Anda di halaman 1dari 24

Update Tatalaksana Terapi

“ Asma Berdasarkan Guideline


GINA 2021

▰ Prof Dr Zullies Ikawati, Apt.


▰ Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada
Outline presentasi

1. Terapi Asma Secara Umum

2. Efek Penggunaan SABA Secara Reguler & Berlebih

3. Update GINA 2021

4. Konsep Pelega Anti-Inflamasi

5. Jurnal Penelitian

6. Kesimpulan
Pengobatan Asma
Tiga kategori obat asma yang digunakan jangka Panjang :

Obat pengontrol • diberikan secara rutin setiap hari


(controller) • dapat mengurangi inflamasi, mengontrol gejala dan mengurangi risiko
eksaserbasi serta penurunan fungsi paru.

• hanya diberikan bila timbul eksaserbasi untuk mengurangi gejala


Obat pelega • dapat juga diberikan pada bronkokonstriksi yang diinduksi oleh latihan
(exercise-induced bronchoconstriction) sebagai pencegahan jangka pendek.
(reliever) • Tujuan utama dari tata laksana asma adalah mempertahankan penggunaan
obat pelega seminimal mungkin.

• diberikan pada pasien asma berat dengan gejala atau eksaserbasi yang persisten
Add-on therapies walaupun telah diberikan dosis tinggi kombinasi terapi kortikosteroid inhalasi (ICS)
dan agonis β2 kerja lama (LABA) serta modifikasi faktor risiko.

3
Ref: Buku Pedoman PDPI 2021
SECARA ALAMI, PASIEN CENDERUNG MENCARI PENGOBATAN YANG
CEPAT MEREDAKAN GEJALA

Sikap Pasien Terhadap Tatalaksana Asma


(n=3,415)

39% pasien 90% pasien

PERCAYA bahwa TIDAK PERLU INGIN terapi yang LANGSUNG


menggunakan obat setiap hari apabila menghasilkan efek LEGA
merasa baik-baik saja

Studi INSPIRE memeriksa sikap dan tindakan 3415 pasien asma dewasa di 11 negara. Pasien diresepkan terapi pengontrol ICS atau ICS-LABA
Partridge MR, et al. Attitudes and actions of asthma patients on regular maintenance therapy: the INSPIRE study. BMC Pulm Med. 2006;6:13. 4
AKAN TETAPI, REAL-WORLD STUDY MENUNJUKKAN
PASIEN LEBIH BANYAK MENGGUNAKAN SABA DARIPADA ICS
Dalam 4 minggu terakhir sebelum penelitian, lebih banyak pasien yang menggunakan
β2-agonist (63%) dibanding ICS (23%) “Ketika gejala memburuk,
sebagian besar pasien
meningkatkan penggunaan
SABA, daripada
menggunakan obat
pengontrol” 2

LEAD to SABA OVERUSE

ICS, inhaled corticosteroid; MI, mild intermittent; MP, mild persistent; MOP, moderate persistent; SABA, short-acting β2-agonist; SP, severe persistent.
The AIRE survey was conducted in 1999. Of the 73,880 households screened, one or more current asthma patients were identified in 3,488 households.
Full interviews were completed by 2,803 (80.4%) respondents.

5 time for a
1. Rabe KF et al. Clinical management of asthma in 1999: the Asthma Insights and Reality in Europe (AIRE) study. Eur Respir J 2000; 16: 802–7.; 2. O’Byrne PM et all. The paradoxes of asthma management:
new approach? Eur Respir J 2017; 50: 170110
Pasien ASMA berisiko mengalami serangan pada semua
tingkat kontrol maupun derajat keparahan asma
>1 dari 4 pasien di kelompok dengan status Tidak Terkontrol & Terkontrol
Sebagian (menurut GINA) dikaitkan dengan kejadian eksaserbasi1*

80
Risiko Eksaserbasi dialami oleh seluruh
pasien asma, baik asma ringan, sedang,
eksaserbasi asma akut dalam 12 bulan terakhir
% pasien dengan >1 periode terapi OCS karena

70
63% berat2
60
• Semakin tinggi tingkat keparahan asma, maka
50 risiko eksaserbasi semakin besar3
• Semakin tinggi kejadian eksaserbasi
40
~31% sebelumnya, maka risiko eksaserbasi berulang
30
~24% semakin besar3
20

