Anda di halaman 1dari 38

REFERAT

Tatalaksana Asma
Muh Fitra Rahadi S
N 111 19 033

Pembimbing Klinik

dr Sarifuddin Anwar Sp.P


Latar Belakang

2020

300 juta manusia


merupakan penderita
asma
DEFINISI

Asma adalah suatu kelainan berupa inflamasi (peradangan) kronik pada


saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap
berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala episodik berulang
berupa mengi, batuk, sesak napas dan rasa berat di dada terutama pada
malam hari dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik
dengan atau tanpa pengobatan
Epidimiologi
Etiologi

GENETIK
Faktor Risiko

Genetik Lingkungan
Diagnosa Asma

Anamnesis

Pemeriksaa
n Fisik

Pemeriksaa
n Penunjang
Klasifikasi

1. Asma saat 2. Asma


tanpa saat
serangan serangan
1. Asma saat tanpa serangan
2. Asma saat serangan
TATALAKSANA ASMA

untuk mengurangi beban pasien dan menurunkan risiko


kematian terkait asma, eksaserbasi, kerusakan saluran
napas dan efek samping pengobatan
Penilaian Awal
Pasien asma perlu dilakukan penilaian terlebih dahulu,
terutama saat mereka bergejala atau baru saja mengalami
eksaserbasi. Penilaian pasien asma dapat meliputi

14
Untuk menilai kontrol asma dan faktor risiko, dapat digunakan
kuisioner khusus
A. Penilaian kontrol gejala Level kontrol asma
Dalam 4 minggu terakhir apakah Terkontrol Terkontrol Tidak
pasien : total sebagian terkontrol
Gejala muncul lebih -Yes Semua 1-2 kriteria 3-4 kriteria
dari dua kali dalam -No kriteria tidak terpenuhi terpenuhi
seminggu? terpenuhi
Apakah pernah -Yes
terbangun pada -No
malam hari karena
asma?
Apakah butuh pelega -Yes
berupa SABA lebih dari -No
dua kali seminggu?

Apakah ada aktivitas -Yes


yang terbatas karena -No
asma?
B. Faktor risiko asma yang buruk
- Kaji faktor risiko saat diagnosis secara berkala, minimal setiap 1-2 tahun,
terutama untuk pasien yang mengalami eksaserbasi. Ukur FEV 1 saat memulai
pengobatan, kemudian 3-6 bulan setelahnya
Medikamentosa asma

1. Anti Inflamasi 2. Bronkodilator

Pengontrol Pelega
1. Pengontrol ( Anti inflamasi )
a. Glukokortikosteroid inhalasi

Kortikosteroid inhalasi bertujuan untuk menekan proses


inflamasi dan komponen yang berperan dalam remodeling pada
bronkus yang menyebabkan asma. Pada tingkat vascular,
glukokortikosteroid inhalasi bertujuan menghambat terjadinya
hipoperfusi, mikrovaskular, hiperpermeabilitas, pembentukan
mukasa udem, dan pembentukan pembuluh darah baru
(angiogenesis)
b. Glukokortikosteroid sistemik

Cara pemberian melalui oral atau parenteral. Kemungkinan


digunakan sebagai pengontrol pada keadaan asma persisten berat,
tetapi penggunaannya terbatas mengingat risiko efek sistemik.
Untuk jangka panjang, lebih efektif menggunakan steroid
inhalasi daripada steroid oral
c. Kromolin (sodium kromoglikat dan nedokromil sodium)

diketahui merupakan antiinflamasi nonsteroid, menghambat


pelepasan mediator dari sel mast melalui reaksi yang diperantarai
IgE yang bergantung pada dosis dan seleksi serta supresi pada sel
inflamasi tertentu (makrofag, eosinofil, monosit), selain juga
kemungkinan menghambat saluran kalsium pada sel target.
Pemberiannya secara inhalasi, digunakan sebagai pengontrol
pada asma persisten ringan
D. Metilsantin

Teofilin adalah bronkodilator yang juga mempunyai efek


ekstrapulmoner seperti antiinflamasi
Teofilin atau aminofilin lepas lambat dapat digunakan sebagai
obat pengontrol, dimana pemberian jangka panjang efektif
mengontrol gejala dan memperbaiki faal paru. Preparat lepas
lambat mempunyai aksi/waktu kerja yang lama sehingga
diberikan bersama/kombinasi dengan agonis β2 kerja singkat,
sebagai alternatif bronkodilator jika dibutuhkan
E Agonis B2 kerja lama

Termasuk agonis β2 kerja lama inhalasi adalah salmoterol dan


formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Agonis
β2 memiliki efek relaksasi otot polos, meningkatkan
pembersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas pembuluh
darah dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast dan
basofil Karena pengobatan jangka panjang dengan agonis β2
kerja lama tidak mengubah inflamasi yang sudah ada, maka
sebaiknya selalu dikombinasi dengan glukokortikosteroid
inhalasi
2. Pelega ( Bronchodilator)

a. Agonis β2 kerja singkat

Mempunyai waktu mulai kerja singkat (onset) yang


cepat. Formoterol mempunyai onset cepat dan durasi
yang lama. Pemberian dapat secara inhalasi atau oral.
Mekanisme kerja sebagaimana agonis β2 yaitu
relaksasi otot polos saluran nafas, meningkatkan
pembersihan mukosilier, menurunkan permeabilitas
pembuluh darah dan memodulasi pelepasan mediator
dari sel mast dan basofil
b. Antikolinergik

Pemberiannya secara inhalasi. Mekanisme kerjanya


memblok efek pelepasan asetilkolin dari saraf
kolinergik dari jalan nafas. Menimbulkan
bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik
vagal intrinsik, selain itu juga menghambat refleks
bronkokonstriksi yang disebabkan iritan.. Efek
samping berupa rasa kering di mulut dan rasa pahit
c. Adrenalin

Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang


sampai berat, bila tidak tersedia agonis β2, atau tidak
respon dengan agonis β2 kerja singkat
Manajemen Pengobatan Asma

Pengobatan untuk pencegahan eksaserbasi asma dan


pengendelian gejala meliputi:
a. Pengobatan medikamentosa
b. Pengendalian faktor risiko yang dapat dimodifikasi
dan komorbiditas
c. Pengobatan non farmokologis dan strategi yang
sesuai.

26
a. Pengobatan medikamentosa

update GINA 2020 merekomendasikan bahwa setiap


orang dewasa dan remaja dengan asma harus
menerima obat pengontrol yang mengandung ICS
untuk mengurangi risiko eksaserbasi serius, bahkan
pasien dengan gejala yang jarang terjadi. Setiap
pasien asma harus memiliki inhaler pereda, baik ICS-
formoterol dosis rendah atau SABA

27
Untuk hasil pengobatan yang terbaik, pengobatan
yang mengandung ICS harus dimulai secepat
mungkin setelah diagnosis asma ditegakkan, karena:
• Pasien dengan asma ringan sekalipun dapat
mengalami eksaserbasi yang parah
• ICS dosis rendah dapat mengurangi pasien asma
rawat inap dan kematian

28
• ICS dosis rendah sangat efektif dalam mencegah
eksaserbasi parah, mengurangi gejala,
meningkatkan fungsi paru-paru, dan mencegah
bronkokonstriksi akibat olahraga, bahkan pada
pasien dengan asma ringan
• Pengobatan dini dengan ICS dosis rendah
mengarah pada fungsi paru-paru yang lebih baik
jika gejala sudah ada selama lebih dari 2-4 tahun

29
• Pasien yang tidak menggunakan ICS yang
mengalami eksaserbasi parah memiliki fungsi
paru-paru jangka panjang yang lebih rendah
daripada mereka yang telah memulai ICS

30
Management Pengobatan bertahap pasien dengan
asma pada Dewasa dan remaja > 12 tahun

31
Management Pengobatan bertahap pasien dengan
asma pada anak 6-11 tahun
Dosis harian
kortikosteroid
inhalasi
rendah,
sedang dan
tinggi
Managemen asma eksaserbasi di layanan primer
Daftar Pustaka

 
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Pertemuan Ilmiah
Respirologi (PIR) 2015 Nasional. Surakarta : Sebelas Maret
University Press. 2015.

Yudhawati R, Krisdanti D. Imunopatogenesis Asma. Jurnal


Respirasi. 2017. 3(1) : 26-33p

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri


Kesehatan Republik Indonesia nomor 1023/Menkes/SK/XI/2008
Tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Asma
Maulana A, Prihartono N, Yovsyah. Efek Obesitas dengan Risiko
Kejadian Penyakit Asma Pada Perempuan Usia Produktif di
Indonesia. Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia. 2020.
4(1) : 1-5p

Usman I, Chundrayetti E, Khairsyal O. Faktor Risiko dan Faktor


Pencetus yang Mempengaruhi Kejadian Asma pada Anak di
RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. 2015.
4(2) : 392-397p

Global Initiative For Asthma (GINA). Pocket Guide For Asthma


Management and Prevention. 2020.

37
• Setiawan K. Asma Bronkial. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana. Bali. 2018.
• Nuari A, Soleha T, Maulana M. Penatalaksanaan Asma
Bronkial Eksaserbasi pada Pasien Perempuan Usia 46 Tahun
dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga di Kecamatan
Gedong Tataan. Majority. 2018. 7(1) : 144-151p
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2019 . Infodatin
Penderita Asma di Indonesia. Jakarta : KEMENKES RI

38

Anda mungkin juga menyukai