Anda di halaman 1dari 55

BRONCHIAL ASTHMA

REVIEW From Global Initiative For Asthma (GINA)

dr. Achnes Pangaribuan, M. Biomed, Sp.PD


Dept. Of Internal Medicine, Medical Faculty of Indonesian Christian University
Hospital of Christian University of Indonesia
 TATALAKSANA ASMA STABIL
Agenda  STUDI KASUS PADA ASMA STABIL
 TATALAKSANA ASMA AKUT
 STUDI KASUS PADA ASMA AKUT

2
DEFINISI ASMA
Penyakit heterogen, dengan karaketristik inflamasi kronik saluran napas, yang ditandai
dengan gejala seperti mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk yang bervariasi
dalam hal waktu dan intensitas, disertai variasi hambatan aliran udara respirasi

Variasi disebabkan oleh latihan, allergen, iritan,


perubahan cuaca, atau infeksi virus saluran
napas

Gejala dan obstruksi saluran napas dapat


segera berkurang dengan obat-obatan

Dapat mengalami bebas serangan dalam


hitungan pekan atau bulan

Hambatan aliran udara dapat menjadi


persisten
PATOGENESIS ASMA
DIAGNOSIS ASMA
Gejala Respirasi yang Bervariasi
Terdapat Wheezing, sesak, chest tightness, dan batuk dengan karakteristik:
 Lebih dari sa t u jenis gejala respirasi
 Gejala bervariasi sepanjang wakt u dan intensitas yang bervariasi
 Memburuk saa t malam hari a t a u sa a t beraktivitas
 Dicetuskan oleh olahraga, tertawa, allergen, u da ra dingin
 Memburuk dengan infeksi virus

Hambatan Saluran Napas yang Bervariasi

Variabilitas fungsi pa ru Dan Limitasi aliran ekspirasi, ditandai:


 Positif pada tes reversibilitas bronkodilator
 P E F (Peak Expiratory Flow) selama 2 minggu yang bervariasi
 Peningkatan fungsi paru setelah 4 minggu terapi anti-inflamasi
 Positif pada exercise challenge test
 Positif pada Bronchial challenge test
FACTORS THAT EXACERBATE
ASTHMA
• Allergens
• Respiratory infections
• Exercise and hyperventilation
• Weather changes
• Sulfur dioxide
• Food, additives, drugs
FENOTIP ASMA
FENOTIP ASMA
Asma Alergi: dimulai sejak anak-anak, berhubungan dengan Riwayat alergi, merespon
dengan terapi ICS

Asma Non-Alergi: Tidak berhubungan dengan alergi, kurang merespon dengan terapi ICS

Adult Onset (Late-Onset) asthma: perta ma kali dialami saa t dewasa, termasuk asma
non-alergik, memerlukan dosis ICS yang lebih tinggi

Asma dengan hambatan saluran napas persisten: pada pasien dengan long-standing
asthma, diakibatkan oleh airway remodelling

Asma dengan dengan obesitas: memiliki gejala respiratori yang lebih menonjol dan
sedikit inflamasi eosinofilik sal uran na pa s
GOALS OF ASTHMA TREATMENT
• Few asthma symptoms
• No sleep disturbance Symptom control
• No exercise limitation
• Maintain normal lung function
• Prevent flare-ups (exacerbations) Risk reduction
• Prevent asthma deaths
• Avoid medication side-effects

© Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org


Asma Stabil

Asma Akut/
Eksaserbasi
Asma adalah penyakit heterogen, biasanya ditandai dengan
inflamasi kronis pada saluran pernapasan1

TUJUAN TERAPI ASMA1

Pasien asma umumnya membutuhkan


dua jenis obat4:
• Asma Terkontrol
• Meminimalkan risiko Obat Pelega (obat dengan kerja cepat), digunakan
untuk melegakan saluran napas ketika gejala terjadi
mortalitas akibat asma,
eksaserbasi, keterbatasan Obat Pengontrol (mengendalikan asma), digunakan
untuk melindungi paru-paru dan mencegah
aliran udara yang menetap dan munculnya serangan asma
efek samping pengobatan
“Inflamasi adalah fitur yang
mendasari penyakit asma2”

Di INDONESIA, 2.4% penduduk terdiagnosa ASMA3 (>6 juta orang)

1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2020. Available from: www.ginashtma.org; 2. Currie, GP., Therapeutic modulation of allergic airways disease with leukotriene receptor
antagonists., Q J Med 2005; 98: 171 – 182; 3. RISKESDAS 2018; 4. GINA Patients Guide 2019 11
AKAN TETAPI, REAL-WORLD STUDY MENUNJUKKAN
PASIEN LEBIH BANYAK MENGGUNAKAN SABA DARIPADA
ICS

“Ketika gejala memburuk,


sebagian besar pasien
meningkatkan penggunaan
SABA, daripada
menggunakan obat
pengontrol” 2

LEAD to SABA
OVERUSE

ICS, inhaled corticosteroid; MI, mild intermittent; MP, mild persistent; MOP, moderate persistent; SABA, short-acting β2-agonist; SP, severe persistent.
The AIRE survey was conducted in 1999. Of the 73,880 households screened, one or more current asthma patients were identified in 3,488 households.
Full interviews were completed by 2,803 (80.4%) respondents.

1. Rabe KF et al. Clinical management of asthma in 1999: the Asthma Insights and Reality in Europe (AIRE) study. Eur Respir J 2000; 16: 802–7.; 2. O’Byrne PM et all. The paradoxes of asthma management: time for a
new approach? Eur Respir J 2017; 50: 170110
Over-Reliance (ketergantungan) terhadap SABA
• Adalah perilaku sangat bergantung pada SABA untuk meredakan gejala 1,2
• Seringkali diikuti dengan kepatuhan yang rendah terhadap pengobatan harian (pengontrol) 1
• Dikaitkan dengan peningkatan risiko eksaserbasi dan penurunan fungsi paru 2,3

≥ 3 canister/tahun  meningkatkan risiko terjadinya


eksaserbasi berat3
≥ 12 canister/tahun  meningkatkan risiko terjadinya
kematian akibat asma3

†Asthma-related exacerbations included hospitalizations, emergency room visits, and/or oral corticosteroid claims

• Reguler atau overuse SABA menyebabkan down-regulation reseptor-beta dan penurunan respon bronkodilator, sehingga
membuat jumlah penggunaan SABA semakin banyak4. Juga meningkatkan inflamasi eosinofilik pada jalan nafas 5.

• SABA Inhaler sudah menjadi lini pertama terapi asma selama 50 tahun
• Memulai terapi dengan SABA akan melatih pasien untuk menganggap bahwa SABA adalah pengobatan
utama untuk asma mereka3
1. O’Byrne PM, Jenkins C, Bateman ED. The Paradoxes of Asthma Management : Time for a New Approach ? Eur Respir J 2017; 50 : 1701103; 2. Standford RH, et al. Short Acting Beta Agonist Use and Its Ability to Predict Future Asthma-Related Outcomes. Ann Allergy
13 Asthma Immunol 2012; 109:403-7; 3. Global Initiative for Asthma (GINA). What’s New in GINA 2021. Available at: http://www.ginasthma.org/; 4. Buku Pedoman PDPI tahun 2021; 5. Aldridge, R.E, et al. Effects of Terbutaline and Budesonide on Sputum Cells and Bronchial
Hyperresponsiveness In Asthma Am J Respir Crit Care Med 2000 (161):1459–1464; 6. Nwaru BI, et al. Overuse of short-acting β2-agonists in asthma is associated with increased risk of exacerbation and mortality: a nationwide cohort study of the global SABINA programme.
Eur Respir J. 2020. 55: 1901872
PERUBAHAN MENDASAR DARI GINA 2019

Untuk keamanan, GINA tidak lagi


merekomendasikan terapi SABA tunggal
GINA merekomendasikan semua pasien asma
remaja & dewasa SEHARUSNYA mendapatkan
terapi yang mengandung ICS (pengontrol)

