• Asma ringan: asma yang terkontrol baik dengan terapi Step 1 atau
Step 2, dengan penggunaan ICS-formoterol jika diperlukan saja,
atau penggunaan controller dengan intensitas rendah, seperti ICS
dosis rendah, leukotriene receptor antagonists atau chromones
• Asma moderat: asma yang terkontrol baik dengan penggunaan
terapi Step 3 seperti ICS-LABA dosis rendah.
• Asma berat: asma yang membutuhkan terapi Step 4 atau Step 5
untuk terkontrol baik, ICS-LABA dosis tinggi untuk mengontrol
gejala, atau asma yang tetap tidak terkontrol pasca pemberian
terapi ini.
Berdasarkan kontrol gejala pada GINA 2020 penilaian asma dibagi
berdasarkan pertanyaan-pertanyaan berikut :
• Adakah gejala asma pada pagi/siang hari lebih dari dua kali per
minggu?
• Adakah terbangun pada malam hari karena asma?
• Adakah penggunaan SABA sebagai pelega lebih dari dua kali
per
minggu?
• Adakah keterbatasan aktivitas akibat asma?
Pembagian menjadi :
• Asma terkontrol penuh : jika tidak ada jawaban ya pada pertanyaan di
atas
• Asma terkontrol sebagian : jika ada 1-2 jawaban ya pada pertanyaan
di
atas
• Asma tak terkontrol : jika ada 3-4 jawaban ya pada pertanyaan di atas
• Secara umum, terapi asma dapat dibedakan menjadi terapi non
medikamentosa dan medikamentosa.
• Terapi non medika mentosa terdiri dari:
• berhenti merokok,
• aktivitas fisik teratur,
• menghindari paparan dari pekerjaan,
• menghindari obat-obatan yang memicu asma (aspirin, NSAID, non
selective beta blockers),
• diet sehat,
• menghindari alergen,
• menurunkan berat badan pada pasien dengan obesitas,
• latihan pernapasan,
• mengatasi stres emosional,
• menghindari polutan dalam dan luar ruangan,
• menghindari makanan yang menyebabkan alergi,
• bronchial thermoplasty pada asma berat.
• Vaksinasi influenza dan pneumokokal sangat dianjurkan pada penyandang
asma untuk mencegah eksaserbasi.
• GINA tahun 2020 tidak merekomendasikan terapi asma
hanya dengan menggunakan SABA karena dapat
memicu terjadinya eksaserbasi dan meningkatkan
mortalitas karena asma.
• Saat ini penggunaan pelega yang disarankan adalah
ICS- formoterol.
• Stepping up terapi asma hanya diindikasikan pada
pasien yang tetap tidak terkontrol meskipun dalam
adherence yang baik, teknik penggunaan inhaler yang
benar, menghindari pajanan alergen, serta kendali
komorbiditas.
• Pertimbangan stepping down dilakukan ketika asma
sudah terkontrol paling tidak selama 3 bulan.
Terdapat tiga kategori medikamentosa dalam tatalaksana
asma, yaitu:
• Pengontrol : mereduksi inflamasi saluran napas,
mengontrol gejala, dan mereduksi risiko eksaserbasi &
penurunan fungsi paru.
• Pelega : sesuai kebutuhan pada untuk meredakan sesak
pada saat terjadi eksaserbasi. Terapi ini juga
direkomendasikan untuk prevensi jangka pendek
terhadap exercise induced bronchoconstriction.
• Add-on therapy: pada pasien dengan asma berat,
dengan gejala yang persisten dan/atau eksaserbasi
meskipun sudah dengan terapi optimal pengontrol
dosis tinggi (ICS-LABA).
Langkah-langkah terapi medika mentosa
Step Pengontrol Pelega
Step 1 Dosis rendah ICS-formoterol (jika dibutuhkan) atau ICS dosis rendah ICS-formoterol dosis rendah
yang diberikan setiap menggunakan SABA (jika dibutuhkan) atau
SABA
Step 2 Dosis rendah ICS (setiap hari) atau ICS-formoterol jika diperlukan Low dose ICS formoterol
(jika dibutuhkan) atau
SABA
Pilihan lain: leukotriene receptor antagonists (LTRA), atau low dose
ICS yang digunakan setiap kali SABA digunakan
Step 5 High dose ICS-LABA dengan add on tiotropium, atauanti IgE, Low dose ICS-formoterol (jika
atauanti- IL5-/5R atau anti-IL-4R dibutuhkan) atau SABA
Pilihan lain: dapat ditambahkan low dose kortikosteroid oral
GINA 2020, Box 3-5A
GINA 2020, Box 3-4A
STARTING TREATMENT
in adults and adolescents with a diagnosis of asthma
Track 1 is preferred if the patient is likely to be poorly adherent with daily controller
ICS-containing therapy is recommended even if symptoms are infrequent, as it
reduces the risk of severe exacerbations and need for OCS. Daily symptoms, Short course OCS
or waking with may also be needed
asthma once a for patients presenting
Symptoms most week or more, with severely
days, or waking and low lung uncontrolled asthma
Symptoms less with asthma once a function
FIRST START than 4–5 days a week or more
ASSESS: HERE IF: week STEP 5
STEP 4 Add-on LAMA
STEP 3 Medium dose Refer for phenotypic
maintenance assessment ± anti-IgE,
CONTROLLER and STEPS 1 – 2 Low dose
ICS-formoterol anti-IL5/5R, anti-IL4R
• Confirm diagnosis PREFERRED RELIEVER maintenance
As-needed low dose ICS-formoterol Consider high dose ICS-
(Track 1). Using ICS-formoterol ICS-formoterol
• Symptom control formoterol
as reliever reduces the risk of
and modifiable risk
factors, including exacerbations compared with
using a SABA reliever RELIEVER: As-needed low-dose ICS-formoterol
lung function
• Comorbidities
• Inhaler technique Short course OCS
Daily symptoms,
and adherence or waking with may also be needed
• Patient preferences asthma once a for patients presenting
and goals Symptoms most week or more, with severely
days, or waking and low lung uncontrolled asthma
START Symptoms twice a
month or more, with asthma once a function
HERE IF: Symptoms less but less than 4–5 week or more
than twice days a week STEP 5
a month
STEP 4 Add-on LAMA
CONTROLLER and STEP 3 Medium/high dose Refer for phenotypic
ALTERNATIVE RELIEVER maintenance ICS- assessment ± anti-IgE,
STEP 2 Low dose
(Track 2). Before considering maintenance LABA anti-IL5/5R, anti-IL4R
STEP 1 Low dose Consider high dose
a regimen with SABA reliever, ICS-LABA
Take ICS whenever maintenance ICS ICS-LABA
check if the patient is likely SABA taken
to be adherent with daily
controller therapy RELIEVER: As-needed short-acting β2-agonist
NO
Symptom control
& modifiable risk
factors (including Low dose
Symptoms most days, Low dose
lung function) ICS-formoterol
or waking at night once YES ICS-LABA STEP 3
a week or more? maintenance and
+ as-needed
reliever (MART)
SABA
Comorbidities NO
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – November 2022
SLE Pendahuluan
• Kelelahan
• Merokok
• Cuaca
• Stres dan trauma fisik
• Diet
• Sinar UV
• Steroid sistemik
Dubois, LES dibagi 2 kelompok besar
kelompok ringan kelompok berat
• Demam • Efusi pleura/efusi
• Artritis perikard masif
• Penyakit ginjal
• Perikarditi • Anemia
s ringan hemolitik
• Efusi • Trombositopenia
pleura/efusi • Lupus serebral
perikard ringan • Vaskulitis akut
• Kelelahan • Miokarditis
• Sakit kepala • Pneumonitis
akut
• Perdarahan paru
SLE Panduan umum Kelompok berat
Pelatihan Peningkatan Kapasitas Bagi Dokter Dalam Pelayanan Kesehatan Ibu Dan Bayi
Di 120 Kab/Kota Lokus Percepatan Penurunan AKI & AKB Melalui Metode Blended Learning
Ditkesga Kemenkes RI – November 2022
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Tujuan Pembelajaran Umum
pembelajaran
• Peserta mampu melakukan pelayanan
pencegahan penyulit non obstetrik sesuai
standar
Vaksinasi
pada ■ Hamil: Perubahan sistem
Kehamila
n imun
■ Rentan infeksi
■ Menyebabkan mortalitas dan
morbiditas ibu dan anak.
Vaksinasi
pada
Kehamila
n
pada Tetanu
Kehamilan •s Semua WUS, baik pada masa kehamilan atau diluar
kehamilan harus diberikan vaksinasi TT untuk melindungi diri
maupun bayi yang dilahirkan dari tetanus.
• Tetanus neonatorum biasanya fatal, namun sepenuhnya dapat
dicegah melalui pemberian vaksinasi TT kepada ibu hamil.
https://in.vaccine-safety-training.org/immunization-and-pregnancy.html
VAKSINASI PADA IBU HAMIL DAN MENYUSUI,
JENIS APA YANG AMAN DAN KAPAN
SEBAIKNYA DILAKUKAN?
SYARAT BAGI IBU HAMIL PENERIMA
VAKSIN COVID- 19
• usia kandungan >13 minggu atau antara 13-33 minggu
• memiliki tekanan darah normal
• tidak punya gejala atau keluhan pre eklampsia, dan
tidak sedang menjalani pengobatan
• jika memiliki komorbid harus dalam kondisi terkontrol
Vaksin yang digunakan di Indonesia untuk ibu hamil: Pfizer, Moderna, Sinovac
KEAMANAN VAKSIN PADA IBU HAMIL
DAN MENYUSUI
• Tidak ada risiko yang diketahui terkait pemberian vaksin inaktif, rekombinan,
atau toksoid selama kehamil dan menyusui
• Vaksin inaktif maupun vaksin dengan vector adenovirus tidak bereplikasi
tidak menyebabkan infeksi pada ibu maupun janin
• Penelitian vaksin COVID-19 pada hewan coba tidak menhasilkan kecurigaan
pada pertumbuhan dan reproduktivitas
• Pengalaman post marketing vaksin COVID-19 hingga saat ini baik