Anda di halaman 1dari 31

TATA L A K S A N A P E N YA K I T A S M A

KELOMPOK
DEFINISI

Asma merupakan penyakit


heterogen yang ditandai

PRESENTATION TITLE
dengan peradangan kronis
saluran napas

2
GEJALA

•Mengi

•Sesak napas

•Dada terasa berat

PRESENTATION TITLE
•Batuk yang disertai dengan hambatan aliran udara pernapasan.

3
DIAGNOSIS

Diagnosis asma dapat ditegakkan apabila seseorang mengalami lebih dari satu
gejala pernapasan, gejala memberat pada malam hari atau subuh, waktu dan
intensitas gejala bervariasi, dan gejala biasanya dipicu oleh infeksi virus (flu),

PRESENTATION TITLE
olahraga, paparan alergen, perubahan cuaca, atau iritan seperti asap kendaraan,
asap rokok, dan bau menyengat.

4
T U J U A N P E N G O B ATA N
Tujuan jangka panjang pengobatan asma adalah untuk mengontrol gejala asma dan meminimalkan
risiko asma di kemudian hari, meliputi: kematian, eksaserbasi, gangguan aliran napas menetap,
serta efek samping pengobatan. Gejala yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko terjadinya
serangan/eksaserbasi, yaitu munculnya gejala asma secara tiba – tiba dan memburuk dalam waktu

PRESENTATION TITLE
cepat. Asma yang terkontrol ditandai dengan tidak munculnya gejala asma pada siang hari, tidak
terbangun pada malam hari akibat asma, tidak memerlukan obat reliever, dan tidak ada hambatan
ketika beraktivitas, termasuk saat berolahraga.

5
P E N G O B ATA N A S M A

PRESENTATION TITLE
• KATEGORI OBAT ASMA

• GOLONGAN OBAT

6
B E R D A S A R K A N K E G U N A A N N Y A , O B AT
A S M A D I K AT E G O R I K A N M E N J A D I 3 Y A I T U :
Reliever

Reliever merupakan bronkodilator kerja cepat untuk mengatasi bronkokonstriksi jalan napas dan digunakan
saat muncul gejala asma atau saat terjadi eksaserbasi. Reliever tidak digunakan secara rutin, namun dapat
digunakan sebagai pencegahan jangka pendek bronkokonstriksi yang dipicu olahraga. Contoh: short-

PRESENTATION TITLE
acting beta-2 agonist (SABA), kortikosteroid sistemik, kombinasi kortikosteroid inhalasi (ICS)-Formoterol,
dan Ipratropium.

7
Controller

Controller digunakan dalam jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap hari untuk mencapai
dan mempertahankan keadaan asma terkontrol pada asma persisten. Contoh: ICS dosis rendah, kombinasi ICS
dan long acting Beta-2 agonist (LABA), leukotriene receptor antagonist (LTRA), Tiotropium, dan agen

PRESENTATION TITLE
biologi.

Terapi tambahan

Terapi tambahan diberikan pada pasien dengan asma berat yang mengalami gejala persisten dan/atau
eksaserbasi meskipun pemberian obat controller dosis tinggi dan pengendalian faktor risiko asma sudah
dilakukan.

8
G O L O N G A N O B AT

1. Agonis Beta-2

Agonis beta-2 hanya boleh digunakan sesuai kebutuhan untuk menghilangkan


gejala. Berdasarkan durasi kerjanya, agonis beta-2 digolongkan menjadi 2,

PRESENTATION TITLE
yaitu short acting beta-2 agonist (SABA) dan long acting acting beta-2
agonist (LABA).

Mekanisme: Agonis beta-2 berikatan dengan reseptor beta-2 adrenergik di paru-


paru dan menyebabkan efek bronkodilatasi/relaksasi otot saluran pernapasan.

9
Ta b e l 1 . P e r b e d a a n S A B A d a n L A B A

  SABA LABA

Salbutamol / Albuterol, Terbutaline, dan


Nama Obat Salmeterol dan Formoterol
Fenoterol

Takikardia (1%-7%), tremor (5%-38%),  mual


Efek samping Tremor (1,9%-8,8%), diare (4,9%), mual (4,9%)
(10%), faringitis (14%), bronkitis (≥5%)

Durasi kerja ± 3 jam >12 jam

PRESENTATION TITLE
Reliever dan controller (dalam bentuk kombinasi
Indikasi Reliever
ICS-LABA)

Tidak direkomendasikan karena dapat Tidak direkomendasikan karena dapat


Penggunaan secara tunggal meningkatkan risiko eksaserbasi, sehingga meningkatkan risiko eksaserbasi, sehingga
dikombinasi dengan ICS dikombinasi dengan ICS

Tidak direkomendasikan karena akan


Dapat digunakan secara rutin dalam bentuk
Penggunaan secara rutin memperburuk kontrol asma dan menyebabkan
kombinasi ICS-LABA
penurunan regulasi reseptor beta