ICS dapat diberikan melalui terapi harian atau


pada asma ringan melalui dosis rendah ICS-
formoterol jika perlu

14 Ref: 1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2019. Available from: www.ginashtma.org;
GINA 2021
PERSONALISASI Menilai Tingkat Kontrol Gejala Asma
TERAPI Dalam 4 minggu terakhir, pasien mengalami:
• Gejala asma di siang hari > 2x /minggu □ Ya □ Tidak
• Apakah pernah terbangun malam hari karena asma? □ Ya □ Tidak
• Apakah pelega SABA* dibutuhkan untuk gejala
>2x/minggu □ Ya □ Tidak

• Apakah ada pembatasan aktivitas karena asma? □ Ya □ Tidak

* Berdasarkan SABA pelega (tidak termasuk pelega ICS-formoterol jika perlu); tidak termasuk
pelega yang digunakan sebelum olahraga

Terkontrol Terkontro Tidak


Baik l Sebagian terkontrol
Dosis Harian Budesonide untuk Dewasa & Remaja 12 tahun keatas

Low Medium High


100-200 mcg >400-800 mcg >800 mcg Semua 1-2 Ya 3-4 Ya
Tidak

Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2021. Available from: www.ginashtma.org
GINA 2020, Box 3-4B © Global Initiative for Asthma, www.ginasthma.org
GEJALA-GEJALA YANG MUNCUL PENGONTROL AWAL YANG DIPILIH
Gejala asma yang jarang, contoh: < 2 kali sebulan dan tidak  As-needed ICS-Formoterol dosis rendah
terdapat faktor risiko eksaserbasi

Gejala asma atau perlu reliever dua kali sebulan atau lebih  ICS dosis rendah dengan as-needed SABA
 As-needed ICS-Formoterol dosis rendah

Gejala asma yang menganggu hampir setiap hari; terbangun  ICS-LABA dosis rendah sebagai terapi maintanace dan
karena asma satu kali per minggu atau lebih, khususnya jika reliever (ICS –formoterol)
terdapat faktor risiko  ICS-LABA untuk maintanace dan as-needed SABA
 ICS dosis medium dengan as-needed SABA

Presentasi awal asma dengan asma tidak terkontrol berat,  ICS dosis tinggi, atau ICS-LABA dosis medium
atau dengan eksaserbasi akut
PERUBAHAN PENTING DALAM TATALAKSANA ASMA
UNTUK KEAMANAN, TERAPI DENGAN SABA TUNGGAL TIDAK LAGI DIREKOMENDASIKAN
PELEGA ANTI-INFLAMASI ADALAH PELEGA PILIHAN YANG DIREKOMENDASIKAN
Strategi Tatalaksana Asma (GINA)
TRACK 1 PILIHAN
UTAMA
Dewasa & Remaja >12 tahun Terapi Pilihan yaitu dosis
Tatalaksana asma yang dipersonalisasi
Menilai, Menyesuaikan, dan Meninjau sesuai rendah ICS-formoterol
kebutuhan individual pasien
sebagai pelega
TRACK 2 ALTERNATIF
STEP 5 Apabila track 1 tidak
STEP 4
Tambahkan LAMA
Rujuk untuk pemeriksaan
memungkinkan atau tidak
PENGONTROL dan STEP 3
Dosis rendah ICS-formoterol
Dosis sedang ICS- fenotipe ± anti-IgE, anti- dipilih pada pasien tanpa
IL5/5R, anti-IL4R
PELEGA PILIHAN
(Track 1) Menggunakan pelega ICS-
STEP 1-2
Dosis rendah ICS-formoterol jika perlu
harian
formoterol harian
Pertimbangkan dosis tinggi eksaserbasi dengan terapi saat
formoterol menurunkan risiko eksaserbasi
ICS-formoterol
ini, maka SABA sebagai
dibandingkan dengan pelega SABA
PELEGA: Dosis rendah ICS-formoterol jika perlu pelega bisa digunakan sebagai
PENGONTROL and STEP 5
Tambahkan LAMA
alternatif terapi. Sebelumnya
PELEGA ALTERNATIF STEP 4
(Track 2) Sebelum mempertimbangkan STEP 3 Dosis sedang/tinggi Rujuk untuk pemeriksaan periksa apakah pasien patuh
fenotipe ± anti-IgE, anti-
terapi menggunakan pelega SABA,
STEP 1
STEP 2
Dosis rendah ICS harian
Dosis rendah ICS-LABA ICS-LABA harian
IL5/5R, anti-IL4R dengan pengontrol harian
periksa apakah pasien cenderung patuh harian Pertimbangkan dosis tinggi
dengan pengontrol harian Gunakan ICS setiap kali
ICS-LABA
menggunakan SABA

PELEGA: Agonis β2 kerja singkat (SABA) jika perlu

ICS dosis rendah setiap kali Tambahkan azithromycin (dewasa)


ICS dosis sedang, atau Tambahkan LAMA atau atau LTRA, tambahkan OCS dosis
Opsi Pengontrol Lainnya untuk menggunakan SABA, atau tambahkan LTRA, atau LTRA, atau beralih ke rendah tetapi pertimbangkan efek
kedua track LTRA harian, atau tambahkan tambahkan HDM SLIT dosis tinggi ICS sampingnya
HDM SLIT

HDM: Tungau debu rumah; ICS: Kortikosteroid inhalasi; LABA: agonis β2 kerja panjang; LAMA: Antagonis muskarinik kerja panjang; LTRA:
antagonis reseptor leukotriene; OCS: kortikosteroid oral; SABA: agonis β2 kerja singkat; SLIT: imunoterapi sublingual.

Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2021. Available at: http://www.ginasthma.org/.
Asma Stabil

Asma Akut/
Eksaserbasi
Asma Eksaserbasi

Asma eksaserbasi adalah episode peningkatan progresif dari sesak napas, batuk,
mengi, atau dada terasa berat dan penurunan fungsi paru yang progresif.1

Pada asma eksaserbasi terjadi bronkokonstriksi, vasodilatasi, eksudasi plasma dan


hipersekresi mukus2

Gejala & eksaserbasi Inflamasi dan hiperresponsivitas


bronkial mendasari gejala asma dan
Obstruksi eksaserbasi3
Saluran Pernapasan
Hiperesponsif
Bronkial
Inflamasi
Saluran Pernapasan
Referensi ; 1. Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention. 2019. Tersedia di: http://www.ginasthma.org/. 2. Barnes, P.J. Asthma mechanisms. Africa Health.
2016 p 21-27. 3. Currie, GP., Therapeutic modulation of allergic airways disease with leukotriene receptor antagonists., Q J Med 2005; 98: 171-182
Penanganan asma eksaserbasi sesegera mungkin sangat penting untuk
menekan resiko hospitalisasi

 Mortalitas pada pasien asma eksaserbasi yang dirawat berjumlah 30% dari
total kematian pada pasien asma 1.

 Kejadian eksaserbasi dan kebutuhan hospitalisasi meningkatkan paparan


pasien terhadap lingkungan rumah sakit sehingga meningkatkan risiko infeksi
COVID-19 2
1

Hospitalisasi di Rumah sakit meningkatkan biaya terapi

1. Krishnan V et al. Mortality in Patients Hospitalized for Asthma Exacerbations in the United States; Am J Respir Crit Care Med. 2006. 174:633-6386; 2. Jamie Hartmann-
Boyce et al. Asthma and Covid-19: Risks and Management Consideration. CEBM. 2020 Available online at
https://www.cebm.net/cid-19/asthma-and-covid-19-risks-and-management-considerations/.
Terapi Eksaserbasi Asma Dewasa berdasarkan Pedoman Asma PDPI 2021

Asma Eksaserbasi (serangan)

Klasifikasi RINGAN / SEDANG BERAT

• Bicara dalam frase • Bicara kata per kata


• Memilih duduk dari pada terlentang • Memilih membungkuk ke depan
• Tidak agitasi • Agitasi
• Frekuensi napas meningkat • Frekuensi napas > 30 kali / menit
• Tidak menggunakan otot bantu napas • Menggunakan otot bantu napas
• Frekuensi nadi 100-120 x/menit • Frekuensi nadi > 120 x/menit
• Saturasi O2 90-95% (udara ruangan) • Saturasi O2 < 90% (udara ruangan)
• APE > 50% dari nilai prediksi / terbaik • APE ≤ 50% dari nilai prediksi / terbaik

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI 2021.


Terapi Eksaserbasi Asma Dewasa berdasarkan Pedoman Asma PDPI 2021

Asma Eksaserbasi (Serangan)

RINGAN / SEDANG BERAT


Terapi

• Pemberian O2 untuk mempertahankan • Pemberian O2 untuk mempertahankan


saturasi 93-95% (anak-anak 94-98%) saturasi 93-95% (anak-anak 94-98%)
• Agonis beta 2 kerja singkat • Agonis beta 2 kerja singkat
• Pertimbangkan ipratropium bromide • Ipratropium bromide
• Inhalasi kortikosteroid dosis tinggi atau • Inhalasi kortikosteroid dosis tinggi atau
kortikosteroid oral kortikosteroid intravena atau oral
• Pertimbangkan magnesium IV

Pada pasien yang tidak mendapatkan kortikosteroid sistemik, pemberian ICS dosis
tinggi dalam satu jam pertama saat eksaserbasi mengurangi risiko rawat inap.
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI 2021.
PEDOMAN PENATALAKSANAAN ASMA PDPI 2021
SABA + high dose ICS merupakan first line treatment dalam semua tingkat keparahan
asma eksaserbasi

Phase
Tingkat Keparahan Asma
Eksaserbasi UGD Rawat Inap

• High dose ICS sebagai first line


treatment
• Dosis: 3 X 1 mg dalam satu jam
Ringan – Sedang pertama dikombinasikan dengan
SABA

• Alternatif: Sistemik • Melanjutkan


Kortikosteroid
terapi dengan
high dose ICS
• High dose ICS sebagai first line


treatment Dosis :
Dosis : 3 X 1 mg dalam satu
1-2 mg 2X / hari
Berat
jam pertama dikombinasikan
dengan SABA
BUKU PEDOMAN ASMA
PDPI Page 100 • Alternatif: Sistemik
Kortikosteroid

Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI 2021


KESIMPULAN
1. GINA 2019-2021 mengubah paradigma dalam pengobatan asma, dengan menempatkan ICS/formoterol
sebagai pelega utama, dan menggeser SABA sebagai pelega alternative pada asma ringan, sedang, berat 1
2. Penggunaan SABA berlebih (≥ 3 canister/tahun) meningkatkan risiko terjadinya eksaserbasi berat 1
3. Pemilihan pelega menjadi poin penting dalam tatalaksana asma. Pasien dengan Budesonide-Formoterol Pelega
Anti-Inflamasi:
- Dengan dosis ICS 83% lebih rendah, terbukti menurunkan eksaserbasi berat 64%3 vs SABA
- Dengan dosis ICS 25% lebih rendah, terbukti menurunkan eksaserbasi berat 39% vs
salmeterol/flutikason + SABA2
4. Konsep Pelega Anti-Inflamasi: SETIAP HISAPAN yang digunakan pasien untuk mengatasi perburukan gejala
JUGA mengatasi inflamasi yang mendasari asma, sehingga MELINDUNGI pasien dari eksaserbasi3
5. ICS Dosis Tinggi telah direkomendasikan sebagai terapi pada semua tingkat keparahan asma eksaserbasi
berdasarkan Pedoman Asma PDPI 20214
6. Pada pasien asma eksaserbasi (saat serangan), pemberian ICS dosis tinggi memiliki onset kerja yang cepat,
efektivitas yang setara dengan kortikosteroid sistemik dengan efek samping yang minimal 5,6,7
7. NICE merekomendasikan untuk melanjutkan terapi nebulisasi di rumah pada pasien asma berat. 8

1. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for Asthma Management and Prevention, 2021. Available from: www.ginashtma.org; 2. Kuna P et al. Effect of budesonide/formoterol maintenance and reliever therapy on asthma exacerbationsInt J Clin Pract. 2007;61(5):725-736; 3.
O’Byrne PM, et al. Inhaled Combined Budesonide–Formoterol as Needed in Mild Asthma. N Engl J Med. 2018;378:1865–1876; 4. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Asma di Indonesia. PDPI 2021. 5. Rodrigo J Gustavo. Rapid Effects of Inhaled Corticosteroids in Acute
Asthma :An Evidence-Based Evaluation. CHEST; 2006; 130:1301-1311. 6. Chian CF et al. Five-day course of budesonide inhalation suspension is as effective as oral prednisolone in the treatment of mild to severe acute asthma exacerbations in adults ; Pulmonary Pharmacology &
Therapeutics 24: 256-260, 2011., 7. Wilson AM, McFarlane LC, Lipworth BJ. Systemic bioactivity profiles of oral prednisolone and nebulized budesonide in adult asthmatics. Chest ;114:1022–7, 1998. 8. National Institute for Health and Care Exellence (NICE). Covid 19 rapid guideline:
severe asthma. April 2020. Available at https://www.nice.org.uk/guidance/NG166
GLOBAL INITIATIVE FOR CHRONIC
OBSTRUCTIVE LUNG DISEASE (GOLD)

dr. Achnes Pangaribuan, M. Biomed, Sp.PD

Dept. Of Internal Medicine, Medical Faculty of Indonesian Christian University


Hospital of Christian University of Indonesia
INTRODUCTION
• Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is now one of the top three
causes of death worldwide & 90% of these deaths occur in low-middle income
countries.

• Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a common, preventable and


treatable disease that is characterized by persistent respiratory symptoms and
airflow limitation that is due to airway and/or alveolar abnormalities usually
caused by significant exposure to noxious particles or gases and influenced by
host factors including abnormal lung development.

• Significant comorbidities may have an impact on morbidity and mortality.


© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
PERUBAHAN PATOLOGIS PADA PPOK
Saluran Napas Perifer:
Saluran Napas Proksimal:
• Bronkiolitis Obliteran
• Peningkatan makrofag dan limfosit • Eksudat luminal dan inflamasi
• Pembesaran kelenjar submukosa bronkus • Perluasan patologis sel goblet dan metaplasia
• Disfungsi silia squamous ke saluran napas perifer
• Peningkatan otot polos dan jaringan ikat • Fibrosis peribronkial

Parenkim Paru: Vaskuler Pulmonal:


• Perubahan awal: penebalan intimal dan
• Kerusakan dinding alveolus akibat hilangnya sel disfungsi endotel
epitel dan endotel • Perubahan selanjutnya: peningkatan otot polos
• Empisema (pembesaran abnormal alveoli vaskuler, kerusakan Capillary bud, Hiperteni
hingga bronkiolus terminalis) pulmonal dan cor pulmonale
FAKTOR RISIKO YANG DAPAT MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN PENYAKIT PPOK
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2020 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2019 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2019 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2019 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
© 2022 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
MANAGEMENT OF EXACERBATIONS
o An exacerbation of COPD is defined as an acute worsening of respiratory
symptoms that results in additional therapy.
o As the symptoms are not specific to COPD relevant differential diagnoses should
be considered.

o Exacerbations of COPD can be precipitated by several factors. The most


common causes are respiratory tract infections.
o The goal for treatment of COPD exacerbations is to minimize the negative
impact of the current exacerbation and to prevent subsequent events.

o Short-acting inhaled beta2-agonists, with or without short-acting


anticholinergics, are recommended as the initial bronchodilators to treat an
acute exacerbation.
MANAGEMENT OF EXACERBATIONS
• Maintenance therapy with long-acting bronchodilators should be initiated as
soon as possible before hospital discharge

• Systemic corticosteroids can improve lung function (FEV1), oxygenation and


shorten recovery time and hospitalization duration. Duration of therapy
should not be more than 5-7 days.

• Antibiotics, when indicated, can shorten recovery time, reduce the risk of
early relapse, treatment failure, and hospitalization duration. Duration of
therapy should be 5-7 days.

• Methylxanthines are not recommended due to increased side effect profiles.


© 2019 Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai