Anda di halaman 1dari 10

VIVA PHARMA BULETIN

“PAHAMI ASMA UNTUK HIDUP LEBIH NYAMAN”


Ditunjukkan kepada masyarakat Indonesia

PENATALAKSANAAN ASMA
1. Definisi Asma tetapi dapat eksaserbasi dengan gejala
Asma merupakan kelainan ringan sampai berat bahkan dapat
berupa peradangan kronik saluran menimbulkan kematian.
napas yang menyebabkan (Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Asma
hipereaktivitas bronkus terhadap Depkes RI, 2009)
berbagai rangsangan yang ditandai 2. Etiologi Penyakit Asma
gejala episodik berulang berupa mengi, Faktor lingkungan seperti debu,
batuk, sesak napas dan rasa berat di chemical workers, rokok, tepung, faktor obat-
dada terutama pada malam dan atau obat contohnya penggunaan aspirin, NAIDS,
dinihari yang umumnya bersifat dan Beta bloker berperan sebagai penyebab
reversible baik dengan atau tanpa atau pencetus inflamasi saluran napas pada
pengobatan. Asma bersifat fluktuatif pasien asma. Hingga stres, ansietas juga dapat
(hilangtimbul) artinya dapat tenang memicu terjadinya asma.
tanpa gejala tidak mengganggu aktifitas

(Pharmaceutical Care untuk Penyakit Asma,2007)


3. Gejala Asma
Gejala bersifat: Gejala awal Gejala berat (kegawatdaruratan yg
mengancam jiwa)
Episodik, Reversibel dg/tanpa Batuk terutama pada malam serangan batuk yang hebat
pengobatan hari/dini hari, sesak nafas, sesak nafas yang berat dan
nafas berbunyi (mengi), rasa tersengal-sengal, sianosis, sulit tidur
berat di dada, dahak sulit kesadaran menurun
keluar

4. Patofisiologi

Gejala menurun PENGOBATAN ASMA KRONIS Gejala meningkat

Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5


Pendidikan Asma (Kontrol Lingkungan)
β 2-agonis kerja cepat bila diperlukan
Tambah satu atau Tambah satu
Pilih salah satu Pilih salah satu
lebih ataukeduanya
ICS dosis
ICS dosis rendah+ Steroid oral (dosis
ICS dosis rendah sedang/tinggi +
LABA terkecil)
Pilihan obat LABA
pengontrol ICS dosis sedang
Anti-leukotrien Anti-leukotrien Terapi anti IgE
(Controler) atau tinggi
ICS dosis rendah +
Teofilin lepas lambat
anti-leukotrien
ICS dosis rendah +
teofilin lepas lambat
Global Strategy for Asthma Management and Prevention, GINA up date 2012
OBAT ANTI ASMA

1. Obat asma golongan Antagomis Reseptor Leukotrin

 ZAFIRLUKAST
Kegunaan : profilaksis asma dan penatalaksanaan asma kronik

Peringatan : Lansia, ganguan fungsi ginjal, ganguan fungsi hati.

Interaksi : -

Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati dan ibu menyusui.

Efek Samping : ganguan saluran cerna, sakit kepala, insomnia, jarang terjadi pendarahan, reaksi
hipersensitivityas termasuk angioudem dan reaksi pada kulit.

Dosis : 1tablet dua kali sehari, anak dibawah 12 tahun tidak dianjurkan.

 MONTELUKAS
Kegunaan : profilaksis dan pengobatan asma kronik, termasuk pencegahan bronkokontriksi akibat
berolahraga.

Peringatan : Gangguan psikiatrik, anak kurang dari 15 tahun, kehamilan dan menyusui.

Kontraindikasi : Hipersensitivitas

Efek Samping : (umum) ISPA, diare, mual, muntah peningkatan kadar serum AST,ALT.

Dosis : 10 mg sekali sehari pada malam hari.


2. Obat golongan xantin bronkodilator

 TEOFILIN
Indikasi : Asma kronik

Aturan pakai :

 Dewasa : 130-150 mg 3-4x sehari


 Anak (6-12 tahun) : 65-150 mg 3-4 x sehari
 Anak di bawah 1 tahun : 65-75 mg 3-4x sehari
 Tablet lepas lambat 1x sehari
ESO :

 Mual dan gangguan pencernaan


 Sakit kepala
 Berdebar-debar
Aturan penyimpanan :

 Simpan di suhu ruangan


 Jauhkan dari pencahayaan langsung dan temapt yang lembab
Merk dagang :

 Retaphyl  kaptabs lepas lambat 300mg (Kimia Farma)


 Euphyllin retard  kaptabs salut selaput 250 mg (Phapros
Indonesia)
3. Obat asma golongan ICS+SABA
 Salmoterol/fluticasone
Nama dagang: seretide (GlaxoSmithKline)

Indikasi: obstruksi saluran napas reversibel termasuk asma. Obstruksi Paru Kronis termasuk bronkritis
kronis dan emfisema.

Peringatan: tidak untuk gejala asma akut, bronkodilator yang bekerja cepat dan singkat, tidak boleh
dihentikan secara mendadak, tuberkulosis paru, penyakit kardiovaskular berat (aritmia), diabetes
melitus, hipokalemi, tirotoksikosis, menyusui.

Interaksi: substrat atau penghambar CYP3A4, penghambat beta.

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap salmeterol dan flutikason.

Dosis: Obstruksi saluran nafas kronis: 12 tahun keatas: 2 inhalasi 25 mcg salbutamol dan 50 mcg
flutikason atau 2 inhalasi 25 mcg salbutamol dan 125 mcg flutikason atau 2 inhalasi 25 mcg salbutamol
dan 250 mcg flutikason; Obstruksi paru kronis: 2 inhalasi 25/125-25/250 dua kali sehari; tidak perlu
penyesuaian dosis pada lansia dan pasien dengan gangguan ginjal atau hati.

Suhu penyimpanan ~ suhu ruang.

Jauhkan dari capaian dan penglihatan Anak-anak.

Jangan simpan melebihi suhu 30 ° C.

Jangan gunakan Seretide(R) selepas tarikh luput yang dinyatakan


pada label

dan karton. Tarikh luput merujuk pada hari terakhir dari bulan itu.

Pencucian ~ hanya menggunakan kertas tisu atau kain lembut bagi


membersihkan kawasan mouthpiece. Jangan menggunakan air.

 SALMETEROL

Nama dagang: severent (GlaxoSmithKline)

Indikasi: obstruksi saluran napas reversibel (termasuk asma nokturnal dan asma karena latihan fisik)
pada pasien yang memerlukan terapi bronkodilator jangka lama, yang seharusnya juga menjalani
pengobatan dengan antiinflamasi inhalasi (misalnya kortikosteroid dan/atau natrium kromoglikat) atau
kortikosteroid oral. (Catatan: salmeterol tidak bisa untuk mengatasi serangan akut dengan cepat, dan
pengobatan kortikosteroid yang sedang berjalan tidak boleh dikurangi dosisnya atau dihentikan).

Efek Samping: lihat keterangan di atas; penting: berpotensi menyebabkan bronkospasme paradoksikal


(hentikan pengobatan dan gunakan alternatif pengobatan yang lain).

Dosis: inhalasi: 50 mcg (2 hirupan) 2 kali sehari, hingga 100 mcg (4 hirupan) 2 kali sehari pada obstruksi
yang lebih berat. Untuk Anak di bawah 4 tahun tidak dianjurkan, anak di atas 4 tahun 50 mcg (2 hirupan)
2 kali sehari

 FORMOTEROL FUMARAT DIHIDRAT + BUDESONID


Nama dagang : Symbicort (AstraZeneca)

Indikasi: terapi asma terutama jika tidak sepenuhnya teratasi oleh inhalasi kortikosteroid dan masih
membutuhkan stimulan adrenoseptor beta-2 atau yang cukup terkontrol oleh kortikosteroid dan
stimulan adrenoseptor beta-2; Obstruksi paru kronis terapi simtomatis pada penderita obstruksi paru
kronis (FEV1<50% dari normal) dan risiko eksaserbasi berulang, pada pasien yang mempunyai gejala
yang mengikuti penggunaan bronkodilator kerja panjang.

Peringatan: asma yang diterapi dengan stimulan adrenoseptor beta-2 yang menerima antiinflamasi
kortikosteroid, tiroksikosis, feokromositoma, obstruksi hipertropi kardiomiopati, stenosis aortik
subvalvular idiopati, hipertensi berat, aneurisme, gangguan kardiovaskular berat, penyakit jantung
iskemi, takiaritmia, gagal jantung berat, hiperkalemi, hiperglikemi pada pasien yang menggunakan
stimulan adrenoseptor beta-2, sirosis hati berat dan tuberkulosis aktif atau diam; mungkin perlu
mengembalikan terapi sistemik selama periode stress atau jika jalan udara terganggu atau mukus
menghalangi akses obat ke jalan udara yang lebih kecil.

Interaksi: ketokonazol, penghambat MOA, L-dopa, L-tyrosin, oksitosin, alkohol, beta adrenergik.

Kontraindikasi: hipersensitif terhadap obat dan komponen obat.

Efek Samping: sakit kepala, agitasi, lemah, bingung, pusing, mual, gangguan tidur, palpitasi, takikardi;
tremor, kram; infeksi kandida pada oropharing, iritasi tenggorokan, batuk, serak, spasme bronkus,
urtikaria, pruritus.

Dosis: Asma: Dewasa: 80/4,5 mcg 1-2 inhalasi 2 kali sehari atau 160/4,5 mcg 1-2 inhalasi 2 kali sehari
Anak (6 tahun keatas) dosis rendah untuk anak 6-11 tahun; secara teratur pasien harus dinilai ulang oleh
dokter untuk mendapatkan dosis inhaler yang optimal; obstruksi paru kronis: Dewasa 2 inhalasi 2 kali
sehari; pada lansia tidak memerlukan penyesuaian dosis

Konseling untuk pasien

- Pasien diharapkan dapat menghindari faktor pencetus asma seperti makanan, asap rokok, alergi
penggunaan obat tertentu, stress, debu/ polusi, cuaca dan kegiatan fisik yang berlebihan.
- Pasien mengetahui tentang penanganan awal asma secara mandiri (self care):
1. Gunakan obat yang sudah biasa digunakan
2. Bersikap tenang dan tidak panik
3. Segera menghubungi dokter bila dalam 15 menit tidak ada perbaikan setelah menggunakan
obat dan bila napas pendek dan susah bernapas
- Pasien mengetahui informasi pengobatan asma yang dapat diterapi dengan cara oral, parenteral
dan inhalasi (inhaler, rotahaler dan nebuliser) agar tujuan terapi tercapai dan obat dapat
memberikan efek secara maksimal. Mengenai hal tersebut dapat ditanyakan kepada dokter atau
apoteker.
- Pasien mengetahui kapan obat-obat asma dipergunakan, bagaimana cara menggunakannya,
seberapa banyak/sering/lama obat-obat tersebut digunakan, efek samping apa yang mungkin
dialami oleh pasien serta cara mencegah atau meminimalkan efek samping tersebut dengan tujuan
meminimalisir terjadinya toksisitas obat dan interaksi dengan obat lain. Mengenai hal tersebut
dapat ditanyakan kepada dokter atau apoteker.
- Pasien sebaiknya menyadari bahwa pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang sehingga
pasien diharapkan patuh dalam menjalani pengobatan agar tidak terjadi kekambuhan.
- Apabila pasien memiliki keluhan dalam penggunakan obat dan efek samping obat segera laporkan
ke dokter atau apoteker.
- Sebaiknya pasien memberi tahu keluarga mengenai penyakit asma yang diderita agar keluarga bisa
memberi pertolongan pertama jika terjadi kekambuhan.

PENGGUNAAN INHALER

Terjadinya asma bisa didorong oleh faktor genetik (35% – 70%) atau faktor lingkungan
seperti udara dingin, polusi, perubahan tekanan udara, faktor psikis, dan kelelahan. Terapi untuk
penderita asma dapat bermacam-macam, tergantung dari tingkat keparahan dan derajat asma
yang diderita. Untuk mengobati serangan penyakit asma yang sedang terjadi diperlukan obat
yang menghilangkan gejala penyakit asma dengan segera. Obat tersebut dapat berupa golongan
bronkodilator atau golongan kortikosteroid sistemik yang dikemas dalam suatu alat bernama
inhaler.
Inhaler adalah alat kesehatan (medical device) yang digunakan untuk mengantarkan
obat ke dalam tubuh melalui paru-paru. Pada umumnya, inhaler merupakan produk aerosol
yang mempunyai sistem bergantung pada kekuatan dari liquid gas yang terkompresi untuk
mengeluarkan isi dari kontainer. Aerosol terdiri dari 2 komponen yaitu:
1. Produk terkonsentrat (Product concentrate), yang terdiri dari zat aktif obat atau campuran
dari zat aktif dan bahan penting lainya seperti pelarut, antioksidan, dan surfaktan.
2. Propellant (pendorong obat).

Sumber buletin :

http://pionas.pom.go.id

Depkes RI, 2007. Pedoman Konseling Pelayanan Kefarmasian Di Sarana Kesehatan.


Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan:Jakarta
Depkes RI, 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Asma. Direktorat Jendral Bina
Kefarmasian Dan Alat Kesehatan:Jakarta

TIM PENUYSUN :
PENATALAKSANAAN ASMA KELOMPOK 9
Ulfa Datrya Fauzi/K11017R121
Rendy Priya Utama/K11017R142
Sukmawati Trie Murtiningsih/K11017R167
Desi Dwi Setyaningrum/K11017R183

OBAT ANTI ASMA KELOMPOK 10


Dewi Sri Permatasari K110 17 I 165
INESYA FEBRIANING RIZKI K11017 I168
ADELINA DAMAYANTI K 11017R170
ISNAINI MILARSIH K11017R171

KONSELING ASMA KELOMPOK 11


MAHARDIKA PUTRI BESTARI /K11017R118
MESTHI DWI JAYANTI /K11017R157
Ajeng Permana Sari/K11017R182
Anugrah titis sari /K11017I184

PENGGUNAAN INHALER KELOMPOK 12


SITI SUSILOWATI /K11017R119
Rokhmatul Mala/K11017R127
Gusma Fatmawati/K11017R138
Wahyu Budi Prasetyo/K11017R191

Anda mungkin juga menyukai