10

0
Terkontrol Terkontrol sebagian Tidak terkontrol
n = 1604 n = 2785 n = 3611

N = 8000 orang dewasa (18–50); 11 negara Eropa; Dengan ≥2 peresepan obat asma dalam 2 tahun terakhir

1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org 6
2. Price D, et al. Asthma control and management in 8,000 European patients: the REcognise Asthma and LInk to Symptoms and Experience (REALISE) survey. NPJ Prim Care Respir Med. 2014;24:14009.
3. Suruki RY, et al. The frequency of asthma exacerbations and healthcare utilization in patients with asthma from the UK and USA. BMC Pulm Med. 2017;17:74
SABA OVER-USE adalah Masalah Global

Asma adalah penyakit yang didasari inflamasi, dan


gejalanya berfluktuasi1

SABA overuse is adalah masalah global3-6 Pasien secara naluri mencari


pengobatan yang langsung
memberikan efek lega1

SABA dapat mengatasi gejala sesaat, Pasien bergantung pada


tetapi tidak mengatasi inflamasi sebagai SABA1
dasar penyebab asma1,2

GINA sejak 2019 tidak lagi merekomendasikan Penggunaan SABA berlebih


SABA tunggal (jika perlu) pada gejala asma menimbulkan risiko2
remaja dan dewasa2

1. O’Byrne PM et al. Eur Respir J. 2017;50:1701103; 2. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. http://www.ginasthma.org.
Accessed 2 December 2019; 3. Cabrera CS, et al. Eur Resp J. 2020; 4. Nwaru BI, et al. In press. Eur Respir J. 2020; 5. Janson C, et al. Adv Ther. 2019. 7
https://doi.org/10.1007/s12325-020-01233-0 ; 6. Bloom CI, et al. Adv Ther 2020.
Over-Reliance (ketergantungan) terhadap SABA

• Adalah kepatuhan yang buruk terhadap pengontrol sebagai terapi


rumatan, tetapi sangat bergantung pada SABA untuk meredakan gejala1,2
• Dikaitkan dengan peningkatan risiko eksaserbasi dan penurunan fungsi
SABA
Mortalitas asma
paru3

Mortalitas asma/10,000 tahun-pasien


250
▻ ≥ 3 canister/tahun → meningkatkan risiko terjadinya eksaserbasi
200
berat
▻ ≥ 12 canister/tahun → meningkatkan risiko terjadinya kematian 150

akibat asma 100

• Reguler atau overuse SABA menyebabkan down-regulation 50

reseptor-beta dan penurunan respon bronkodilator, 0.0


0 1 2 3 4 5 6 7
sehingga membuat jumlah penggunaan SABA semakin banyak5. Jumlah canister (20,000 μg) SABA per
bulan4
Juga meningkatkan respon alergi dan meningkatkan inflamasi
ICS, inhaled corticosteroid; SABA, short-acting β2-agonist.
eosinofilik pada jalan nafas6.

1. O’Byrne PM, Jenkins C, Bateman ED. The Paradoxes of Asthma Management : Time for a New Approach ? Eur Respir J 2017; 50 : 1701103; 2. Standford RH, et al. Short Acting Beta Agonist Use and Its Ability to
Predict Future Asthma-Related Outcomes. Ann Allergy Asthma Immunol 2012; 109:403-7; 3. GINA 2019 (Updated); 4. Suissa S, et al. A Cohort Analysis of Excess Mortality in Asthma and the Use of Inhaled ~-Agonists.
Am J Respir Crit Care Med 1994; 149:604–1; 5. Hancox R.J, et al. Bronchodilator tolerance and rebound bronchoconstriction during regular inhaled β-agonist treatment. Respiratory Medicine.2000 (94): 767-771; 6. 8
Aldridge, R.E, et al. Effects of Terbutaline and Budesonide on Sputum Cells and Bronchial Hyperresponsiveness In Asthma Am J Respir Crit Care Med 2000 (161):1459–1464.
Penggunaan SABA berlebih (≥3 SABA kanister/tahun) dikaitkan
dengan peningkatan risiko eksaserbasi dan kematian akibat asma1,2
Eksaserbasi selama baseline year (%)†

30 28.7

25
% eksaserbasi

21.3
20
17.1

15 12.8

10

0
0-2 3-5 6-10 11+
(n=254,500) (n=76,619) (n=27,065) (n=7140)

Jumlah kanister SABA per tahun

SABINA Programme Swedish Asthma Population: Pasien yang diresepkan SABA ≥3 kanister/tahun mengalami peningkatan
kejadian eksaserbasi, rawat inap, dan kunjungan ke poli dibandingkan dengan pasien yang diresepkan SABA 0-2 kanister*2

*The association of SABA use and asthma exacerbation risk in a nationwide Swedish asthma population as part of the SABINA study was evaluated by linking nationwide mandatory drug-and patient-registries.2
†Asthma-related exacerbations included hospitalizations, emergency room visits, and/or oral corticosteroid claims. 2SABA = short-acting β2-agonist; SABINA = SABA use IN Asthma; PY = patient years. 9
1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org. 2. Nwaru BI, et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is associated with
increased risk of exacerbation and mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme. Eur Respir J. 2020. 55: 1901872
Penggunaan SABA berlebih (≥3 SABA kanister/tahun) dikaitkan
dengan peningkatan risiko eksaserbasi dan kematian akibat asma1,2

381,741 pasien di Swedia dengan> 2 peresepan SABA dalam waktu 12 bulan (2006-2014) dinilai dengan rata-rata 85,4 bulan

Risiko kematian karena asma

Risiko eksaserbasi asma

Dispensing of ≥12 salbutamol canisters per year is associated with a markedly increased risk of asthma-related death1
& risk of death with fenoterol 200mcg/actuation higher than salbutamol3

1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org; 2. Nwaru BI, et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is10 associated with
increased risk of exacerbation and mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme. Eur Respir J. 2020. 55: 1901872; 3. Suissa S, et al. A Cohort Analysis of Excess Mortality in Asthma and the
Use of Inhaled β-Agonists. Am J Respir Crit Care Med 1994; 149:604–10
PERUBAHAN MENDASAR DARI GINA 2019

Untuk keamanan, GINA tidak lagi merekomendasikan terapi SABA tunggal


GINA merekomendasikan semua pasien asma remaja & dewasa SEHARUSNYA mendapatkan
terapi yang mengandung ICS (pengontrol)

11
Ref: 1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginashtma.org; 2. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management
and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org
PERUBAHAN PENTING DALAM TATALAKSANA ASMA
UNTUK KEAMANAN, TERAPI DENGAN SABA TUNGGAL TIDAK LAGI
DIREKOMENDASIKAN,PELEGA ANTI-INFLAMASI ADALAH PELEGA PILIHAN YANG
DIREKOMENDASIKAN
Strategi Tatalaksana Asma (GINA)

Dewasa & Remaja >12 tahun


Tatalaksana asma yang dipersonalisasi
Menilai, Menyesuaikan, dan Meninjau sesuai
kebutuhan individual pasien

TRACK 1 PILIHAN UTAMA


STEP 5
Terapi Pilihan yaitu dosis
Tambahkan LAMA rendah ICS-formoterol
STEP 4 Rujuk untuk pemeriksaan
PENGONTROL dan STEP 3
Dosis sedang ICS- fenotipe ± anti-IgE, anti- sebagai pelega
PELEGA PILIHAN Dosis rendah ICS-formoterol IL5/5R, anti-IL4R
STEP 1-2 formoterol harian
(Track 1) Menggunakan pelega ICS- harian Pertimbangkan dosis tinggi
Dosis rendah ICS-formoterol jika perlu
ICS-formoterol
formoterol menurunkan risiko eksaserbasi
dibandingkan dengan pelega SABA
PELEGA: Dosis rendah ICS-formoterol jika perlu TRACK 2 ALTERNATIF
PENGONTROL and STEP 5 Apabila track 1 tidak
PELEGA ALTERNATIF STEP 4 Tambahkan LAMA
Rujuk untuk pemeriksaan
memungkinkan atau tidak
(Track 2) Sebelum mempertimbangkan STEP 3 Dosis sedang/tinggi ICS-
terapi menggunakan pelega SABA, STEP 2 Dosis rendah ICS-LABA LABA harian fenotipe ± anti-IgE, anti- dipilih pada pasien tanpa
IL5/5R, anti-IL4R
periksa apakah pasien cenderung STEP 1
Gunakan ICS setiap kali
Dosis rendah ICS harian harian Pertimbangkan dosis tinggi eksaserbasi dengan terapi
patuh dengan pengontrol harian ICS-LABA
menggunakan SABA saat ini, maka SABA sebagai
PELEGA: Agonis β2 kerja singkat (SABA) jika perlu pelega bisa digunakan
ICS dosis rendah setiap kali ICS dosis sedang, atau Tambahkan LAMA atau
Tambahkan azithromycin (dewasa)
atau LTRA, tambahkan OCS dosis
sebagai alternatif terapi
Opsi Pengontrol Lainnya untuk menggunakan SABA, atau tambahkan LTRA, atau LTRA, atau beralih ke dosis rendah tetapi pertimbangkan efek
kedua track LTRA harian, atau tambahkan tambahkan HDM SLIT tinggi ICS sampingnya
HDM SLIT

ICS-formoterol adalah
HDM: Tungau debu rumah; ICS: Kortikosteroid inhalasi; LABA: agonis β2 kerja panjang; LAMA: Antagonis muskarinik kerja panjang; LTRA: antagonis
reseptor leukotriene; OCS: kortikosteroid oral; SABA: agonis β2 kerja singkat; SLIT: imunoterapi sublingual. PELEGA PILIHAN
© 2021 Global Strategy Asthma Management and Prevention, all right reserved. Use is by express permission from the owner. pada asma ringan, sedang, maupun berat

12 References:
1. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2018. Available at: http://www.ginasthma.org/. 2. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2021. Available at: http://www.ginasthma.org/.
DOSIS ICS-FORMOTEROL (LOW-MEDIUM-HIGH)

GINA 2021

Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2021. Available from: www.ginashtma.org 13
KONSEP PELEGA ANTI-INFLAMASI

DAHULU
SETIAP HISAPAN yang digunakan pasien untuk mengatasi
Terapi berbasis SABA seperlunya perburukan gejala JUGA mengatasi inflamasi yang mendasari
Besaran relative dari inflamasi

asma, sehingga MELINDUNGI pasien dari risiko eksaserbasi3


SABA (mis.salbutamol)
dan gejala*1

Kortikosteroid oral
BARU & PILIHAN UTAMA
Inflamasi
Terapi berbasis Budesonide-Formoterol seperlunya
Gejala

Besaran relatif dari inflamasi


BUD/FORM Pelega anti-inflamasi

dan gejala*1
Menurunkan risiko eksaserbasi
Hari

Inflamasi
Penggunaan SABA berlebih berisiko bagi pasien: Gejala
Asma adalah penyakit inflamasi kronis,
Dengan intensitas yang berubah-ubah1
Ketika gejala memburuk, pasien bergantung pada SABA Hari

untuk meredakan gejala dengan cepat1


SABA tidak mengatasi inflamasi1 * Usulan hipotesa dari mekanisme a) Pelega SABA dan b) Budesonide-formoterol seperlunya sebagai
Pelega Anti-Inflamasi selama perburukan gejala asma yang terjadi sebelum eksaserbasi. Efek formoterol
≥3 canister SABA/tahun dikaitkan dengan cenderung lebih kompleks dan tidak disajikan dalam grafik. SABA hanya meredakan gejala tetapi tidak
peningkatan risiko eksaserbasi dan kematian2 mengatasi inflamasi. Pelega dengan Anti-Inflamasi meredakan gejala dan mengatasi inflamasi. Garis
putus-putus menunjukkan perburukan asma pada pasien yang menggunakan pelega SABA

1. Harrison, T., et al. Variability in airway inflammation, symptoms, lung function and reliever use in asthma: anti-inflammatory reliever hypothesis and STIFLE study design. ERJ Open Res 2020; 6: 00333-2019;
14 2.
Nwaru B.I., et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is associated with increased risk of exacerbation and mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme. Eur Respir J 2020; 55:
1901872; 3. O’Byrne PM, et al. Inhaled Combined Budesonide–Formoterol as Needed in Mild Asthma. N Engl J Med. 2018;378:1865–1876
Formoterol Secepat dan Seefektif SABA

Walaupun termasuk LABA, tetapi formoterol


memiliki onset yang secepat SABA

1. PDPI, Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia 2021; 2. Seberová E and Andersson A. Oxis1 (formoterol given by Turbuhaler1) showed as rapid an15
onset of
action as salbutamol given by a pMDI. Respir Med 2000; 94(6):607–11.
KORTIKOSTEROID
Kortikosteroid sintetis (hormon steroid) yang digunakan untuk mengontrol inflamasi.

Reference: 16
1. Lynn and Kushto-Reese. Understanding Asthma Pathophysiology, Diagnosis and Management. American Nurse Today 2015; 10(7): 49-51
2. Currie et al. Therapeutic Modulation of Allergic Airways Disease with Leukotriene Receptor Antagonists. Q J Med 2015 98: 171-182
Mekanisme kerja kortikosteroid

 Bekerja pada reseptornya yang berada di


sitoplasma dan di dalam inti sel
 Memiliki dua mekanisme genomik yaitu
trans-aktivasi dan trans-represi
 Pada mekanisme trans-aktivasi, steroid
mengatur transkripsi gen yang memicu
pembentukan protein-protein anti-
inflamasi
 Pada mekanisme trans-represi, steroid
menekan pembentukan protein-protein
pro-inflamasi, termasuk berbagai sitokin
 Memiliki efek anti inflamasi yang poten
→ menjadi salah satu terapi utama pada
asma untuk mengurangi inflamasi
Corticosteroids for asthma
Karakter ICS yang berbeda sebagai rasionalitas perbedaan efikasi terhadap
eksaserbasi antara budesonide/formoterol vs flutikason/salmeterol
Hipotesis Imunosupresi / Infeksi
Budesonid Kolonisasi Bakteri di ≈50% Flutikason
/formoterol pasien PPOK1-3 /salmeterol

ELF = Epithelial lining fluid Kolonisasi Bakteri


Budesonid ELF Flutikason
Budesonid/GCS-receptor Flutikason/GCS-receptor

Mucosa/Jaringan Paru-paru
• Kelarutan air FLU yang lebih rendah dapat
• Potensi imunosupresan yang menyebabkan waktu tinggal yang lebih
lebih tinggi, FLU> BUD pada lama di mukus
imunitas manusia4 • Meningkatnya konsentrasi lokal FLU vs
BUD 4,5
Proliferasi bakteri lokal selama infeksi,
yang dapat meningkatkan kejadian infeksi

Eksaserbasi Infeksi paru-paru


(Tracheobronchitis)

Eksaserbasi yang berkepanjangan

1. Wedzicha JA, et al. Am J Respir Crit Care Med 2008;177:19–26;


2. Calverley PM, et al. Chest 2011;139:505–12;
3. Patterson C, et al. Respir Res 2012,13:40; 4. Ek A, et al. Allergy 1999;54:691–9;
4. Miller-Larsson A, et al. Am J Respir Crit Care Med 2000;162:1455–61;
5. Johnsson M, et al. Allergy 1995;50:s11–14; 7. Dalby C, et al. Respir Res 2009;10:104

20
MENGAPA MENGGUNAKAN KOMBINASI ICS DENGAN LABA

Corticosteroid ß2-Agonist

ß2-Adrenoceptor

+
Glucocorticoid • Kortikosteroid meningkatkan ekspresi
receptor β2-receptor dan mencegah terjadinya
+ down-regulation akibat pemakaian
Bronchodilatation jangka panjang β2-agonis
Anti-inflammatory effect
• β2-agonis dapat meningkatkan efek
anti-inflamasi dari kortikosteroid
• Efek kortikosteroid terhadap ß2-agonist reseptor
• Efek ß2-agonist terhadap kortikosteroid

Barnes PJ. Scientific rationale for inhaled combination therapy with long-acting b2-agonists and corticosteroids Eur Respir J 2002;19:182-91 21
MENGAPA PELEGA ANTI-INFLAMASI
BERMANFAAT BAGI PASIEN?

1-3 menit
Bekerja SECEPAT SABA
Hanya Formoterol yang TERBUKTI
meredakan gejala SECEPAT &
SEEFEKTIF SABA1–2
Menyesuaikan Kebiasaan
Alamiah Pasien untuk
mendapat efek LEGA3,4

Rerata Perubahan Faal Paru Setelah Pemberian Obat


“Ketika gejala memburuk, sebagian
Perubahan FEV1 terhadap

30
25 besar pasien menggunakan
pelega”4
baseline (%)

20
15
10
5 Dengan Budesonide-Formoterol,
0 pasien mendapatkan efek lega
-5 dengan cepat & meredakan
-5 0 3 5 10 15 20
Menit Setelah Pemberian Obat
25 30 35 inflamasi yang muncul3
Formoterol Formoterol Salbutamol Salbutamol Plasebo
4.5 μg 9 μg pMDI 100 μg pMDI 2 0 0 μg

FEV1, forced expiratory volume in 1 second; TBH, turbuhaler; pMDI, pressurised metered dose inhaler

* Efek bronkodilator tergantung pada dosis, dengan onset antara 1-3 menit (pada menit ke 3 sejak pemberian obat, tidak ada perbedaan nilai FEV1 antara Symbicort & Salbutamol 22
1. Seberová E and Andersson A. Oxis1 (formoterol given by Turbuhaler1) showed as rapid an onset of action as salbutamol given by a pMDI. Respir Med 2000; 94(6):607–11. . 2. Symbicort Product Information
BPOM-RI 2020; 3. Beasley R, Holliday M, Reddel H.K, et al. N Engl J Med. 2019;380:2020–2030.; 4. O’Byrne PM et all. The paradoxes of asthma management: time for a new approach? Eur Respir J 2017; 50: 170110
BUDESONIDE-FORMOTEROL PELEGA ANTI-INFLAMASI LEBIH EFEKTIF
DALAM MENURUNKAN RISIKO EKSASERBASI VS SABA (+/-
PENGONTROL); PADA ASMA RINGAN, SEDANG, MAUPUN BERAT
Pada asma sedang-berat,
Pada asma ringan,
Budesonide-Formoterol Pelega Anti-Inflamasi (+ Pengontrol)
Budesonide-Formoterol Pelega Anti-Inflamasi
menurunkan eksaserbasi berat 21 to 48% vs ICS-LABA lain3-6;
menurunkan eksaserbasi berat 60-64% VS SABA1,2
dengan dosis ICS lebih rendah 25%5
LEBIH DARI Vs dosis setara Vs dosis lebih
LEBIH DARI
Vs dosis tertinggi
40 40 ICS-LABA tinggi ICS-LABA ICS-LABA
4,500 10,000
Number of patients with severe exacerbations

35 35

Tingkat Eksaserbasi (per 100 patients-year)

Exacerbation rate (per 100 patients-6 months)


60 60 60
30 30 PASIEN 55 55 55 PASIEN
(per 100 patients-year)

50 50 50

Events (per 100 patients-year)


Tingkat Eksaserbasi

60%
25 25 45 48% 45 45
formoterol + BUD-FORM
64% 23
21 Budesonid harian 40 37 40 40
20
20
20 35
22% 35 35 21%
31 31 SABA + BUD-FORM
SABA seperlunya 30 29
30 30
15 15 25
Budesonide-Formoterol 25 24 25 39% 25 Salmeterol/fluticasone
+ salbutamol
Pelega Anti-Inflamasi 20 19 20 19 20
10 10 9 16
7 15 15 15 SABA + Sal/flu
12
5 5 10 10 10
BUD/FORM Pelega Anti-
5 5 5 Inflamasi +Pengontrol
0 0 0 0 0
Beasley et al.2
O’Byrne et al.1 Rabe et al.3 Vogelmeier et al.4 Kuna et al.5 Bousquet et al.6
NOVEL START n = 1,138 n = n = 1,076 n = 1,067 n = 1,123 n = 1,105 n = 1,153
SYGMA 1
n = 223 n = 225 1,137 n = 1,107 n = 1,107 n = 1,151
n = 1,277 n = 1,277
n =220

1. O’Byrne PM, FitzGerald JM, Bateman ED, et al. supplementary appendix. N Engl J Med. 2018;378:1865–1876. 2. Beasley R, Holliday M, Redel HK, et al. N Engl J Med. 2019;380:2020–2030. 3. Rabe KF,23 Atienza T,
Magyar P, et al. Lancet. 2006;368:744–753. 4. Vogelmeier C, D’Urzo A, Pauwels R, et al. Eur Respir J. 2005;26:819–828. 5. Kuna P, Peters MJ, Manjra AI, et al. Int J Clin Pract. 2007;61:725–736. 6. Bousquet J,
Boulet LP, Peters MJ, et al. Respir Med. 2007;101:2437–2446.
PENUTUP

✓ Inflamasi adalah fitur yang mendasari asma1, yang umumnya membutuhkan obat
Pelega & Pengontrol2
✓ GINA merekomendasikan semua pasien asma remaja-dewasa SEHARUSNYA
mendapat terapi yang mengandung ICS (pengontrol)5
✓ Dosis rendah ICS/formoterol (seperlunya) merupakan pelega pilihan pada
pasien asma ringan, sedang, dan berat5*
✓ Formoterol bekerja secepat SABA7 & Budesonide-formoterol pelega anti-inflamasi
dengan pengontrol lebih efektif dalam menurunkan risiko eksaserbasi vs SABA
(+/- pengontrol); pada asma ringan, sedang, maupun berat

24
Terimakasih
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai