Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK

Nama Kelompok :
1. Dian Mayasari Sinambela (19.18.050)
2. Dwi Handayani (19.18.058)
3. Erika Sri Rezeki (19.18.067)
4. Evi Sansiska Siahaan (19.18.071)
5. Evy Irma Sari Br L.Toruan (19.18.072)
6. Greace Audia Sinaga (19.18.088)
7. Lestari Mauli Sinaga (19.18.123)
8. Lia Febriani Br Damanik (19.18.125)
9. Lily Goklas Laurentina Gultom (19.18.127)
10. Putri Juwita (19.18.167)
11. Sulastri (19.18.211)
Kelas : Farmasi 3B
Riview jurnal 1 : Proses pengambilan keputusan untuk
pengembangan mutu madrasah

Masalah :
1. Kepala madrasah dalam menetapkan keputusan lebih cenderung memilih
alternatif keputusan yang dapat mendatangkan keuntungan jangka panjang dan
jangka pendek, dengan menganalisis biaya secara ekonomis, memperhatikan
kemudahan dalam pelaksanaannya, dan memperhatikan kecepatan waktu
penyelesaiannya.
2. Kepala madrasah dalam memilih alternatif keputusan tidak menggunakan
kekuasaan formalnya
3. Kepala madrasah cenderung bersikap terbuka bagi warga madrasah dengan
memberikan kesempatan yang luas untuk mengemukakan ide, gagasan, ataupun
saran yang berkaitan dengan kepentingan madrasah agar dalam pelaksanaan
keputusan disertai dengan komitmen yang tinggi dari warga madrasah.

Analisa data :
1. Proses perumusan masalah dalam pengambilan keputusan kepala madrasah di
MAN Model Gorontalo berada pada kategori baik dengan skor 2,75. Tahapan ini
dinilai pada indikator mengenali masalah dengan analisis SWOT berada pada skor
di bawah yaitu dengan skor 2,67 dibandingkan indikator mengumpulkan
informasi dengan skor 2,82. Hal ini menunjukkan kepala madrasah cenderung
selalu mengumpulkan informasi dalam merumuskan masalah dalam pengambilan
keputusan.
2. Proses penentuan kriteria pemecahan masalah dalam pengambilan keputusan
kepala madrasah di MAN Model Gorontalo berada pada kategori sangat baik
dengan skor 3,11. Rata-rata skor tertinggi berada pada
indicatorpenerimaan/pemberian kritik atau penentuan saran dan pendapat dengan
skor 3,27 dibanding indikator analisis situasi, sumber daya, fakta dan data dengan
skor 2,95. Hal ini berarti tahapan penentuan kriteria pemecahan masalah dalam
pengambilan keputusan di MAN Model Gorontalo, cenderung dilakukan kepala
madrasahberdasarkan pemberian kritik, saran dan pendapat dari warga madrasah.
3. Pengidentifikasian alternatif pemecahan masalah dalam pengambilan
keputusan kepala madrasah di MAN Model Gorontalo berada pada kategori baik
dengan skor 2,72. Rata-rata skor tertinggi berada pada indikator memilih dua
pilihan dari beberapa pilihan dengan skor 2,81 dibanding indikator membuat
keputusan dengan skor 2,70 dan membuat taksiran terbaik dengan skor 2,64. Hal
ini berarti tahapan pengidentifikasian alternatif pemecahan masalah dalam
pengambilan keputusan di MAN Model Gorontalo, cenderung kepala madrasah
mengidentifikasi alternatif pemecahan masalah dengan memilih dua pilihan dari
beberapa pilihan yang disarankan warga madrasah.
4. Proses penilaian terhadap alternatif pemecahan masalah dalam pengambilan
keputusan kepala madrasah di MAN Model Gorontalo berada pada kategori baik
dengan skor 2,91. Ratarata skor tertinggi berada pada indikator mengidentifikasi
keuntungan, potensi risiko dan bahaya setiap alternatif dengan skor 2,94
dibanding indikator melakukan assesment risiko dengan skor 2,87. Hal ini berarti
tahapan penilaian terhadap alternatif pemecahan masalah dalam pengambilan
keputusan di MAN Model Gorontalo, cenderung kepala madrasah menilai
alternatif pemecahan masalah dengan mengidentifikasi keuntungan, potensi resiko
dan bahaya setiap alternatif yang akan dipilih.
5. Proses pemilihan alternatif yang terbaik dalam pengambilan keputusan kepala
madrasah di MAN Model Gorontalo berada pada kategori sangat baik dengan
skor 3,29. Rata-rata skor tertinggi berada pada indikator menentukan pilihan
keputusan dengan skor 3,32 dan menganalisis pilihan dengan skor 3,30 dibanding
indikator indikator mengecek keputusan alternatif dengan skor 3,25. Hal ini
berarti tahapan pemilihan alternatifyang terbaik dalam pengambilan keputusan di
MAN Model Gorontalo, cenderung kepala madrasah menentukan pilihan
keputusan dengan tidak mengutamakan kekuasaan formalnya dan tidak
memaksakan kehendak dalam penetapan keputusan yang akan diambil kalau tidak
terdapat kata sepakat
6. Proses penetapan atau pengimplementasian alternatif yang dipilih dalam
pengambilan keputusan kepala madrasah di MAN Model Gorontalo diperoleh
skor sebesar 3, 21 dengan kategori sangat baik. Rata-rata skor tertinggi berada
pada indikator dampak keputusan yang telah dibuat dengan skor 3,35 dibanding
indikator implementasi keputusan dengan skor 3,27 dan indikator cara penetapan
keputusan dengan skor 3,01. Hal ini berarti tahapan penetapan keputusan atau
pengimplementasian alternatif yang dipilih dalam pengambilan keputusan di
MAN Model Gorontalo, cenderung kepala madrasah menetapkan keputusan atau
mengimplementasikan alternatif yang dipilih memiliki dampak yang baik selalu
menjamin dan meningkatkan kinerja madrasah menjadi lebih baik, setiap
keputusan yang ditetapkan kepala madrasah menguntungkan warga madrasah dan
kepala madrasah mampu mengantisipasi semua akibat yang timbul dalam
pengambilan keputusan yang telah diambil di madrasah.

Penyelesaian :
1. Dalam perumusan masalah hendaknya kepala madrasah meningkatkan kegiatan
analisis kondisi eksternal madrasah yang dapat memposisikan madrasah dalam
konstelasi luar organisasi.Madrasah senantiasa dalam keadaan waspada terhadap
ancaman dan tantangan yang dihadapi ke depan
2. Dalam penentuan kriteria pemecahan masalah, kepala madrasah menganalisis
situasi, sumber daya, fakta dan data yang ada yang relevan.
3. Dalam tahapan penilaian alternatif pemecahan masalah yang harus ditingkatkan
kepala madrasah adalah menentukan kebijaksanaan dalam menilai bobot masalah
dan prioritas pemecahannya terkait dengan risiko yang timbul dari setiap alternatif
yang ada
4. Dalam proses pemilihan alternatif yang terbaik, kepala madrasah hendaknya
selalu mengecek kebenaran alternatif keputusan yang diambil apakah memang
benar-benar hasil rumusan bersama dan dalam menentukan pilihan keputusan
hendaknya sekali-kali dilakukan dengan cara voting sebagai hasil keputusan
bersama yang paling adil dan bijaksana.
5. Kepala madrasah dalam penetapan pengambilan keputusan hendaknya semua
yang terkait perlu dilibatkan dalam menghadapi situasi dan kondisi serta
menentukan beberapa alternatif pilihan keputusan, yang nantinya dikerucutkan
menjadi keputusan final. Pengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab
membutuhkan karakter personal yang pintar, berani, tegas dan komunikatif.

Kesimpulan
1) mampu menganalisa masalah yang dihadapi dan dapat Membedakan antara
masalah primer dan masalah sekunder, Masalah simpel atau masalah yang
kompleks, serta mampu Menentukan kebijaksanaan dalam menilai bobot masalah
dan Prioritas pemecahannya;
2) dapat memilih alternatif pemecahan Yang terbaik, yaitu yang dapat
mendatangkan kebaikanpemecahannya Jangka panjang maupun jangka pendek
dan kriteria: ekonomisBiayanya, mudah pelaksanaannya, cepat waktu
penyelesaiannya, Ringan tenaganya, efisien.

Saran
Jangan terlalu terburu - buru dalam pengambilan suatu keputusan, baiknya pelajari
terlebih dahulu semua aspeknya agar tidak menimbulkan dampak yang tidak
diinginkan.
Riview Jurnal 2 : Pengambilan keputusan dalam perilaku
organisasi

Masalah
bagaimana perilaku seorang pemimpin dalam mengambil keputusan yg tepat
didalam suatu organisasi

Analisa data
Perilaku pengambilan keputusan berkaitan dengan ahli teori perilaku organisasi.
Bidang perilaku pengambilan keputusn dikembangkan di luar jalur teori dan
penelitian perilaku organisasi oleh psikolog kognitif dan ahli teori keputusan
dalam ilmu ekonomi dan informasi, akan tetapi, barubaru ini muncul Kembali
minat mengenai perilaku pengambilan keputusan, dan kembali ke jalur bidang
perilaku organisasi. Keputuasan dalam perilaku organisasi menunjukkan rasional.
Rasionalisasi yang paling sering digunakan dalam pengambilan keputusan adalah
bahwa hal tersebut merupakan rencana tujuan. Jika sebuah rencana dipilih untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, maka keputusan dikatakan rasional, tetapi
terdapat banyak komplikasi untuk tes rasionalitas yang sederhana. Salah satu cara
untuk mengklarifikasi rasionalitas rencana-tujuan adalah menggunakan
keteraagan tambahan yang tepat dan berkualitas pada berbagai jenis rasionalitas. 

Penyelesaian
Saat ini, berbagai organisasi bisnis, pendidikan, pemerintahan, kesehatan, dan
militer menggunakan Teknik Delphi. Tidak ada teknik keputusan yang dapat
memprediksi masa depan sepenuhnya, tetapi teknik Delphi sepertinya sebaik bola
kristal dalam meramal. Teknik ini, yang dinamakan seperti ramalan di Delphi
pada masa Yunani kuno, mempunyai beberapa variasi, tetapi umumnya bekerja
sebagai berikut:
a. Sebuah kelompok (biasanya terdiri dari para ahli, tetapi dalam kasus ini bukan
para ahli pun mungkin sengaja menggunakannya) dibentuk, tetapi anggota tidak
berinteraksi langsung (tatap muka) satu sama lain. Dengan demikian, biaya
pengeluaran untuk mempertemukan kelompok dapat dikurangi.
b. Setiap anggota diminta membuat prediksi atau input tanpa mencantumkan
nama untuk keputusan kelompok.
c. Setiap anggota k'emudian menerima umpan balik gabungan dari orang lain.
Dalam beberapa variasi, alasan dkcantumkan (tanpa nama), tetapi kebanyakan
hanya data dan daftar gabungan yang digunakan.
d. Pada umpan balik, dilakukan babak lain dari input anonim. Pengulangan terjadi
pada sejumlah waktu yang telah ditetapkan atau sampai umpan balik gabungan
tetap sama, yang berarti setiap orang masuk dalarn posisinya. Kunci utama
keberhasilan teknik ini adalah anonimitasnya. Meneruskan respons anggota
kelompok Delphi yang tanpa nama menghapus masalah "menjaga gengsi" dan
mendorong para ahli untuk lebih fleksibel dan diuntungkan dari penilaian orang
lain. Pra ahli mungkin lebih memerhatikan pembelaan posisi mereka daam teknik
pengambilan keputusan kelompok yang berinteraksi secara tradisional dari ada
membuat keputusan yang baik. Banyak organisasi membuktikan diri sukses
dengan teknik Delphi.

Kesimpulan
Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan alternatif. Model Perilaku
Pengambilan Keputusan, antara lain: (1) Model Rasionalitas Ekonomi, (2) Teknik
Rasional Modern: ABC, EVA, dan MVA, (3) Model Sosial, (4) Model
Rasionalitas Terbatas dari Simon, dan (5) Heulistik Penilaian dan Model Bias.
Gaya Pengambilan Keputusan, antara lain: (1)  Gaya Direktif, (2) Gaya Analitik,
(3) Gaya Konseptual (4) Gaya Perilaku. Gaya tersebut dapat digunakan untuk
menentukan kekuatan dlan kelemahan pembuat keputusan. Gaya tersebut 
membantu menjelaskan mengapa manajer yang berbeda membuat keputusan yang
berbeda setelah mengevaluasi informasi yang sama. Ada beberapa teknik
pengambilan keputusan, antara lain: (1) Teknik Partisipatif, (2) Teknik Keputusan
Kelompok, (3) Teknik Delphi dan (4) Teknik Kelompok Nominal

Saran
hendaknya jika menjadi seorang pemimpin dalam suatu organisasi dapat
mengambil keputusan yang tepat dan menerapkan gaya kepmimpinan sesuai
dengan situasi dengan berbagai pertimbangan yang telah diperhutungkan secara
matang

Riview Jurnal 3 : “Pengambilan Keputusan Dalam Menentukan


Pendidikan
Anak (Studi Deskriptif Pada Keluarga Yang Suaminya Tidak Bekerja)”.Masalah
Penelitian : tentang pengambilan keputusan oleh seorang suami yang tidak bekerja
melainkan istri yang bekerja banting tulang demi pendidikan sekolah anak nya.

Masalah
1.Apakah interaksi dalam keluarga merupakan bentuk dari pendidikan anak?
2.Apa yang harus diperhatikan untuk menentukan bahwa tempat pendidikan yang
akan ditempuh oleh seorang anak adalah tempat pendidikan yang baik?
3.Faktor apa yang mempengaruhi suatu pendidikan anak? Apakah peran orang tua
dibutuhkan untuk mendidik seorang anak sebelum anak tersebut menempuh
pendidikan di sekolah?
4.Apakah boleh seorang istri atau ibu melakukan peran tunggal atau peran ganda
untuk membantu pencarian nafkah untuk keluarga dalam membantu
perekonomian untuk menjamin pendidikan anak?

Analisis data
Proses Pengambilan Keputusan Suami Istri dalam Menentukan Pendidikan Anak
Interaksi keluarga perlu dilakukan oleh orang tua, baik untuk kepentingan dirinya
maupun anggota keluarganya. Selain itu, keterlibatan orang tua bukanlah suatu hal
yang baru di lingkungan pendidikan dan telah memainkan peran yang nyata.
Pendidikan secara umum mempunyai arti sebagai suatu proses kehidupan dalam
mengembangkan diri dari tiap-tiap individu untuk dapat melangsungkan
kehidupan, sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting. Setiap
orang tua tentunya akan menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anaknya,
karena pendidikan anak akan sangat berpengaruh terhadap masa depan mereka.
Sehingga dalam menentukan lembaga pendidikan yang tepat bagi masa depan
sang anak , RA dan istri selalu bermusyawarah bersama. Menurut sang istri,
lokasi sekolah merupakan tahap penentuan paling awal dalam menentukan
sekolah anak. Sedangkan menurut sang suami, semua sekolah pada hakikatnya
sama. Hanya saja yang membedakan hanyalah statusnya antara lembaga
pendidikan negeri atau lembaga pendidikan swasta. Diakui NP bahwa sang istri
selalu ikut terlibat dalam pemilihan sekolah anaknya. Namun menurut pengakuan
suami, sang istri telah memberikan kepercayaan yang penuh mengenai hal
tersebut kepada dirinya. Bagi NP pendidikan agama merupakan bekal yang sangat
penting yang harus diberikan oleh para orang tua kepada anaknya. Selain sekolah
yang lebih menekankan ilmu agamanya. NP juga memprioritaskan akreditasi dan
fasilitas pada sekolah tersebut. Kedua hal tersebut diyakini NP akan menjadi
pertimbangan para orangtua dalam menentukan lembaga pendidikan yang baik
untuk anak-anaknya. Berbeda dengan HPP, dalam pemilihan sekolah untuk anak
justru sang istrilah yang lebih berperan dalam rumah tangganya. Meski mereka
berdua masih saling membicarakan semua masalah yang sedang terjadi, termasuk
urusan pendidikan sang anak. Dalam menentukan masa depan anaknya, HPP lebih
memikirkan mengenai biaya yang nantinya akan dikeluarkan dan tidak terlalu
mengutamakan masalah fasilitas sekolah. Pendapat sang istri pun berbeda dengan
HPP, menurut sang istri selain biaya pendidikan, fasilitas sekolah juga merupakan
salah satu kriteria yang harus diperhatikan sebelum sang anak masuk ke dalam
sekolah tersebut. Ditemukan pada informan pertama bahwa RA merupakan
seorang pria muda yang hanya lulusan SMA, tetapi dia cukup mengetahui akan
pendidikan yang baik untuk sang anak. Meski kini RA tidak bekerja, namun dia
masih mempunyai peran yang cukup tinggi dalam menentukan pendidikan yang
akan dipilih untuk sang anak. NP juga menuturkan bahwa dirinyalah yang lebih
memegang kendali dalam memutuskan setiap masalah yang terjadi pada
keluarganya. Tentunya hal itu juga terjadi dalam pemilihan lembaga pendidikan
untuk sang anak, sebab hal tersebut yang akan menentukan karakter anaknya pada
masa depan kelak. Berbeda dengan informan HPP. Kali ini justru sang istrilah
yang lebih berperan menjadi kepala keluarga di dalam rumah tangganya, hal
tersebut dikarenakan sang istri sebagai pencari nafkah dan memang pantas untuk
mengatur segala keperluan keluarganya, termasuk masalah pendidikan anak. SW
menegaskan bahwa urusan pendidikan anaknya selalu diserahkan kepada sang
istri, sebab dia mengakui apabila kemampuannya dalam mencari informasi
mengenai pendidikan anak dirasa sangat kurang. Sang istri yang merupakan
tulang punggung keluarga juga menjadikan salah satu bentuk kekuasaannya dalam
menentukan masa depan sang anak. Kondisi istri yang selalu berada di lingkungan
pekerjaan setiap hari, memudahkannya untuk mendapatkan info-info mengenai
pendidikan yang terbaik untuk sang anak. Sehingga ia dapat lebih mudah dalam
mengambil keputusan. Di dalam lingkungan keluarga, para istri yang mampu
mencari uang sendiri akan kurang tergantung pada suaminya dibandingkan
dengan wanita yang tidak bekerja. Persamaan posisi istri dan suami dalam bidang
pekerjaan akan menyamakan hak istri dan suami dalam pengambilan keputusan
dalam keluarga.

Penyelesaian
a). Interaksi keluarga perlu dilakukan oleh orang tua baik untuk kepentingan
dirinya maupun keluarga termasuk dalam pendidikan anak. Sebelum menentukan
sekolah untuk anaknya, RA selalu mengutamakan visi dan misi dari sekolah
tersebut, sebab dari visi dan misi itulah karakter sang anak akan terbentuk dan hal
tersebut juga harus diimbangi dengan fasilitas yang memadai pula. RA
menegaskan bahwa pendidikan karakter anak perlu dibangun sejak kecil sehingga
anak-anak akan memiliki kepribadian yang baik bagi kehidupannya kelak,oleh
sebab itu lembaga pendidikan yang baik adalah yang mampu menjadikan anak
didiknya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
b). Kondisi ekonomi sebuah keluarga juga menjadi salah satu faktor penting
terhadap masa depan sang anak mengingat biaya pendidikan sekolah yang
semakin mahal.
c). Peran ayah dan ibu sangatlah penting dalam pendidikan anak di mana, peran
ayah sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga. Sedangkan peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan
pendidik anak-anak, pelindung keluarga.
d). Ibu yang berperan tunggal dan yang berperan ganda dengan meningkatkan
pencarian nafkah keluarga yang juga berperan untuk meningkatkan kedudukan
keluarga, artinya harus menjadi pencari nafkah dan juga harus memenuhi tugas
sebagai ibu rumah tangga oleh karena itu keterlibatan seorang istri dalam
meningkatkan perekonomian keluarga sebenarnya sah-sah saja asalkan tidak
merusak tatanan keluarga. asalkan tidak menjadi konflik karena pemberontakan
istri terhadap keberadaan suami yang dinilai kurang bertanggung jawab pada
keuangan keluarga atau perekonomian keluarga.

Kesimpulan
latar belakang ekonomi orang tua suami memiliki dampak yang sangat besar
terhadap peran suami dalam mengambil keputusan walau mereka tidak satu rumah
dengan keluarga inti. di mana suami yang tidak bekerja pun tidak akan kehilangan
perannya sebagai kepala rumah tangga, sementara suami dengan kondisi ekonomi
orang tua yang cenderung pas-pasan akan lebih mudah kehilangan perannya
dalam menentukan segala keputusan yang terjadi pada rumah tangganya. istri
yang mempunyai penghasilan lebih besar dari suami pun juga akan menggeser
peran suami, sehingga istri menjadi lebih dominan dalam menentukan segala
keputusan rumah tangganya, termasuk dalam hal penentuan sekolah anak.
pengalaman dan pengetahuan seorang kepala rumah tangga akan berdampak pada
kekuasaannya di dalam keluarga itu sendiri. komunikasi antara suami-istri
merupakan suatu hal yang sangat berkaitan erat terhadap masa depan anak.

Saran
Teori pengambilan keputusan ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk
menganalisis suatu fenomena sosial studi ini mampu memperkaya studi sosiologi
yang berkaitan dengan isu-isu sosial seperti pengambilan keputusan pada suami
yang tidak bekerja dan istri yang bekerja dalam menentukan pendidikan anak.
studi ini sangat membantu dalam memberikan gambaran atau wawasan baru
kepada masyarakat luas mengenai arti penting dari sebuah fungsi dan peran suami
istri dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang kepala keluarga dan ibu rumah
tangga yang sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai