Anda di halaman 1dari 8

TUGAS INDIVIDU

KASUS KLINIK FARMAKOTERAPI


“TUBERCULOSIS“

OLEH:
NAMA : MUH. NUZUL ARKHAM
NIM : O1A117033
KELAS :C
DOSEN : apt. ASNIAR PASCAYANTRI, S.Si., M.Si.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
TUGAS FARMAKOTERAPI 1
KASUS KLINIK FARMAKOTERAPI PADA TUBERCULOSIS

1.1 Kasus
Tn. K, 50 tahun, seorang pekerja petani karet datang dengan keluhan
batuk tidak berdahak. Pasien mengatakan batuk dirasakan lebih sering pada
malam hari dibandingkan pagi atau siang hari. Keluhan tersebut telah dirasakan
sejak 3 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengatakan batuk timbul pada saat
menyangkul dan bertambah berat pada saat menyemprot pestisida pada kebunnya.
Pasien juga mengatakan adanya demam, keringat malam, penurunan nafsu makan,
dan penurunan berat badan yang awalnya 50 kg menjadi 47 kg dalam satu bulan.
Pasien mempunyai kebiasaan yang tidak baik seperti membuang dahak
sembarangan, tidak memakai masker pada saat batuk, kurangnya pengetahuan
penyakit yang diderita oleh pasien, dukungan keluarga yang kurang terhadap
pasien, dan keadaan rumah pasien   yang lembab. Pasien juga mempunyai riwayat
kontak dengan penderita TB yaitu istrinya yang sudah meninggal dunia. Pada saat
keluhan muncul pasien dibawa oleh keluarganya ke RS kemudian dibawa ke
Puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.
Pemeriksaan fisik yang telah dilakukan kepada pasien didapatkan hasil
berat badan pasien 47 kg, tinggi badan 163 cm, IMT 18,0 (underweight), terlihat
sakit ringan. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 80 x/menit, frekuensi napas 17
x/menit, suhu tubuh 37,0oC. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga
dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup.
Tenggorokan, jantung, dan abdomen dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru,
inspeksi dalam batas normal, palpasi dalam batas normal, perkusi dalam batas
normal, auskultasi adanya suara ronkhi pada pulmo dekstra dan sinistra.
Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal,tidak sianosis, tidak oedem,
dan akral hangat. Status neurologis: Reflek fisiologis normal, reflek patologi(‐).   
Di RS pasien telah dilakukan pemeriksaan foto rontgen anterior posterior (AP)
dan didapatkan adanya kavitas pada pulmo dekstra dan sinistra. Setelah dilakukan
foto rontgen, pasien datang ke Puskesmas untuk pengambilan dahak. Pengambilan
dahak dilakukan sebanyak dua kali dengan hasil yang pertama negatif kemudian
diulangi dan didapatkan hasilnya +2. Pasien diberikan obat paket berupa
Rifampicin 150 mg, Isoniazid 75 mg, Pirazinamid 400 mg, Etambutol 275 mg.
Pasien sudah mendapatkan pengobatan selama 1 bulan. Pasien merasakan gatal
setelah minum obat tersebut, namun untuk menguranginya pasien biasanya
minum teh yang hangat dan pada saat BAK berwarna merah
(Siregar dan Efrida, 2016).
1.2 SOAP
S O A P
Data Pasien Pemeriksaan Pasien Untuk pasien
- Tn K Fisik mengalami TB dengan kategori
- 50 tahun - Berat badan paru kategori 1. satu diberikan
- Petani karet pasien 47 kg (Siregar dan regimen terapi
Keluhan Pasien - Tinggi badan Efrida, 2016) 2HRZE/4H3R3.
- Sering batuk 163 cm Yaitu diberikan
berdahak pada - IMT 18,0 terapi intensif 2
malam hari sejak (underweight) bulan diberikan
3 tahun lalu. - Terlihat sakit secara intensif
- Demam ringan. isoniazid,
- Keringat malam - Tekanan darah rifampisin,
- Penurunan nafsu 110/70 mmHg pirazinamid,
makan - Nadi 80 x/menit etambutol
- Penurunan berat - Frekuensi napas kemudian
badan 17 x/menit dilanjutkan 4 bulan
Riwayat penyakit - Suhu tubuh dosis lanjutan
keluarga 37,0oC. isoniazid dan
- Almarhuma istri Hasil Lab rifampisin 3 kali
pasien menderita - Konjungtiva perminggu. Untuk
TB mata anemis, memudahkan
sklera anikterik. pasien meminum
- Telinga dan obat dan
hidung dalam meningkatkan
batas normal. kepatuhan minum
- Pada mulut obat pasien maka
tampak gigi dan dapat diberikan
oral hygiene FDC atau fixed
cukup. dose combination 4
- Tenggorokan, obat berisi
jantung, dan rifampisin 150 mg,
abdomen dalam isoniazid 75 mg,
batas normal. pirazinamid 400
- Pada mg, dan etambutol
pemeriksaan 275 mg. setelah itu,
paru, inspeksi dilanjutkan 4 bulan
dalam batas meminum obat
normal, palpasi FDC 2 obat berisi
dalam batas rifampisin 150 mg,
normal, perkusi isoniazid 150 mg.
dalam batas (Naomi dkk., 2016)
normal,
auskultasi
adanya suara
ronkhi pada
pulmo dekstra
dan sinistra.
- Ekstremitas
superior dan
inferior dalam
batas
normal,tidak
sianosis, tidak
oedem, dan
akral hangat.
Status
neurologis:
Reflek fisiologis
normal, reflek
patologi(‐)
- Pemeriksaan
foto rontgen
anterior
posterior (AP)
dan didapatkan
adanya kavitas
pada pulmo
dekstra dan
sinistra
- Pengambilan
dahak dilakukan
sebanyak dua
kali dengan hasil
yang pertama
negatif
kemudian
diulangi dan
didapatkan
hasilnya +2
1.3 Monitoring dan Evaluasi
 Monitoring efek samping obat dan kepatuhan pasien.
 Monitoring pemeriksaan sputum pada pasien dengan BTA positif, pada
akhir bulan ke-2 untuk fase intensif dan akhir bulan ke-4 pada fase lanjutan.
Serta pada akhir pengobatan, yaitu bulan ke-6.
 OAT selama 2 bulan yang dimonitoring yaitu respon pengobatan pasien
 Respon pengobatan baik yang dimonitoring yaitu pemberian OAT
dilanjutkan sampai dengan 6 bulan.
 Setelah pemberian obat selama 6 bulan, OAT dapat dihentikan dengan
melakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan penunjang lain seperti
foto toraks.

1.4 KIE
 Edukasi mengenai gaya hidup bersih dan sehat
 Konseling mengenai penyakit TB yang dapat menular dengan anggota
keluarga lainnya yang dapat dicegah dengan pemakaian masker, dan tidak
membuang dahak sembarangan (di wc/ kotak sampah didapur/ asbak)
 Memberikan edukasi kepada keluarga untuk berperan dalam mengingatkan
pasien mengenai rutinitas minum obat
 Konseling kepada pasien untuk melakukan kontrol rutin jika ada keluhan
dan mengambil obat di Puskesmas jika obatnya habis
 Konseling kepada pasien efek samping obat yang timbul seperti buang air
kecil akan berwarna merah
PILIHAN GANDA

Kasus klinik
Seorang wanita 21 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk sejak
satu tahun terakhir, kadang disertai batuk darah, suara serak, nyeri menelan,
kadang sesak nafas disertai demam terutama sore. TB paru 10 bulan lalu, namun
berhenti minum obat anti tuberkulosis sejak 8 bulan lalu. Berat badan pernah
turun dari 55 kg menjadi 33 kg dalam waktu 4 bulan, namun saat ini berat badan
telah meningkat menjadi 46 kg. Hasil pemeriksaan vital TD : 90/50 mmHg
(normal 120/80 mmHg); Nadi 80x/menit (normal 60-100x/menit); Pernapasan
20x/menit; Suhu tubuh 38.2oC. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb 7,8 gr/dl
(Hemoglobin normal wanita 12-16 g/dL, pria 15-17 g/dL); Leukosit 11.000
(normal 4.000-10.000/mikroliter); Trombosit 735.000 (Trombosit normal :
150.000-400.000); Gula darah sewaktu 120; Glukosa darah : 126 mg/dL, hasil
pemerksaan sputum BTA +. Pasien didiagnosis dengan tuberculosis.
1. Apakah yang menjadi DRP pada kasus tersebut?
a. Ada indikasi tidak ada obat
b. Ada obat tidak ada indikasi
c. Salah dosis
d. Ketidakpatuhan
e. Interaksi obat
2. Apakah pertimbangan dosis regimen OAT pada kasus tersebut?
a. Berdasarkan keluhan pasien
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium pasien
c. Berdasarkan berat badan pasien
d. Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum pasien
e. Berdasarkan kategori OAT
3. Apakah hasil pemeriksaan pasien yang menyatakan pasien mengalami anemia?
a. Kadar trombosit
b. Kadar leukosit
c. Kadar glukosa darah
d. Kadar hemoglobin
e. Tekanan darah
4. Apakah obat yang akan Anda rekomendasikan untuk mengatasi anemia yang
dialami pasien?
a. Tablet zink
b. Tablet sulfat ferosus
c. Infus NaCl
d. Infus dekstrosa
e. Vitamin B12
5. Apakah paduan OAT yang akan diberikan pada pasien tersebut?
a. Kategori 1 fase intensif
b. Kategori 1 fase lanjutan
c. Kategori 2 fase intensif
d. Kategori 2 fase lanjutan
e. OAT sisipan
DAFTAR PUSTAKA

Naomi, D.A., Dilangga, P., Ramadhian, M.R., Mardian, R., 2016,


Penatalaksanaan Tuberkulosis Paru Kasus Kambuh pada Wanita Usia 32
Tahun di Wilayah Rajabasa, J Medula Unila, Vol. 6(1).

Siregar, R.N.I., dan Efrida, W., 2016, Lelaki 50 Tahun dengan Tuberkulosis Paru,
J Medula Unila, Vol. 5(2).

Anda mungkin juga menyukai