Anda di halaman 1dari 35

apt. Galuh N.P M.Farm-Klin.

,
2021
galuh@ukwms.ac.id

Asuhan Kefarmasian pada Pasien Asma


ASTHMA
Perkembangan Rekomendasi
Terapi Asma berdasar GINA
What’s New in Asthma ?
Update GINA 2020 (sama dengan 2019)
1. Terapi SABA tunggal tidak direkomendasikan
lagi di jenjang awal pengobatan
2. Pelega ICS/LABA onset cepat , menggeser posisi
SABA dengan indikasi tertentu
Siklus Manajemen Pengobatan pada Asma
Asthma Medication
Kategori

1. Pengontrol
Tujuan : mengurangi inflamasi saluran nafas,
mengendalikan gejala, mengurangi resiko
eksaserbasi dan penurunan fungsi paru
2. Pelega
Tujuan : diberikan jika asma memburuk
(eksaserbasi), pencegahan bronkokonstriksi saat
olahraga. Tujuannya mengurangi dan menghilangkan
kebutuhan SABA
3. Terapi Add-on pada severe asthma
Jika gejala persisten atau memburuk pada terapi
yang sudah maksimal
Asthma Medication
1. Kombinasi ICS (Inhaled Corticosteroid)-
Formoterol
• Digunakan sebagai pengontrol dan juga pelega
• Manfaat ICSs  potensi topikal tinggi untuk
mengurangi inflamasi di paru-paru dan efek sistemik
rendah
• Kombinasi ini bisa digunakan pada asma mulai
kondisi ringan-severe (pengaturan dosis low-
medium-high)
• Efek Samping :
ICS  kandidiasis orofaring (solusi : Spacer ?), jika
dosis tinggi-jangka panjang bisa ES sistemik
Glukokortikoid
LABA  Hipokalemia, hiperglikemia, takikardia
• Contoh obat : Beclomethasone dipropionate (BDP),
Budesonide (BUD), Fluticasone propionate (FP),
Mometasone furoate (MF)
Berbagai Dosis ICS untuk
Pasien usia ≥ 12 tahun

DPI: dry powder inhaler;


HFA: hydrofluoroalkane propellant;
pMDI: pressurized metered dose inhaler (non-
CFC)
Asthma Medication 
“Why ICS Combination with LABA ?”
• LABA onset cepat  Formoterol, seefektif SABA
sebagai pelega, mengurangi resiko eksaserbasi 15-
45% dibandingkan as-needed SABA
• Jika LABA digunakan tunggal, rutin tanpa ICS  ada
resiko eksaserbasi
Asthma Medication
2. SABA (Short Acting β-2 Agonist)
• GINA tidak merekomendasikan lagi terapi
tunggal SABA pada pasien asma dewasa
• Jika diberikan SABA sebagai pelega 
pastikan ada ICS
• Penggunaan β2-agonists kronis 
penurunan jumlah reseptor, sehingga
afinitas ikatan terhadap reseptor menurun
• Contoh obat : Isoproterenol, Albuterol
(Salbutamol), Terbutaline
Perbedaan SABA dan
ICS/formoterol
Asthma Medication
3. Leukotrien Receptor Antagonist (LTRA)
• Efektivitas lebih rendah dibanding ICS
• Alternatif yang tidak mau pakai ICS, ada ES karena ICS,
atau pasien dengan rhinitis alergi
• Antagonis reseptor cysteinyl leukotriene  Zafirlukast
dan Montelukast
• Diberikan po, 1-2 kali per hari
• Montelukast bisa diberikan ke anak-anak
• GINA 2020 : menambahkan ada efek samping yang
membahayakan  kejadian neuropsikiatri, termasuk
keinginan bunuh diri
Asthma Medication
4. Terapi Tambahan Tiotropium
• Antikolinergik  melawan efek
bronkokonstriksi yang dimediasi oleh
kolinergik
• Termasuk LAMA  Long Acting Muscarinic
Antagonist
• Dapat memperbaiki fungsi paru hingga 10%-
15% dibandingkan inhalasi β2-agonists
tunggal
• Efek Samping : Dapat menyebabkan dilatasi
pupil dan sulit untuk berakomodasi (jika
terdeposit di mata), mulut kering, ISPA
Asthma Medication
5. Terapi Tambahan lain : Anti-IgE,
Anti-IL5/5R, Anti-IL4R
Anti-IgE (Omalizumab)
• Recombinant anti-IgE antibody untuk asma
karena alergi yang tidak terkontrol dengan ICSa
atau peroral kortikosteroid
• Mencegah IgE berikatan ke reseptor di sel mast
(FcεRI) dan basophil
• Bisa digunakan untuk pasien ≥ 12 tahun dengan
asma karena alergi
Anti-IL5/5R (Mepolizumab, Reslizumab,
Benralizumab
Anti-IL4R (Dupilumab)
Asthma Medication
6. OCS (Oral Corticosteroid)
• Hanya diberikan pada pasien Asma
persisten
• Diberikan dosis rendah (≤ 7.5
mg/hari Prednisone atau yang
ekuivalen)
• Perhatikan efek samping :
osteoporosis, hiperglikemia, moon
face, udem
Asthma Medication - Device
Tiotropium

SABA

ICS - Formoterol
ICS - Salmeterol
Bagaimana cara penggunaan Device ?

1. Metered Dose Inhaler (MDI)

https://asthma.org.au/about-
asthma/medicines-and-
devices/techniques/
Bagaimana cara penggunaan Device ?

2. Turbuhaler

www.symbicort-id.com
Bagaimana cara penggunaan Device ?

3. Respimat

https://www.medical.respi
mat.com/uk/patients/how-
to-use

https://www.respimat.co
m/disposable/instruction-
first-use
Saran Terapi Non-Farmakologi
untuk Edukasi Apoteker

• Penurunan Berat Badan  BMI Ideal (18.5 – 24.9


kg/m2)
• Menghindari faktor pemicu alergi : Debu, udara
dingin, bulu hewan peliharaan, makanan, stress
• Menjaga pola makan (agar terhindar dari
peningkatan asam lambung dan GERD)  atur pola
makan banyak buah dan sayur
• Jika hamil, lebih sering control ke dokter
• Berhenti merokok
• Aktivitas fisik rutin  berenang
• Hindari obat yang memperparah gejala : NSAIDs
(hanya jika ada riwayat sebelumnya), jika ada β-
blocker (pertimbangkan risk and benefit)
• Latihan bernafas
KOMUNIKASI TENAGA KESEHATAN
How Pharmacist take the role ?
Monitoring dan Evaluasi
oleh Apoteker
No Efektivitas Efek Samping

1. Kontrol Gejala : Tergantung masing-


• Lihat frekuensi terjadi serangan di masing obat :
siang dan malam hari • SABA, LABA :
• Obat Pereda yang digunakan Hipokalemia,
• Batasan aktivitas Hiperglikemia,
• Fungsi Paru Takikardia
• Inhalasi Kortikosteroid :
oral candidiasis,
2. Ada atau Tidaknya eksaserbasi : karena • Montelukast :
apa ? neuropsikiatri event
(Suicidal)
3. Kepatuhan penggunaan obat : MMAS-8 • Antikolinergik : Bibir
kering, sinusitis
4. Cara penggunaan inhaler  evaluasi
berkala
5. Kualitas Hidup  Asthma QOL
Questionnaire
Cara Monitoring Gejala Asma setelah
pemberian obat (Saat Pasien Kontrol)

Tanyakan, selama 4 mingg/1 bulan terakhir,


apakah pasien mengalami :
• Gejala asma di siang hari lebih dari dua
kali/minggu
• Terbangun di malam hari karena asma
• Menggunakan SABA untuk pengurang gejala
lebih dari dua kali/minggu
• Aktivitas terbatas karena asma ?
Jika Jawaban :
• Semua Tidak = Terkontrol baik
• Ya 1-2 = terkontrol sebagian
• Ya 3-4 = tidak terkontrol
Cara untuk Monitoring
Efektivitas Penggunaan Inhaler
Respon terapi  monitor 2-3 bulan setelah diberikan, atau
tergantung kondisi pasien (jika eksaserbasi, 1 minggu setelah
serangan)
PILIHAN
- Alat yang paling tepat (tersedia, CEK
kemampuan pasien, biaya) - Cek cara penggunaan (tiap kontrol)
- Pasien terlibat - Minta pasien memeragakan
- MDI  penggunaan spacer - Identifikasi jika ada kesalahan
memudahkan, mengurangi ES ICS (spesifik masing2 device)
- Tidak ada kendala fisik (artritis)
- Hindari banyak macam alat

BENARKAN
- Tunjukkan pasien cara yang benar
(dengan peragaan) KONFIRMASI
- Cek teknik lagi (diulang) - Farmasis harus mampu
- Jika diulang berkali-kali, pasien memeragakan
tidak bisa  rekomendasi diganti - Mengadakan pelatihan
- Cek ulang (sering), kesalahan
berulang bisa terjadi
Cara Monitoring Kepatuhan

1. Bertanya dengan empathy (deteksi


ketidakpatuhan, mendorong diskusi
terbuka)
2. Melihat penggunaan obat
• Cek tanggal resep terapi
pengontrol terakhir
• Cek tanggal dan sisa dosis pada
inhaler
3. Bisa menggunakan Tools seperti :
MMAS-8 ; MPR (Medication Possesion
Ratio)
Informasi dari
Farmasis
“Asthma education and training can be delivered
effectively by a range of health care providers
including pharmacists and nurses” (Evidence A, GINA
2020)
Konten informasi :
• Alasan pemberian terapi
• Perbedaan terapi “Pelega” dan “Pengontrol”
• Efek samping potensial dari pengobatan
• Pencegahan terjadinya gejala dan kekambuhan
• Bagaimana mengenali asma yang memburuk dan
apa tindakan yang harus diambil (bagaimana dan
kapan mencari pengobatan)
• Mengendalikan komorbid
Jadi, saat kontrol, konsultasi
apa yang diberikan Farmasis ?
1.Tanyakan pasien apakah mereka ada pertanyaan
atau hal yang ingin didiskusikan ?
2.Menilai kontrol gejala asma
• Review gejala, faktor resiko
• Tanyakan kekambuhan, factor yang terlibat
dan respon pasien (apakah tepat)
• Nilai komorbid
3.Menilai masalah terapi
• Lihat pasien saat menggunakan inhaler,
benarkan dan cek ulang
• Nilai kepatuhan, tanyakan hambatan
• Tanyakan mengenai kepatuhan terapi non-
farmakologi
Rekomendasi Tambahan
Selama Pandemi Covid-19
• Pasien asma yang terkontrol baik  Resiko terinfeksi
tidak meningkat
• Resiko kematian karena Covid-9 meningkat pada
pasien yang memerlukan OCS dan yang dirawat di RS
• Terapi Asma terkontrol baik dilanjutkan sesuai
guideline
• Terapi biologis dan OCS tetap dilanjutkan jika
diresepkan
• Hindari penggunaan nebulizer
• Jika ada eksaserbasi, lebih baik ditambahkan spacer
pada MDI
• Ditambahkan mouthpiece atau masker ke spacer jika
diperlukan
• Hindari penggunaan s[irometry pada pasien yang
dicurigai Covid-19
Daftar Pustaka
1. Dipiro JT, Yee GC, Posey LM, Haines AT, Nolin TD, Ellingrod V.
Pharmacotherapy a pathophysiologic approach 11th ed. New York:
The McGraw-Hill Companies ; 2020.
2. Global Initiative for Asthma. Global strategy for asthma
management and prevention Updated 2020. 2020
3. Ebmeier S, Thayabaran D, Braithwaite I, Bénamara C, Weatherall
M, Beasley R. Trends in international asthma mortality: analysis of
data from the WHO Mortality Database from 46 countries (1993–
2012). Ebmeier, S., Thayabaran, D., Braithwaite, I., Bénamara, C.,
Weatherall, M., & Beasley, R. (2017). The Lancet, 390(10098),
935–945. doi:10.1016/s0140-6736(17)31448-4
4. Suruki RY, Daugherty JB, Boudiaf N, Albers FC. The frequency of
asthma exacerbations and healthcare utilization in patients with
asthma from the UK and USA. BMC Pulmonary Medicine (2017)
17:74 .
5. Apikoglu-Rabus S, Yesilyaprak G, Izzettin FV. Drug-related
problems and pharmacist interventions in a cohort of patients with
asthma and chronic obstructive pulmonary disease. Respiratory
Medicine 120 (2016) 109-115.

Anda mungkin juga menyukai