cukup lama
6. Larut dalam air dengan menghasilkan larutan stabil dan tahan terhadap pemanasan
(proses sterilisai)
16
Tabel 10. Mula dan lama kerja obat anestesi lokal
Jenis Obat Mula Kerja Lama Kerja Penggunaan Tambahan/Efek
klinis lainnya
Ester
Prokain Lambat Singkat Infiltrasi, blok Vasodilatasi,
saraf, blok alergenik
spinal, blok
intratekal,
Ametokain Cepat Singkat Topikal, spinal LAST (+)
Kloroprokain Cepat Singkat Perifer, LAST (Local
obstetric Anesthetics
peripher Systemics
extradural Toxicity) (+)
block
Amida
Mepivakain Cepat Sedang Infiltrasi, Vasodilatasi
peripher nerve sedang
block
Prilokain Cepat Sedang Infiltrasi, Metehemoglobin
peripher nerve (Akibat
block, intravena akumulasi O-
toluidin di darah
menyebabkan
darah dapat
mengikat
oksigen tapi
tidak bisa
melepaskan ke
sel)
Bupivakain Sedang Lama Infiltrasi, Pemisahan blok
intravena, sensorik-motorik
spinal
Etidokain Cepat Lama Infiltrasim Blok motorik
intravena, blok sangat besar
epidural
Lignokain Cepat Sedang Infiltrasi, Agen serbaguna
intravena, Vasodilatasi
spinal, peripher sedang
nerve block
Sumber:
17
2.3 Tahapan Tindakan Anestesi Regional
2.3.1 Pra-anestesi
indikasi serta cek hasil konsultasi dari sejawat spesialis lain yang terlibat.
berdasarkan hasil evaluasi pra-anestesi yang dinilai belum atau tidak layak
dengan cara memperoleh izin tertulis dari pasien dan atau keluarga pasien.
6. Pedoman puasa pada operasi elektif seperti dijabarkan pada anestesi umum
anestesi regional.
18
2.3.1 Medikasi pra-anestesi
a. Medikasi pra anestesi dapat diberikan sesuai kebutuhan, antara lain obat
harus dilakukan.
c. Jalur pemberian dapat diberikan melalui oral, IV, IM, rektal, intranasal
tindakan, induksi anestesi regional, rumatan anestesi regional dan pengelolaan pasca
anestesi regional semuanya harus tercatat secara rinci didalam dokumen pencatatan
19
d. Alat pemantauan fungsi vital.
memakai kateter
pilihan anestesi ke anestesi umum atau suplemen obat lain yang dapat
hemodinamik stabil.
20
2.3.5 Pengelolaan pasca anestesi regional
a. Pada saat pasien tiba di ruang pemulihan, dilakukan evaluasi fungsi vital
Aldrete Score ≥ 9
medik pasien.
21
Sadar setelah dipanggil 1
Tidak ada tanggapan
terhadap rangsangan 0
Warna kulit Kemerahan 2
Pucat agak suram 1
Sianosis 0
Sumber:
1. Alat minim dan teknik relatif sederhana, sehingga biaya relatif lebih murah.
2. Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi emergency, lambung
22
5. Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.
digunakan dengan luas untuk, terutama operasi pada daerah bawah umbilicus.
23
Gambar 3. Akhir korda spinalis pada dewasa, anak-anak, dan bayi
Sumber:
24
B. Kontraindikasi SAB meliputi kontraindikasi absolut dan relatif, yaitu:
1. Preparation
25
obat-obat anti-dotum, obat emergency, sarana peralatan anestesi
regional, sarana doek steril set anestesi regional, serta mesin Anestesi.
Salah satu alat SAB adalah introducer. Introducer pertama kali
diperkenalkan oleh Lincoln dan dimodifikasi oleh Pitkin-Lundy.
Introducer digunakan supaya jarum spinal yang masuk ke ruang
subarachnoid tanpa menyentuh kulit, jaringan subkutan, ligamen, juga
untuk tetap stabil saat masuk. Hal ini dapat berguna untuk mengurangi
infeksi dan kontaminasi.
2. Position
26
tulang belakang stabil. Buat pasien membungkuk maksimal agar
2% 2-3 mL.
dan keluar likuor (CSS), pasang semprit beisi obat dan obat
sudah yakin ujung jarum spinal posisi yang benar dan likour
dapat keluar.
27
B. Teknik SAB posisi duduk
28
Gambar 6. Perbedaan fleksi dan ekstensi saat dilakukan SAB
Sumber:
Bagian ini meliputi alat SAB, yang terdiri dari 3 bagian yaitu
hub, cannula, dan stylet. Menggunakan jarum dengan ukuran antara 18G
sampai 30G dengan panjang sekitar 3,5 sampai 4 inchi. Tipe Whitacre
150-500 mL/hari) dan tekanan CSS (normal 5-15 cmH2O). Penurunan ini
29
meregang sehigga menyebabkan serat saraf sensitif terhadap nyeri. Selain
nyeri pada frontal atau retroorbital, occipital, sampai leher menjadi kaki,
lubang jarum yang halus, menggunakan jarum tipe pensil, hidrasi yang
adekuat, dan pasien berbaring datar. PDPH dapat hilang sendiri dalam
Warna dan ukuran jarum SAB terdiri dari warna putih (16G),
merah muda (18G), ivory/cream (19G), kuning (20G), hijau (21G), hitam
(22G), biru (23G), jingga (25G), dan coklat (26G). Semakin besar gauge
30
Gambar 8. Bagian-bagian jarum SAB
Sumber:
Terdapat 3 bagian jarum SAB yaitu hub, cannula, dan stylet. Berikut ini tabel jenis-
31
3. Sproutte Tipe jarum injeksi samping dengan bevel
yang panjang
Lebih banyak CSF yang keluar
Bloknya bisa gagal jika hanya bagian
distal saja yang terbuka pada ruang
subarachnoid
Tipe pensil
Sumber:
32
Terdapat tiga cara teknik SAB, yaitu:
1. Median
2. Paramedian (lateral)
Pendekatan ini dapat dilakukan 1,5-2 cm lateral dari median atau 100 –
dilakukan jika gagal dilakukan pendekartan median, pada kasus artritis berat
Pendekatan ini dilakukan diantara L5-S1 dengan arah 500, dengan cara
dilakukan pada kasus spinal fusion, artritis spinal, epistotonus, dan infeksi kulit
33
Gambar 9. Teknik SAB median dan paramedian
Sumber:
34
B. Prosedur tindakan SAB
b) Memasang monitor
Tes-tes yang dapat dilakukan untuk membuktikan kerja SAB diantaranya adalah:
1. Paralisis simpatik
2. Blok sensorik
forceps/blunt tipped.
3. Blok motorik
terdiri atas 4 skala yaitu (1) Total (sama sekali tidak bisa bergerak), (2)
Hampir total (hanya plantar fleksi jari), (3) Sebagian (mampu fleksi lutut),
35
(4) Tidak sama sekali (dapat melakukan gerakan normal)
Gambar 11. Skala Bromage untuk menilai blok motorik ekstremitas inferior
Sumber:
36
Obat adjuvant yang dapat diberikan adalah:
2) Epinefrin dengan dosis 0,2 mg/kg untuk mempelama durasi kerja obat
anestesi lokal
asetilkolin
37
tindakan.
2. Bradikardia
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok
sampai T2
3. Hipoventilasi
Akibat paralisis saraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali nafas
38
Gambar 12. Anestesi Epidural
Sumber:
1. Bisa segmental
39
B. Kerugian epidural dibandingkan spinal :
4. Mual – muntah
kebutuhan pasien akan analgesik opioid. Ini cocok untuk berbagai macam
terbuka).
40
3. Sebagai teknik tunggal untuk anestesi bedah. Beberapa operasi, yang paling
epidural sebagai teknik tunggal. Biasanya pasien akan tetap terjaga selama
operasi. Dosis yang dibutuhkan untuk anestesi jauh lebih tinggi daripada
skoliosis
41
4. Beberapa masalah katup jantung (seperti stenosis aorta, di mana
darah ke jantung)
subarakhnoid.
