Anda di halaman 1dari 31

Penyakit Asma

ASMA
ASMA

Definisi

Etiologi

Tanda dan gejala


Penegakkan
diagnosis
Tata pelaksanaan

Kasus
Asma salah satu penyakit
Definisi saluran nafas yang banyak
dijumpai, baik pada anak-
anak maupun dewasa.
Kata asma (asthma)
berasal dari bahasa
yunani yang berarti
terengah-engah. Lebih
dari 200 tahun yang lalu,
Hippocrates menggunakan
istilah asma untuk
menggambarkan kejadian
pernafasan yang pendek
(shortness of breath).
Etiologi
Etiologi

Asma yang muncul pada


saat dewasa dapat
Asma yang terjadi disebabkanfaktor :
oleh berbagai

pada anak-anak *adanya sinusitis


sangat erat *polip hidung
kaitannya dengan *Sensitivitas terhadap
aspirin atau obat-obat AINS
alergi. Kurang
lebih 80% pasien *Mendapatkan
ditempat kerja
picuan

asma memiliki Gangguan refluks


alergi. gastroesofagal
Pemapafran terhadap
senyawa sulfit
Faktor mekanik
Kelompok
Kelompok dengan
dengan resiko
resiko terbesar terhadap
Faktor
terbesar psikis. perkembangan
terhadap perkembangan
asma
asma adalah
adalah anak-anak
anak-anak yang
yang mengidap
mengidap alergi
alergi dan
dan memiliki
memiliki
keluarga
keluarga dengan
dengan riwayat
riwayat asma
asma
Tanda
Tanda dan
dan Gejala
Gejala

Batuk-batuk akibat dari penyempitan saluran nafas, hipersekresi lendir, dan peningkatan
1 reaksi saraf aferen yang dilihat karena adanya peradangan saluran nafas

Wheezing (nafas yang berbunyi) dari kontraksi otot halus dengan bersamaan dengan
2 hipersekresi lendir dan retensi saluran nafas.

Pyspnea atau sesak dada terjadi karena peningkatan kerja otot pada dinding dada dalam
3 mengatasi resistensi jalan nafas

Takipnea, takikardia-takipnea dan takikardia umumnya terjadi pada penyakit asma akut
4

Pulsus paradoxus adalah penurunan lebih dari 10mm/ Hg tekanan arteri sistolik selama
5 inspirasi dan terjadi pada asma akut

Hipoksemia yaitu penurunan tekanan parsial oksigen dalam darah


6
Diagnosis

Penandaan utama untuk mendiagnosis adanya asma antara


lain:
1. Mengi pada saat menghirup nafas
2. Riwayat batuk yang memburuk pada malamm hari, dada
sesak yang terjadi berulang, dan nafas tersengal-sengal
3. Hambatan pernafasan yang reversibel secara bervariasi
selama siang hari
4. Adanya peningkatan gejala pada saat olahraga, infeksi virus,
eksposur terhadap alergen, dan perubahan musim
5. Terbangun malam-malam dengan gejala-gejala seperti diatas
Diagnosis

Jika seorang klinis menduga adanya asma pada pasien, maka perlu dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk dugaannya dengan mengukur fungsi paru.
Adanya obstruksi jalan nafas ditunjukkan dengan adanya penurunan pada :
FEV 1(forc expiratory volume dalam 1 detik)
PEF (peak Respiratory slow), pada rasio FEV 1 FVC, atau dengan
kecepatan aliran hembusan nafas.
Selain itu, diagnosis juga dapat ditunjang dengan pemeriksaan darah
terhadap adanya peningkatan kadar IgE atau hitung jenis dan jumlah
eosinofil. Test provokasi bronkus juga perlu dilakukan menggunakan suatu
alergen atau senyawa kimia (histamin, metakolin) untuk melihat derajat
peningkatan kepekaan bronkus (hiperresponsiveress). Jika nilai FEV1turun
lebih dari 20% dengan metakolin sebesar 16 mg/ml atau kurang, test
dikatakan positif, artinya pasien positif menderita asma. Test provokasi
bronkus ini memiliki sensitivitas 95% terhadap diagnosa asma.
Lanjutan
Berdasarkan frekuensi dan
intensitas, asma
diklasifikasikan menjadi 2,
yaitu : intermiten dan
persisten.
Golongan persisten sendiri
masih dibagi lagi menjadi 3,
yaitu persisten ringan,
persisten sedang, persisten
berat.
penatalaksanaan
Tujuan terapi

Tujuan
Tujuan dari
dari terapi
terapi asma
asma yang
yang ditetapkan
ditetapkan oleh
oleh
NAEPP
NAEPP tahun
tahun 2007
2007 adalah
adalah ::
1.
1. Mencegah
Mencegah timbulnya
timbulnya gejala
gejala yang
yang kronis
kronis dan
dan
mengganggu
mengganggu seperti
seperti batuk
batuk dandan sesak
sesak nafas
nafas
2.
2. Mengurangi
Mengurangi penggunaan
penggunaan betabeta agonis
agonis aksi
aksi
pendek
pendek
3.
3. Fungsi
Fungsi paru
paru mendekati
mendekati normal
normal
4.
4. Menjaga
Menjaga ktivitas
ktivitas pada
pada tingkat
tingkat normal
normal
5.
5. Mencegah
Mencegah kekambuhan
kekambuhan dan dan meminimalisasi
meminimalisasi
kunjungan
kunjungan darurat
darurat ke
ke RS
RS
6.
6. Mencegah
Mencegah progresivitas
progresivitas berkurangnya
berkurangnya fungsi
fungsi
paru,
paru, dan
dan untuk
untuk anak-anak
anak-anak mencegah
mencegah
berkurangnya
berkurangnya pertumbuhan
pertumbuhan paru-paru
paru-paru
7.
7. Menyediakan
Menyediakan farmakoterapi
farmakoterapi yang
yang optimal
optimal
dengan
dengan sesedikit
sesedikit mungkin
mungkin efek
efek samping.
samping.
Terapi non farmakologi

Terapi non farmakologi meliputi 2 komponen utama, yaitu edukasi


pada pasien atau yang merawat mengenai berbagai hal tentang
asma, dan kontrol terhadap faktor-faktor pemicu serangan.
Berbagai pemicu serangan antara lain adalah debu, polusi,
merokok, olahraga, perubahan temperatur secara ekstrim, dll.
Untuk memastikan macam alergen pemicu serangan pasien, maka
direkomendasikan untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien
serta uji kulit. Jika penyebab serangan sudah diidentifikasi, pasien
perlu diedukasi mengenai berbagai cara mencegah dan mengatasi
diri dalam serangan asma. Edukasi kepada pasien juga meliputi
tentang : patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicu
asmanya dan mengenal tanda-tanda awal keparahan gejala, cara
penggunaan obat yang, dan bagaimana memonitor fungsi paru-
parunya. Selain itu juga dapat dilakukan fisioterapi nafas(senam
asma), vibrasi dan atau perkusi torak, dan batuk yang efisien.
Terapi
farmakologis

Asma merupakan penyakit kronis, sehingga membutuhkan


pengobatan yang perlu dilakukan secara teratur untuk
mencegah kekambuhan. Berdasarkan penggunaannya,
maka obat asma terbagi dalam dua golongan yaitu
pengobatan jangka panjang untuk mengontrol gejala
asma, dan pengobatan cepat untuk mengatasi serangan
akut asma.
Bebrapa obat yang digunakan
untuk pengobatan jangka
panjang antara lain : inhalasi
steroid, beta 2 agonis aksi
panjang, sodium kromoglika
atau kromolin, medokromil,
modifier leukotrien, dan
golongan etil ksantin

Sedangkan untuk pengobatan


cepat sering digunakan suatu
bronkodilator(beta 2 agonis
aksi cepat, antikolinergik,
metilksantin), dan
kortikosteroid oral (sistemik).
Obat-obat asma dapat
dijumpai dalam bentuk oral,
larutan nebulizer, dan
metered-dose inhaler (MDI)
Pengobatan asma terdiri dai
Algoritm beberapa langkah yang
tergantung pada klasifikasi
e keparahan serangan asma.
Untuk itu, pengobatan dapat
dimulai pada tahap yang
paling tepat terhadap
keparahan gejalanya.
Penggunaan kortikosteroid
oral terutama ditijukan
terhadap pasien yang
membutuhkan pengobatan
cepat. Selain itu, serangan
akut juga dapat diterapi
dengan beta-2 agonis
Lanjutaann . . .

Ada
Ada pula
pula pendekatan
pendekatan penatalaksanaan
penatalaksanaan asmaasma yang
yang disebut
disebut stepwise
stepwise
approach
approach yang
yang ditujukan
ditujukan untuk
untuk membantu
membantu menentukan
menentukan keputusan
keputusan
klinik,
klinik, disesuaikan
disesuaikan dengan
dengan kondisi
kondisi pasien
pasien dengan
dengan prinsip
prinsip yang
yang sama,
sama,
yaitu
yaitu jika
jika asmanya
asmanya terkontrol,
terkontrol, penatalaksanaannya
penatalaksanaannya bisa
bisa diteruskan
diteruskan
dengan
dengan tahap
tahap yang
yang lebih
lebih rendah
rendah (stepdown),
(stepdown), sebaliknya
sebaliknya jika
jika
kondisinya
kondisinya memburuk,
memburuk, penatalaksaan
penatalaksaan disesuaikan
disesuaikan dengan
dengan tahap
tahap yang
yang
lebih
lebih tinggi
tinggi (step
(step up).
up).
Obat obat yang digunakan

Inhalasi
kostikosteroid

Penstabil sel
mast

Modifier
leukotrien

Metil ksantin
Agonis beta 2
adrenergik &
antikolinergik
Kostikosteroid inhalasi hingga saat ini masih merupakan obat
yang paling efektif untuk penatalaksanaan asma,dan ia
diindikasikan untuk pencegahan jangka panjang dan
pengontrolan gejala asma. Steroid inhalasi sangat lipofilik dan
masuk secara cepat ke sel target disaluran nafas dan berikatan
dengan reseptor glukokortikoid disitosol aktivasi reseptor
glukokortikoid oleh senyawa steroid akan mengaktifkan faktor
transkripsi dan memicu berbagai respon biologis. Penggunaan
steroid secara kronis mengurangi responsivitas saluran nafas
terhadap histamin, agonis kolinergik, olahraga, alergen, dan
iritan.
Obat-obat yang termasuk golongan penstabil sel mast adalah sodium kromoglikat dan
nedokromil. Mereka diduga bekerja dengan cara mencegah masuknya kalsium kedalam
sel mast.Diketahui bahwa peningkatan kalsium intrasel sangat diperlukan untuk proses
degranulasi atau pelepasan histamin dan mediator inflamasi lainnya dari sel
mast.dengan mencegah masuknya kalsium, maka obat tersebut dikatakan dapat
menstabilkan sel mast sehingga tidak melepaskan mediator-mediator yang terlibat
dalam patofisiologi asma. Obat ini utamanya berguna ntuk mencegah bronkospasma
yang dipicu oleh rangsangan olahraga dan udara kering.
Obat obat yang bereaksi pada jalur leukotrien ada dua
golongan yaitu antagonis reseptor leukotrien dan inhibitor
lipoksigenase. Contoh obat golongan pertama adalah
montelukast, pranlukast, dan zafirlukast. Sedangkan contoh
inhibitor lipoksigenase adalah zileuton. Secara klinis, obat-obat
ini terbukti mengurangi gejala asma, meningkatkan fungsi paru-
paru , dan mencegah serangan akut asma. Ia juga dapat
dikatakan bersifat antiinflamasi karena dapat mencegah
rekrutmen eosinofil.
Obat golongan metil ksantin yang utama adalah teofilin, teobromin, dan kafein, terapi
yang palng banyak digunakan dalam terapi asma adalah teofilin walaupun perannya
dimulai banyak berkurang dengan adanya obat-obat bronkidilator yang lebih paten.
bekerja
Teofilin banyak dijumapai dalam bentuk kompleks dengan etilendiamin, yang
dinamakan aminofilin. Obat golongan metilksantin bekerja dengan menghambat enzim
fosfodiesterase, sehingga mencegah penguraian siklik AMP, sehingga adar siklik AMP,
intrasel meningkat. Hal ini akan merelaksasi ototpolos bronkus, dan mencegah
pelepasan mediator alergi seperti histamin dan leukotrien dari sel mat. Selain itu,
metilksantin juga mengantagonis bronkokonstriksi yang disebabkan oleh prostaglandin
dan memblok reseptor adenosin.
Agonis Antikolinergik
beta 2
adrenergik

Pada asma, obat golongan beta 2 adrenergik merupakan bronkodilator paling


paten yang tersedia dan merupakan obat penyelamat untuk melonggarkan
jalan nafas pada serangan asma. Obat ini bekerja dengan mengaktivasi
adenilat siklase sehingga meningkatkan kadar siklik AMP intrasel, dan
merelaksasi otot polos bronkus, berdasarkan durasi kerjanya, obat-obat
golongan beta2 terbagi menjadi obat aksi pendek (short acting) dan aksi
panjang (long acting). Obat-obat aksi pendek bekerja dengan cepat, namun
aksinya tidak bertahan lama.
Penggunaan antikolinergik inhalasi seperti ipratropium bromida umumnya
menghasilkan perbaikan pada fungsi paru 10-15% dibandingkan dengan jika
hanya menggunakan beta agonis saja. Pada pasien anak dan dewasa,
penggunaan ipratropium bromide dosis ganda yang ditambahkan pada terapi
awal juga mengurangi lama rawat di RS pada sekelompok pasien yang FEV
1,nya kurang dari 30% terprediksi. Ipratropium bromida adalah suatu senyawa
amina kuartener. Namun penggunaannya menggunakan nebulizer harus hati-
hati karena jika ada yang mengenai mata, akan menyebabkan dilatasi pupil
sehingga terjadi gangguan penglihatan
KASUS

Seorang laki-laki usia 19 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan sesak nafas sejak
30 menit SMRS, sesak berbunyi menciut tidak dipengaruhi aktivitas dan posisi,
sesak dipengaruhi cuaca, sesak biasanya muncul jika cuaca sangat dingin atau
pasien terpapar debu. Batuk (-), demam (-), riwayat keluhan yang sama (+).
Terakhir kambuh 1 bulan yang lalu, saat itu sesak hilang setelah dinebulizer 1 kali.
Riwayat alergi (+), alergi debu (+), alergi cuaca dingin (+) dan alergi udang (+),
alergi obat (-)
ak
Dari pemeriksaan fisik :
Pernafasan 28, nadi 110, saturasi oksigen 98
Dari pemeriksaan paru :
Ditemukan wheezing
Pasien didiagnosa : asma eksaserbasi akut/asma serangan akut
Terapi :
- Nebu ventolin 1x, setelah diNebu sesak berkurang, pernafasan 20, nadi 90,
saturasi oksigen 99, wheezing (-)
-pasien boleh rawat jalan, mendapat terapi : salbutamol 3x2 mg, Metil
prednisolon 3x4 mg (selama 3 hari)
Subjektif

Nama : Tuan x
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 19 tahun
Keluhan : sesak nafas sejak 30 menit sebelum masuk
rumah sakit, jika cuaca dingin sesak
Riwayat penyakit : alergi (debu, cuaca dingin, udara)
Riwayat pengobatan : nebulizer ventolin, salbutamol,
metil prednisolon
Riwayat diagnosa : Asma eksaserbasi akut/asma
serangan akut
Objektif

Pemeriksaan fisik : Pernafasan 28, nadi 110, saturasi


oksigen 98
Pemeriksaan paru : Ditemukan wheezing
Assassment

Dari keluhan-keluhan yang disampaikan pasien, hasil


pemeriksaan fisik (nadi 110) serta pemeriksaan paru,
pasien menderita Asma akut kronik
Planning

Terapi farmakologi
Nebulizer ventolin tetap diberikan, karena merupakan obat asma
pilihan pertama, memiliki efek cepat, meningkatkan
bronkoselektifitas dan memberikan efek perlindungan yang
lebih besar terhadap rangsangan (misalnya alergan) yang
menimbulkan bronkospasme dibandingkan bila diberikan secara
sistemik.
Salbutamol tetap diberikan merupakan obat pilihan pertama
juga, dan digunakan untuk pemeliharaan
Metil prednisolon tetap diberikan karena metil prednisolon ini
dapat menurunkan jumlah dan aktivitas dari sel yang
terinflamasi dan meningkatkan efek obat beta adrenergik
(salbutamol) dengan memproduksi AMP siklik, inhibisi
mekanisme bronkokonstriktor, serta merelaksasi otot polos
secara langsung.
Planning

Terapi non farmakologi


Meliputi 2 komponen utama, yaitu edukasi pada pasien atau yang
merawat mengenai berbagai hal tentang asma, dan kontrol terhadap
faktor-faktor pemicu serangan. Berbagai pemicu serangan antara
lain adalah debu, polusi, merokok, olahraga, perubahan temperatur
secara ekstrim, dll.
Untuk memastikan macam alergen pemicu serangan pasien, maka
direkomendasikan untuk mengetahui riwayat kesehatan pasien serta
uji kulit. Jika penyebab serangan sudah diidentifikasi, pasien perlu
diedukasi mengenai berbagai cara mencegah dan mengatasi diri
dalam serangan asma. Edukasi kepada pasien juga meliputi tentang :
patogenesis asma, bagaimana mengenal pemicu asmanya dan
mengenal tanda-tanda awal keparahan gejala, cara penggunaan obat
yang, dan bagaimana memonitor fungsi paru-parunya. Selain itu
juga dapat dilakukan fisioterapi nafas(senam asma), vibrasi dan atau
perkusi torak, dan batuk yang efisien.

Anda mungkin juga menyukai