Anda di halaman 1dari 16

Managemen Asma Pada Ibu

Hamil
Dr Yusrizal Djam’an Saleh SpP(K).FCCP.FISR
28 Agustus 2022
Latar belakang
• Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering terjadi pada
kehamilan, diderita 4-8 % wanita hamil. Asma eksaserbasi pada
wanita hamil merupakan masalah klinis besar yang dapat
menyebabkan kesakitan pada ibu hamil maupun bayi yang
dikandungnya dan meningkatkan angka kematian pada ibu hamil
dengan asma. Pada penelitian sebelumnya, wanita yang dirawat
karena eksaserbasi asma selama kehamilan berkisar 5.8%.
[Kwon HL, Triche EW, Belanger K, Bracken MB. The epidemiology of
asthma during pregnancy: prevalence, diagnosis, and
symptoms. Immunol Allergy Clin North Am. 2006 Feb;26(1):29-62.]
Pendahuluan
• Asthma yang terkontrol sering berubah rubah selama kehamilan , sekitar 1/3 penderita
gejalanya memburuk ,1/3 membaik dan 1/3 sisanya tidak berubah. (Gluck JC, Gluck PA.
Immunology and Allergy Clinics of North America 2006
• Eksaserbasi Asma sering terjadi pada wanita hamil, khususnya pada trimester ke 2.
(Murphy VE, Clifton VL, Gibson PG. Thorax 2006 ).
• Eksaserbasi dan buruknya asma yang terkontrol bisa disebabkan oleh perubahan mekanis atau
perubahan hormonal, atau penghentian dan pengurangan obat obat asma berdasar
pertimbangan ibu hamil atau tenaga Kesehatan. Wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi virus
saluran napas,termasuk influenza .
(Murphy VE, Powell H, Wark PA, et al. Chest 2013).
• Eksaserbasi dan buruknya status asma terkontrol berakibat buruk bagi bayi yang dikandung (pre-
term delivery, low birth weight, increased perinatal mortality) maupun ibu hamil (pre-eclampsia).
Jika asma terkontrol baik,maka sedikit sekali atau tidak ada peningkatan risiko komplikasi pada
ibu hamil atau fetus.
(Murphy VE, Gibson PG. Clinics in chest medicine 2011; 32: 93-110, ix.)
Definisi Asma bronkial.
• Asma bronkial adalah penyakit heterogen, umumnya ditandai dengan
inflamasi kronik saluran napas.
• Didefinisikan dengan riwayat gejala gejala respirasi/pernapasan
seperti :
- Mengi
- Napas pendek
- Nyeri dada
- Batuk, yang bervariasi dari waktu kewaktu maupun intensitasnya,
bersama sama dengan keterbatasan aliran ekspirasi yang bervariasi.
Gambar 1. Alur diagnostik pada praktek klinik (GINA 2022)
Gambar 2. PERUBAHAN PENTING DALAM TATALAKSANA ASMA
TERAPI SABA TUNGGAL TIDAK LAGI DIREKOMENDASIKAN,PELEGA + ANTI-INFLAMASI ADALAH
PELEGA PILIHAN YANG DIREKOMENDASIKAN

Strategi Tatalaksana Asma (GINA)

Dewasa & Remaja >12 tahun


Tatalaksana asma yang dipersonalisasi
Menilai, Menyesuaikan, dan Meninjau sesuai
kebutuhan individual pasien

TRACK 1 PILIHAN UTAMA


STEP 5
Terapi Pilihan yaitu dosis
Tambahkan LAMA rendah ICS-formoterol
STEP 4 Rujuk untuk pemeriksaan
PENGONTROL dan STEP 3
Dosis sedang ICS- fenotipe ± anti-IgE, anti- sebagai pelega
PELEGA PILIHAN Dosis rendah ICS-formoterol IL5/5R, anti-IL4R
STEP 1-2 formoterol harian
(Track 1) Menggunakan pelega ICS- harian Pertimbangkan dosis tinggi
Dosis rendah ICS-formoterol jika perlu
ICS-formoterol
formoterol menurunkan risiko eksaserbasi
dibandingkan dengan pelega SABA
PELEGA: Dosis rendah ICS-formoterol jika perlu
TRACK 2 ALTERNATIF
PENGONTROL and STEP 5
Apabila track 1 tidak
PELEGA ALTERNATIF STEP 4 Tambahkan LAMA
Rujuk untuk pemeriksaan
memungkinkan atau tidak
(Track 2) Sebelum mempertimbangkan Dosis sedang/tinggi ICS-
terapi menggunakan pelega SABA, STEP 2
STEP 3
Dosis rendah ICS-LABA LABA harian fenotipe ± anti-IgE, anti- dipilih pada pasien tanpa
IL5/5R, anti-IL4R
periksa apakah pasien cenderung STEP 1
Gunakan ICS setiap kali
Dosis rendah ICS harian harian Pertimbangkan dosis tinggi eksaserbasi dengan terapi saat
patuh dengan pengontrol harian ICS-LABA
menggunakan SABA ini, maka SABA sebagai pelega
PELEGA: Agonis β2 kerja singkat (SABA) jika perlu bisa digunakan sebagai
ICS dosis rendah setiap kali ICS dosis sedang, atau Tambahkan LAMA atau
Tambahkan azithromycin (dewasa) alternatif terapi. Sebelumnya
atau LTRA, tambahkan OCS dosis
Opsi Pengontrol Lainnya untuk
kedua track
menggunakan SABA, atau
LTRA harian, atau tambahkan
tambahkan LTRA, atau
tambahkan HDM SLIT
LTRA, atau beralih ke dosis
tinggi ICS
rendah tetapi pertimbangkan efek
sampingnya
periksa apakah pasien patuh
HDM SLIT dengan pengontrol harian

ICS-formoterol adalah
HDM: Tungau debu rumah; ICS: Kortikosteroid inhalasi; LABA: agonis β2 kerja panjang; LAMA: Antagonis muskarinik kerja panjang; LTRA: antagonis
reseptor leukotriene; OCS: kortikosteroid oral; SABA: agonis β2 kerja singkat; SLIT: imunoterapi sublingual. PELEGA PILIHAN
pada asma ringan, sedang, maupun berat

6
Global Initiative for Asthma (GINA). Global Strategy for Asthma Management and Prevention 2021. Available at: http://www.ginasthma.org/.
Gambar 3. Managemen eksaserbasi pada PPK 1 (GINA 2022)
Gambar 4.Management eksaserbasi di IGD (GINA2022)
Managemen obat obatan
• Walaupun ada pertimbangan umum penggunaan obat obatan disaat
hamil, keuntungan mengobati asma secara aktif pada kehamilan ,
jauh lebih besar manfaatnya dibandingkan potensi risiko penggunaan
obat obat pengontrol maupun pelega asma (Evidence A).
• Untuk alasan ini , penggunaan obat obatan untuk mencapai Asma
yang terkontrol dan mencegah eksaserbasi dibenarkan bahkan ketika
keamanannya pada kehamilan belum terbukti secara pasti.
Penggunaan ICS, beta2-agonists, montelukast atau theophylline
tidak berhubungan dengan meningkatnya abnormalitas pada fetus.
• Penting sekali, ICS menurunkan risiko eksaserbasi Asma selama
kehamilan , dan menghentikannya meningkatkan risiko eksaserbasi
(Evidence A). Penelitian berdasar data administratif melaporkan
bahwa asma pada ibu hamil yang tidak terkontrol meningkatkan risiko
asma onset dini pada keturunannya.
(Liu X, Agerbo E, Schlunssen V, et al. J Allergy Clin Immunol 2018 ).
• Satu penelitian melaporkan ,penggunaan ICS pada awal kehamilan ibu
menderita asma memperlihatkan efek proteksi asma pada anaknya.
(Morten M, Collison A, Murphy VE, et al. J Allergy Clin Immunol 2018)
• Walaupun masih sedikit bukti bukti efek buruk pengobatan asma pada
kehamilan, banyak wanita dan para dokter khawatir. Pasien hamil dengan
asma perlu dijelaskan bahwa asma yang tidak terkontrol dan mengalami
eksaserbasi ,mengakibatkan risiko yang lebih besar pada bayi yang
dikandungnya.
( National Heart Lung and Blood Institute, National Asthma Education and
Prevention Program Asthma and Pregnancy Working Group. NAEPP expert
panel report. J Allergy Clin Immunol 2005).
• Selama kehamilan ,monitoring asma setiap bulan sangat dianjurkan.
• Untuk wanita hamil dengan asma berat,bukti bukti terapi biologi
(omalizumab) selama kehamilan masih sedikit.

• Infeksi saluran napas harus dimonitor dan ditangani secara baik/tepat


selama kehamilan.
• Untuk mencegah fetal hypoxia, sangat penting secara agresif
mengobati eksaserbasi akut selama kehamilan dengan SABA, oxygen
dan pemberian sedini mungkin korticosteroid sistemik.
• Selama persalinan dan melahirkan ,obat obat kontoler yang biasa
harus tetap digunakan,bila diperlukan juga obat pelega. Eksaserbasi
akut selama persalinan dan melahirkan jarang terjadi,tapi
bronkokonstriksi bisa diinduksi oleh hiperventilasi selama
persalinan,dan harus ditatalaksana SABA. Neonatal hypoglycemia bisa
terjadi khususnya pada preterm babies, beta-agonists dosis tinggi
diberikan 48 jam sebelum melahirkan, kadar glukosa darah harus
dimonitor pada bayi (especially if preterm) untuk 24 jam pertama.
(Nelson-Piercy C. Asthma in pregnancy. Thorax 2001)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai