Anda di halaman 1dari 35

ASMAOleh : Kelompok 4

Dosen Pembimbing :
apt.Nina Irmayanti Harahap,S.Si.,M.Si

FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
2022
NAMA KELOMPOK :

● 1.Citra Dewi Sianturi


● 2.Dian Maya Sari Sinambela
● 3.Fani Rahayu
● 4.Greace Audia Sinaga
● 5.Lestari Mauli Sinaga
● 6.Lia Febriani Damanik
● 7.Lily Goklas L. Gultom
● 8.Sardamai Laia
PENDAHULUAN
ASMA

World Health Organization (WHO) memperkirakan 100-150 juta penduduk dunia


menderita asma. Bahkan jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah hingga
mencapai 180.000 orang setiap tahun

Inflamasi kronik, hiper-responsif dan perubahan struktur akibat penebalan dinding


bronkus (remodeling) saluran respiratori yang berlangsung kronik

Tidak dicegah dan ditangani dengan baik maka diperkirakan akan terjadi peningkatan
prevalensi yang lebih tinggi lagi pada masa akan datang serta mengganggu proses
tumbuh-kembang anak dan kualitas hidup pasien
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI

Global Initiative Asthma (GINA)  asma sebagai suatu penyakit heterogen, biasanya
ditandai dengan inflamasi kronik saluran respiratori.

ICON Pediatric Asthma  asma sebagai gangguan inflamasi kronik yang


berhubungan dengan obstruksi saluran respiratori dan hiperesponsif bronkus

UKK Respirologi IDAI  asma adalah penyakit saluran respiratori dengan dasar inflamasi
kronik yang mengakibatkan obstruksi dan hiperreaktivitas saluran respiratori dengan derajat
bervariasi.
ANATOMI & FISIOLOGI
EPIDEMIOLOGI

Prevalensi total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% pada dewasa dan 10% pada anak). Prevalensi
pada anak menderita asma meningkat 8-10 kali di negara berkembang dibanding negara maju.

Di Indonesia  prevalensi asma pada anak berusia 6-7 tahun sebesar 3% dan untuk usia 13-14
tahun sebesar 5,2%.

NCHS  prevalensi serangan asma pada anak usia 0-17 tahun adalah 57 per 1000 anak (jumlah
anak 4,2 juta) dan pada dewasa > 18 tahun adalah 38 per 1000 (jumlah dewasa 7,8 juta).

NCHS  terdapat 4487 kematian akibat asma atau 1,6 per 100 ribu. CDC  terdapat 187 pasien
asma yang meninggal pada usia 0-17 tahun atau 0.3 kematian per 100,000 anak.
ETIOLOGI

EKSTRINSIK GABUNGAN INTRINSIK

Debu, serbuk bunga,


bulu binatang, obat-
infeksi saluran pernafasan
obatan dan spora
dan emosi
jamur
FAKTOR RESIKO

FAKTOR GENETIK FAKTOR LINGKUNGAN

• Alergen didalam ruangan (tungau,debu


• Hiperreaktivitas rumah,kucing, jamur)
• Atopi/alergi bronkus • Alergen diluar ruangan (tepung sari)
• Genetik • Makanan (kacang, makanan laut, susu sapi, telur)
• Jenis kelamin • Obat-obatan tertentu ( antibiotik)
• Ras/etnik • Bahan yang mengiritasi (Parfum, obat nyamuk
semprot)
• Ekspresi emosi berlebih
• Asap rokok
• Asap rokok
• Polusi udara diluar dan didalam ruangan
• Exercise induced asthma
• Perubahan cuaca
PATOFISIOLOGI
Perbedaan Saluran
Nafas Normal dengan
Saluran Nafas Penderita
Asma
MANIFESTASI KLINIS
1.Batuk berulang
2.Mengi
3.Sesak nafas
4.Dada terasa berat
5.Gejala biasanya akan memburuk
pada malam hari yang dipicu
dengan infeksi pernapasan dan
inhalasi alergen.
Pemeriksaan fisik

DIAGNOSIS - Wheezing
- Alergi  allergic shiners atau
geographictongue

ANAMNESIS
- Keluhan wheezing,batuk kering PEMERIKSAAN PENUNJANG
berulang, sesak nafas, rasa dada - Saturasi
tertekan - Spirometri
- Gejala timbul secara episodik atau - Ananlisis gas darah
berulang - Rontgen toraks
- Timbul bila ada faktor pencetus - Skin prick test
(Iritan,Alergen,Infeksi saluran - Eosinofil total darah
nafas,aktivitas) - Pemeriksaan IgE spesifik
- Adanya riwayat alergi pada pasien - Uji inflamasi saluran respiratori:
atau keluarganya FENO(Fractional Exhaled Nitric Oxide),
- Variabilitas Eosinofil sputum
- Reversibilitas - Uji provokasi bronkus  exercise, metakolin
K
L
A
S
I
F
I
K
A
S
I
DIAGNOSIS
BANDING Obstruksi mekanis
Laringomalasia, trakeomalasia
Hipertrofi timus Kelainan sistem organ
Pembesaran kelenjar getah lain
bening Penyakit refluks
Aspirasi benda asing gastroesofagus (GERD)
Vascularring, laryngeal web
Disfungsi pita suara Penyakit jantung bawaan
Malformasi kongenital saluran Gangguan neuromuskular
respiratori Batuk psikogen
Inflamasi: infeksi, alergi
Rinitis, rinosinusitis
Chronic upper airway cough
syndrome
Infeksi respiratori berulang
Bronkiolitis
Aspirasi berulang
Defisiensi imun
Tuberkulosis
Patologi bronkus
Displasia bronkopulmonal
Bronkiektasis
Diskinesia silia primer
Fibrosis kistik
TERAPI ASMA

RELIVER CONTROLLER

• LABA
• SABA
• STEROID IHALASI
• KORTIKOSTEROID
• LTRA
• METHYL-XANTHINE
• TEOFILIN LEPAS
• ANTIKOLINERGIK
LAMBAT
Golongan β agonis kerja pendek
(SABA)

● Pemberian SABA peroral: efek bronkodilatasi


dicapai setelah 30 menit. Efek puncak dalam
2-4 jam dan lama kerja hingga 5 jam.
● Pemberian SABA secara inhalasi: awitan
kerja cepat (<1 menit). Efek puncak dalam 10
menit dan lama kerja hingga 4-6 jam.
● Penggunaan metered-dose inhaler (MDI):
serangan asma ringan 2-4 puff (semprotan)
tiap 3-4 jam, serangan asma sedang :6-10
puff setiap 1-2 jam, dan pada serangan asma
berat: 10 puff setiap 1-2 jam.
● Pasien yang tidak berespon terhadap 2 kali
inhalasi (nebulizer/inhaler) dikategorikan
sebagai non-responder, pada inhalasi ke-3
dapat ditambahkan ipratropium bromida.
● Efek samping SABA: tremor, sakit kepala,
agitasi palpitasi, takikardia.
Golongan Methyl-xanthine
Golongan Antikolinergik

● Dosis inisial: jika belum mendapatkan


aminofilin 6-8 mg/kgBB, dilarutkan dalam
20 ml dextrosa 5% garam fisiologis,
diberikan dalam 20-30 menit. Jika sudah • Ipratropium bromida  nebulisasi
mendapatkan aminofilin sebelumnya 0,1ml/kgBB setiap 4 jam.
(<4jam) berikan setengah dosis. • Awitan kerja 15 menit, efek puncak dalam
● Dosis rumatan : 0,5-1mg/kgBB/jam. 1-3 jam, dan lama kerja hingga 3-4 jam.
Kadar aminofilin dalam darah • Efek samping : mulut kering.
dipertahakan 10-20 ug/ml. Dosis • Kombinasi SABA dan ipratropium bromida
maksimal 16-20mg/KgBB/hari(apabila memberikan efek yang lenih baik dari pada
tidak dapat mengukur konsentrasi plasma penggunaan obat secara terpisah (sendiri-
● Efek samping: mual, muntah sakit kepala. sendiri).
Pada konsentrasi tinggi dapat
menimbulkan kejang,takikardia,aritmia.
Golongan Kortikosteroid
Sistemik

● Diberikan apabila terapi inisial SABA


gagal mencapai perbaikan klinis atau
serangan asma tetap terjadi walaupun
sudah menggunakan kortikosteroid
inhalasi, atau serangan asma ringan
dengan riwayat serangan asma berat.
Golongan β agonis kerja
panjang (LABA).

○ )

● Preparat inhalasi yang digunakan


adalah salmeterol dan formoterol.
● Kombinasi steroid inhalasi dengan
LABA memberikan dosis steroid
inhalasi menjadi dua kali lipat.
● Kombinasi steroid inhalasi dan LABA
sudah tersedia dalam 1 paket:

■ Salmeterol+Fluticasone
propinate seretide
(MDI).

■ Formoterol +Budesonide
 Symbicort (DPI
Golongan Steroid
● Glukokortikosteroid inhalasi
merupakan obat pengontrol yang
paling efektif dan direkomendasikan
untuk penderita asma semua umur.
● Glukokortikosteroid dapat mencegah
penebalan lamina retikularis,
mencegah terjadinya
neoangiogenesis, dan mencegah
atau mengurangi terjadinya down
regulation receptor β2 agonist.
● Efek samping berupa gangguan
pertumbuhan, katarak, gangguan
sistem saraf pusat, dan gangguan
pada gigi dan mulut.
Golongan Leukotriene Receptor Antagonist (LTRA)
● Secara hipotesis obat ini
 Montelukast
dikombinasikan dengan steroid
hirupan dan mungkin hasilnya
lebih baik Dosis per oral 1 kali sehari.(respiro
● Leukotrin memberikan manfaat anak) Dosis pada anak usia 2-5 tahun
klinis yang baik pada berbagai adalah 4 mg qhs. (gina)
tingkat keparahan asma dengan
menekan produksi cystenil  Zafirlukast
leukotrine.
● Efek samping obat dapat Digunakan untuk anak usia > 7 tahun
mengganggu fungsi hati dengan dosis 10 mg 2 kali sehari.
(meningkatkan transaminase)
sehingga perlu pemantauan fungsi
hati.(
Golongan Teofilin Lepas Lambat
● Teofilin efektif sebagai monoterapi atau diberikan bersama kortikosteroid yang
bertujuan untuk mengontrol asma dan mengurangi dosis pemeliharaan
glukokortikosteroid.
● Efikasi teofilin lebih rendah daripada glukokortikosteroid inhalasi dosis
rendah.
● Efek samping berupa anoreksia, mual, muntah, dan sakit kepala, stimulasi
ringan SSP, palpitasi, takikardi, aritmia, sakit perut, diare, dan jarang,
perdarahan lambung.
● Efek samping muncul pada dosis lebih dari 10mg/kgBB/hari, oleh karena itu
terapi dimulai pada dosis inisial 5mg/kgBB/hari dan secara bertahap
diingkatkan sampai 10mg/kgBB/hari.
Alat Inhalasi Sesuai Umur
PENGOBATAN SESUAI JENJANG PENYAKIT PASIEN

Catatan :
ICS (Inhaled
Corticosteroid),digu
nakan sebagai
terapi yang
berkaitan langsung
dengan
patofisiologi asma
yakni inflamasi.
Contoh :
Beklometason
KOMPLIKASI

● STATUS ASMATIKUS
● ATELEKTASIS
● HIPOKSEMIA
● PNEUMOTHORAKS
● EMFISEMA
P
E
N
C
E
G
A
H
A
N
Kesimpulan
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai adanya
mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran
nafas.
Patogenesis asma yaitu suatu proses inflamasi kronik yang khas, melibatkan
dinding saluran respiratori, peningkatan reaktivitas saluran respiratori dan
menyebabkan terbatasnya aliran udara.
Penatalaksanaan dan pencegahan asma harus dilaksakan secara teratur dan
benar agar asma tidak menjadi berat dan pengobatan yang paling baik adalah
menghindari faktor pencetusnya.
Terimakasih…

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon,
infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai