Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – Februari 2022
Skrining
Penyulit Non-Obstetri di Bidang Ilmu
Penyakit Dalam
(Asma, TBC)
Dr. dr. Sukamto Koesnoe, SpPD, K-AI.
PB PAPDI
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – Februari 2022
Tujuan Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
• Peserta mampu melakukan pelayanan
penyulit non obstetrik sesuai standar
• Asma ringan: asma yang terkontrol baik dengan terapi Step 1 atau
Step 2, dengan penggunaan ICS-formoterol jika diperlukan saja,
atau penggunaan controller dengan intensitas rendah, seperti ICS
dosis rendah, leukotriene receptor antagonists atau chromones
• Asma moderat: asma yang terkontrol baik dengan penggunaan
terapi Step 3 seperti ICS-LABA dosis rendah.
• Asma berat: asma yang membutuhkan terapi Step 4 atau Step 5
untuk terkontrol baik, ICS-LABA dosis tinggi untuk mengontrol
gejala, atau asma yang tetap tidak terkontrol pasca pemberian
terapi ini.
Berdasarkan kontrol gejala pada GINA 2020 penilaian asma dibagi
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut :
• Adakah gejala asma pada pagi/siang hari lebih dari dua kali per
minggu?
• Adakah terbangun pada malam hari karena asma?
• Adakah penggunaan SABA sebagai pelega lebih dari dua kali per
minggu?
• Adakah keterbatasan aktivitas akibat asma?
Pembagian menjadi :
• Asma terkontrol penuh : jika tidak ada jawaban ya pada pertanyaan di
atas
• Asma terkontrol sebagian : jika ada 1-2 jawaban ya pada pertanyaan di
atas
• Asma tak terkontrol : jika ada 3-4 jawaban ya pada pertanyaan di atas
• Secara umum, terapi asma dapat dibedakan menjadi terapi non
medikamentosa dan medikamentosa.
• Terapi non medika mentosa terdiri dari:
• berhenti merokok,
• aktivitas fisik teratur,
• menghindari paparan dari pekerjaan,
• menghindari obat-obatan yang memicu asma (aspirin, NSAID, non
selective beta blockers),
• diet sehat,
• menghindari alergen,
• menurunkan berat badan pada pasien dengan obesitas,
• latihan pernapasan,
• mengatasi stres emosional,
• menghindari polutan dalam dan luar ruangan,
• menghindari makanan yang menyebabkan alergi,
• bronchial thermoplasty pada asma berat.
• Vaksinasi influenza dan pneumokokal sangat dianjurkan pada penyandang
asma untuk mencegah eksaserbasi.
• GINA tahun 2020 tidak merekomendasikan terapi asma
hanya dengan menggunakan SABA karena dapat
memicu terjadinya eksaserbasi dan meningkatkan
mortalitas karena asma.
• Saat ini penggunaan pelega yang disarankan adalah
ICS- formoterol.
• Stepping up terapi asma hanya diindikasikan pada
pasien yang tetap tidak terkontrol meskipun dalam
adherence yang baik, teknik penggunaan inhaler yang
benar, menghindari pajanan alergen, serta kendali
komorbiditas.
• Pertimbangan stepping down dilakukan ketika asma
sudah terkontrol paling tidak selama 3 bulan.
Terdapat tiga kategori medikamentosa dalam tatalaksana
asma, yaitu:3
• Pengontrol : mereduksi inflamasi saluran napas,
mengontrol gejala, dan mereduksi risiko eksaserbasi &
penurunan fungsi paru.
• Pelega : sesuai kebutuhan pada untuk meredakan sesak
pada saat terjadi eksaserbasi. Terapi ini juga
direkomendasikan untuk prevensi jangka pendek
terhadap exercise induced bronchoconstriction.
• Add-on therapy: pada pasien dengan asma berat,
dengan gejala yang persisten dan/atau eksaserbasi
meskipun sudah dengan terapi optimal pengontrol
dosis tinggi (ICS-LABA).
Langkah-langkah terapi medika mentosa
Step Pengontrol Pelega
Step 1 Dosis rendah ICS-formoterol (jika dibutuhkan) atau ICS dosis rendah ICS-formoterol dosis rendah (jika
yang diberikan setiap menggunakan SABA dibutuhkan) atau SABA
Step 2 Dosis rendah ICS (setiap hari) atau ICS-formoterol jika diperlukan Low dose ICS formoterol (jika
dibutuhkan) atau SABA
Pilihan lain: leukotriene receptor antagonists(LTRA), atau lowdose
ICS yang digunakan setiap kali SABA digunakan
Step 5 High dose ICS-LABA dengan add on tiotropium,atauantiIgE, Low dose ICS-formoterol (jika
atauanti-IL5-/5R atau anti-IL-4R dibutuhkan) atau SABA
Pilihan lain: dapat ditambahkan low dose kortikosteroid oral
GINA 2020, Box 3-5A
GINA 2020, Box 3-4A
STARTING TREATMENT
in adults and adolescents with a diagnosis of asthma
Track 1 is preferred if the patient is likely to be poorly adherent with daily controller
ICS-containing therapy is recommended even if symptoms are infrequent, as it
reduces the risk of severe exacerbations and need for OCS. Short course OCS
Daily symptoms,
or waking with may also be needed
asthma once a for patients presenting
Symptoms most with severely
week or more,
days, or waking uncontrolled asthma
and low lung
Symptoms less with asthma once
FIRST START than 4–5 days a week or more
function
• Comorbidities
• Inhaler technique Short course OCS
Daily symptoms,
and adherence or waking with may also be needed
for patients presenting
• Patient preferences asthma once a
Symptoms most week or more, with severely
and goals
days, or waking uncontrolled asthma
START Symptoms twice
with asthma once
and low lung
a month or more, function
HERE IF: Symptoms less but less than 4–5 a week or more
than twice days a week STEP 5
a month
STEP 4 Add-on LAMA
CONTROLLER and STEP 3 Medium/high Refer for phenotypic
ALTERNATIVE RELIEVER dose maintenance assessment ± anti-IgE,
STEP 2 Low dose
ICS-LABA anti-IL5/5R, anti-IL4R
(Track 2). Before considering
STEP 1 Low dose maintenance
Consider high dose
a regimen with SABA reliever, ICS-LABA
Take ICS whenever maintenance ICS ICS-LABA
check if the patient is likely SABA taken
to be adherent with daily
controller therapy RELIEVER: As-needed short-acting β2-agonist
NO
Symptom control
& modifiable risk
factors (including Low dose
Symptoms most days, Low dose
lung function) ICS-formoterol
or waking at night once YES ICS-LABA STEP 3
a week or more? maintenance and
+ as-needed SABA
reliever (MART)
Comorbidities NO
TBC
Faktor predisposisi Gejala
•Kontak dengan •Batuk berdahak selama 2-3
penderita tuberkulosis minggu atau lebih
•Nutrisi kurang •Dahak bercampur darah atau
•Faktor sosioekonomi batuk darah
•Sesak nafas
•Badan lemas
•Nafsu makan menurun
•Berat badan menurun
•Malaise
•Berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik
•Demam meriang lebih dari satu
bulan.
TBC Diagnosis
• Pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung
• Pemeriksaan dahak dengan pewarnaan BTA dilakukan
dengan metode SPS (sewaktu-pagi-sewaktu) sebanyak tiga
kali pengambilan
• Geneexpert MTB/RIF dahak (pada kehamilan, sensitifitas
rendah)
• Foto radiologi dianggap positif bila ditemukan gambaran
infiltrat atau kavitas.
• Uji tuberkulin dan IGRA ?
• Ingat, ada TBC ekstra paru (perikarditis, spondilitas,
peritonitis, abses psoas, meningitis)
TBC
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – Februari 2022
Pendahuluan
Pendahuluan
• Pengaruh HIV terhadap kehamilannya
• Abortus
• Kematian janin
• Pertumbuhan janin terhambat
• BB bayi lhir rendah
• Bayi prematur
• korioamneitis
• Pengaruh kehamilan pada perjalanan
penyakitnya
Apakah transmisi vertikal itu?
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – Februari 2022
SLE Pendahuluan
• Kelelahan
• Merokok
• Cuaca
• Stres dan trauma fisik
• Diet
• Sinar UV
• Steroid sistemik
Dubois, LES dibagi 2 kelompok besar
kelompok ringan kelompok berat
• Demam • Efusi pleura/efusi
perikard masif
• Artritis
• Penyakit ginjal
• Perikarditis
• Anemia hemolitik
ringan
• Trombositopenia
• Efusi • Lupus serebral
pleura/efusi • Vaskulitis akut
perikard ringan • Miokarditis
• Kelelahan • Pneumonitis akut
• Sakit kepala • Perdarahan paru
SLE Panduan umum Kelompok berat
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – Februari 2022
Tujuan Pembelajaran
Referensi
Vaksinasi Pada Kehamilan
Vaksinasi
pada
Kehamilan
■ Hamil: Perubahan sistem
imun
■ Rentan infeksi
■ Menyebabkan mortalitas dan
morbiditas ibu dan anak.
Vaksinasi
pada
Kehamilan
Kehamilan Tetanus
• Semua WUS, baik pada masa kehamilan atau diluar
kehamilan harus diberikan vaksinasi TT untuk melindungi
diri maupun bayi yang dilahirkan dari tetanus.
• Tetanus neonatorum biasanya fatal, namun sepenuhnya
dapat dicegah melalui pemberian vaksinasi TT kepada ibu
hamil.
https://in.vaccine-safety-training.org/immunization-and-pregnancy.html
VAKSINASI PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI,
JENIS APA YANG AMAN DAN KAPAN SEBAIKNYA
DILAKUKAN?
SYARAT BAGI IBU HAMIL PENERIMA VAKSIN COVID-
19
• usia kandungan >13 minggu atau antara 13-33 minggu
• memiliki tekanan darah normal
• tidak punya gejala atau keluhan pre eklampsia, dan tidak
sedang menjalani pengobatan
• jika memiliki komorbid harus dalam kondisi terkontrol
Vaksin yang digunakan di Indonesia untuk ibu hamil: Pfizer, Moderna, Sinovac
KEAMANAN VAKSIN PADA IBU HAMIL DAN
MENYUSUI
• Tidak ada risiko yang diketahui terkait pemberian vaksin inaktif, rekombinan, atau
toksoid selama kehamil dan menyusui
• Vaksin inaktif maupun vaksin dengan vector adenovirus tidak bereplikasi à tidak
menyebabkan infeksi pada ibu maupun janin
• Penelitian vaksin COVID-19 pada hewan coba tidak menhasilkan kecurigaan pada
pertumbuhan dan reproduktivitas
• Pengalaman post marketing vaksin COVID-19 hingga saat ini baik
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – Februari 2022
Tujuan Pembelajaran
Tujuan
pembelajaran
Tujuan Pembelajaran Umum
• Peserta mampu melakukan pelayanan
penyulit non obstetrik sesuai standar
Isi
Referensi
Apakah COVID-19 dapat ditularkan dari ibu ke
bayi yang belum lahir atau bayi yang baru
lahir?
Referensi
TERIMA KASIH