PENCEGAHAN dan
PENGENDALIAN PPOK
PENDAHULUAN
TRANSISI EPIDEMIOLOGI
• Kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat
• Tren ini kemungkinan akan berlanjut seiring dengan perubahan perilaku
hidup (pola makan dengan gizi tidak seimbang, kurang aktifitas fisik,
merokok, dll)
No Penyebab Kematian %
1 Stroke (I60 - I69) 21.1
2 Penyakit Jantung Koroner (I20 – I25) 12.9
3 Diabetes mellitus dengan komplikasi (E10 – E14) 6.7
4 Tuberkulosis Paru (A15 – A16) 5.7
5 Hipertensi dengan komplikasi (I11 – I13) 5.3
6 Penyakit Paru Obstruksi Kronis (J40-J47) 4.9
7 Penyakit Hati (K70 – K76) 2.7
8 Kecelakaan lalu lintas (V01– V99) 2.6
9 Pneumonia (J12 – J18) 2.1
10 Diare dan penyakit infeksi saluran pencernaan lain 1.9
(A09)
Prevalensi PPOK
Perkiraan prevalensi global 11.7% (95% CI 8.4%–15.0%).
Asia Pacific COPD Roundtable Group 2006 COPD
prevalence 6,3% Indonesia 5,6%
BIOMASS study 2013: Prevalensi PPOK pada bukan
perokok di Indonesia 6,3% (Urban 5,4% & Rural 7,2%)
Indonesia (SKRT 2005)Peningkatan kasus PPOK
Peningkatan angka harapan hidup
Prevalensi merokok yg tinggi
Peningkatan polusi udara
Prevalensi PPOK
di Indonesia
LUNG INFLAMMATION
Anti-oxidants Anti-proteinases
Oxidative
stress Proteinases
Repair
mechanisms
COPD PATHOLOGY
Source: Peter J. Barnes, MD
Changes in Lung Parenchyma in
COPD
Loss of elasticity
Destruction of pulmonary
capillary bed
↑ Inflammatory cells
macrophages, CD8+ lymphocytes
Symptoms
Exacerbations
Exacerbations
Deterioration
Exacerbations
End of Life
- Mengurangi gejala
- Meningkatkan toleransi latihan MENGURANGI GEJALA
- Meningkatkan kualitas hidup
Indoor
Pollution
Polusi di luar ruangan
PENCEGAHAN PPOK
Pencegahan timbulnya PPOK
• Tidak merokok
• Berhenti merokok
• Hindari polusi yang mempengaruhi saluran
napas yang terus menerus
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK
EDUKASI
Karena keterbatasan obat-obatan
yang tersedia dan masalah
PENGURANGAN
sosiokultural lainnya, seperti
keterbatasan tingkat pendidikan PAJANAN FAKTOR RISIKO
dan pengetahuan, keterbatasan Pengurangan pajanan asap
ekonomi dan sarana kesehatan, rokok, debu pekerjaan, bahan
maka edukasi di Puskesmas kimia, dan polusi udara
ditujukan untuk mencegah indoor maupun outdoor,
bertambah beratnya penyakit termasuk asap dari memasak
dengan cara mengunakan obat merupakan tujuan penting
yang tersedia dengan tepat, untuk mencegah timbul dan
menyesuaikan keterbatasan perburukan PPOK
aktivitas, serta mencegah
eksaserbasi
UPAYA PROMOTIF PADA PPOK
Berhenti Merokok
• Berhenti Merokok merupakan intervensi yang paling efektif
untuk mengurangi risiko pengembangan PPOK, maka nasihat
berhenti merokok dari para profesional bidang kesehatan
membuat pasien lebih yakin untuk berhenti merokok
• Praktisi pelayanan primer memiliki banyak kesempatan kontak
dengan pasien untuk mendiskusikan berhenti merokok,
meningkatkan motivasi untuk berhenti merokok, dan
mengidentifikasi kebutuhan obat/farmakologi yang
mendukung.
DETEKSI DINI FAKTOR
RISIKO PPOK
Masalah dalam Deteksi Dini
• Underdiagnosis PPOK merupakan masalah di
Indonesia namun saat ini tidak ada metode deteksi
yang tersedia untuk menyaring pasien berisiko tinggi
untuk spirometri.
• Pasien juga secara umum tidak akan mengunjungi
fasilitas kesehatan untuk diagnosis PPOK sampai
muncul masalah serius (misalnya eksaserbasi) dan
• Spiromteri tidak tersedia di semua fasilitas kesehatan
seperti klinik maupun rumah sakit.
DETEKSI DINI PADA PPOK
1. Kelompok individu berlsiko 2. Kelompok Masyarakat
FAKTOR RISIKO
GEJALA
Sesak napas Rokok
Batuk kronik Pekerjaan
Sputum Polusi di dalam dan
r
luar ruangan
è
Normal
COPD
Diagnosis Banding PPOK
• Asma
• Bronkiektasis
• Tuberkulosis
• Sindrom Pasca TB Paru
• Penyakit Interstisial Paru
• Panbronkiolitis luas dan lainnya
• Spirometri
Air trapping
TATALAKSANA DAN
PENGENDALIAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK
(PPOK)
PENATALAKSANAAN PPOK
Penanganan eksaserbasi
TUJUAN
PENATALAKSANAAN PPOK
Mencegah progresivitas penyakit
Menghilangkan gejala
Memperbaiki toleransi exercise
Memperbaiki status kesehatan
Mencegah dan mengobati komplikasi
Mencegah dan mengobati eksaserbasi
Mengurangi mortalitas
TUJUAN PENATALAKSANAAN
PPOK di Puskesmas
60 Symptoms
40 Disability Stopped smoking
at 45 (mild COPD)
20 Death Stopped smoking
at 65 (severe COPD)
0
20 30 40 50 60 70 80 90
Age (years)Courtesy of D. O’Donnell.
Adapted from Fletcher CM, Peto R. BMJ 1977
PENATALAKSANAAN PPOK
STABIL di Puskesmas
Obat-obatan
Edukasi
Nutrisi
Rehabilitasi
Rujukan ke spesialis paru/RS
PENATALAKSANAAN
PPOK STABIL
Pengobatan tergantung derajat berat
penyakit
Edukasi berperan, terutama berhenti
merokok (evidence A)
Obat-obatan berguna untuk mengurangi
gejala dan komplikasi
Bronkodilator obat utama dalam
penatalaksanaan (evidence A)
Bronkodilator diberikan untuk mencegah
atau mengurangi gejala
Bronkodilator utama agonis beta-2,
antikolinergik, teofilin atau kombinasi
obat tersebut (evidence A)
Kortikosteroid, gunakan dalam bentuk
inhalasi
Jenis Obat-obatan yang digunakan untuk PPOK
Beta2-agonists
Short-acting beta2-agonists (SABA)
Long-acting beta2-agonists (LABA)
Anticholinergics
Short-acting anticholinergics (SAMA)
Long-acting anticholinergics (LAMA)
Combination short-acting beta2-agonists + anticholinergic in one inhaler
Methylxanthines
Inhaled corticosteroids
Combination long-acting beta2-agonists + corticosteroids in one inhaler
Systemic corticosteroids
Phosphodiesterase-4 inhibitors
Sumber : Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease- updated 2014
OBAT-OBATAN LAIN
Vaksin
Mukolitik
Antioksidan
Antitusif
Training exercise bermanfaat
memperbaiki toleransi exercise, gejala
sesak dan kelelahan (evidence A)
Oksigen jangka panjang (> 15 jam/hari)
pada penderita gagal napas kronik
meningkatkan survival (evidence A)
Rehabilitasi
~ mengurangi gejala
~ memperbaiki kualiti hidup
~ meningkatkan kondisi fisik dan emosi
Rehabilitasi:
Latihan bernapas dengan pursed-lips
Latihan ekpektorasi
Latihan otot pernapasan dan ekstremitas
Pencegahan timbulnya PPOK
• Tidak merokok
• Berhenti merokok
• Hindari polusi yang mempengaruhi saluran
napas yang terus menerus
Pencegahan Progresivitas
• Berhenti merokok
• Mengobati PPOK stabil secara tepat
• Mencegah terjadinya eksaserbasi/infeksi ( semakin
sering eksaserbasi, semakin cepat progresifitasnya)
• Mengobati infeksi eksaserbasi akut dengan obat
yang tepat
• Rehabilitasi Medik
• Vaksinasi
Komplikasi
Komplikasi pada PPOK merupakan bentuk perjalanan
penyakit yang progresif dan tidak sepenuhnya
reversibel, diantaranya :
Gagal napas (gagal napas kronik, gagal napas akut pada
gagal napas kronik)
Gagal napas kronik ditandai dengan hasil analisis gas darah
PO2 < 60 mmHg, dan PCO2 > 60 mmHg, serta pH normal.
Hipertensi pulmonal
PPOK yang ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit
> 50% dapat disertai gagal jantung kanan.
Infeksi berulang / eksaserbasi
RUJUKAN PENYAKIT PARU
OBSTRUKTIF KRONIK
(PPOK)
Melakukan Rujukan PPOK
Rujukan PPOK :
a.Rujukan klinis (untuk diagnosis dan terapi)
b.Rujukan balik
PPOK eksaserbasi
PPOK Eksaserbasi
Eksaserbasi pada PPOK berarti timbulnya perburukan
gejala dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.
Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor
lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya
komplikasi.
3-6% pasien PPOK eksaserbasi membutuhkan
perawatan di rumah sakit dengan angka mortaliti antara
3-10%.
Jika pasien membutuhkan ICU maka mortality rate
dapat menjadi 30% pada pasien usia >65 th.
Gejala eksaserbasi:
Sesak bertambah
Produksi sputum meningkat
Perubahan warna sputum (sputum
menjadi purulen)
Prinsip tatalaksana
eksaserbasi ppok
Diberikan bila :
SERANGAN
produksi sputum/dahak yang bertambah, perubahan
warna sputum (kuning, kehijauan atau purulen)
PPOK
EKSASERBASI Eksaserbasi ringan
(terdapat 1 gejala
disertai keluhan lain
Eksaserbasi sedang
(terdapat 2 dari 3 gejala
diatas)
Eksaserbasi berat
(memiliki 3 gejala diatas)
SERANGAN
PPOK
EKSASERBASI
Respon baik Respon buruk: jika APE menurun,
atau turun kesadaran, atau sesak
APE meningkat, frekuensi napas yang memberat
napas berkurang (normal < Rujuk segera
20 x/menit)
Tidak ada respon setelah 2 jam
Diperbolehkan pulang: nilai dalam pengobatan dengan salbutamol
ulang dalam 1 minggu Rujuk
Nilai gejala (sesak napas, mengi) dan tanda (frekuensi napas, pemeriksaan
paru, pulse oxymetri)
Jika tidak ada perubahan, tatalaksana sebagai eksaserbasi sedang/berat (lihat
di atas), jika tidak ada respon terhadap pengobatan Rujuk
Jika respon baik, lanjutkan pengobatan jangka panjang dan follow up
Tatalaksana PPOK eksaserbasi
di Puskesmas
Untuk serangan berat
Obat diberikan IV utk kemudian dirujuk ke RS
setelah kondisi darurat nya teratasi