10
2. Kortikosteroid

Mekanisme: Kortikosteroid bekerja dengan cara mengurangi respon inflamasi


saluran napas terhadap alergen. Berdasarkan rute pemberiannya, kortikosteroid
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

PRESENTATION TITLE
11
1) KORTIKOSTEROID SISTEMIK
(ORAL DAN INJEKSI)
Kortikosteroid oral (OCS) memiliki efektivitas yang sama dengan kortikosteroid
injeksi. Kortikosteroid sistemik digunakan saat terjadi eksaserbasi asma atau pada
asma yang tidak terkontrol. Contoh OCS: Prednisolone, Methylprednisolone,

PRESENTATION TITLE
Hydrocortisone, dan Dexamethasone.

12
Tabel 2. Dosis Kortikosteroid Sistemik untuk Dewasa

NAMA OBAT DOSIS

Prednisolone Oral: 40-50 mg/hari selama 5-7 hari


Oral, IV: 40-60 mg/hari dalam 1 atau 2
dosis terbagi selama 5-7 hari. Pada pasien
Methylprednisolone
kritis dosis dapat ditingkatkan 60-80 mg
tiap 6-12 jam

PRESENTATION TITLE
Dexamethasone Oral: 12-16 mg/hari hanya untuk 1-2 hari
Oral: 200 mg dalam dosis terbagi selama 5-
Hydrocortisone
7 hari

13
2) KORTIKOSTEROID INHALASI

Kortikosteroid inhalasi (ICS) dosis rendah dan dosis sedang digunakan untuk
mengontrol asma sedangkan ICS dosis tinggi digunakan saat terjadi eksaserbasi
asma atau pada asma yang tidak terkontrol. Contoh ICS adalah Fluticasone

PRESENTATION TITLE
propionate, Budesonide, Beclometashone dipropionate, dan Mometasone furoate.

14
Tabel 3. Dosis ICS untuk Dewasa dan Anak (usia ≥12 tahun)

PRESENTATION TITLE
15
Tabel 4. Perbedaan Kortikosteroid Inhalasi dan Oral

KETERANGAN INHALASI ORAL

Onset Cepat ( <5 menit) Lambat

Efek samping obat Minimum Lebih besar

PRESENTATION TITLE
Dosis kecil (mcg) Besar (mg)

Target organ Langsung Tidak langsung

Rekomendasi penggunaan
(eksaserbasi dan tidak Dianjurkan sebagai pilihan
Sebagai alternatif
terkontrol) berdasarkan pertama
pedoman asma

16
3. Antimuskarinik

Mekanisme: Antimuskarinik bekerja dengan menimbulkan efek bronkodilator jalan napas.


Antimuskarinik terdiri dari short acting muscarinic antagonist (SAMA), contoh: Ipratropium
dan long acting muscarinic antagonist (LAMA), contoh: Tiotropium. Ipratropium dapat

PRESENTATION TITLE
dikombinasi dengan SABA pada penanganan eksaserbasi asma, sedangkan Tiotropium digunakan
sebagai terapi tambahan untuk mengontrol asma.

17
4. Leukotriene receptor antagonist (LTRA)

Mekanisme: Leukotriene receptor antagonist memberikan efek bronkodilatasi,


mengurangi inflamasi, serta memperbaiki gejala asma dan fungsi paru.

PRESENTATION TITLE
Leukotriene receptor antagonist digunakan sebagai terapi alternatif untuk
mengontrol asma, namun kurang efektif bila dibandingkan ICS dan LABA.
Leukotriene receptor antagonist dapat dikombinasi dengan ICS. Contoh LTRA
adalah Zafirlukast dan Montelukast.

18
5. Agen biologi

Agen biologi dapat dipertimbangkan pada pasien asma berat yang dipicu alergi
atau memiliki penanda eosinofil dan gejalanya tidak terkontrol dengan

PRESENTATION TITLE
penggunaan kombinasi ICS dosis tinggi–LABA. Agen biologi terdiri dari anti IgE
(contoh Omalizumab), anti–IL5 (contoh Mepolizumab dan Resilizumab), anti
reseptor IL4 (contoh Dupilumab).

19
6. Aminophylline dan Theophylline

Penggunaan Aminophylline injeksi tidak disarankan pada penanganan eksaserbasi


akut, begitu juga dengan penggunaan Theophylline sustained release secara rutin

PRESENTATION TITLE
untuk mengontrol asma. Hal ini berkaitan dengan efektivitas dan profil keamanan
yang rendah. Theophylline sustained release dosis rendah dapat dikombinasi
dengan ICS dosis rendah sebagai alternatif controller, namun kurang efektif
dibanding kombinasi ICS dosis rendah–LABA.

20
TATA L A K S A N A P E N G O B ATA N A S M A
Gejala Terapi awal yang dipilih

Semua pasien dengan gejala asma Pemberian SABA tunggal (tanpa ICS) tidak direkomendasikan.

Kombinasi ICS dosis rendah–Formoterol bila diperlukan.


Gejala asma jarang (<2 kali dalam sebulan) Pilihan alternatif, penggunaan ICS dosis rendah saat SABA
digunakan.

PRESENTATION TITLE
ICS dosis rendah + SABA bila diperlukan atau kombinasi ICS
Gejala asma muncul atau membutuhkan reliever ≥2 kali dalam dosis rendah–Formoterol bila diperlukan. Pilihan alternatif:
sebulan LTRA (kurang efektif dibanding ICS) atau penggunaan ICS
ketika SABA digunakan.

Kombinasi ICS dosis rendah–LABA


Gejala asma berat hampir setiap hari, atau terbangun karena
sebagai controller dan reliever atau ICS dosis sedang dengan
asma ≥1 kali seminggu, terutama jika terdapat faktor risiko
SABA bila diperlukan sebagai reliever.

Asma muncul pertama kali dalam kondisi berat dan tidak OCS jangka pendek (5-7 hari), lalu dimulai terapi ICS dosis
terkontrol, atau dengan eksaserbasi tinggi sebagai controller.

Tabel 5. Rekomendasi Terapi Awal Asma untuk Dewasa

21
Setelah pengobatan asma dimulai, terapi selanjutnya ditentukan berdasarkan
respon masing-masing individu pada pengobatan. Terapi dapat ditingkatkan atau
diturunkan sesuai tahapan pengobatan (Tabel 6). Tahap pengobatan ditingkatkan
jika asma tidak terkontrol dan terjadi eksaserbasi asma, namun perlu dipastikan
terlebih dahulu diagnosis, cara penggunaan inhaler sudah benar, dan kepatuhan

PRESENTATION TITLE
pasien dalam menggunakan obat. Tahap pengobatan asma diturunkan jika gejala
terkontrol selama 3 bulan dan risiko terjadinya serangan rendah.

22
TA B E L 6 . TATA L A K S A N A P E N G O B ATA N A S M A PA D A
D E WA S A D A N R E M A J A U S I A 1 2 TA H U N

PRESENTATION TITLE
23
Catatan:

•LTRA kurang efektif dibandingkan ICS, terutama dalam mengatasi eksaserbasi, oleh karena itu
LTRA digunakan pada pasien yang tidak dapat menggunakan ICS, mengalami efek samping akibat
penggunaan ICS, atau pada pasien asma yang disertai rhinitis alergi.

•Pada dewasa, antikolinergik inhalasi (Ipraptopium) dapat menjadi pilihan alternatif SABA
inhalasi untuk mengatasi gejala asma, namun memiliki onset yang lebih lambat dibanding SABA

PRESENTATION TITLE
inhalasi. Selain itu, SABA oral dan Theophylline memiliki risiko efek samping yang lebih tinggi
dan tidak direkomendasikan.

24
T I N G K AT K O N T R O L A S M A
Kontrol asma yang buruk juga berkaitan erat dengan peningkatan risiko eksaserbasi asma. Derajat kontrol asma dapat
dinilai dari 4 pertanyaan berikut:

PRESENTATION TITLE
Tabel 7. Tingkat Kontrol AsmaKeterangan:
•Tidak ada kejadian: Asma terkontrol
•1-2 kejadian: Terkontrol sebagian
•3-4 kejadian: Tidak terkontrol

25
KLASIFIKASI ASMA
B E R D A S A R K A N T I N G K AT
K E PA R A H A N A S M A
Berdasarkan keparahannya asma dapat dibagi atas empat klasifikasi, yaitu
intermiten, persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat. Untuk
menentukan klasifikasi tersebut didasarkan atas gejala klinis dan pemeriksaan faal

PRESENTATION TITLE
paru.

26
Tabel 8. Klasifikasi tingkat keparahan asma

PRESENTATION TITLE
Keterangan: APE (Arus Puncak Ekspirasi),  VEP1 (Volume Ekspirasi Detik Pertama)

27
Pada keadaan eksaserbasi, serangan asma dapat bervariasi dari ringan hingga mengancam jiwa. Derajat
eksaserbasi dapat dinilai dari gejala dan tanda saat terjadi serangan asma.

Tabel 9. Derajat Eksaserbasi Asma

PRESENTATION TITLE
28
P E N ATA L A K S A N A A N E K S A S E R B A S I
 DI IGD

Eksaserbasi asma berat merupakan keadaan darurat medis yang mengancam jiwa,
dan harus mendapatkan penanganan di IGD

PRESENTATION TITLE
29
Tabel 10. Penatalaksanaan Eksaserbasi di IGD

PRESENTATION TITLE
30
THANK YOU

PRESENTATION TITLE
Mirjam Nilsson

mirjam@contoso.com

www.contoso.com

31

Anda mungkin juga menyukai