Anda di halaman 1dari 11

DRUG

RELATED
PROBLEM
Kelompok 2:
Dora Salmiatul Liska
Dyana Fitri
Julia Kiranti
Muhammad Faizin
Nadia Anila Nasution
Sri Usari
ASMA

Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan hipereaktivitas bronkus
terhadap berbagai rangsangan yang dapat menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas dan dada
terasa berat terutama pada malam dan atau dini hari yang umumnya bersifat reversible baik dengan atau
tanpa pengobatan (Depkes RI, 2007).
Gejala asma bersifat episodik, berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada. Gejala biasanya
timbul atau memburuk terutama malam atau dini hari (PDPI, 2006). Setelah pasien asma terpajan
alergen penyebab maka akan timbul dispnea, pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk
dan berusaha mengerahkan tenaga lebih kuat untuk bernapas. Kesulitan utama terletak saat ekspirasi
sehingga akan timbul mengi yang merupakan ciri khas asma saat pasien berusaha memaksakan udara
keluar. Biasanya juga diikuti batuk produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan (Price & Wilson,
2006).
CONTOH KASUS

Ibu H menderita sesak nafas. Punya riwayat penyakit asma tingkat


keparahan sedang. Baru2 ini mendapatkan terapi timolol 0,25%
utk terapi glaukoma. Obat lain inhaler salbutamol 100mikrogram
yg digunakan jika diperlukan
- Pertanyaan : menurut anda, apakah penyebab timbulnya sesak nafas tsb?
- Tindakan apa yg dilakukan?
JAWABAN
DRP pada kasus ini adalah ROTD
- Penyebab sesak : karena penggunaan tetes mata timolol
yg merupakan beta blocker yg diserap secara sistemik
yang menyebabkan bronkospasme
- Tindakan : pemberian saran obat tetes mata alternatif
kepada dokter untuk mengobati glaukoma. Jika tidak
berhasil mengatasi sesak nafas, maka pemberian beta
blocker selektif dapat menjadi pilihan
CONTOH KASUS 2

Ny. AB, seorang ibu, 57 tahun, 150 cm, 48 kg. Riwayat pengobatan yang digunakan Ny.AB selama ini
adalah asetaminofen 500 mg, bila mengalami sakit kepala dan diresepkan dexamethason 0.5 mg tablet
dan salbutamol 2 mg tablet (masing-masing 3 X sehari) sejak frekuensi sesak nafasnya meningkat.
Kombinasi terapi anti asma ini mulai dikonsumsi sejak 4 bulan yang lalu hingga saat ini. Sebelumnya,
Ny. AB sejak kecil didiagnosa mengidap asma dan saat remaja bila serangan sesak nafas menyerang,
Ny.AB mengkonsumsi aminofilin tablet dengan dosis dan frekuensi sesuai.
Metode Yang Digunakan
ADALAH F,A,R,M( finding,
ASSESMENT,RESSOLUTION,
DAN MONITORING)
FINDING

Nama : Ny.AB , 57 tahun.


BB/TB : 48 kg/150 cm
Diagnosa: asma
Riwayat pengobatan :
- aminofilin tablet dengan dosis dan frekuensi sesuai (penggunaan saat remaja)
- asetaminofen 500 mg, bila mengalami sakit kepala dan diresepkan dexamethason
0.5 mg tablet dan salbutamol 2 mg tablet (masing-masing 3 x sehari) sejak
frekuensi sesak nafasnya meningkat (sejak 4 bulan yang lalu).
ASSESMENT
DRP’s pada kasus ini adalah pemilihan obat yang tidak tepat:
- Dalam kasus ini pasien diberikan kombinasi obat sebagai terapi pemeliharaan untuk asma, yaitu
dexamethason (obat golongan kortikosteroid aksi panjang) 0,5 mg dan salbutamol (obat golongan β-
agonis aksi pendek) 2 mg yang diberikan secara p.o 3x sehari kombinasi sediaan obat tersebut
kurang tepat untuk terapi pemeliharaan jangka panjang.
- Berdasarkan Evidence A menerangkan bahwa kebanyakan pasien asma yang menggunakan kombinasi
obat kortikosteroid inhalasi dan Long Acting Beta Agonis akan mengurangi eksaserbasi asma
terutama pada asma berat (asma kronik) serta meningkatkan fungsi paru-paru dan mengurangi
gejala-gejala hal ini menunjukkan bahwa penggunaan kombinasi terapi antara dexamethason dengan
salbutamol kurang tepat untuk terapi pemeliharaan asma
RESSOLUTION
- Terapi yang kami rekomendasikan untuk pasien Ny.AB adalah Long Acting Beta Agonis (LABAs) yang dikombinasi dengan
kortikosteroid inhalasi. Dasar kami dalam merekomendasikan terapi ini adalah mengacu pada Evidence A bahwa
penggunaan kombinasi LABAs dengan kortikosteroid inhalasi dapat mengurangi eksaserbasi akut serta meningkatkan
fungsi paru-paru dan mengurangi gejala akibat asma.
- LABAs yang direkomendasikan adalah Formoterol, sedangkan kortikosteroid inhalasi yang direkomendasikan adalah
Budesonid. Kombinasi dosis rendah atau sedang dari kortikosteroid inhalasi (ICS) dengan Long Acting β2-Agonis
(LABAs) dapat mengontrol asma pada orang dewasa dan mengurangi eksaserbasi3. Suatu penelitian menunjukkan bahwa
kombinasi formoterol/budesonid untuk terapi pemeliharaan secara signifikan mengurangi jumlah eksaserbasi akut,
eksaserbasi parah yang memerlukan pengobatan intervensi, mengurangi gejala asma pada saat malam hari yang dapat
mengganggu waktu tidur, dan meningkatkan fungsi paru-paru bila dibandingkan dengan penggunaan formoterol atau
budesonid dengan dosis tinggi untuk terapi pemeliharaan.
MONITORING
- Efektivitas
Formoterol fumarat adalah untuk penurunan frekuensi kekambuhan asma.
Budesonid adalah untuk penurunan gejala-gejala yang timbul akibat asma.
- Efek samping
Karena penggunaannya secara inhalasi (lokal), maka efek samping yang umum terjadi adalah mulut berasa pahit dan
candidiasis (infeksi kandida pada mulut).
THANKS
CREDITS: This presentation template was
created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by
Freepik.

Anda mungkin juga menyukai