42
4. Untuk mengenal ruang epidural digunakan banyak teknik. Namun yang
paling populer adalah teknik hilangnya resistensi dan teknik tetes tergantung.
resistensi yang diisi oleh udara atau NaCl sebanyak ± 3ml. Setelah
sedalam 1-2 cm. Kemudian udara atau NaCl disuntikkan perlahan dan
Persiapan sama seperti teknik hilangnya resistensi, tetapi pada teknik ini
menggunakan jarum epidural yang diisi NaCl sampai terlihat ada tetes
Uji dosis anestetik lokal untuk epidural dosis tunggal dilakukan setelah ujung
jarum diyakini berada dalam ruang epidural dan untuk dosis berulang
43
(kontinyu) melalui kateter. Masukkan anestetik lokal 3 ml yang sudah
a. Tak ada efek setelah beberapa menit, kemungkinan besar letak jarum
sudah benar
6. Cara penyuntikan: setelah yakin posisi jarum atau kateter benar, suntikkan
anestetik lokal secara bertahap setiap 3-5 menit sampai tercapai dosis total.
dikurangi sampai 50% dan pada wanita hamil dikurangi sampai 30% akibat
44
c. Tentang blok motorik dari skala bromage
1. Lidokain
relaksasi otot baik. 0.8% blokade sensorik baik tanpa blokade motorik.
berotot.
2. Bupivakain
45
Tabel 15. Obat Anestesi Epidural
Sumber:
kanalis kaudalis adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di
ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutup oleh ligamentum
berisi saraf sakral, pleksus venosus, felum terminale, dan kantong duramater.
apabila kepala fetus yang dekat dengan tempat injeksi terinjeksi maka dapat berisiko
epidural.
46
2.5.3.1 Teknik anestesia kaudal
1. Posisi pasien terlungkup dengan simfisis diganjal (tungkai dan kepala lebih
2. Dapat menggunakan jarum suntik biasa atau jarum dengan kateter vena
kanalis sakralis, ubah jarum jadi 450-600 dan jarum didorong sedalam 1-2
pronasi, dan lateral (tergantung dari dokter anestesi). Ruang kaudal sangat menonjol
membuat pasien sangat terbius dan pernapasan lebih mudah dikenalikan, sedangkan
posisi lateral sering dilakukan pada anak-anak karena tandanya lebih mudah
ditemukan.
47
Gambar 14. Anestesi Kaudal
Sumber:
Cara melakukan tes untuk mengetahui apakah anestesi sudah masuk pada ruang epidural
kaudal adalah:
1. Injeksi sedikit udara kemudian letakkan stetoskop pada lumbal, kalau terdengar
‘woosh’, maka anestesi sudah berada di epidural kaudal. Hal ini tidak akan
menyebabkan emfisema subkutan dan tidak ada nyeri lokal selama injeksi.
48
2. Injeksi sedikit anestesi lokal sekitar 2-4 mL, nilai apakah terdapat benjolan pada
jaringan subkutan atau adanya tahanan injeksi, atau efek sistemik seperti aritmia atau
hipotensi. Jika tidak ada, maka lakukan injeksi semuanya sesuai dosis yang telah
disesuaikan.
dalam ruang epidural), sepsis (jarang terjadi), retensi urin, dan hematoma.
Tindakan anestesi dengan menginjeksikan obat lokal anestesi dengan bantuan alat
berupa nerve stimulator atau USG atau tanpa alat (penanda anatomi) untuk memblok
inervasi pada pleksus dengan cara menyuntikkan dekat sekelompok saraf untuk
mematikan rasa hanya didaerah area tubuh pasien yang membutuhkan pembedahan.
A. Infiltrasi Lokal
Anestesi jenis ini dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit
49
pada lengan atau tungkai. Biasanya dikerjakan untuk orang dewasa dan pada
1. Pasang kateter vena (venocath) pada kedua punggung tangan. Pada sisi
infus.
dosis obat.
3. Pasang pengukur tekanan darah pada lengan atas seperti akan mengukur
tekanan darah biasa dengan torniket atau manset ganda dan bagian
sistolik supaya darah arteri tidak masuk ke lengan dan tentunya juga
tangan dan kalau untuk tungkai lewat vena punggung kaki dosis 1-1,2
dapat dimulai.
50
5. Setelah 20-30 menit atau kalau pasien merasa tak enak atau nyeri pada
yang lebih mudah dan aman seperti blok spinal, epidural, atau kaudal.
51
DAFTAR PUSTAKA
1.
52