Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen

Dosen Pengampu : Kursubadani, M.Pd.I

Disusun Oleh :

ERVINA CANDRA

TIYA QORRIANA PRATIWI

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) NURUL FALAH


AIRMOLEK

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pengambilan keputusan adalah bagian kunci kegiatan manajer. Pembuatan


keputusan (decision making) menggambarkan proses bagaimana serangkaian
kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu. Benar kata orang
bijak “Jika cara anda tepat dalam membuat keputusan, maka anda akan terbebas
dari berbagai persoalan dalam hidup”. Kualitas keputusan-keputusan manajer
akan menentukan efektifitas rencana yang disusun. Pengambilan keputusan yang
baik merupakan bagian vital dari manajemen yang baik karena setiap keputusan
yang diambil akan menentukan bagaimana sebuah organisasi dapat mencapai
tujuan-tujuannya.  seorang manajer harus dapat menetapkan dan memutuskan
keputusan yang harus diambil yaitu keputusan terbaik dengan mempertimbangkan
hal-hal yang menyangkut perusahaan secara menyeluruh.

Pengambilan keputusan adalah memilih satu atau lebih diantara sekian banyak
alternatif keputusan yang mungkin. Alternatif keputusan meliputi keputusan ada
kepastian, keputusan beresiko, keputusan ketidakpastian dan keputusan dalam
konflik.

Manajemen membutuhkan Informasi sebagai dasar pengambilan keputusan


mereka. Sistem Informasi mempunyai peranan yang penting dalam menyediakan
Informasi untuk manajemen setiap tingkatan. Tiap-tiap kegiatan dan keputusan
manajemen yang berbeda membutuhkan informasi yang berbeda. Oleh karena itu,
untuk dapat menyediakan informasi yang relevan dan berguna bagi manajemen,
maka pengembangan Sistem Informasi harus memahami terlebih dahulu kegiatan
yang dilakukan oleh manajemen dan tipe keputusannya.

Keputusan bisa dibuat berulang kali secara rutin dan dalam bentuk persoalan yang
sama sehingga mudah dilakukan keputusan. Keputusan yang dihadapi mungkin
serupa dengan situasi yang pernah dialami, tetapi ada ciri khusus dari
permasalahan yang baru timbul.

B.     Rumusan Masalah
1.      Macam keputusan manajemen
2.      Keputusan dan jenjang manajemen
3.      Tahap – tahap pengambilan keputusan
4.      Tipe-tipe masalah dan pemecahannya
5.      Model pengambilan keputusan
6.      Pengambilan keputusan individu dan kelompok

BAB II
ISI

A.    Macam-macam pengambilan Keputusan manajemen


Pengambilan keputusan (decision making) merupakan salah satu proses
manajemen yang penting bagi setiap organisasi. Manajemen lainya dilatar
belakangi oleh adanya keputusan yang dibuat oleh manajer puncak, yang
kemudian secara hirarkis dibuat oleh lini-lini manajemen ditingkat staf-staf yang
dibutuhkan. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai suatu proses
penilaian dan pemilihan dari berbagai alternatif sesuai dengan kepentingan–
kepentingan  tertentu dengan menetapkan suatu pilihan yang dianggap paling
menguntungkan. Mengindentifikasi masalah utama yang mempengaruhi tujuan,
menyusun, menganalisis, dan memilih berbagai alternatif tersebut dan mengambil
keputusan yang dianggap paling baik.

MACAM – MACAM  KEPUTUSAN MANAJEMEN


Oleh Herbert Simon secara umum membedakan antara dua jenis keputusan, yaitu:
1. Keputusan yang terstruktur (structured decision)
Keputusan yang terstruktur adalah keputusan yang terstruktur atau yang muncul
berulang – ulang dan rutin, dibuat menurut kebiasaan, aturan, serta prosedur
tertulis maupun tidak.
a)      Sifat Keputusan Terstruktur:
1.  Berulang-ulang
2.  Rutin
3.  Mudah dipahami
4.  Memiliki pemecahan yang standar berdasarkan analisa kuantitatif
Contoh: Strategi pemasaran untuk produk baru, pemberian cuti, pengambilan
tugas terakhir, dll
b)      Sifat Keputusan Semi Terstruktur:
1.  Peraturan tidak lengkap
2.  Sebagian structured dan sebagian unstructured
Contoh: Pemberian kredit, personalia, pemberian dana rehabilitasi sekolah,
pemeliharaan jalan, dll.

2. Keputusan yang tidak terstruktur (unstructured decision)


Keputusan yang tidak terprogram apabila keputusan baru pertama kali muncul dan
tidak tersusun (unstructured). Keputusan semacam itu memerlukan penanganan
khusus, untuk memecahkan masalah, karena belum ada pedoman khusus dalam
menangani masalah tersebut. Keputusan tidak terstruktur tidak mempunyai suatu
aturan yang baku, tergantung pada jenis masalahnya.
Sifat Keputusan Tidak Terstruktur:
1.  Tidak berulang dan rutin
2.  Tidak ada model untuk memecahkan masalah ini
3.  Butuh intuisi
4.  Tidak ada solusi langsung yang bisa dipakai untuk problem yang masih
kabur    
     dan cukup kompleks
5.  Kebijakan yang ada belum menjawab.
Pengambilan keputusan adalah proses dalam mengenali masalah-masalah dan
peluang-peluang untuk kemudian di pecahkan. Berdasarkan lingkungannya
perbedaan utama antara keputusan terstruktur dan keputusan tidak terstruktur ada
dalam kaitannya dengan tingkat kejelasan yang harus ditangani manajer dalam
mengambil keputusan. Terdapat empat posisi dalam skala tersebut adalah:
1.  Dalam kondisi pasti atau kejelasan
Kejelasan artinya semua informasi yang diperlukan oleh pihak pengambil
keputusan telah tersedia secara menyeluruh. Kepastian adalah kondisi tentang
adanya informasi yang akurat, dapat diukur, dan dapat diandalkan tentan hasildari
berbagai alternatif yang sedang dipertimbangkan. Hal-hal yang terjadi dalam
pengambilan keputusan:
a.       Alternatif yang harus dipilih hanya memiliki satu konsekuensi/jawaban/hasil
yang dapat ditentukan dengan pasti.
b.      Keputusan yang diambil didukung oleh informasi/data yang lengkap, sehingga
dapat
diramalkan secara akurat hasil dari setiap tindakan yang dilakukan.
c.       Pengambil keputusan secara pasti mengetahui apa yang akan terjadi di masa yang
akan datang.
d.      Biasanya selalu dihubungkan dengan keputusan yang menyangkut masalah rutin,
karena kejadian tertentu di masa yang akan datang dijamin terjadi.
e.       Pengambilan keputusan seperti ini dapat ditemui dalam kasus/model yang bersifat
deterministik.
f.       Menggunakan teknik penyelesaian/pemecahan melalui program linear, model
transportasi,
model penugasan, model inventori, model antrian, model network.
2.  Dalam kondisi berisiko
Resiko artinya adalah bahwa sebuah keputusan harus memiliki tujuan-tujuan
yang jelas dan informasi yang baik selalu tersedia, tetapi hasilnya di masa depan
yang berhubungan dengan setiap alternatif belumlah pasti.
Konsekuensi-konsekuensi dari berbagai alternatif yang tidak pasti adalah sebagai
berikut:
a.   Aternatif yang dipilih mengandung lebih dari satu kemungkinan hasil.
b.  Pengambilan keputusan memiliki lebih dari satu alternatif tindakan.
c.   Diasumsikan bahwa pengambilan keputusan mengetahui peluang yang akan
      terjadi terhadap berbagai tindakan dan hasil.
d.  Resiko terjadi karena hasil pengumpulan keputusan tidak dapat diketahui
dengan
     pasti.
e.   Pada kondisi ini ada informasi atau data yang akan mendukung dalam
membuat
      keputusan, berupa besar atau nilai peluang terjadinya bermacam-macam
keadaan.
f.   Menggunakan teknik pemecahan konsep probabilitas, seperti model keputusan
     probabilistik, model inventori probabilistik, model antrian probabilistik.

3.  Dalam kondisi tidak pasti atau ketidak jelasan


Ketidakjelasan/ketidakpastian adalah saat dimana manajer mengetahui tujuan
mana yang ingin dicapai, tetapi informasi tentang alternatif dan peristiwa-
peristiwa di masa depan tidak lengkap. Faktor-faktor yang mungkin akan
mempengaruhi sebuah keputusan, seperti masalah harga, biaya produksi, volume,
dan suku bangsa di masa depan yang akan datang.

Pengambilan keputusan dalam kondisi ini adalah pengambilan keputusan dimana:


a.       Tidak diketahui sama sekali hal jumlah kondisi yang mungkin timbul serta
kemungkinan-kemungkinan munculnya kondisi-kondisi tersebut.

b.      Pengambilan keputusan tidak dapat menentukan probabilitas terjadinya berbagai


kondisi atau hasil yang keluar.
c.       Pengambil keputusan tidak mempunyai pengetahuan atau informasi lengkap
mengenai peluang terjadinya bermacam-macam keadaan tsb.
d.      Hal yang akan diputuskan biasaya relatif belum pernah terjadi.
e.       Tingkat ketidakpastian dapat dikurangi dengan cara mencari informasi lebih
banyak melalui riet atau penelitian penggunaan probabilitas subjektif.
f.       Teknik pemecahannya menggunakan metode maximin, metode maximax, metode
laplace, metode minimax regret, metode relaisme dan dibantu dengan tabel hasil
(pay off tabel)

4.  Dalam kondisi konflik/ambiguitas


Ambiguitas sekitarnya adalah situasi paling sulit dalam pengambilan keputusan
dimana tujuan-tujuan yang akan dicapai atau permasalahan-permasalahan yang
hendak dipecahkan tidak jelas, alternatif sulit ditentukan dan informasi mengenai
hasilnya nanti tidaklah tersedia.
Pengambilan keputusan dalam kondisi konflik/ambiguitas adalah pengambilan
keputusan dimana:
a.       Kepentingan dua atau lebih pengambilan keputusan saling bertentangan dalam
      situasi persaingan.
b.      Pengambil keputusan saling bersaing dengan pengambil keputusan lainnya yang
      rasional, tanggap dan bertujuan untuk memenangkan persaingan tersebut.
c.   Pengambil keputusan bertindak sebagai pemain dalam suatu permainan.

B. Keputusan dan Jenjang Manajemen


    a). Keputusan Manajemen
Keputusan (decision) merupakan pilihan yang dibuat dari beberapa
alternative    yang tersedia.Pengambilan keputusan (decision making) adalah
proses identifikasi masalah dan kesempatan kemudian memecahkannya.
Keputusan Berdasarkan Tipe Persoalan :
1.  Keputusan Internal Jangka Pendek
Berkaitan dengan kegiatan rutin atau operasional.
Contohnya : pembelian bahan baku, penentuan jadwal produksi yang dilakukan
oleh manajer operasional.

2.  Keputusan Internal Jangka Panjang


Keputusan yang berkaitan dengan permasalahan organisasi.
Contohnya : perombakan struktur organisasi, perubahan departemen yang
dilakukan oleh manajer puncak dan manajer menengah.
3.  Keputusan Eksternal Jangka Pendek
Keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan yang berdampak dengan
lingkungan dalam rentang waktu yang relative pendek.
Contohnya : mencari subkontrak untuk suatu permintaan khusus yang dilakukan
oleh manajer menengah.
4.  Keputusan Eksternal Jangka Panjang
Keputusan yang berkaitan dengan semua persoalan dengan lingkungan dalam
rentang waktu yang relative panjang.
Contohnya : merger dengan perusahaan lain dan ini bersifat strategis yang
dilakukan oleh manajer puncak.

b). Jenjang Manajemen


Pengertian manajemen adalah ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasi,
mengarahkan, mengkoordinasi serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan
alat-alat untuk mencapai yang telah ditetapkan.Manajemen merupakan sarana
untuk mencapai tujuan organisasi dengan memanfaatkan alat yang tersedia
semaksimum mungkin.Manajemen merupakan kegiatan pokok yang dilakukan
scorang pimpinan  karena dia menjabat sebagai manajer untuk mengolah input
menjadi output melalui  proses manajemen.                  
Secara umum tingkatan manajemen dalam organisasi memiliki hierarki
manajemen.
Secara klasik, hierarki atau tingkatan manajemen terbagi menjadi tiga, yaitu:
     1.  Manajer Puncak (Top Manager)
Disebut juga manajer senior, eksekutif kunci.
Manajer puncak bertugas untuk memutuskan hal-hal yang penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan, menyusun rencana umum perusahaan dan
mengambil keputusan-keputusan penting tentang merger, produk baru dan
pengeluaran saham yang berkaitan dengan masalah perencanaan dan keputusan
yang bersifat strategis(strategic planning).Jenjang ini meliputi: Dewan
Direktur(Board of Directors)
Jenjang BOD bertugas:
a.   bertanggung jawab terhadap kebijakan perusahaan secara menyeluruh
b.  bertanggung jawab kepada pemegang saham.
d.  Mengawasi pembuatan dan distribusi laporan keuangan perusahaan.
e.   Memastikan perusahaan mematuhi peraturan hukum yang berlaku.
f.   Untuk keputusan yang tidak terprogram, biasanya lebih banyak diambil oleh
manajer pada tingkat tinggi (top manajer).
Direktur Utama(CEO) manajer yang diduduki di dewan direksi atau Chief
Executif Officer ( CE ) dengan tugas menyusun rencana perusahaan maupun
pengelolaan harta kekayaan perusahaan.
Jenjang Direktur Utama bertugas:
a.       Sebagai eksekutor kebijakan BOD dan pihak yang memiliki managerial dan
memiliki wewenang  paling tinggi dalam operasional perusahaan.
b.      Menentukkan strategi dan kebijakan yang diambil, penggunaan sumber daya
perusahaan,  
berhubungan dengan karyawan, pemegang saham dan investor potensial.

2.  Manajer Madya (Middle Manajer)


Disebut juga sebagai manajer menengah, manajer administrasi yang meliputi
pimpinan pabrik atau manajer divisi. Mereka bertanggung jawab menyusun
rencana operasi dan melaksanakan rencana-rencana umum dari manajer puncak.
Antara lain menangani permasalahan kontrol atau  pengawasan yang sifat
pekerjaannya lebih banyak pada masalah administrasi: keputusan
administrasi/taktis, yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya.
3.  Manajer Operasional (Manajer Lini)
Merupakan jenjang manajemen terendah,  yang tugas utamanya menyangkut
pelaksanaan rencana yang dibuat oleh manajer madya, mengawasi pelaksanaan
kegiatan operasional yang telah dilakukan oleh karyawan sehari-hari, sebagai
supervisor garis pertama yang bertanggung jawab melakukan supervisi kepada
para karyawan yang melakukan pekerjaan hariannya yaitu berkaitan dengan
kegiatan operasional (operasi harian) yang disebut keputusan operasional.

Manajer bertanggung jawab atas manajemen fungsi-fungsi bisnis berikut:


1. Inovasi
2. Produksi
3. Pemasaran
4. Sumber Daya Manusia
5. Keuangan dan Akuntansi
6. Kepatuhan terhadap hukum
Peranan Manajer ada tiga, yaitu :
1.  Antar pribadi ( hubungan interpersonal )
2.  Pemberian informasi kepada pihak yang berkepentingan mengenai policy
perusahaan
     (Informational Role).
3.  Cara manajer mengimplementasikan suatu keputusan perusahaan di dalam
kegiatan
     perusahaan ( Decision Role ).
C.    Tahap Pengambilan Keputusan Seorang Manajer
Pemilik usaha kecil dan manajer mengambil keputusan akan beragam hal
seperti kegiatan usaha setiap hari sampai keputusan strategis jangka panjang.
Tahap pengambilan keputusan seorang manajer dapat dijabarkan kedalam 6
langkah
1.      Identifikasi Masalah
Tahap yang pertama adalah mengenali apakah ada suatu keputusan yang perlu
diambil. Keputusan tidak dibuat secara insidentil, hal itu merupakan sebuah upaya
untuk mencari solusi atas suatu masalah yang khusus, menjadi kebutuhan atau
mencari peluang. Seorang supervisor dalam toko ritel mungkin menyadari bahwa
terlalu banyak karyawan di toko ketimbang jumlah penjualan per hari. Kondisi itu
misalnya, akan membuat manajer membuat keputusan biaya operasional
diperketat.
2.      Mencari Informasi
Tahap pengambilan keputusan seorang manajer selanjutnya adalah mendapatkan
serangkaian informasi untuk klarifikasi pendapat mereka setelah mengidentifikasi
masalah yang perlu diberi sebuah keputusan. Seorang manajer mungkin perlu
memutuskan sumber masalah potensial, masyarakat dan proses yang dilibatkan
dalam masalah dan hambatan yang ada dalam proses pengambilan keputusan.
3.      Solusi Berdiskusi
Memiliki pemahaman yang menyeluruh atas suatu masalah yang dihadapi,
seorang manajer dapat memuat daftar solusi potensial. Tahap pengambilan
keputusan seorang manajer ini melibatkan sedikit waktu untuk berpikir sampai
beberapa bulan memikirkan, bahkan lebih, akan sebuah perencanaan bersama,
bergantung pada sifat keputusan yang akan diambil.
4.      Memilih Alternatif
Manajer akan mempertimbangkan pro dan kontra dalam setiap solusi potensial,
mencari informasi tambahan jika diperlukan dan memilih opsi yang dirasakan
memiliki kemungkinan sukses terbaik dengan biaya termurah.
Mempertimbangkan masukan dari pihak luar jika Anda sudah melalui semua
proses tahapan sendirian. Meminta opini kedua dapat memberikan pandangan
baru dalam suatu masalah dan solusi potensial yang dimiliki.
5.      Laksanakan Rencana
Tidak ada waktu untuk menebak-nebak saat Anda akan melaksanakan keputusan.
Setelah Anda berkomitmen memilih solusi, kumpulkan semua karyawan dan
laksanakan keputusan dalam sebuah langkah yang meyakinkan. Hal ini bukan
berarti keputusan seorang manajer tidak dapat berubah setelah dilaksanakan.
Manajer yang berpandangan maju selalu melakukan mekanisme pengawasan
untuk evaluasi outcome keputusan mereka.
6.      Evaluasi Outcome
Bahkan seorang pengusaha bertaraf internasional sekalipun akan belajar dari
kesalahan mereka. Selalu awasi outcome dari keputusan strategis yang Anda buat
sebagai seorang pengusaha kecil sekalipun. Persiapkan diri untuk beradaptasi
dengan rencana sebisa mungkin. Atau bahkan berpindah ke alternatif solusi yang
ada jika solusi pilihan Anda tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

D.    Tipe-tipe masalah dan pemecahannya

    Problem atau masalah dalam banyak hal, suatu masalah mungkin adalah suatu
peluang yang tersembunyi. Misalnya yang dikeluhkan pelamggan mengenai
lambatnya penyerahan barang pesanan, dapat juga dilihat sebagai suatu
kesempatan untuk mendesain ulang proses produksi dan pelayanan pada
pelanggan.
Masalah adalah
1.  Segala sesuatu yang dapat menghambat tercapainya suatu tujuan yang telah
direncanakan.
2.  Suatu keadaan yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Masalah merupakan
kesenjangan antara teori dengan fakta empiris,antara yang ditetapkan sebagi
kuajiban dengan kenyataan implimentasian kenyataan.
Dalam masalah terdiri dari  beberapa masalah, yaitu :
1.  Berdasarkan resikonya : masalah ringan/sederhana dan masalah berat/rumit.
2.  Berdasarkan sifatnya : masalah pribadi dan juga kelompok.
3.  Berdasar penyababnya : masalah umum dan masalah social.
4.  Berdasarkan bidangnya : masalah tehnis dan masalh non tehnis.
Masalah Sederhana (simple problem)
Cirinya adalah berskala kecil, berdiri sendiri, tidak mengandung konsekwensi
yang besar, pemecahan tidak memerlukan pemikiran lusa dan mendalam.
Masalah Rumit (complex problem).
Cirinya adalah berkala besar, tidak berdiri sendiri, mengandung konsekuensi
besar, pemecahannya memerlukan pemikiran yang tajam dan analistis. Jenis dari
masalah ini ada dua yaitu:
1.  Masalah terstruktur yaitu masalah yang jelas factor penyebabnya,bersifat rutin dan
biasnya timbul berulang kali sehingga pemecahannya dapat ddilakukan dengan
tehnik pengambilan keputusan yang bersifat rutin, repetif dan dibakukan.
2.  Masalah yang tidak terstruktur yaitu penyimpangn dari suatu masalah organisasi
yang bersifat umum, tidak rutin, tidak jelas factor penyebabnya dan
konsekuensinya, serta tidak repetitif.
Nilai ambang untuk mengenali masalah
1.  Seberapa besar kesenjangan antara keadaan sebenarnya dan yang diinginkan?
2.  Bagaimana kesenjangan ini mempengaruhi peluang kita untuk mencapai  atau
melampaui sasaran organisasi.
3.  Bila kesenjangan ini merupakan  masalah, seberapa sulit untuk membetulkannya?
Seberapa cepat kita untuk bertindak membetulkannya atau mengambil
seuntunagan dari pelluang?
Ini adalah jenis perntanyaan yang harus dipertimbangkan oleh para
manajer saat mendefisinikan situasi apakah sebagai masalah ataun suatu
kesempatan.
Untuk menjawab pertanyaan seperti ini manajer harus menggunakan
a.   Penilaian mereka berdasarkan pada pengetahuan lingkungan untuk organisasi
mereka.
b.  Nilai – nilai dan latar belakang
c.   Memikirkan mengenai lingkungan alam
d.  Latar belakang dan keahlian
e.   Eksekutif individualis Manajer keuangan sebaliknya, memandang situasi sedian
dalam jumlah banyak sebagai suatu masalah.
Proses penemuan Masalah
Masalah biasanya bersifat informal dan intutif. Empat macam situasi biasanya 
memberikan peringatan pada manajer tentang kemungkinan adanya masalah
yaitu:
1.  Deviasi dari pengalaman masa lalu
2.  Deviasi dari rencana yang ditetapkan
3.  Orang lain
4.  Prestasi pesaing
Pengakuan adanya masalh tidak dapat dipisahkan dari sejarah ketika manajer
membuat keputusan.
Ada beberapa jenis pendekatan sisitematis untuk pemecahan masalah
yaitu :
1.  Persiapan, manajer memandangperusahaan sebagai suatu system dengan
memahami lingkungan perusahaan.
2.  Devisi manajer bergerak dari tingkat system ke subsistem
3.  Solusi yaitu manajer mengidentifikasi solusi alternative, menerapkan dan
menentukan tindak lanjut.
Berikut adalah sistematis cara mengatasi masalah:
a.   Buat daftar masalah apasaja yang anda anggap sebagai masalah.
b.  Kelompokkan kedalam tiga kategori yaitu masalh langsung, tidak langsung dan
tanpa kendali.
c.   Buat matriks metode  penyelesaian.
d.  Ambil tindakan kongkrit.
e.   Bertekunlah dan bersabarlah.
f.   Kenali hasil dan perbaiki metodenya.
E. Ada beberapa model dan teknik pengambilan keputusan
1.Model Optimasi
Sasaran yang ingin dicapai dengan model optimasi adalah bahwa dengan
mempertimbangkan keterbatasan yang ada, organisasi memperoleh hasil terbaik
yang paling mungkin dicapai. Sikap pengambil keputusan, norma-norma serta
kebijaksanaan organisasi berperan penting dalam menentukan kriteria apa yang
dimaksud dengan hasil terbaik yang mungkin dicapai itu.
Langkah-Langkah Dalam Model Optimasi
Menurut Maulana (2010) Proses pengambilan keputusan meliputi :
a.       Lakukan kebutuhan akan suatu keputusan
b.      Menentukan kriteria yang diputuskan
c.       Menentukan kriteria yang berbobot
d.      Mengembangkan alternatif
e.       Menilai beberapa alternatif
f.       Memilih alternatif
Kelebihan dari teknik pengambilan keputusan model optimasi, antara lain:
a.   Dapat memfokuskan diri pada pengumpulan data dan kriteria yang telah
ditetapkan.
b.   Dapat mengurangi subyektifitas, yaitu mengambil keputusan berdasarkan opini
seseorang.
c.   Efisien, karena berdasarkan pemilihan alternatif yang terbaik.
Kekurangan dari teknik pengambilan keputusan model optimasi, antara  lain:
a. Diasumsikan atau dianggap bahwa ada pengetahuan yang telah dihasilkan.
b. Model optimasi ini tidak dinamis, harus mengikuti langkah-langkah yang
terkait
c. Dimunculkan sebagai obyektif  namun pengambilan keputusan oleh
siapapun
membutuhkan justifikasi pribadi (tidak bebas nilai).
2. Model satisficing
Salah satu perkembangan baru dalam teori pengambilan keputusan ialah
berkembangnya pendapat yang mengatakan bahwa manusia tidak memiliki
kemampuan untuk mengoptimalkan hasil dengan menggunakan berbagai kriteria
yang telah dibahas diawal. Tidak dapat disangkal bahwa aksentuasi pada
pendekatan kuantitatif mempunyai tempat dalam pengambilan keputusan.
Pengambilan keputusan tidak dapat didekati semata-mata dengan prosedur yang
sepenuhnya didasarkan pada rasionalitas dan logika. Kenyataan sering
menunjukan bahwa para pengambil keputusan tidak selalu berpikir dalam
kerangka pertanyaan: “ Alternatif- alternatif apa yang tersedia, informasi yang
bagaimana yang diperlukan, serta analisis bagaimana yang diperlikan sehingga
pilihan dapat dijatuhkan pada alternatif yang paling tepat?” Memang sukar
membayangkan adanya situasi dimana seorang pengambil keputusan dapat
memastikan semua konsekuensi tindakan yang akan diambil, baik yang
menguntungkan maupun tidak.
Ada dua alasan pokok untuk mengatakan yang demikian itu:
a.              Memang tidak mungkin informasi yang relevan, mutakhir, lengkap dan dapat
dipercaya selalu tersedia.
b.              Tidak semua kemungkin tentang semua konsekuensi yang akan timbul dapat
diperkirakan secara tepat sebelumnya.
Model satisficing berarti pengambil keputusan memilih alternative solusi pertama
yang memenuhi criteria keputusan minimal. Dengan tidak berusaha untuk
mengejar seluruh alternative untuk mengidentifikasi solusi tunggal untuk
memaksimalkan pengembalian ekonomi, manajer akan memilih solusi pertama
yang muncul untuk memecahkan masalah, bahkan jika solusi yang lebih baik
diperkirakan akan ada kemudian. Pengambil keputusan tidak dapat menjustifikasi
waktu dan pengorbanan untuk mendapatkan kelengkapan informasi.
Model satisficing, para pengambil keputusan merasa cukup bangga dan puas
apabila keputusan yang diambilnya membuahkan hasil yang memadai, asalkan
persyaratan minimal tetap terpenuhi. Ide pokok dari model ini adalah bahwa usaha
ditujukan pada apa yang mungkin dilakukan “sekarang dan disini” dan bukan
pada sesuatu yang mungkin optimal tetapi tidak realistis dan oleh karenanya tidak
mungkin dicapai.

3. Model Mixed Scanning


Scanning berarti usaha mencari, mengumpulkan, memproses, menilai, dan
menimbang-nimbang informasi dalam kaitannya dengan menjatuhkan pilihan
tertentu. Model mixed scanning berarti bahwa setiap kali seorang pengambil
keputusan mengahadapi dilemma dalam memilih suatu langkah tertentu, satu
keputusan pendahuluan harus dibuat tentang sampai sejauh mana berbagai sarana
dan prasarana organisasi akan digunakan untuk mencari dan menilai berbagai
fungsi dan kegiatan yang akan dilaksakan. Para ahli berpendapat bahwa, dalam
penggunaan model ini keputusan- keputusan yang fundamental dibuat setelah
terlebih dahulu melakukan pengkajian terhadap berbagai alternatif yang paling
relevan, yang kemudian dikaitkan dengan tujuan dan sasaran organisasi. Unsur-
unsur dari pendekatan yang rasional dan incremental digabungkan, dan
penggabungan ini dipandang dapat saling isi mengisi, dalam arti kelebihan
pendekatan yang rasional memperkuat kelebihan pendekatan yang inkremental.
Keputusan  ini dimungkinkan membuat keputusan-keputusan besar yang
mempunyai dampak jangka panjang, dan juga keputusan-keputusan dengan ruang
lingkup terbatas. Mereka dapat menggabungkan kedua perspektif tersebut, yaitu
yang berjangka panjang dan luas dengan yang sempit bertahap dengan maksud
mencegah mereka membuat keputusan inkremental yang kurang melihat jauh ke
depan.
Contohnya : Saat kita memutuskan untuk pindah kerja ( resign ), pasti kita akan
berpikir jauh, apakah di tempat kerja yang baru nanti akan lebih baik dari yang
sekarang, pastinya kita tidak mau gegabah dengan mengambil keputusan secara
cepat, karena dampaknya pasti aka nada penyesalan jika nantinya tidak sesuai
dengan yang diharapkan. Maka dari itu kita pasti akan memikirkannya matang-
matang dalam membuat keputusan tersebut.
4.  Model Heuritis
Pada hakikatnya model ini berarti, bahwa faktor-faktor internal yang terdapat
dalam diri seseorang pengambil keputusan lebih berpengaruh dari pada faktor-
faktor eksternal. Dengan kata lain, seorang pengambil keputusan lebih
mendasarkan keputusannya pada konsep-konsep yang dimilikinya, berdasarkan
persepsi sendiri tentang situasi problematic yang dihadapi. Dalam praktek model
ini digunakan apabila para pengambil keputusan tidak tersedia kemampuan untuk
melakukan pendekatan yang matematikal atau apabila bagi pengambil keputusan
tidak tersedia kesempatan untuk memanfaatkan berbagai sumber oraganisasional
untuk melakukan pengkajian yang sifatnya kuantitatif

F.     Pengambilan Keputusan Individu dan Kelompok


Intisari dari proses “pengambilan keputusan”  sebenarnya adalah proses membuat
pilihan diantara beberapa pilihan dan harapan akan terciptanya suatu hasil yang
baik. Sweeney & McFarlin (2002) mendefinisikan pengambilan keputusan
sebagai proses dalam mengevaluasi satu atau lebih pilihan dengan tujuan untuk
meraih hasil terbaik yang diharapkan. Sementara itu, Kinicki & Kreitner (2003)
mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses mengidentifikasi dan
memilih solusi yang mengarah pada hasil yang diinginkan.
Ditinjau dari karakteristiknya, pengambilan keputusan terdiri dari 2 karakteristik,
yakni:
         Pengambilan keputusan individual
         Pengambilan keputusan kelompok
1.  Pengambilan Keputusan Individual
Pengambilan keputusan merupakan hasil proses dari beberapa pertimbangan
alternatif untuk menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, maka pengambilan
keputusan sesungguhnya bukanlah hal yang sederhana.
Seorang filosof Prancis, Jean-Paul Sartre mengatakan bahwa manusia sebagai
makhluk yang berkesadaran “dikutuk untuk bebas”. Kutukan kekebasan ini
menempatkan manusia sebagai makhluk yang dapat menentukan jalannya sendiri.
Apapun jalan yang diambil, maka manusia itu sendiri yang harus bertanggung
jawab atas segala sesuatu yang terjadi dikemudian hari.
Empat Gaya pengambilan keputusan individu:
Menurut Rowe & Boulgarides (1994), dua dimensi di atas (orientasi nilai &
kompleksitas kognitif) apabila dikombi-nasikan menghasilkan 4 gaya
pengambilan keputusan, yakni:
a.       Directive
Individu dengan gaya direktif, toleransinya rendah terhadap ambiguitas, ia
mencari rasionalitas. Efisien dan logis. Keputusan dibuat dengan informasi yang
minimal, dengan menilai beberapa alternatif. Membuat keputusan yang cepat dan
fokus pada jangka pendek.
“gaya directive” Cenderung fokus pada hal-hal yang bersifat teknis, lebih
menyukai hal-hal yang terstruktur, seringkali agresif, serta cenderung
mendominasi orang lain.
b.      Analytical
Individu dengan gaya analitis, toleransinya lebih besar terhadap ambiguitas.
Fokus terhadap keputusan yang bersifat teknis. Berkeinginan mencari informasi
lebih lanjut dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif. Dicirikan sebagai
pengambil keputusan yang terbaik dalam hal kehati-hatiannya dan
kemampuannya dalam beradaptasi, sehingga tidak cepat dalam mengambil
keputusan.
c.       Conceptual
Individu dengan gaya konseptual, cenderung luas pan-dangannya dalam
mempertimbangkan berbagai alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang, dan
mereka sangat baik dalam menemukan kreativitas pemecahan masalah.
Disamping itu, tingkat kompleksitas kognitif dan orientasi.
“gaya conceptual” orientasi pada manusia tinggi. Ada kepercayaan dan kebutuhan
dalam hubungan dengan bawahan. Cenderung idealis, menekankan pada etika dan
nilai. Kreatif, cepat memahami hubungan yang kompleks. Fokusnya pada jangka
panjang dengan komitment organisasi yang tinggi. Berorientasi ke masa depan
pada prestasi dan penghargaan, pengakuan, dan kemandirian. Lebih sebagai
“pemikir” daripada pelaksana.
d.      Behavioral
Individu dengan gaya behavioral, memiliki tingkat kompeksitas kognitif yang
rendah, namun mereka memiliki perhatian yang mendalam terhadap organisasi
dan perkembangan orang lain. Peduli dengan prestasi rekan-rekan dan bawahan,
menerima saran dari orang lain, serta mengandalkan pertemuan-pertemuan
(meeting) untuk berkomunikasi. Memiliki keinginan untuk kompromi. Fokus pada
jangka pendek, menghindari konflik untuk mencari penerimaan, namun
kadangkala merasa tidak aman.

            2. Pengambilan Keputusan Kelompok


Dalam keputusan ini musyawarah kelompok sangat bermanfaat karna diputuskan
bersama atas pertimbangan bersam, atas kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi pada masa yang akan dating.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan .
Pengambilan keputusan banyak pemahaman menurut pakarnya masing-masing dan juga
menurut tempat berserta kepentingannya masing-masing. Pengambilan keputusan ini
sangat diperlukan dalam melakukan suatu usaha untuk mendapatkan hasil yang baik dan
memuaskan baik itu secara individu maupun kelompok, pengambilan keputusan harus
betul-betul valid dalam melakukan sesuatu tindakan dalam suatu bisnis guna untuk
kelancaran bisnis.

B.     Saran.

Kami selaku penyusun sangat menyadari masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini.Hal ini disebabkan
karena masih terbatasnya kemampuan kami.

Oleh karena itu, Kami selaku pembuat makalah ini sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun.Kami juga mengharapkan makalah ini sangat
bermanfaat untuk kami khususnya bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Basyaib, Fachmi,. 2006. Teori Pengambilan Keputusan.   Jakarta: PT Grasindo
Richard. 2003.  Management (Manajemen). Jakarta: Salemba Empat.
Siagian, Sondang. 1990. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. Jakarta: Haji
Masagung.
http://lalanurmala-lalanurmala.blogspot.co.id/2015/09/teori-pengambilan-
keputusan-
     model.html, diakses  tanggal 1 Oktober 2015 pukul 08.30 WIB.
https://bukunnq.wordpress.com/makalah-pengambilan-keputusan-secara-objektif-
dan-
     konstruktif/ diakses tanggal 1 Oktober 2015 pukul 08.40 WIB.
Sondang Siagian. Teori dan Praktek Pengambilan Keputusan. (Jakarta: Haji
Masagung,
     1990), cet. Ke-2,

Anda mungkin juga menyukai