Anda di halaman 1dari 114

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT

(Persea americana Mill) TERHADAP PENURUNAN


KOLESTEROL PADA MENCIT JANTAN

SKRIPSI

OLEH
RATNASARI PUTRI BR TARIGAN
NPM : 16.18.093

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2020
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK ETANOL BIJI ALPUKAT
(Persea americana Mill) TERHADAP PENURUNAN
KOLESTEROL PADA MENCIT JANTAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
Pada Program Studi Farmasi Program Sarjana Fakultas Farmasi
Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua

OLEH
RATNASARI PUTRI BR TARIGAN
NPM : 16.18.093

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS FARMASI
INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA
TAHUN 2020
Lembar Persetujuan Pembimbing Untuk Sidang Skripsi

Judul skripsi : Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea


americana Mill) Terhadap Penurunan Kolesterol Pada
Mencit Jantan
Nama Mahasiswa : Ratnasari Putri Br Tarigan
NPM : 16.18.093
Fakultas : Farmasi
Program Studi : Farmasi Program Sarjana

Menyetujui
Pembimbing

apt. Drs. Palas Tarigan, MM., M.Kes.


NPP 19530515 201308 1 001

Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua


Fakultas Farmasi
Dekan,

apt. Drs. Palas Tarigan, MM., M.Kes.


NPP 19530515 201308 1 001

Tanggal Sidang Skripsi : 17 Juli 2020


Lembar Persetujuan Penguji

Telah diuji
Pada Tanggal : 17 Juli 2020

PANITIA PENGUJI SIDANG SKRIPSI


Ketua : apt. Drs. Palas Tarigan, MM., M.Kes.
NPP 19530515 201308 1 001 (Penguji I)

Anggota :1. apt. Bunga Rimta Barus, S.Farm., M.Si.


NPP 19840104 201803 2 001 (Penguji II)

2. Ns. Friska Ernita Sitorus, S.Kep., M.Kep.


NPP 19870324 201101 2 002 (Penguji III)
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini


Nama : Ratnasari Putri Br Tarigan
Nomor Pokok Mahasiswa : 16.18.093
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Alpukat
(Persea americana Mill) Terhadap Penurunan
Kolesterol Pada Mencit Jantan

Dengan ini menyatakan,bahwa skripsi ini ditulis dari hasil pekerjaan saya yang
saya kerjakan sendiri dan belum pernah diajukan oleh orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam skripsi
ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh fakultas farmasi Institut Kesehatan Deli Husada
Deli Tua dan bukan menjadi tanggung jawab dari pembimbing.

Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenar-benarnya untuk dapat
digunakan sebagaimana semestinya.

Deli Tua, 17 Juli 2020


Yang Membuat Pernyataan

Ratnasari Putri Br Tarigan


NPM. 16.18.093
ABSTRAK

Tarigan, Ratna Sari Putri. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Alpukat (Persea
americana Mill) Terhadap Penurunan Kolesterol pada Mencit Jantan. Skripsi,
Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
(Dibimbing oleh : apt. Drs. Palas Tarigan, MM., M.Kes.)

Hiperkolesterolemia adalah suatu keadaan dimana kadar kolesterol dalam darah


melebihi batas normal. Kelebihan kolesterol dalam darah dapat menyebabkan
aterosklerosis. Keadaan ini akan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung
koroner. Biji alpukat mengandung flavonoid, saponin dan tanin yang berpotensi
dalam menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efektivitas ekstrak etanol biji alpukat terhadap penurunan kolesterol
pada mencit jantan yang dibandingkan dengan gemfibrozil. Penelitian ini
menggunakan metode eksperimental dengan ekstraksi secara maserasi
menggunakan pelarut etanol 96%. Penggujian efek antikolesterol dilakukan
terhadap 15 ekor mencit jantan dengan 5 kelompok perlakuan yaitu, kelompok
kontrol negatif CMC Na 1%, kelompok kontrol positif gemfibrozil, dan kelompok
perlakuan ekstrak etanol biji alpukat dosis 180 mg/kgBB, dosis 360 mg/kgBB,
dan 540 mg/kgBB. Data dianalisis secara statistik menggunakan One Way Anova.
Hasil analisa data dari ketiga kelompok EEBA berpengaruh terhadap penurunan
kolesterol dikarenakan nilai sig <0,05. Berdasarkan analisa One Way Anova dari
kelima perlakuan yang paling efektif adalah EEBA dosis 540 mg/kgBB,
gemfibrozil, EEBA dosis 360 mg/kgBB, EEBA dosis 180 mg/kgBB, dan CMC
Na 1 %. Menurut hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak etanol biji alpukat efektif terhadap penurunan kolesterol pada
mencit jantan.

Kata kunci : Ekstrak Etanol Biji Alpukat, Kolesterol, Mencit Jantan,


Gemfibrozil

i
ABSTRACT

Hypercholesterolemia is a condition in which cholesterol levels in the blood


exceed normal limits. Excess cholesterol in the blood can cause atherosclerosis.
This situation will increase the risk of coronary heart disease. Avocado seeds
contain flavonoids, saponins and tannins which have the potential to reduce
cholesterol levels in the blood. This study aims to determine the effectiveness of
the ethanol extract of avocado seeds in reducing cholesterol in male mice
compared to gemfibrozil. This study used an experimental method with
maceration extraction using 96% ethanol solvent. Anti-cholesterol effect testing
was carried out on 15 male mice with 5 treatment groups, namely, a negative
control group of 1% CMC Na, a positive control group of gemfibrozil, and a
treatment group of ethanol extract of avocado seeds with a dose of 180 mg / kg, a
dose of 360 mg / kg, and 540 mg. / kgBB. Data were analyzed statistically using
One Way Anova. The results of data analysis from the three EEBA groups had an
effect on cholesterol reduction due to the sig value <0.05. Based on the One Way
Anova analysis, the five most effective treatments were EEBA with a dose of 540
mg / kg, gemfibrozil, EEBA at a dose of 360 mg / kg, EEBA with a dose of 180 mg
/ kg, and 1% CMC Na. According to the results of the analysis that has been
done, it can be concluded that the provision of ethanol extract of avocado seeds is
effective in reducing cholesterol in male mice.

Keywords : Avocado Seed, Ethanol Extract, Cholesterol, Male Mice,


Gemfibrozil

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi ini dengan judul “Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Biji Alpukat

(Persea americana Mill) Terhadap Penurunan Kolesterol pada Mencit Jantan”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi.

Penulisan ini dapat terlaksana dengan baik berkat dukungan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima

kasih kepada :

1. Terulin S. Meliala, AMKeb., SKM., M.Kes. selaku Ketua Yayasan Rumah

Sakit Umum Sembiring Deli Tua.

2. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd., M.Kes. selaku Rektor Institut Kesehatan

Deli Husada Deli Tua.

3. apt. Drs. Palas Tarigan, MM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Farmasi Institut

Kesehatan Deli Husada Deli Tua serta Dosen Pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. apt. Christica Ilsanna Surbakti, S.Farm., M.Si. selaku Ketua Jurusan Fakultas

Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

5. apt. Bunga Rimta Barus, S.Farm., M.Si. selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

6. Ns. Friska Ernita Sitorus, S.Kep., M.Kep. selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

iii
7. apt. Vera Estefania Kaban, S.Farm. selaku Wali Tingkat Mahasiswa Farmasi

IV angkatan ke III serta Dosen Penasehat Akademik yang telah membimbing

penulis selama perkuliahan dan selaku Dosen Penanggung Jawab

Laboratorium Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

8. Seluruh Staf Dosen dan Laboran Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli

Husada Deli Tua yang telah memberikan arahan serta masukan kepada

penulis selama proses pendidikan.

9. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Hormat Tarigan dan Ibunda Jenda Malem

Br Sitepu yang telah berjuang untuk proses perkuliahan penulis dan yang tidak

putus asa dalam mendidik dan mendukung penulis baik secara moral maupun

materi serta doa yang tidak terhingga kepada penulis sehingga penulis bisa

menyelesaikan pendidikan Sarjana Farmasi di Institut Kesehatan Deli Husada

Deli Tua dengan tepat waktu.

10. Kepada teman seperjuangan yang tidak dapat disebut satu per satu yang telah

memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata

sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis dan pembaca.

Deli Tua, 17 Juli 2020

Penulis

RATNASARI PUTRI BR TARIGAN


NPM.16.18.093

iv
RIWAYAT HIDUP

I. Identitas
Nama : Ratnasari Putri Br Tarigan
Tempat Tanggal Lahir : Mandiangin, 18 Mei 1998
Agama : Kristen Protestan
Anak Ke : 2 dari 2 Bersaudara
Status : Belum Menikah
Nama Orang Tua :
 Ayah : Hormat Tarigan
 Ibu : Jenda Malem Br Sitepu
Alamat Lengkap : Dusun V Mande Angin, Desa Ajibaho
Kec. Biru-Biru, Kab. Deli Serdang

II. Riwayat Pendidikan


2016 - 2020 : Program Studi Farmasi Program Sarjana
Fakultas Farmasi Institut Kesehatan Deli Husada
Deli Tua
2013 - 2016 : SMA Swasta Yapim Biru-Biru
2010 - 2013 : SMP Negeri 1 Deli Tua
2004 - 2010 : SD Negeri 101809 Desa Ajibaho

v
DAFTAR ISI

Halaman
ABSTRAK......................................................................................................i
ABSTRACT.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP........................................................................................v
DAFTAR ISI..................................................................................................vi
DAFTAR TABEL..........................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xi

BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1 Latar Belakang.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................3
1.4.1 Bagi peneliti................................................................................3
1.4.2 Bagi institusi...............................................................................4
1.4.3 Bagi masyarakat..........................................................................4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................5


2.1 Tumbuhan Alpukat...........................................................................5
2.1.1 Sistematika tumbuhan alpukat....................................................5
2.1.2 Nama daerah tumbuhan alpukat..................................................6
2.1.3 Deskripsi tumbuhan alpukat.......................................................6
2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan alpukat..........................................7
2.1.5 Khasiat tumbuhan alpukat...........................................................7
2.2 Simplisia...........................................................................................8
2.2.1 Simplisia nabati...........................................................................8
2.2.2 Simplisia hewani.........................................................................8
2.2.3 Simplisia pelikan (mineral)........................................................ 8
2.3 Ekstraksi...........................................................................................8
2.3.1 Jenis ekstraksi............................................................................10
2.3.2 Ekstrak.......................................................................................11
2.4 Kolesterol........................................................................................13
2.4.1 Deskripsi kolesterol...................................................................13
2.4.2 Fungsi kolesterol........................................................................14
2.4.3 Metabolisme kolesterol..............................................................14
2.4.4 Hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia....................................16
2.4.5 Faktor resiko pemicu kolesterol tinggi......................................17
2.4.6 Obat-obat penurun kolesterol.....................................................19
2.4.7 Non farmakologi kolesterol.......................................................21
2.5 Gemfibrozil.....................................................................................21
2.5.1 Definisi gemfibrozil...................................................................22
2.5.2 Dosis gemfibrozil.......................................................................22
2.5.3 Kontra indikasi gemfibrozil ......................................................22
2.5.4 Efek samping gemfibrozil..........................................................22

vi
2.5.5 Farmakokinetik gemfibrozil.......................................................23
2.5.6 Farmakodinamik gemfibrozil.....................................................23
2.6 Mencit..............................................................................................23
2.6.1 Deskripsi mencit........................................................................23
2.6.2 Klasifikasi mencit......................................................................25
2.6.3 Hiperkolesterolemia mencit.......................................................26
2.7 Kerangka Penelitian........................................................................27
2.8 Hipotesis Penelitian.........................................................................28

BAB 3. METODE PENELITIAN...............................................................29


3.1 Jenis Penelitian............................................................................... 29
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................................................29
3.2.1 Lokasi penelitian........................................................................29
3.2.2 Waktu penelitian........................................................................29
3.3 Metode Pengambilan Sampel..........................................................30
3.4 Alat dan Bahan Penelitian...............................................................30
3.4.1 Alat.............................................................................................30
3.4.2 Bahan.........................................................................................30
3.4.3 Hewan Uji..................................................................................31
3.5 Prosedur Penelitian..........................................................................31
3.5.1 Pembuatan simplisia..................................................................31
3.5.2 Pemeriksaan makroskopik.........................................................31
3.5.3 Pemeriksaan mikroskopik..........................................................31
3.5.4 Pemeriksaan karakteristik simplisia...........................................31
3.5.5 Pemeriksaan skrining fitokimia simplisia .................................33
3.5.6 Pembuatan ekstrak etanol biji alpukat.......................................35
3.5.7 Pembuatan suspensi CMC-Na 1%.............................................36
3.5.8 Pembuatan suspensi gemfibrozil................................................36
3.5.9 Pembuatan suspensi propiltiourasil............................................36
3.5.10 Pembuatan diet tinggi lemak....................................................36
3.5.11 Pengujian efek penurunan kolesterol EEBA pada mencit......36
3.5.11.1 Pengujian kolesterol.........................................................38
3.5.11.2 Pengambilan sampel darah...............................................38
3.5.11.3 Pemeriksaan kadar kolesterol...........................................38
3.6 Metode Pengukuran.........................................................................39
3.7 Metode Analisa Data.......................................................................39

BAB 4. HASIL PENELITIAN.....................................................................40


4.1 Hasil Pembuatan Simplisia..............................................................40
4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik.....................................................40
4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik.....................................................40
4.4 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia.....................................41
4.5 Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Simplisia............................41
4.6 Hasil Ekstraksi Biji Alpukat............................................................41
4.7 Hasil Pengukuran Kolesterol...........................................................41
4.8 Hasil Analisa Data...........................................................................44

vii
BAB 5. PEMBAHASAN...............................................................................47
5.1 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia..............................................47
5.2 Pemeriksaan Skrining Fitokimia Simplisia.....................................48
5.3 Proses ekstraksi Biji Alpukat..........................................................50
5.4 Perlakuan Terhadap Mencit............................................................51
5.5 Analisa Data....................................................................................52

BAB 6. PENUTUP........................................................................................54
6.1 Kesimpulan..................................................................................... 54
6.2 Saran............................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................55
LAMPIRAN

viii
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Halaman
2.1 Kadar kolesterol.......................................................................................14
3.1 Perlakuan pada masing-masing kelompok...............................................37
4.1Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia.................................................41
4.2 Hasil pemeriksaan skrining simplisia.......................................................41
4.3 Data perlakuan Na CMC 1%....................................................................42
4.4 Data perlakuan gemfibrozil 600 mg.........................................................42
4.5 Data perlakuan EEBA 180 mg/kg BB......................................................42
4.6 Data perlakuan EEBA 360 mg/kg BB......................................................43
4.7 Data perlakuan EEBA 540 mg/kg BB......................................................43
4.8 Data pengukuran rata-rata kadar kolesterol mencit setelah perlakuan.....43

ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Halaman
2.1 Tumbuhan alpukat....................................................................................5
2.2 Pembuluh darah normal dan hiperlipidemia............................................17
2.3 Rumus kimia gemfibrozil.........................................................................21
2.4 Mencit putih.............................................................................................26
2.5 Kerangka penelitian..................................................................................27
4.1 Hasil mikroskopik simplisia.....................................................................40

x
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran 1 Gambar Tumbuhan alpukat, biji alpukat, serbuk simplisia biji alpukat
ekstrak biji alpukat.........................................................................57
Lampiran 2 Alat yang digunakan dalam penelitian..........................................59
Lampiran 3 Bagan pembuatan simplisia dan ekstrak biji alpukat....................60
Lampiran 4 Proses pembuatan ekstrak biji alpukat..........................................62
Lampiran 5 Bagan pemeriksaan skrining fitokimia simplisia biji alpukat.......64
Lampiran 6 Bagan karakterisasi serbuk simplisia alpukat................................69
Lampiran 7 Hasil pemeriksaan makroskopik & mikroskopik biji alpukat.......71
Lampiran 8 Hasil skrining fitokimia simplisia biji alpukat..............................72
Lampiran 9 Hasil perhitungan karakterisasi serbuk simplisia alpukat.............74
Lampiran 10 Hasil perhitungan rendemen ekstrak etanol biji alpukat.............77
Lampiran 11 Bagan proses pengamatan kadar kolesterol pada mencit...........78
Lampiran 12 Perhitungan konversi dosis EEBA terhadap dosis manusia........79
Lampiran 13 Proses pemberian perlakuan terhadap mencit.............................82
Lampiran 14 Data pengukuran kadar kolesterol darah mencit.........................84
Lampiran 15 Hasil uji analisis ANOVA kadar kolesterol mencit....................86

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kolesterol adalah senyawa lemak berlilin yang sebagian besar diproduksi

tubuh yang bersumber dari makanan berlemak. Makanan tersebut berasal dari

hewan seperti daging, ikan, telur, susu, otak dan jeroan. Kolesterol dibutuhkan

oleh tubuh dalam mensintesis asam empedu untuk proses pencernaan lemak atau

minyak, mensintesis vitamin D, sebagai komponen membran sel, pembentukan

hormon-hormon seperti testosterone, estrogen, dan progesteron (Tilong, 2012).

Hiperlipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan

kelainan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid adalah kadar kolesterol

total yang tinggi, kadar trigliserida yang tinggi, dan kadar kolesterol HDL yang

rendah. Kelebihan kolesterol dalam tubuh dapat menyebabkan mengendapnya

kolesterol pada dinding pembuluh darah yang mengakibatkan aterosklerosis.

Keadaan ini akan meningkatkan resiko terkena penyakit jantung koroner (Putri

dkk, 2018).

Kolesterol dalam darah dapat diturunkan dengan cara mengurangi

konsumsi makanan yang mengandung kolesterol, rajin berolahraga, serta

mengkonsumsi obat-obatan baik obat sintetik maupun obat alternatif yaitu dengan

menggunakan obat tradisional (Kartika, 2016).

Pengobatan kolesterol total yang tinggi adalah dengan terapi farmakologik,

diantaranya adalah golongan statin, asam nikotinik, asam fibrat dan lain-lain.

Penggunaan terapi farmakologik yang berkepanjangan dapat menimbulkan efek

samping (Rumanti, 2011).

1
2

Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan

dalam semua aspek kehidupan manusia. Obat tradisional adalah salah satu bentuk

nyata pemanfaatan sumber daya hayati tersebut. Pemanfaatan keanekaragaman

hayati dalam bentuk penggunaan obat-obat tradisional ini merupakan alternatif

yang dinilai lebih ekonomis karena penggunaan obat-obatan yang diolah secara

modern sulit dijangkau harganya oleh kebanyakan orang. Obat herbal pada

umumnya lebih aman dibandingkan dengan obat sintesis karena obat herbal

memiliki efek samping yang lebih sedikit dari pada sintesis (Mufida dkk, 2018).

Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat

tradisional adalah tumbuhan alpukat (Persea americana Mill). Alpukat

merupakan tanaman yang dapat tumbuh subur di daerah tropis seperti Indonesia.

Biji alpukat dipercaya dapat mengobati sariawan, kencing batu, darah tinggi, nyeri

syaraf, nyeri lambung, saluran nafas membengkak, menstruasi tidak teratur, dan

sakit gigi. Biji alpukat juga memiliki efek hipoglikemik dan dapat digunakan

untuk pengobatan secara tradisional. Namun biji alpukat masih belum

dimanfaatkan dengan maskimal oleh masyarakat. Biji buah alpukat sampai saat ini

hanya dibuang sebagai limbah yang dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

(Feliana dkk, 2018).

Menurut penelitian Marlinda et al. (2012) ekstrak etanol biji buah alpukat

mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder diantaranya ialah flavonoid,

alkaloid, triterpenoid, tanin, dan saponin. Melihat potensi yang dimiliki oleh biji

alpukat berdasarkan kandungannya maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh ekstrak etanol biji alpukat terhadap penurunan

kadar kolesterol pada mencit jantan.


3

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah ada pengaruh ekstrak etanol biji alpukat terhadap penurunan kadar

kolesterol pada mencit jantan?

b. Berapakah konsentrasi optimum ekstrak etanol biji alpukat yang dapat

memberikan efek terhadap penurunan kadar kolesterol pada mencit jantan?

c. Apakah ada perbedaan efek penurunan kadar kolesterol antara ekstrak

etanol biji alpukat dengan gemfibrozil pada mencit jantan?

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol biji alpukat terhadap

penurunan kadar kolesterol pada mencit jantan.

b. Untuk mengetahui konsentrasi optimum ekstrak etanol biji alpukat yang

dapat memberikan efek terhadap penurunan kadar kolesterol pada mencit

jantan.

c. Untuk mengetahui perbedaan efek penurunan kadar kolesterol antara

ekstrak etanol biji alpukat dengan gemfibrozil pada mencit jantan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti

a. Menambah informasi dan pengetahuan tentang cara mengekstraksi

tumbuhan, cara pemberian dosis yang tepat pada mencit, dan manfaat serta

kandungan gizi yang terdapat pada biji alpukat.

b. Melatih kemampuan peneliti dalam melaksanakan suatu penelitian

eksperimen.
4

1.4.2 Bagi institusi

a. Sebagai bahan acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang berkeinginan

meneliti tumbuhan biji alpukat sebagai obat.

b. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang penurunan kolesterol.

1.4.3 Bagi masyarakat

a. Memberikan informasi bahwa alternatif terapi untuk menurunkan kadar

kolesterol secara tradisional dapat menggunakan biji alpukat.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tumbuhan Alpukat

2.1.1 Sistematika tumbuhan alpukat

Menurut Marjoni (2017) sistematika tumbuhan alpukat yaitu :

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Laurales

Familiy : Lauraceae

Genus : Persea

Spesies : Persea americana (Mill.)

Sinonim : Persea gratissima (Gaertn.f)

Gambar 2.1 Tumbuhan Alpukat (Persea americana Mill

5
6

2.1.2 Nama daerah tumbuhan alpukat

Tumbuhan alpukat di Indonesia dikenal dengan sebutan apuket, alpuket,

jambu wolanda (Sunda), apokat, avokat, plokat (Jawa), apokat, alpokat, avokat,

advokat (Sumatera), avocado pear (Inggris), yiu lie (Cina) (Nuraini, 2011).

2.1.3 Deskripsi tumbuhan alpukat

Pohon buah alpukat dari Amerika Tengah, tumbuh liar di hutan-hutan,

banyak juga ditanam di kebun dan di perkarangan yang lapisan tanahnya gembur

dan subur serta tidak tergenang air. Walau dapat berbuah di dataran rendah, tapi

hasil akan memuaskan bila ditanam pada ketinggian 200-1.000 m diatas

permukaan laut (dpl), pada daerah tropik dari subtropik yang banyak curah

hujannya. Pohon kecil, tinggi 3-10 m, berakar tunggang, batang berkayu, bulat,

warnanya cokelat kotor, banyak bercabang, ranting berambut halus (Fauzi, 2008).

Daun alpukat tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5 cm, kotor,

letaknya berdesakan di ujung ranting, bentuknya jorong sampai bundar telur

memanjang, tebal seperti kulit, ujung dan pangkal runcing, tepi rata kadang agak

menggulung ke atas, bertulang menyirip, panjang 10-20 cm, lebar 3-10 cm. Daun

muda warnanya kemerahan dan berambut rapat, daun tua warnanya hijau dan

gundul. Bunganya majemuk, berkelamin dua, tersusun dalam malai yang keluar

dekat ujung ranting, warnanya kuning kehijauan (Arisandi dan Yovita, 2009).

Buah alpukat berbentuk bola atau bulat telur, panjang 5-20 cm, warnanya

hijau kekuningan, berbintik-bintik ungu, daging buah jika sudah masak lunak,

berlemak, biasanya dimakan sebagai es campur atau dibuat jus. Biji bulat seperti

bola, diameter 2,5-5 cm, keping biji putih kemerahan. Perbanyakan dilakukan

dengan biji, stek, cangkok, dan okulasi (Nuraini, 2011).


7

2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan alpukat

Tumbuhan avocad mengandung folate, potassium, lemak tak jenuh,

polifenol, tannin, vitamin A, B, C, beta sitosterol, magnesium, kalium, mangan,

lemak, karbohidrat, folate, potassium, lemak tak jenuh, dan kaya akan serat

(Hidayat, 2015).

Daun alpukat mengandung beberapa senyawa metabolit sekunder yaitu

saponin, alkaloid, flavonoid, polifenol, quersetin, dan gula alcohol persiit. Buah

mengandung saponin, alkaloid, flavonoida, dan tanin (Arisandi dan Yovita, 2009).

Menurut Nuraini (2011) biji alpukat mengandung alkaloid, tanin,

triterpene dan kuinon. Kulit ranting dari tumbuhan alpukat mengandung beberapa

zat kimia, diantaranya minyak terbang, seperti methylchavikol, alphapinene, tanin,

dan flavonoid. Daging buah mengandung lemak jenuh, protein, sesqueterpenes,

vitamin A, B1, dan B2 (Hariana, 2015).

2.1.5 Khasiat tumbuhan alpukat

Bagian yang dapat dimanfaatkan dari tumbuhan alpukat adalah daun,

daging buah, dan biji. Khasiat dari daging buah alpukat ialah dapat mengobati

sariawan dan melembabkan kulit kering. Daunnya dapat digunakan untuk

mengatasi kencing batu, darah tinggi, sakit kepala, nyeri syaraf, nyeri lambung,

saluran pencernaan membengkak (bronchial swellings), dan menstruasi yang tidak

teratur. Biji alpukat digunakan untuk mengobati sakit gigi dan kencing manis

(Fauzi, 2008).

Lemak monosaturated (tak jenuh) yang terdapat didalam alpukat

mengandung aleic acid yang mampu maningkatkan kadar lemak sehat dalam

tubuh dan mengontrol diabetes (Hidayat, 2015).


8

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun dan kecuali dikatakan lain, berupa bahan

yang telah mengalami proses pengeringan (Depkes RI, 1995).

2.2.1 Simplisia nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tumbuhan utuh, bagian

tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara

spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan

dari selnya dan belum berupa zat kimia murni (Depkes RI, 1995).

2.2.2 Simplisia hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh bagian hewan

atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia

murni (Depkes RI, 1995).

2.2.3 Simplisia pelikan (mineral)

Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan-bahan

pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana

dan belum belum berupa zat kimia (Depkes RI, 1995).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses penyarian zat aktif dari bagian tanaman obat yang

bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat dalam bagian tanaman

obat tersebut. Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses pemindahan masa dari

komponen zat padat yang terdapat pada simplisia kedalam pelarut organik yang

digunakan. (Marjoni, 2016).


9

Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan komponen

kimia yang terdapat dalam simplisia. Dalam menentukan tujuan dari suatu proses

ekstraksi, perlu diperhatikan beberapa kondisi dan pertimbangan berikut ini :

a. Senyawa kimia yang telah memiliki identitas

b. Mengandung kelompok senyawa kimia tertentu

c. Organisme (tanaman atau hewan)

d. Penemuan senyawa baru (Marjoni, 2016).

Dalam melakukan ekstraksi terhadap simplisia sebaiknya digunakan

simplisia yang segar, tetapi karena berbagai keterbatasan umumya dilakukan

terhadap bahan yang telah melewati proses pengeringan atau yang telah

dikeringkan (Hanami, 2014).

Proses ekstraksi pada dasarnya adalah proses pemindahan masa dari

komponen zat padat yang terdapat pada simplisia kedalam pelarut organik yang

digunakan. Zat aktif akan terlarut dalam pelarut organik pada bagian luar sel

untuk selanjutnya berdifusi masuk kedalam pelarut. Proses ini terus berulang

sampai terjadi keseimbangan konsentrasi zat aktif antara di dalam sel dengan

konsentrasi zat aktif diluar sel (Marjoni, 2016).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan proses ekstraksi

yaitu sebagai berikut :

a. Jumlah simplisia yang akan diekstrak

b. Derajat kehalusan simplisia

c. Jenis pelarut yang digunakan dalam ekstraksi

d. Waktu ekstraksi

e. Metode ekstraksi (Marjoni, 2016).


10

2.3.1 Jenis ekstraksi

Menurut Marjoni (2016) ada beberapa jenis ekstraksi berdasarkan

penggunaan panas yaitu :

1. Ekstraksi secara dingin, yaitu:

a. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi sederhana yang dilakukan hanya

dengan cara merendam simplisia dalam satu campuran pelarut selama

waktu yang ditentukan pada temperatur kamar dan terlindung dari

cahaya.

b. Perkolasi
Perkolasi adalah proses penyarian zat aktif secara dingin dengan cara

mengalirkan pelarut secara kontiniu pada simplisia selama waktu

tertentu.

2. Ekstraksi secara panas, yaitu:

a. Seduhan

Merupakan metode ekstraksi paling sederhana hanya dengan

merendam simplisia dengan air panas selama waktu tertentu (5-10

menit)

b. Caque (penggodokan)

Merupakan proses penyarian dengan cara menggodok simplisia

menggunakan api langsung dan hasilnya langsung digunakan sebagai

obat.

c. Infusa

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara menyari simplisia

nabati dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit.


11

d. Digestasi

Digestasi adalah proses ekstraksi yang cara kerjanya hampir sama

dengan maserasi, hanya saja digesti menggunakan pemanasan rendah

pada suhu 30-40°C, metode ini biasanya digunakan untuk simplisia

yang tersari baik pada suhu biasa.

e. Dekokta

Proses penyarian secara dekokta hampir sama dengan infusa,

perbedaanya hanya terletak pada lamanya waktu pemanasan pada

dekokta lebih lama dibanding metode infusa, yaitu 30 menit dihitung

setelah suhu mencapai 90°C.

f. Refluks

Merupakan proses ekstraksi dengan pelarut pada titik didih pelarut

selama waktu dan jumlah pelarut tertentu dengan adanya pendingin

balik (kondensor). Proses ini umumnya dilakukan 3-5 kali

penggulangan pada residu pertama, sehingga termasuk proses ekstraksi

yang cukup sempurna.

2.3.2 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan padat, kental atau cair yang diperoleh dari

mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani

menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut

diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlukan sedemikian rupa hingga

memenuhi baku yang telah ditetapkan yang disebut dengan ekstrak (Ditjen POM,

1995).
12

Ekstrak Menurut Farmakope Edisi III adalah sediaan kering, kental, atau

cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang

cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung, ekstrak kering harus mudah

digerus menjadi serbuk.

Ekstrak adalah sediaan kental yang di peroleh dengan mengekstraksi

senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai (Ditjen POM, 2000).

Menurut (Marjoni, 2016) parameter yang mempengaruhi ekstrak ialah

diantaranya :

a. Pengembangan dan pemelaran tanaman

b. Difusi, ukuran partikel, pH dan suhu

c. Pilihan pelarut ekstraksi

Pembagian ekstrak Menurut Farmakope Edisi IV Indonesia adalah sebagai

berikut :

1. Ekstrak cair

Ekstrak cair adalah hasil penyarian bahan alam dan masih mengandung

pelarut.

2. Ekstrak kental

Ekstrak kental adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan

sudah tidak mengandung cairan pelarut lagi, tetapi konsistensinya tetap

cair pada suhu kamar.

3. Ekstrak kering

Ekstrak kering adalah ekstrak yang telah mengalami proses penguapan dan

tidak lagi mengandung pelarut dan berbentuk padat (kering).


13

2.4 Kolesterol

2.4.1 Deskripsi kolesterol

Kolesterol adalah senyawa lemak berlilin yang sebagian besar diproduksi

tubuh yang bersumber dari makanan berlemak. Makanan tersebut berasal dari

hewan seperti daging, ikan, telur, susu, otak dan jeroan. Kolesterol dibutuhkan

oleh tubuh dalam mensintesis asam empedu untuk proses pencernaan lemak atau

minyak, mensintesis vitamin D, sebagai komponen membran sel, pembentukan

hormon-hormon seperti testosterone, estrogen, dan progesteron (Tilong, 2012).

Kolesterol adalah komponen lemak yang merupakan bahan bangun

penting dalam tubuh kita. Organ tubuh yang mengandung banyak kolesterol

terutama otak, yaitu mengandung ± 10% dari berat totalnya. Kolesterol dibentuk

di semua sel tubuh, terutama di hati yaitu sebesar ± 1000 mg sehari. Sumber lain

dari kolesterol adalah asupan melalui makanan sebesar ± 500 mg kolesterol

sehari. Kolesterol yang berlebihan diubah menjadi asam empedu dan dikeluarkan

dari tubuh, terutama dalam bentuk empedu. Pembentukan kolesterol dalam hati

disesuaikan pada kebutuhan, misalnya bila pemasukannya melalui makanan

terlalu tinggi, sintesisnya akan berkurang. Demikian juga selama berpuasa atau

pada waktu sakit. Sebaliknya, bila kebutuhan kolesterol meningkat, misalnya

akibat menurunnya kadar asam empedu, maka pembentukannya akan bertambah.

Kolesterol sebagai komponen lemak tidak larut dalam air atau cairan darah.

Karena itu transpornya dalam darah terjadi sebagai bentuk butir-butir kecil yang

diselubungi oleh protein tertentu (lipoprotein) untuk mencegah terjadinya

penggumpalan. Lipoprotein berfungsi sebagai zat pengemulsi butir-butir

kolesterol dan lemak lainnya (trigliserida) (Tan, 2010).


14

Tabel 2.1. Kadar Kolesterol menurut Tan (2010)

KATEGORI
YANG BATAS TINGGI TINGGI

KOLESTEROL DIINGINKAN (mg/dL) (mg/dL)

(mg/dL)
Total < 200 200 – 239 ≥ 240
LDL < 100 130 -159 ≥ 160
HDL ≥ 60 40 – 59 < 40
TRIGLISERID < 150 150 - 199 ≥ 200

2.4.2 Fungsi kolesterol

Kolestrol mempunyai fungsi penting dalam tubuh. Kolestrol merupakan

komponen dari semua dinding sel, bersama antara lain lesitin. Kolestrol dalam

hati, seperti sudah tersinggung diatas, digunakan sebagai bahan pembangun

empedu. Empedu dikeluarkan dalam usus 12 jari dan berfungsi mengemulsi

lemak menjadi butir butir kecil, hingga mudah diserap oleh dinding usus.

Kolestrol dalam anak ginjal digunakan sebagai bahan dasar sintesis hormon-

hormon penting, yaitu hormone kelamin (pria dan wanita) dan hormone megang

peranan yang sangat penting pada pertahanan tubuh terhadap peradangan (Tan,

2010).

2.4.3 Metabolisme kolesterol

Jumlah kolesterol yang terlalu banyak akan diekskresi dari hati ke dalam

empedu dalam bentuk kolesterol atau garam empedu. Kemudian akan dilakukan

penyerapan ke dalam sirkulasi porta dan akan kembali ke hati sebagai bagian yang

ada di sirkulasi enterohepatik (Murray, dkk., 2003).


15

Kolesterol juga berfungsi sebagai komponen stabilisasi membran sel,

prekursor garam empedu dan prekursor hormon steroid. Menyerap dinding sel,

membuat hormon seks, hormon korteks adrenalin untuk metabolisme dan

keseimbangan garam dalam tubuh. Disintesis hampir pada semua sel, terutama

hepar & usus. Prekursor sintesis kolesterol ialah Asetil KoA. Kecepatan sintesis

kolesterol ditentukan oleh enzim HMG-KoA reduktase. Enzim ini dpt dihambat

oleh obat anti hiperkolesterolemia (Murray, dkk., 2003).

Metabolisme kolesterol mengikuti beberapa jalur dari metabolisme

lipoprotein. Ada tiga jalur metabolisme lipoprotein yang terjadi dalam tubuh,

yaitu jalur metabolisme eksogen, endogen dan jalur reverse cholesterol transport

atau jalur balik kolesterol. Kedua jalur pertama lipoprotein berhubungan dengan

metabolisme kolesterol LDL (low density lipoprotein) dan trigliserida, sedangkan

yang terakhir berhubungan dengan metabolism kolesterol HDL (high density

lipoprotein) (Murray, dkk., 2003).

Jalur metabolisme endogen, hati memiliki kemampuan mensintesis

kolesterol dan trigliserida. Kedua komponen tersebut disekresikan ke dalam

sirkulasi darah dalam bentuk lipoprotein. Di hati, trigliserida dan kolesterol akan

disekresi ke dalam sirkulasi dalam bentuk lipoprotein VLDL. Dalam sirkulasi,

enzim lipoprotein lipase akan menghidrolisi VLDL dan akan berubah menjadi

intermediate density lipoprotein (IDL) yang juga akan di hidrolisis menjadi LDL.

LDL merupakan lipoprotein yang paling banyak mengandung kolesterol.

Sebagian LDL akan dibawa ke hati, kelenjar adrenal, testis, dan ovarium yang

mempunyai reseptor untuk LDL. Sedangkan yang lainnya akan mengalami

oksidasi dan ditangkap oleh sel makrofag (Murray dkk., 2003).


16

Sebagian besar kolesterol yang disekresikan ke dalam empedu akan

direabsorbsi. Sejumlah besar ekskresi garam empedu akan direabsorbsi ke dalam

26 sirkulasi porta, diambil oleh hati, dan diekskresikan kembali ke dalam empedu.

Garam empedu yang tidak direabsorbsi atau derivatnya akan diekskresikan ke

dalam feses (Murray, dkk., 2003).

2.4.4 Hiperlipidemia dan Hiperkolesterolemia

Hiperlipidemia adalah keadaan terdapatnya akumulasi berlebih salah satu

atau lebih lipid utama dalam plasma, sebagai manifestasi kelainan metabolisme

atau transportasi lipid. Dalam klinis, hiperlipidemia dinyatakan sebagai

hiperkolesterolemia, hipertrigliseridemia, atau kombinasi keduanya.

Hiperlipidemia dapat terjadi karena efek transportasi lipid atau karena produksi

endogen berlebihan. Kelainan ini dapat terjadi secara primer (hiperlipidemia

primer) maupun sekunder akibat penyakit lain (Nurmeilis, 2015).

Hiperkolesterolemia merupakan kondisi saat konsentrasi di dalam darah

melebihi batas normal. Hiperkolesterolemia terjadi akibat akumulasi kolesterol

dan lipid pada dinding pambuluh darah. Hiperkolesterolemia dapat disebabkan

oleh kombinasi faktor lingkungan dan genetik. Faktor lingkungan termasuk

obesitas dan pengaruh diet. Hiperlipidemia dapat terjadi karena efek transportasi

lipid atau karena produksi endogen berlebihan. Konstribusi genetik biasanya

karena efek adiktif dari beberapa gen, meskipun dapat pula karena cacat gen

tuggal seperti dalam kasus hiperkolesterolemia familial. Hiperkolesterolemia

dapat disebabkan oleh kombinasi faktor lingkungan dan genetik.

Hiperkolesterolemia terjadi akibat akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding

pambuluh darah (Nurmeilis, 2015).


17

Gambar 2.2 Pembuluh darah normal (atas), Hiperlipidemia (bawah)

2.4.5 Faktor resikio pemicu kolesterol tinggi

Setiap faktor yang meningkatkan timbulnya penyakit disebut sebagai

faktor resiko. American Heart Association (2015) membagi faktor resiko ini

menjadi tiga golongan, yaitu sebagai berikut:

 Faktor resiko utama (mayor risk factor) : faktor resiko utama diyakini

secara langsung meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung koroner,

seperti kadar kolesterol darah abnormal, tekanan darah tinggi, dan

merokok.

 Faktor resiko tidak langsung (contributing risk factor) : faktor resiko ini

dapat diassosiasikan dengan timbulnya penyakit jantung koroner.

Hubungan antara faktor tersebut dengan penyakit jantung koroner

seringkali bersifat tidak langsung. Faktor-faktor yang termasuk golongan

resiko ini adalah diabetes mellitus, kegemukan, tidak aktif, dan stress.

 Faktor resiko alami : faktor resiko alami disebabkan karena keturunan,

jenis kelamin, dan usia.

Faktor resiko utama dan tidak langsung dapat diperbaiki, bahkan

dihilangkan atau diubah. Faktor resiko berkaitan satu dengan lainnya. Misalnya

penyakit diabetes dengan kegemukan.


18

Adapun beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kadar kolesterol

menurut Srinilawati, dkk., (2008) adalah sebagai berikut :

a. Merokok

Merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk

menggumpal didalam pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah.

Hal ini menigkatkan resiko penggumpalan darah dan biasanya terjadi di daerah-

daerah yang terpengaruh oleh adanya arterosklerosis. Kebiasaan merokok dapat

menurunkan kadar kolesterol HDL yang baik dalam aliran darah sehingga

menyebabkan darah mudah membeku. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya

penyumbatan arteri, serangan jantung, dan stroke menjadi semakin besar.

b. Kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan

Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber bahan makanan yang aman

bagi tubuh karena tidak memiliki kandungan kolesterol. Lemak yang dihasilkan

pun merupakan lemak tidak jenuh.

c. Konsumsi alkohol secara belebihan

Kebiasaan minum alcohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol

total dan trigliserida. Alkohol juga menyebabkan jantung dan hati tidak dapat

bekerja secara optimal.

d. Obesitas dan kurang aktivitas

Obesitas merupakan suatu keadaan yang menunjukan adanya kelebihan

lemak dalam tubuh secara abnormal. Obesitas dan kurangnya aktivitas merupakan

salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Selain itu, obesitas juga

mendorong timbulnya faktor resiko lain, seperti diabetes dan hipertensi yang pada

taraf selanjutnya meningkatkan resiko penyakit jantung koroner.


19

e. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus pada dasarnya merupakan suatu gangguan metabolisme.

Dalam kasus diabetes, produksi insulin oleh pankreas berkurang, atau mungkin

terhenti sama sekali. Oleh karena itu, kadar gula dalam darah meningkat hingga

melampaui batas sesudah makan. Selain gangguan metabolisme gula, konversi

lemak oleh tubuh juga terganggu sehingga menyebabkan kadar lemak dalam

darah meningkat.

2.4.6 Obat-obat penurun kolesterol

Adapun obat-obat penurun kolesterol menurut Nurmeilis (2015) adalah:

A. Inhibitor HMKG-KoA reduktase (statin)

Adalah obat penurun lipid yang paling baru. Obat ini sangat efektif dalam

menurunkan angka kejadian penyakit koroner dan mortalitas total. Statin

menurunkan angka kejadian penyakit koroner dan mortalitas total. Statin

mempunyai sedikit efek samping dan saat ini biasanya merupakan obat pilihan

pertama. Inhibitor HMG-KoA reduktase memblok sistesis kolesterol dalam hati

(yang mengambil sebagian besar obat). Hal ini menstimulasi ekspresi lebih

banyak enzim, cenderung untuk mengembalikan sintesis kolesterol menjadi

normal bahkan pada saat terdapat obat. Akan tetapi, efek kompensasi ini tidak

lengkap dan penggurangan kolesterol dalam hepatosit menyebabkan peningkatan

ekspresi reseptor LDL, yang meningkatkan bersihan kolesterol dari plasma. Efek

samping jarang terjadi, salah satu yang utama adalah miopati. Insidensi miopati

meningkat pada pasien yang menerima terapi kombinasi dengan asam nikotinat

atau fibrat. Statin tidak boleh diberikan selama kehamilan karena kolesterol

penting untuk perkembangan normal fetus.


20

B. Resin pertukaran anion

Kolestiramin dan kolestipol adalah bubuk yang digunakan dengan cairan,

kolesterol yang diubah menjadi asam empedu. Tampaknya peningkatan ekspresi

reseptor LDL hati merupakan mekanisme utama resin tidak diabsorbsi, dan

mencakup rasa penuh, rasa tidak nyaman pada perut, diare, dan konstipasi.

C. Asam nikotinat

Mengurangi pelepasan VLDL dan kemudian menurunkan trigliserida

plasma (sekitar 30-50%). Asam nikotinat juga menurunkan kolesterol sebanyak

(10-20%) dan meningkatkan HDL. Asam nikotinat merupakan obat penurun lipid

pertama untuk menggurangi mortalitas keseluruhan pada pasien dengan penyakit

arteri koroner, namun penggunaannya dibatasi oleh efek yang tidak diharapkan

yang meliputi kemerahan yang diperantarai prostaglandin, pusing, dan palpitasi.

Saat ini asam nikotinat hampir tidak pernah digunakan.

D. Fibrat (misalnya gemfibrozil, bezafibrat)

Menghasilkan penurunan ringan pada LDL (sekitar 10%) dan peningkatan

HDL (sekitar10%). Sebaliknya fibrat menyebabkan penurunan yang bermakna

pada trigliserida plasma (sekitar 30%). Fibrat bekerja sebagai ligan untuk reseptor

transkripsi nucleus, reseptor alfa peroksisom yang diaktivasi proliferator (PPAR-,

peroxisom proliferator-activated receptor alphaI), dan menstimulasi aktivitas

lipoprotein lipase. Fibrat merupakan obat lini pertama pada pasien dengan kadar

trigliserida plasma yang sangat tinggi yang beresiko mengalami pankreatitis.

Semua fibrat dapat menyebabkan sindrom seperti miositis. Insidensi miositosis

meningkat denganpenggunaan bersama inhibitor HMG-KoA dan kombinasi

tersebut sebaiknya dihindari.


21

2.4.7 Non Farmakologi Kolesterol

Menurut Erwinanto (2013) ada beberapa usaha yang dapat menggurangi

kolesterol, yaitu :

 Diet karbohidrat

 Diet asam lemak tidak jenuh

 Aktivitas fisik seperti berjalan cepat, bersepeda, bermain voli, bermain

basket, berdansa, bermain golf, menyapu halaman

 Menghentikan kebiasaan merokok

 Menghentikan minum alkohol

 Tidak tidur terlalu larut

 Makan sayur dan buah-buahan

 Makan tinggi protein seperti kacang-kacangan dan ikan

 Bangun pagi hari dan menghirup udara yang masih segar dipagi hari

 Melakukan olahraga dengan rutin

 Menjaga kebersihan lingkungan seperti membuat ventilasi ruang yang

cukup, sering membersihkan lingkungan rumah.

2.5 Gemfibrozil

Gambar 2.3 Rumus kimia gemfibrozil


22

2.5.1 Definisi gemfibrozil

Gemfibrozil merupakan suatu derivat fibric acid yang menurunkan kadar

triasilgliserol serum dan meningkatkan kerja HDL. Keduanya memiliki

mekanisme kerja yang sama. Namun fenofibrate lebih efektif dibandingkan

gemfibrozil dalam penurunan kadar kolesterol plasma dan triasilgliserida (Harvey,

2013).

2.5.2 Dosis gemfibrozil

Dosis dewasa gemfibrozil yang diberikan secara oral: 600 mg dua kali

sehari 30 menit sebelum sarapan dan malam malam. Sediaan yang tersedia

dipasaran yaitu kapsul: 300 mg dan 600 mg (Deglin, 2004).

2.5.3 Kontra indikasi gemfibrozil

Keamanan agen–agen ini pada wanita hamil atau menyusui bemul

dinyatakan. Obat–obat ini tidak boleh digunakan pada pasien dengan disfungsi

hati dan ginjal yang berat atau pada pasien – pasien dengan penyakit kandung

empedu yang telah ada sebelumnya (Harvey, 2013).

2.5.4 Efek samping gemfibrozil

a. Efek samping saluran cerna : Efek samping tersering adalah gangguan

saluran cerna yang ringan. Hal ini menurunkan perkembangan terapi.

b. Litiasis : Karena obat ini meningkatkan ekskresi kolesterol empedu,

terdapat kecenderungan pembentukan batu empedu.

c. Otot : Miositis (peradangan otot volunteer) dapat terjadi akibat kedua obat,

oleh sebab itu, kelemahan otot dan nyeri tekan harus dipantau. Pasien

dengan insufisiensi ginjal dapat berisiko. Miopati dan rabdomiolisis telah


23

dilaporkan pada beberapa pasien yang menggunakan gemfibrozil dan

lovastatin secara bersamaan.

d. Interaksi obat : kedua fibrate berkompetisi dengan anti-koagulan caumarin

untuk lokasi peningkatanpada protein plasma sehingga memotensiasi

aktivitas sementara anti-koagulan. Oleh karena itu, waktu INR harus

dipantau ketika pasien menggunakan kedua obt tersebut. Demikian juga,

obat – obat ini dapat meningkatkan sementara kadar sulfonylurea (Harvey,

2013).

2.5.5 Farmakokinetik gemfibrozil

Kedua obat ini diabsorbsi dengan sempurna pada pemberian dosis oral.

Gemfibrozil dan fenofibrate didistribusikan secara luas, terikat dengan albumin.

Kedua obat mengalami biotransformasi yang luas dan dieksresikan dalam urine

sebagai konjugat glukoronida obat tersebut (Harvey, 2013).

2.5.6 Farmakodinamik gemfibrozil

Fibrate digunakan dalam terapi hipertriasilgliserolemia, menyebabkan

penurunan kadar triasilgliserol plasma secara bermakna. Fenofibrozil dan

gemfibrozil, terutama bergunakan dalam penatalaksanaan hiperlididemia tipe III

(disbetalipoproteinemia), yang merupakan akumulasi partikel lipo-protein

densitas-sedang (Harvey, 2013).

2.6 Mencit

2.6.1 Deskripsi Mencit

Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang termasuk dalam famili

Murideae. Mus musculus liar atau Mus musculus rumah adalah hewan satu spesies

dengan Mus musculus laboratorium (Muliani, 2011).


24

Rambut Mus musculus liar berwarna keabu-abuan dan warna perut sedikit

lebih pucat. Mata berwarna hitam dan kulit berpigmen. Berat badan bervariasi,

tetapi umumnya pada umur empat minggu berat badan mencapai 1820 gram. Mus

musculus liar dewasa dapat mencapai 30-40 gram pada umur enam bulan atau

lebih. Mus musculus liar makan segala macam makanan (omnivorus) dan mau

mencoba makan apapun makanan yang tersedia bahkan bahan yang tidak bisa

dimakan. Makanan yang diberikan untuk Mus musculus biasanya berbentuk pelet

secara tanpa batas (ad libitum). Air minum dapat diberikan dengan botol - botol

gelas atau plastik dan Mus musculus dapat minum air dari botol tersebut melalui

pipa gelas. Mus musculus liar lebih suka suhu lingkungan tinggi, namun juga

dapat terus hidup dalam suhu rendah. Kandang Mus musculus berupa kotak

sebesar kotak sepatu yang terbuat dari bahan plastik (prolipropilen atau

polikarbonat), almunium atau baja tahan karat. Syarat kandang mudah

dibersihkan, tahan lama, tahan gigitan dan aman (Muliani, 2011).

Mencit (Mus Musculus) adalah hewan yang memiliki sifat mudah marah,

penakut, fotofobik, mudah bersembunyi, berkumpul, aktif pada malam hari,

mudah terganggu oleh manusia (Syamsudin, 2015).

Mus musculus jantan dan betina muda sukar untuk dibedakan. Mus

musculus betina dapat dikenali karena jarak yang berdekatan antara lubang anus

dan lubang genitalnya. Testis pada Mus musculus jantan pada saat matang seksual

terlihat sangat jelas, berukuran relatif besar dan biasanya tidak tertutup oleh

rambut. Testis dapat ditarik masuk ke dalam tubuh. Mus musculus betina memiliki

lima pasang kelenjar susu dan puting susu sedang pada Mus musculus jantan tidak

dijumpai (Muliani, 2011).


25

Mus musculus liar dewasa dapat mencapai 30-40 gram pada umur enam

bulan atau lebih. Mus musculus liar makan segala macam makanan (omnivorus)

dan mau mencoba makan apapun makanan yang tersedia bahkan bahan yang tidak

bisa dimakan. Makanan yang diberikan untuk Mus musculus biasanya berbentuk

pelet secara tanpa batas (ad libitum). Air minum dapat diberikan dengan botol -

botol gelas atau plastik dan Mus musculus dapat minum air dari botol tersebut

melalui pipa gelas. Mus musculus liar makan segala macam makanan (omnivorus)

dan mau mencoba makan apapun makanan yang tersedia bahkan bahan yang tidak

bisa dimakan (Muliani, 2011).

Mus musculus liar atau Mus musculus rumah adalah hewan satu spesies

dengan Mus musculus laboratorium. Rambut Mus musculus liar berwarna keabu-

abuan dan warna perut sedikit lebih pucat. Mata berwarna hitam dan kulit

berpigmen. Berat badan bervariasi, tetapi umumnya pada umur empat minggu

berat badan mencapai 1820 gram (Muliani, 2011).

2.6.2 Klasifikasi Mencit

Menurut Kartika, dkk,. (2013) klasifikasi mencit putih adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Animalia

Divisi : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus


26

Gambar 2.4 Mencit putih (Mus musculus)

2.6.3 Hiperkolesterolemia pada mencit

Pakan hiperkolesterolemia yang diberikan mengandung 5% kuning telur

dan 10% lemak sapi dalam meningkatkan jumlah kolesterol dan berat badan

mencit. Kolesterol dapat bersumber dari kuning telur dan lemak kambing yang

dapat meningkatkan kolesterol total dan trigliserida dalam darah. Kadar kolesterol

dapat meningkat setelah diberi pakan hiperkolesterolemia selama dua minggu

dikarenakan tingginya kadar kolesterol dan asam lemak jenuh dalam pakan

hiperkolesterolemia (Suyatna,2007).

Pada hewan coba dapat diinduksi mencapai keadaan hiperkolesterolemia

secara endogen dan eksogen. Pemberian asupan asam lemak jenuh dan kolesterol

selama masa induksi hiperkolesterolemia dapat meningkatkan kadar kolesterol

total yang berkolerasi positif dengan kadar kolesterol total dan kadar LDL

didalam darah. Keadaan hiperkolesterolemia pada hewan terjadi jika kadar

kolesterol total dalam darah melebihi normal. Hiperkolesterolemia juga

menyebabkan kadar HDL dalam darah menurun (Suyatna,2007).


27

2.7 Kerangka Penelitian

Variabel bebas Variabel terikat parameter

Biji alpukat 1. Pemeriksaan


makroskopik
2. Pemeriksaan
mikroskopik
Uji 3. Penetapan kadar air
karakterisasi 4. Penetapan kadar sari
Serbuk larut dalam air
simplisia biji 5. Penetapan kadar sari
larut dalam etanol
alpukat 6. Penetapan kadar abu
total
7. Penetapan kadar abu
tidak larut dalam asam
Ekstrak biji
Skrining
alpukat (EEBA) Pemeriksaan :
Fitokimia
Alkaloid
Flavonoid
Induksi diet tinggi
Tanin
lemak dan PTU
Saponin
0,01%
Kelompok uji Steroid
EEBA dosis
180, 360, 540
Mencit
mg/kgBB
Jantan

Penurunan kadar
Mencit jantan
kolesterol mencit
 Kontrol hiperkolesterol
Negatif jantan (mg/dl)
(Na CMC 1
%)
 Kontrol
Positif
Gemfibrozi
l 600 mg Gambar 2.5 Kerangka Konsep Penelitian
28

2.8 Hipotesis Penelitian

a. Ekstrak etanol biji alpukat memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar

kolesterol pada mencit jantan.

b. Konsentrasi optimum ekstrak etanol biji alpukat yang dapat memberikan

efek terhadap penurunan kadar kolesterol pada mencit jantan ialah 540

mg/kg BB.

c. Terdapat perbedaan efek penurunan kadar kolesterol antara ekstrak etanol

biji alpukat dengan gemfibrozil pada mencit jantan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen

murni (True Eksperimental). Penelitian eksperimen murni bertujuan untuk

mengetahui kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara menggunakan satu

atau lebih kelompok eksperimen kepada satu atau lebih kondisi perlakuan dan

membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak

dikenai perlakuan. Penelitian ini dengan rancangan penelitian The Postest-only

Control Group Design, yaitu untuk perlakuan awal tidak dilakukan karena

diasumsikan bahwa di dalam suatu populasi tertentu tiap unit populasi adalah

sama (homogen), sedangkan pengukuran akhir yaitu untuk melihat perbedaan

antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol positif serta kontrol negatif

dengan pemberian berbagai dosis ekstrak biji alpukat (Sugiyono,2018)

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Institut Kesehatan

Deli Husada Deli Tua untuk pembuatan ekstrak biji alpukat serta uji skrining

fitokimia dan untuk pengamatan waktu penurunan kolesterol pada mencit jantan

dilakukan di Laboratorium Farmakologi Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.

3.2.2 Waktu penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei 2020 sampai dengan

selesai.
30

3.3 Metode Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji alpukat. Sampel ini

diperoleh dari ladang petani yang beralamat di Dusun V Mandai Angin,

Kecamatan Biru-Biru, Kabupaten Deli Serdang. Pengambilan sampel dilakukan

secara purposif yaitu tanpa membandingkan sampel dari daerah lainnya, tetapi

dengan ciri-ciri tertentu yang dilihat secara organoleptis yaitu bentuk biji harus

bulat dan warna keping biji putih kemerahan.

3.4 Alat dan Bahan Penelitian

3.4.1 Alat

Alat yang digunakan antara lain : alumunium foil, batang pengaduk,

beaker glass, benang wol, blender, botol coklat, cawan penguap, corong,

desikator, easy touch GCU, erlenmeyer, gelas ukur, gunting, kandang hewan, kaca

arloji, kertas label, kertas perkamen, kertas saring, koran, krus porselen, labu ukur,

lumpang dan alu, mikroskop, moisture content balance, neraca elektrik, oven,

penjepit tabung, pipet tetes, rak tabung, rotary evaporator, sonde oral, spatula,

tanur, timbangan hewan, tabung reaksi, toples kaca, wadah sampel, waterbath,

strip kolesterol,

3.4.2 Bahan

Bahan penelitian yang digunakan antara lain : bahan tumbuhan biji alpukat

(Persea americana Mill). Bahan kimia yang digunakan aquadest, CMC Na, etanol

96%, FeCl3, HCl 2N, HCL pekat, kloroform, pereaksi bouchardat, pereaksi

dragendrof, pereaksi mayer, serbuk Mg, gemfibrozil. Bahan diet tinggi lemak

yang digunakan kuning telur bebek dan PTU.


31

3.4.3 Hewan uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian adalah mencit strain swiss

jantan yang berusia ± 8-12 minggu. Mencit yang digunakan dalam penelitian

sebanyak 15 ekor dengan berat 30-40 gram.

3.5 Prosedur Penelitian

3.5.1 Pembuatan simplisia

Biji alpukat diambil dalam keadaan bersih dan tidak busuk, kemudian biji

alpukat dibersihkan dari kulit arinya lalu dicuci dengan air mengalir. Setelah itu

diiris tipis-tipis dengan menggunakan pisau lalu dikeringkan dengan oven pada

suhu ± 50℃ selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan blender menjadi

serbuk.

3.5.2 Pemeriksaan makroskopik

Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan mengamati bentuk, bau, rasa

dan warna dari serbuk simplisia biji alpukat (Ditjen POM, 1995).

3.5.3 Pemeriksaan mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakukan terhadap serbuk simplisia. Serbuk

simplisia biji alpukat diletakkan diatas kaca objek yang telah ditetesi dengan

larutan kloralhidrat dan ditutup dengan kaca penutup, selanjutnya diamati di

bawah mikroskop (Ditjen POM, 1995).

3.5.4 Pemeriksaan karakteristik simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia yang dilakukan pada serbuk simplisia

biji alpukat yaitu sebagai berikut :


32

1. Penetapan kadar air

Penetapan kadar air simplisia dilakukan dengan menggunakan alat

moisture content balance. Serbuk simplisia yang digunakan dalam

penetapan kadar air sebanyak 5 gram. Serbuk simplisia biji alpukat

dimasukkan ke dalam alat moisture content balance yang telah ditara

terlebih dahulu lalu tutup penutup moisture analizer.

2. Penetapan kadar sari larut dalam air

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml

air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam akuades sampai 1 liter) dalam labu

bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama. Kemudian

dibiarkan selama 18 jam lalu disaring, sejumlah 20 ml filtrat pertama

diuapkan sampai kering dalam cawan penguap yang telah dipanaskan dan

ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC sampai diperoleh

bobot tetap. Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan (Ditjen POM, 1995).

3. Penetapan kadar sari larut dalam etanol

Sebanyak 5 gram serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml

etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam

pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam lalu disaring cepat untuk

menghindari penguapan etanol, sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai

kering dalam cawan penguap yang telah dipanaskan dan ditara. Residu

dipanaskan dalam oven pada suhu 105ºC sampai diperoleh bobot tetap.

Kadar sari larut dalam etanol dihitung terhadap bahan yang telah

dikeringkan (Ditjen POM, 1995).


33

4. Penetapan kadar abu total

Sebanyak 2 gram serbuk simplisia yang telah digerus ditimbang,

dimasukkan kedalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian

diratakan. Krus porselen bersama isinya dipijarkan perlahan–lahan hingga

arang habis. Pijaran dilakukan pada suhu 600℃ selama 3 jam, kemudian

didinginkan pada desikator lalu ditimbang sampai diperoleh bobot yang

tetap (Ditjen POM, 1995).

5. Penetapan kadar abu tidak larut asam

Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25

ml asam klorida encer selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam

dikumpulkan, kemudian disaring melalui kertas saring, lalu dipijarkan.

Kemudian didinginkan dan ditimbang sampai diperoleh bobot tetap (Ditjen

POM, 1995).

3.5.5 Pemeriksaan skrining fitokimia simplisia

Skrining fitokimia dilakukan untuk menganalisis kandungan bioaktif pada

tumbuhan yang berguna untuk pengobatan. Adapun uji skrining fitokimia yang

dilakukan pada serbuk simplisia biji alpukat yaitu :

1. Pemeriksaan alkaloid

Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml

asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air

selama 2 menit kemudian didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh

dipakai untuk melakukan tes alkaloid yaitu dengan diambil 3 tabung

reaksi, lalu ke dalamnya dimasukkan 0,5 ml filtrat. Pada masing-masing

tabung reaksi:
34

a. ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer

b. ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat

c. ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff

Alkaloid positif jika terjadi endapan atau kekeruhan pada dua dari tiga

percobaan diatas (Depkes, 1995).

2. Pemeriksaan flavanoid

Serbuk simplisia ditimbang 0,5 g, lalu ditambahkan 10 ml metanol,

direfluks selama 10 menit, disaring panas-panas dengan kertas saring.

Filtrat diencerkan dengan 10 ml air suling, setelah dingin ditambahkan 5

ml petroleum eter, dikocok hati-hati, lalu didiamkan sebentar. Lapisan

metanol diambil, diuapkan pada temperatur 40ºC, sisanya dilarutkan

dalam 5 ml etil asetat, disaring. Filtratnya digunakan untuk uji flavonoid

dengan cara berikut : sebanyak 1 ml filtrat diuapkan sampai kering, sisa

dilarutkan dalam 1-2 ml etanol 96%, lalu ditambah 0,1 g serbuk Mg dan

10 tetes asam klorida pekat. Jika terjadi warna merah jingga sampai warna

merah unggu menunjukkan adanya flavonoid. Jika terjadi warna kuning

jingga menunjukkan adanya flavon, kalkon dan auron (Depkes,1995).

3. Pemeriksaan tanin

Sebanyak 0,5 g sampel diekstrak menggunakan 10 ml aquadest. Hasil

ekstraksi disaring kemudian filtrat yang diperoleh diencerkan dengan

aquadest sampai tidak berwarna. Hasil pengenceran ini diambil sebanyak 2

ml,kemudian ditambahkan dengan 1-2 tetes besi (III) klorida. Terjadi

warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin

(Depkes,1995).
35

4. Pemeriksaan saponin

Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia dimasukkan kedalam tabung reaksi

danditambahkan 10 ml aquadest panas, didinginkan kemudian dikocok

kuat-kuat selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm buih yang

diperoleh. Pada penambahan asam klorida 2 N, apabila buih tidak hilang

menunjukkan adanya saponin (Depkes,1995).

5. Pemeriksaan steroid

Sebanyak 1 g sampel di maserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam,

lalu disaring. Filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa

ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat.

Timbul warna ungu atau merah kemudian berubah menjadi hijau biru

menunjukkan adanya steroid (Depkes,1995).

3.5.6 Pembuatan ekstrak

Pembuatan ekstrak etanol biji alpukat dilakukan dengan metode maserasi.

Simplisia yang telah berbentuk halus di timbang 500 gram. Simplisia dimasukkan

kedalam wadah kaca berwarna gelap kemudian ditambahkan 75 bagian cairan

penyari lalu ditutup dan dibiarkan selama 5 hari ditempat yang terlindung dari

sinar matahari sambil sesekali dilakukan pengadukan. Setelah 5 hari kemudian

disaring dengan menggunakan kertas saring dan corong. Maserat disimpan dalam

botol coklat. Residu kemudian diremaserasi dengan 25 bagian cairan penyari dan

ditutup kemudian dibiarkan selama 2 hari ditempat yang sejuk dan terlindung dari

cahaya matahari. Setelah remaserasi kemudian disaring dan residu dibuang.

Maserat kemudian diuapkan dan dipekatkan dengan menggunakan rotary

evaporator tekanan rendah pada suhu 40º sampai diperoleh ekstrak kental.
36

3.5.7 Pembuatan suspensi CMC-Na 1%

Sebanyak 1 gram CMC-Na dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam 20

ml aquadest panas. Didiamkan hingga 15 menit hingga diperoleh masa yang

transparan, digerus hingga homogen kemudian diencerkan dengan aquadest

hingga 100 ml.

3.5.8 Pembuatan suspensi gemfibrozil

Sebanyak 2 tablet gemfibrozil digerus di dalam lumpang, kemudian

ditambahkan sedikit larutan CMC 1% dan digerus sampai homogen. Kemudian

dituang ke dalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya dengan larutan

CMC 1% sampai garis tanda.

3.5.9 Pembuatan suspensi propiltiourasil 0,01%

Sebanyak 1 tablet propiltiourasil digerus di dalam lumpang kemudian

masukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 250 ml aquadest. Kocok larutan

tersebut hingga larut kemudian saring lalu masukkan kedalam labu ukur 1000 ml

dan cukupkan volumenya hingga garis tanda.

3.5.10 Pembuatan diet tinggi lemak

Makanan diet tinggi lemak terdiri dari campuran kuning telur dengan

minyak goreng (1:5) yang dibuat dalam bentuk emulsi. Makanan dibuat baru

setiap harinya.

3.5.11 Pengujian efek penurunan kolesterol EEBA pada mencit

a. Penyiapan hewan percobaan

Terlebih dahulu hewan uji diaklimatisasi selama 2 minggu. Pada tahap ini

dilakukan pengamatan terhadap keadaan umum hewan uji, meliputi berat

badan dan keadaan fisiknya.


37

b. Penentuan dosis ekstrak biji alpukat

Dosis yang digunakan yaitu 180mg/kg BB, 360mg/kg BB, 540mg/kg BB.

Pemilihan konsentrasi dosis berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

oleh Iskandar, dkk (2018).

c. Pelaksanaan percobaan

Pada percobaan ini digunakan 15 ekor mencit yang telah diaklimitasi,

kemudian secara acak dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 3 ekor mencit. Kelompok perlakuan tersebut

sebelumnya diberikan diet tinggi lemak hingga mencit mengalami

hiperkolesterolemia kemudian dan pada hari pertama hingga ke tujuh

diberikan perlakuan sebagai berikut :

Tabel 3.1. Perlakuan pada masing-masing kelompok

Kelompo Jumlah Perlakuan

k
1 3 Kontrol negatif suspensi CMC-Na 1%
2 3 Kontrol positif suspensi gemfibrozil 600 mg
3 3 Diberikan ekstrak etanol biji alpukat dosis 180

mg/kgBB
4 3 Diberikan ekstrak etanol biji alpukat dosis 360

mg/kgBB
5 3 Diberikan ekstrak etanol biji alpukat dosis

540mg/kgBB

3.5.11.1 Pengujian kolesterol


38

a. Terlebih dahulu hewan uji dipuasakan selama 18 jam kemudian dilakukan

pengukuran kadar kolesterol awal.

b. Semua hewan uji diinduksi dengan mengonsumsi propiltiourasil, makanan

diet tinggi lemak dan makanan standar selama 3 hari, kemudian hewan uji

dipuasakan selama 18 jam dan diukur kadar kolesterolnya.

c. Kemudian pada hari pertama hingga hari ke tujuh masing-masing

kelompok diberi perlakuan. Pada hari ke 8 dilakukan pengambilan darah

dan diukur kadar kolesterolnya.

3.5.11.2 Pengambilan sampel darah

Pengambilan sampel darah mencit dilakukan dalam 3 kali yaitu, setelah

masa adaptasi selama 2 minggu untuk mengetahui kadar kolesterol awal hari ke-

0, kemudian setelah pemberian diet tinggi lemak, dan setelah pemberian

perlakuan. Mencit yang akan diambil sampel darahnya dipuasakan terlebih dahulu

selama 18 jam. Ekor mencit dibersihkan dengan kapas yang telah diberi alkohol

agar kotoran yang terdapat pada ekor tikus bisa terangkat. Selanjutnya darah

diambil melalui vena pada bagian ekor mencit, kemudian darah diteteskan pada

strip kolesterol.

3.5.11.3 Pemeriksaan kadar kolesterol

Pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan dengan menggunakan alat Easy

Touch GCU dengan detection limit 100-400 mg/dL, dengan bantuan strip

pengujian kolesterol yang telah ditetesi darah mencit.

3.6 Metode Pengukuran


39

Metode pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan

menghitung kadar kolesterol setelah diinduksi-kadar kolesterol akhir pengamatan

pada 5 kelompok mencit jantan. Pemeriksaan kadar kolesterol darah total

dilakukan sebelum pemberian pakan lemak dan sesudah pemberian pakan lemak,

kemudian sesudah 7 hari terapi ekstrak etanol biji alpukat untuk mengetahui

pengaruh efek ekstrak etanol biji alpukat dan kontrol positif serta kontrol negatif

terhadap penurunan kadar kolesterol pada mencit jantan. Pemberian ekstrak etanol

biji alpukat dilakukan 1 kali sehari pada mencit jantan yang memiliki kadar

kolesterol total diatas 200 mg/dl.

3.7 Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dari hasil pengukuran kadar kolesterol darah dianalisa

secara statistik menggunakan program SPSS metode One Way Anova.


BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Pembuatan Simplisia

Hasil pengambilan alpukat adalah buah alpukat yang segar dan dipetik

langsung dari pohonnnya yang diperoleh sebanyak 20 kg. Kemudian dipisahkan

biji dari buahnya sehingga diperoleh sebanyak 12 kg. Biji alpukat segar tersebut

dicuci kemudian disortir dan dirajang sehingga diperoleh berat sampel 8 kg dan

diblender menjadi serbuk kemudian dikeringkan sehingga diperoleh berat 3 kg.

4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik

Hasil pemeriksaan makroskopik terhadap serbuk simplisia biji alpukat

adalah berbentuk serbuk, berwarna kuning kecokelatan, bau khas dan rasa pahit

sedikit kelat.

4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik

Hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia biji alpukat

terlihat fragmen endosperm, sel batu, endosperm, amilum atau aleuron, dan

fragmen perisperm berwarna cokelat kemerahan.

Gambar 4.1 Hasil mikroskopik simplisia


41

Keterangan:
1. Fragmen Endosperm
2. Sel Batu
3. Fragmen Perisperm
4. Amylum
5. Endosperm

4.4 Hasil Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia

Tabel 4.1 Hasil karakterisasi serbuk simplisia biji alpukat


No Penetapan karakterisasi Hasil Persyaratan MMI
1. Kadar air 3,02% Tidak lebih dari 10%
2. Kadar sari larut dalam air 24,96% Tidak kurang dari 18%
3. Kadar sari larut dalam etanol 17,48% Tidak kurang dari
12,5%
4. Kadar abu total 2,88% Tidak lebih dari 6%
5. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,64% Tidak lebih dari 1,5%
*Pustaka Depkes RI 1989.

4.5 Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Simplisia

Tabel 4.2 Hasil Skrining Simplisia Biji Alpukat

No Pemerikaan Hasil
1. Alkaloid +
2. Flavonoid +
3. Tanin +
4. Saponin +
5. Steroid +

4.6 Hasil Ekstraksi Biji Alpukat

Hasil ekstraksi dari 1000 gram serbuk simplisia biji alpukat dengan

menggunkan pelarut etanol 96% yang dibagi menjadi 75 bagian dan 25 bagian

diperoleh sebanyak 10 liter dan diperoleh ekstrak kental setelah diuapkan

sebanyak 210,165 g.

4.7 Hasil Pengukuran Kolesterol


42

Data pengukuran kadar kolesterol darah pada mencit jantan yaitu sebagai

berikut :

Tabel 4.3 Data perlakuan CMC Na 1%


No BB Kadar Kadar Kadar Selisih
Mencit kolesterol kolestero kolesterol penurunan
(gram) awal l setelah setelah kolesterol
(mg/dl) diinduksi perlakuan
(mg/dl) (mg/dl)
1 34 165 269 257 12
2 32 167 275 266 9
3 35 170 287 269 18
Rata- 34 167 277 264 13
rata

Tabel 4.4 Data perlakuan gemfibrozil 600 mg


No BB Kadar Kadar Kadar Selisih
Mencit kolesterol kolesterol kolesterol penurunan
(gram) awal setelah setelah kolesterol
(mg/dl) diinduksi perlakuan
(mg/dl) (mg/dl)
1 32 147 273 150 123
2 36 151 280 154 126
3 31 154 282 157 125
Rata 33 151 278 154 125
-rata

Tabel 4.5 Data perlakuan EEBA dosis 180 mg/kgBB


No BB Kadar Kadar Kadar Selisih
Mencit kolesterol kolesterol kolesterol penurunan
(gram) awal setelah setelah kolesterol
(mg/dl) diinduksi perlakuan
43

(mg/dl) (mg/dl)
1 30 172 228 190 38
2 33 178 234 193 41
3 31 181 236 194 42
Rata 31 177 233 192 40
-rata

Tabel 4.6 Data perlakuan EEBA dosis 360 mg/kgBB

No BB Kadar Kadar Kadar Selisih


Mencit kolestero kolesterol kolesterol penurunan
(gram) l awal setelah setelah Kolesterol
(mg/dl) diinduksi perlakuan
(mg/dl) (mg/dl)
1 40 158 235 167 68
2 38 166 251 181 70
3 35 167 269 185 84
Rata- 38 164 252 178 74
rata

Tabel 4.7 Data perlakuan EEBA dosis 540 mg/kgBB

No BB Kadar Kadar Kadar Selisih


Mencit kolestero kolesterol kolesterol penurunan
(gram) l awal setelah setelah kolesterol
(mg/dl) diinduksi perlakuan
(mg/dl) (mg/dl)
1 36 143 287 156 131
2 39 147 289 162 127
3 37 151 292 167 125
Rata- 37 147 289 162 128
rata
Tabel 4.8 Data pengukuran rata-rata kadar kolesterol mencit setelah perlakuan

No Perlakuan Kadar Kadar Kadar Selisih


kolesterol kolesterol kolesterol penurunan
awal setelah setelah kolesterol
(mg/dl) diinduksi perlakuan
(mg/dl) (mg/dl)
1 Cmc Na 167 277 264 13
1%

2 Gemfibrozi 151 278 154 125


44

l 600 mg
3 EEBA 180 177 233 192 40
mg/kgBB
4 EEBA 360 164 252 178 74
mg/kgBB
5 EEBA 540 147 289 162 128
mg/kgBB

4.8 Hasil Analisa Data

Test of Homogeneity of Variances

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Kadar kolesterol awal Based on Mean ,440 4 10 ,777
(mg/dl) Based on Median ,123 4 10 ,971
Based on Median and ,123 4 6,242 ,969
with adjusted df
Based on trimmed mean ,411 4 10 ,797
Kadar Kolesterol Based on Mean 2,012 4 10 ,169
setelah diinduksi Based on Median 1,463 4 10 ,284
(mg/dl) Based on Median and 1,463 4 4,526 ,348
with adjusted df
Based on trimmed mean 1,981 4 10 ,174
Kadar Kolesterol Based on Mean 2,117 4 10 ,153
Setelah Perlakuan Based on Median ,524 4 10 ,721
(mg/dl) Based on Median and ,524 4 4,945 ,725
with adjusted df
Based on trimmed mean 1,952 4 10 ,178
Tests of Normality

Kelompok Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk


Perlakuan Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Kadar CMC Na 1% ,219 3 . ,987 3 ,780
kolesterol Gemfibrozil 600 ,204 3 . ,993 3 ,843
awal mg
(mg/dl) EEBA 180 mg/kg ,196 3 . ,996 3 ,878
BB
EEBA 360mg/kg ,349 3 . ,832 3 ,194
BB
EEBA 540mg/kg ,175 3 . 1,000 3 1,000
BB
45

Kadar CMC Na 1% ,253 3 . ,964 3 ,637


Kolesterol Gemfibrozil 600 ,304 3 . ,907 3 ,407
setelah mg
diinduksi EEBA 180 mg/kg ,292 3 . ,923 3 ,463
(mg/dl) BB
EEBA 360mg/kg ,182 3 . ,999 3 ,935
BB
EEBA 540mg/kg ,219 3 . ,987 3 ,780
BB
Kadar CMC Na 1% ,292 3 . ,923 3 ,463
Kolesterol Gemfibrozil 600 ,204 3 . ,993 3 ,843
Setelah mg
Perlakuan EEBA 180 mg/kg ,292 3 . ,923 3 ,463
(mg/dl) BB
EEBA 360mg/kg ,304 3 . ,907 3 ,407
BB
EEBA 540mg/kg ,191 3 . ,997 3 ,900
BB
a. Lilliefors Significance Correction

ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Kadar kolesterol awal Between 1786,267 4 446,567 28,145 ,000
(mg/dl) Groups
Within 158,667 10 15,867
Groups
Total 1944,933 14
Kadar Kolesterol Between 6401,733 4 1600,433 19,083 ,000
setelah diinduksi Groups
(mg/dl) Within 838,667 10 83,867
Groups
46

Total 7240,400 14
Kadar Kolesterol Between 23269,06 4 5817,267 165,89 ,000
Setelah Perlakuan Groups 7 2
(mg/dl) Within 350,667 10 35,067
Groups
Total 23619,73 14
3

Gambar 4.2 Grafik selisih penurunan kolesterol


BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia

Pada penelitian ini dilakukan karakterisasi simplisia biji alpukat.

Karakterisasi yang dilakukan meliputi penetapan kadar air, pemeriksaan kadar sari

larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak laut asam.

Tujuan dilakukan karakterisasi adalah untuk mendapatkan simplisia yang aman,

memiliki mutu simplisia yang baik, terstandar dan stabilitasnya teruji sehingga

ekstrak yang dihasilkan merupakan ekstrak yang terjamin mutunya.

Kadar air perlu dilakukan pada simplisia sebab sangat berpengaruh

terhadap daya simpan simplisia. Makin tinggi kadar dari suatu simplisia maka

makin besar pula kemungkinan bahan tersebut rusak atau tidak tahan lama. Proses

pengeringan sangat berpengaruh terhadap kadar air yang dihasilkan. Pengeringan

pada simplisia mempunyai tujuan untuk mengurangi kadar air sehingga

pertumbuhan mikroba dan aktivitas enzim penyebab kerusakaan pada simplisia

dihambat. Serbuk simplisia biji alpukat dianalisis kadar airnya dengan

menggunakan alat Moisture Analyzer. Prinsip kerja dari Moisture Analyzer

adalah pengurangan berat sampel karena adanya pemanasan dari lampu halogen.

Proses Pemanasan sample dengan lampu halogen pada moisture analyzer akan

menyebabkan massa sampel berkurang, proses ini akan berakhir ketika massa

sampel tidak dapat lagi berkurang. Dari hasil analisis, serbuk simplisia biji alpukat

memiliki kadar air yaitu 3,02%. Berdasarkan hasil karakterisasi yang dilakukan

dinyatakan memenuhi persyaratan menurut MMI.

47
48

Suatu simplisia mengandung beberapa senyawa yang dapat larut pada

pelarut tertentu seperti air dan etanol. Oleh karena itu untuk mengetahui kadar

senyawa yang dapat larut tersebut, maka dilakukan penetapan kadar sari larut air

dan larut etanol. Ketika penentuan kadar sari larut air simplisia ditambahkan

klroroform bertujuan sebagai zat antimikroba atau sebagai pengawet. Hasil

penetapan kadar sari larut air yang diperoleh yaitu 24,96 % dan untuk hasil

penetapan kadar sari larut etanol yang diperoleh yaitu 17,48 %. Berdasarkan hasil

karakterisasi yang dilakukan dinyatakan memenuhi persyaratan menurut MMI.

Kadar abu total dan kadar abu tidak larut dalam asam merupakan senyawa

organik yang tidak diinginkan dalam proses pengobatan. Abu didefinisikan

sebagai residu yang tertinggal setelah suatu bahan dibakar hingga bebas karbon.

Kadar abu pada suatu simplisia menggambarkan banyaknya mineral yang tidak

terbakar menjadi zat yang dapat menguap. Serbuk simplisia biji alpukat dianalisis

kadar abunya dengan menggunakan alat tanur. Pada pengujian didapatkan kadar

abu total untuk simplisia biji alpukat yaitu 2,88%. Pada penetapan kadar abu tidak

larut asam digunakan abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total dengan

sam klorida 2 N yang bertujuan untuk mengevaluasi simplisia terhadap

kontaminasi bahan-bahan yang mengandung silica seperti tanah dan pasir.

Penetapan kadar abu tidak larut asam pada sampel 0,64%. Berdasarkan hasil

karakterisasi yang dilakukan dinyatakan memenuhi persyaratan menurut MMI.

5.2 Pemeriksaan Skrining Fitokimia Simplisia

Berdasarkan pemeriksaan skrining fitokimia pada serbuk simplisia biji

alpukat terdapat kandungan senyawa metabolit yaitu saponin, flavonoid, alkaloid,

steroid, dan tannin.


49

Biji Alpukat mengandung senyawa saponin diindikasikan dengan

terbentuk buih. Senyawa yang memiliki gugus polar dan nonpolar bersifat aktif

permukaan sehingga saat dikocok dengan air, saponin dapat membentuk misel.

Pada struktur misel, gugus polar menghadap ke luar sedangkan gugus

nonpolarnya menghadap ke dalam. Keadaan inilah yang tampak seperti busa.

Fungsi dari saponin yaitu dapat berikatan dengan asam empedu dan kolesterol

(dari makanan) membentuk misel yang juga tidak dapat diserap oleh usus.

Adanya flavonoid pada biji alpukat diketahui oleh ciri-ciri berwarna

kuning jingga. Warna kuning ini terjadi karena terbentuk garam flavilum

berwarana kuning jingga yang kuat. Mekanisme terbentuknya garam flavilum

terjadi dengan adanya pereaksi logam magnesium dan HCl yang mereduksi inti

benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid sehingga terbentuk perubahan

warna menjadi jingga. Adanya flavonoid berperan sebagai antioksidan yang dapat

menekan pelepasan radikal O2 yang reaktif sehingga menekan terjadinya

kerusakan endotel dengan menghambat inisiasi atau propagasi dari reaksi rantai

oksidasi dan sebagai anti inflamasi yang dapat menghambat reaksi inflamasi,

sehingga mencegah makin banyaknya makrofag. Antioksidan juga mengurangi

toksisitas LDL yang teroksidasi terhadap sel endotel dan juga mengurangi

degradasi oksidatif akibat nitrit oksida. Biji alpukat mengandung senyawa

alkaloid yang ditandai dengan terbentuknya endapan kuning ketika penambahan

pereaksi mayer, terbentuknya endapan cokelat ketika penambahan pereaksi

bouchart, terbentuknya endapan merah bata ketika penambahan pereaksi

dragendrof. Biji alpukat mengandung senyawa steroid yang ditandai dengan

terbentuknya warna hijau.


50

Biji alpukat mengandung senyawa tanin karena terbentuk warna hijau

kehitaman. Terbentuknya warna hijau kehitaman pada ekstrak setelah

ditambahkan FeCl3 1% karena tannin akan bereaksi dengan ion Fe3+ membentuk

senyawa kompleks. Tanin di dalam tubuh akan berikatan dengan protein tubuh

dan akan melapisi dinding usus, sehingga penyerapan lemak terhambat. Hal ini

menyebabkan pembentukan kolesterol di dalam hati terhambat dan penyerapan

kolesterol di usus terhambat, sehingga menyebabkan penurunan kadar kolesterol

total dan trigliserida di dalam darah.

5.3 Proses Ekstraksi Simplisia Biji Alpukat

Biji alpukat dirajang dengan alat perajang sampel dengan ketebalan 3 mm.

tujuan perajangan adalah untuk memperbesar luas permukaan partikel sehingga

pelarut lebih mudah untuk menyari senyawa atau melarutkan senyawa yang

terkandung dalam simplisia pada saat ekstraksi. Metode ekstraksi yamg digunakan

adalah metode ekstraksi secara dingin yaitu dengan maserasi. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam simplisia dalam satu campuran pelarut selama waktu

tertentu yang disimpan pada temperature kamar yang terlindung dari sinar

matahari. Metode ini dipilih karena cara kerjanya yang sederhana. Proses

maserasi ini menggunkan pelarut etanol 96% karena etanol ini mengandung air

4% air dan sampel atau simplisia yang akan dilarutkan dalam keadaan kering

sehingga sel didalam simplisia tersebut sudah mengkerut dan diperlukan air yang

cukup untuk agar sel-sel tersebut kembali mengembang agar mempermudah

proses difusi dan penarikan senyawa. Setelah dilakukan maserasi, maserat

diuapkan dengan rotary evaporator kemudian dipekatkan diatas waterbath hingga

didapat ekstrak kental.


51

Dari ekstrak kental kemudian dihitung persentase rendemen yang

bertujuan untuk mengetahui kemaksimalan dari pelarut untuk menyari senyawa

didalam simplisia dan untuk mengetahui jumlah kira-kira simplisia yang

dibutuhkan untuk pembuatan sejumlah ekstrak. Persentase rendemen yang

diperoleh dari biji alpukat adalah 21,02%.

5.4 Perlakuan Terhadap Mencit

Pada penelitian ini menggunakan mencit putih jantan sebagai subjek

penelitian yang berusia 2-3 bulan dengan berat badan sekitar 30-37 g. Pemilihan

mencit sebagai hewan uji karena ketersediaannya yang cukup tinggi dan cukup

peka untuk mewakili manusia dalam penentuan kadar kolesterol darah. Mencit

memiliki sistem metabolisme dan sistem pencernaan yang relatif sama dengan

manusia. Mencit jantan digunakan pada penelitian ini karena mencit jantan dapat

memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh

adanya siklus mentruasi dan kehamilan seperti pada mencit betina. Mencit jantan

juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisinya

lebih stabil dibandingkan mencit betina (Mufida, 2018).

Sebelum digunakan untuk penelitian, mencit diaklimitasi selama 2 minggu

agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. pakan standar dan air

minum, pada percobaan awal semua hewan mencit ditimbang berat badannya

untuk mendapatkan data awal tentang berat badan mencit dan ditentukan kadar

kolesterol awalnya setelah dipuasakan selama 18 jam. Setelah mencit diaklimitasi

selama 2 minggu, mencit dibuat hiperkolesterol dengan cara pemberian induksi

dengan diet tinggi lemak yang terdiri dari campuran kuning telur dan minyak

goreng dengan perbandingan (1:5) dan suspense ptu 0,01%.


52

Penginduksi tersebut dipilih karena mengandung lemak yang tinggi

sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol pada mencit. Mencit di induksi

selama 3 hari terhadap semua kelompok perlakuan. Selanjutnya mencit diberikan

suspensi kontrol negatif, positif dan ekstrak dalam berbagai dosis yaitu 180

mg/kgBB, 360 mg/kgBB, dan 540 mg/kgBB. Pemberian perlakuan dilakukan

selama 7 hari. Penggukuran kadar kolesterol mencit dilakukan sebanyak 3 kali

yaitu kadar kolesterol awal (hari ke-0), kadar kolesterol naik (setelah diinduksi),

dan kadar kolesterol turun (setelah diberi perlakuan). Pengukuran kolesterol pada

mencit dilakukan setelah mencit dipuasakan selama 18 jam. Darah mencit diambil

melalui ujung ekor mencit yang telah dibasahi dengan alkohol kemudian dipotong

dengan gunting kemudian menyentuhkan setetes darah pada strip kolesterol.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat Easy Touch GCU.

Pada penelitian ini digunakan dua kontrol yaitu kontrol negatif dan positif.

kontrol negatif menggunakan CMC Na 1% diperlukan untuk mengetahui kadar

kolesterol total darah mencit selama uji. Sedangkan kontrol positif menggunakan

gemfibrozil diperlukan untuk melihat pengaruh obat antikolesterol yang telah

terbukti khasiatnya menurunkan kadar kolesterol. Gemfibrozil merupakan sediaan

obat yang tidak larut dalam air, maka disuspensikan dengan CMC Na 1%.

5.5 Analisa Data

Analisis statistik yang pertama dilakukan adalah untuk menentukan uji

normalitas yang dilihat adalah Shapiro-wilk alasan menggunakan uji distribusi

Shapiro-wilk adalah karena data yang dianalisis hanya 15 data. Uji distribusi data

Shapiro-wilk digunakan pada data kelompok populasi kecil yaitu kurang dari 50

sampel.
53

Berdasarkan data rata-rata kadar kolesterol setelah diberi perlakuan,

diketahui bahwa semua kelompok uji dosis ekstrak etanol biji alpukat

(180mg/kgBB, 360mg/kgBB, dan 540mg/kgBB) menunjukan penurunan kadar

kolesterol total jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Namun jika

dibandingkan dengan kontrol positif, kelompok uji dosis 540mg/kgBB memiliki

efek yang hampir sama dengan gemfibrozil. Hal ini menunjukan bahwa ekstrak

etanol biji alpukat memiliki aktivitas dalam menurunkan kadar kolesterol mencit.

Pemeriksaan kadar kolesterol mencit sebelum diinduksi diet tinggi lemak

menunjukan kadar kolesterol dalam rentang normal. Sedangkan data hasil uji

statistik kenaikan kadar kolesterol mencit setelah diberikan diet tinggi lemak,

menunjukan bahwa kelompok yang diinduksi diet tinggi lemak memiliki kenaikan

kadar kolesterol yang bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan kelompok kontrol

negatif. Dan rata-rata kenaikan kadar kolesterol mencit setelah diinduksi diet

tinggi lemak pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukan kadar

kolesterol diatas rentang kadar normal.

Ekstrak etanol biji alpukat menunjukan penurunan kadar kolesterol total

yang berbeda pada tiap dosis, namun berdasarkan uji statistik ada perbedaan yang

bermakna. Hal ini menjelaskan bahwa kelompok uji memiliki aktivitas yang sama

untuk setiap dosis dalam penurunan kolesterol, namun peningkatan dosis

memperlihatkan aktivitas yang lebih baik terhadap penurunan kadar kolesterol

mencit.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

a. Ekstrak etanol biji alpukat memiliki pengaruh terhadap penurunan kadar

kolesterol pada mencit jantan.

b. Konsentrasi optimum dari ekstrak biji alpukat yang dapat memberikan efek

terhadap penurunan kadar kolesterol pada mencit jantan ialah 540 mg/kg

BB.

c. Ekstrak etanol biji alpukat dengan dosis 540 mg/kgBB memberikan efek

yang lebih baik dibandingkan dengan gemfibrozil.

6.2 Saran

a. Perlu dilakukan penelitian lebih spesifik terhadap pengujian kadar LDL,

HDL serta Trigliserida.

b. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk menguji efek farmakologi

lainnya dari EEBA.

c. Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian terhadap

penurunan kadar kolesterol dengan ekstrak biji alpukat dalam bentuk

sediaan seperti tablet.

54
55

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Yohana., Yovita Andriani. (2009). Khasiat Berbagai Tanaman Untuk


Pengobatan. Jakarta : Eska Media.

Deglin, Judith Hopfer. (2004). Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta : EGC.

Depkes RI. (1989). Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta : Depkes RI.

Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Depkes RI.

Ditjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
Pertama. Jakarta : Depkes RI.

Erwinanto, et al., (2013). Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Jurnal Kardiologi


Indonesia.

Fauzi, Dodi Ahmad. (2008). Manfaat Tanaman Obat. Jakarta : EDSA.

Feliana, Kiki., Sri Mursiti., Harjono. (2018). Isolasi dan Elusidasi Senyawa
Flavonoid dari Biji Alpukat (Persea americana Mill.). Semarang :
Universitas Negeri Semarang.

Hanami, E. (2014). Analisis Fitokimia. Jakarta : EGC.

Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa


Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB.

Hariana, Arief. (2015). 262 Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya. Edisi II. Jakarta :
Penebar Swadaya.

Harvey, Richard A., Pamela C.C. (2013). Farmakologi Ulasan Bergambar.


Jakarta : EGC.

Hidayat, R. Syamsul. (2015). Kitab Tumbuhan Obat. Jakarta : Penebar Swadaya.

Iskandar, Stefanie., Yuliana Reni Swasti., Yanuartono. (2018). Penurunan


Glukosa Darah Mencit (Mus Musculus) Jantan Hiperglikemia Dengan
Variasi Penambahan Minuman Serbuk Biji Alpukat (Persea Americana
Mill.). Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.

Marjoni, R. (2016). Dasar – Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Jakarta
: Trans Info Media Jakarta.

Marjoni, R. (2017). Farmakognosi Untuk Diploma III Farmasi. Jakarta : Trans


Info Media Jakarta.
56

Marlinda, Mira., Meiske S. Sangi., Audy D. Wuntu. (2012). Analisis Senyawa


Metabolit Sekunder dan Uji Toksisitas Ekstrak Etanol Biji Buah Alpukat
(Persea americana Mill.). Manado : UNSRAT.

Mufida, dkk., (2018). Efek Ekstrak Daun Alpukat (Persea Americana Mill.)
Dalam Menurunkan Kadar Kolesterol Darah Pada Mencit (Mus
Musculus). Palu : Universitas Tadulako.

Muliani, Hirawati. (2011). Pertumbuhan Mencit (Mus Musculus L.) Setelah


Pemberian Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.). Vol. XIX. Semarang :
Buletin Anatomi dan Fisiologi.

Murray, R.K. Dkk., (2003). Biokimia Klinik Edisi 4. Jakarta : EGC.

Nuraini, Dini Nuris. (2011). Aneka Manfaat Biji-Bijian. Yogyakarta : Penerbit


Gava Media.

Nurmeilis. (2015). Penentuan Profil Lipid-Kolesterol Pada Tikus Normal Dan


Tikus Hiperkolesterol Setelah Pemberian Ekstrak Herba Kumis Kucing
(Orthosiphon stamineus). Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.

Putri, dkk., (2018). Efektivitas Ekstrak Daun Kersen (Muntingia Calabura L.)
Terhadap Penurunan Kadar Kolesterol Total Tikus Putih Jantan (Rattus
Norvegicus L.) Yang Diinduksi Pakan Tinggi Lemak. Palu : Universitas
Tadulako.

Rumanti. (2018). Efek Propolis Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada Tikus
Model Tinggi Lemak. Bandung : Universitas Kristen Maranatha.

Stevani, Hendra. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Praktikum Farmakologi.


Jakarta : PUSDIK SDM Kesehatan.

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta

Suyatna, F.D., (2007). Hipolipidemia. In S. Gunawan et al., 5 Ed. Farmakologi


Dan Terapi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Tan, H. T., Kirana Rahardja. (2010). Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan


Sehari-hari. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Tilong, Adi. D. (2012).Deteksi Gangguan Kesehatan Dengan Lidah, Bau Napas


dan Urine. Jogjakarta : Laksana.

Tilong, Adi. D. (2012). Pantangan Dan Anjuran Beragam Penyakit Kakap.


Jogjakarta : Laksana.
57

LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar tumbuhan alpukat, biji alpukat, serbuk simplisia biji

alpukat, ekstrak biji alpukat

Tumbuhan Alpukat

Biji Alpukat
58

Lampiran 1. (lanjutan)

Serbuk Simplisia Alpukat

Ekstrak biji alpukat


59

Lampiran 2. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

Alat-alat kaca Blender

Moisture Content Tanur Rotary evaporator

Waterbath Oral sonde Alat Ukur Kolesterol


Lampiran 3. Bagan pembuatan simplisia biji alpukat dan ekstrak biji alpukat
60

Biji Alpukat

Dibersihkan dari kotoran

Dicuci dengan air bersih

Ditiriskan

Dirajang dengan pisau

Dikeringkan dioven suhu ±


500C

Diserbuk / dihaluskan

Ditimbang

Disimpan dalam wadah


kering tertutup rapat

Serbuk Simplisia

Lampiran 3. (lanjutan)

Serbuk Simplisia

Dimaserasi dengan pelarut etanol


96% dalam wadah gelap 5 hari

Disaring
61

Residu Filtrat I
diremaserasi dengan pelarut
etanol 96% selama 2 hari

disaring

Residu Filtrat II

Dikumpulkan

Diuapkan dengan
rotary evaporator

Ekstrak kental

Lampiran 4. Proses pembuatan ekstrak biji alpukat


62

Pencucian Perajangan Penghalusan

Pengeringan Proses Maserasi Proses Rotari

Lampiran 4. (lanjutan)
63

Proses Penguapan di Waterbath Ekstrak Kental Biji Alpukat

Lampiran 5. Bagan pemeriksaan skrining fitokimia serbuk simplisia biji alpukat


64

1. Uji Alkaloid

0,5 g sampel

Ditambahkan 1 ml asamklorida 2 N
dan 9 ml air suling

Dipanaskan diatas penangas air


selama 2 menit

Didinginkan

Disaring

filtrat

Tabung I Tabung II Tabung III


Diambil 3 tetes filtrat Diambil 3 tetes filtrat
Diambil 3 tetes
filtrat
Ditambahkan2 tetes Ditambahkan 2 tetes
pereaksi Mayer pereaksi Bourchart Ditambahkan 2
tetes pereaksi
Dragendrof
Endapan
coklat/hitam
Endapan
putih/kuning Endapan
merah bata

Lampiran 5. (lanjutan)
65

2. Uji Flavonoid

0,5 g sampel

Ditambahkan 100 ml air panas

Dididihkan selama± 5 menit

Disaring ketika panas

5 ml filtrat
Ditambahkan 0,1 g Mg, 1 ml HCL
pekat dan 2 ml amil alkohol

Dikocok

Dibiarkan memisah

Jika terbentuk warna merah,


kuning, jingga pada lapisan
amil alkohol.

Positif flavonoid
positif

Lampiran 5. (lanjutan)
66

3. Uji Tanin

0,5 g sampel

Ditambah tambah 10 ml aquadest

Disaring

filtrat

Diencerkan dengan aquadest


sampai tidak berwarna

Diambil2 ml

Ditambahkan1-2 tetes FeCl3

Biru/hijau
positif tanin

Lampiran 5. (lanjutan)
67

4. Uji Saponin

0,5 g sampel

Ditambah10 ml air
suling panas

Didinginkan

Dikocok kuat selama10 detik

Terbentuk buih/busa tidak kurang


10 menit setinggi 1-10 cm

Jika ditambahkan 1 tetes HCL 2 N


busa tidak hilang maka positif
saponin

Lampiran 5. (lanjutan)
68

5. Uji Steroid

1 g sampel

Dimaserasi dengan 20 ml N-
heksan selama 2 jam

Disaring

filtrat

Diuapkan dalam cawan penguap

sisa

Ditambah 2 tetes asam aseta tanhidrat

Ditambahkan 1 tetes HClpekat

Warna ungu/merah – berubah


menjadi biru dan hijau maka
positif steroid

Lampiran 6. Bagan pemeriksaan karakterisasi serbuk simplisia biji alpukat


69

1. Penetapan Kadar Abu

2 g sampel

Digerus

Ditimbang

Dimasukankedalam krus platina

Dipijarkanperlahan-lahan hingga arang habis

Didinginkan

Ditimbang sampai bobot tetap

Hitung kadar abu

2. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam

Abu yang diperoleh dari abu total


aaaapenetapan kadar abu
Didihkandengan 25 ml HCL selama 5
menit
Dikumpulkan bagian yang tidak larut dalam
asam
Disaring

Dicucidengan air panas

Dipijarkanhingga bobot tetap

Ditimbang

Hitung kadar abu yang tidak larut dalam asam


Lampiran 6. (lanjutan)
70

3. Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air

Sampel 0,5 g
gg
Dimaserasiselama 24 jam,dengan 100 ml air kloroform

Dikocokberkali-kali selama 6 jam

Didiamkanselama 18 jam

Disaring

Diuapkan20 ml filtrasi hingga kering dalam cawan

sisa
Dipanaskan

Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air

4. Penetapan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol

Sampel 0,5 g

Dimaserasiselama 24 jam,dengan 100 ml etanol 95%

Dikocok berkali-kali selama 6 jam

Didiamkanselama 18 jam

Disaring

sisa

Diuapkan20 ml filtrasi hingga kering dalam cawan

Dipanaskan

Hitung kadar dalam persen sari yang larut dalam air


71

Lampiran 7. Hasil pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik serbuk simplisia

biji alpukat

Hasil Pemeriksaan Makroskopik serbuk biji alpukat

No Organoleptis Hasil Pengamatan

1 Bentuk Serbuk

2 Bau Aroma khas

3 Rasa Pahit sedikit kelat

4 Warna Kuning kecokelatan

Hasil Pemeriksaan Mikroskopik serbuk biji alpukat

Keterangan:
1. Fragmen Endosperm
2. Sel Batu
3. Fragmen Perisperm
4. Amylum
5. Endosperm

Lampiran 8. Hasil Skrining serbuk simpilisa biji alpukat


72

No Identifika Warna Gambar Keterang


si senyawa an
golongan metabolit
senyawa Menurut Hasil
Literatu
(Marjoni,
2016)
1 Alkaloid -Pereaksi Endapan
mayer kuning
endapan Positif
putih/kuning alkaloid
Endapan
-Pereaksi coklat
bouchart
endapan
coklat/hitam Endapan
merah bata
-Pereaksi
dragendrof
endapan
merah bata
2 Flavonoid Merah, Kuning
kuning, Positif
jingga flavonoid

3 Tanin Hijau Hijau


kehitaman/ kehitaman Positif
biru tanin
kehitaman

Lampiran 8. (lanjutan)
73

4 Saponin Buih/busa Terdapat


tidak kurang busa dan Positif
10 menit pada saat di saponin
setinggi 1-10 tetesi HCL
cm, jika + 1 2N busa
tts HCL 2N tidak hilang
busa tidak
hilang

5 Steroid Biru dan Biru dan


hijau hijau Positif
steroid

Lampiran 9. Hasil perhitungan karakterisasi serbuk simplisia biji alpukat


74

 Perhitungan penetapan kadar sari larut air

berat sari( g) 100


% kadar sari larut air = x x
berat sampel( g) 20
100%

Berat sampel (g) Berat sari (g) Kadar sari (%)


5,2190 0,2790 26,72
5,2041 0,2300 22,09
5,2511 0,2740 26,08
Kadar sari larut air rata-rata 24,96

0,2790 g 100
Kadar sari larut air I = x x 100% = 26,72%
5,g 20
0,2300 g 100
Kadar sari larut air II = x x 100% = 22,09%
5,2041 g 20
0,2740 gx 100
Kadar sari larut air III = x x 100% = 26,08%
5,2511 g 20
26,72% +22,09 %+ 26,08 %
Kadar sari rata-rata = = 24,96%
3

 Perhitungan penetapan kadar sari larut etanol

berat sari( g) 100


% kadar sari larut etanol = x x
berat sampel( g) 20
100%

Berat sampel (g) Berat sari (g) Kadar sari (%)


5,130 0,113 11,013
5,301 0,247 23,297
5,073 0,184 18,135
Kadar sari larut etanol rata-rata 17,481

0,113 g 100
Kadar sari larut etanol I = x x 100% = 11,013%
5,130 g 20
0,247 g 100
Kadar sari larut eatanol II = x x 100% = 23,297%
5,301 g 20
0,187 g 100
Kadar sari larut etanol III = x x 100% = 18,135%
5,073 g 20
75

11,013 %+ 23,297 %+18,135 %


Kadar sari rata-rata = = 17,481%
3
Lampiran 9. (lanjutan)
 Perhitungan penetapan kadar abu total

berat abu (g)


% kadar abu total = x 100%
berat simplisia(g)

Berat sampel (g) Berat abu (g) Kadar abu (%)


2,004 0,034 1,696
2,605 0,074 2,840
2,103 0,086 4,089
Kadar abu total rata-rata 2,875

0.034 g
Kadar abu I = x 100% = 1,696%
2,004 g
0,074 g
Kadar abu II = x 100% = 2,840%
2,605 g
0,086 g
Kadar abu III = x 100% = 4,089%
2,103 g
1,696 %+2,840 % +2,875 %
Kadar abu rata-rata = = 2,875 %
3

 Perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

berat abu (g)


% kadarabu tidak larut asam = x 100%
berat sampel( g)

Berat sampel (g) Berat abu (g) Kadar abu tidak


larut asam (%)
2,0013 0,0148 0,73
2,0016 0,0122 0,60
2,0019 0,0119 0,59
Kadar abu tidak larut asam rata-rata 0,64

0,0148 g
Kadar abu tidak larut asam I = x 100% = 0,73%
2,0013 g
0,0122 g
Kadar abu tidak larut asam II = x 100% = 0,60%
2,0016 g
76

0,0119 g
Kadar abu tidak larut asam III = x 100% = 0,59%
2,0019 g
0,73 %+0,60 % +0,59 %
Kadar abu rata-rata = x 100%
3
= 0,64%
Lampiran 9. (lanjutan)
Hasil karakterisasi simplisia serbuk biji alpukat

No Penetapan karakterisasi Hasil Persyaratan MMI


1. Kadar air 3,02 % Tidak lebih dari 10%
2. Kadar sari yang larut dalam air 24,96 % Tidak kurang dari 18%
3. Kadar sari yang larut dalam etanol 17,48 % Tidak kurang dari 12,5%
4. Kadar abu 2,88 % Tidak lebih dari 6%
5. Kadar abu tidak larut dalam asam 0,64 % Tidak lebih dari 1,5%
*Pustaka Depkes RI 1989.
77

Lampiran 10. Hasil perhitungan rendemen ekstrak etanol biji alpukat

Berat simplisia basah = 8000 gram

Berat simplisia kering = 3000 gram

bobot simplisia kering


Rendemen simplisia = x 100%
bobot simplisia basah

3000 g
= x 100% = 37,5 %
8000 g

Berat ekstrak yang direndam = 1000 gram

Berat ekstrak yang dihasilkan = 210,165 gram

bobot ekstrak yang diperoleh


Rendemen ekstrak = x 100%
bobot simplisia yang dimaserasi

210,165 g
= x 100% = 21,01%
1000 g
78

Lampiran 11. Bagan proses pengamatan kadar kolesterol pada mencit

Mencit jantan

Diadaptasi selama 2 minggu

Dipuasakan selama 18 jam

Dicek darah

Mencit di beri
diet tinggi lemak
sebanyak 0,5 ml

Dinduksi selama 3 hari

Dipuasakan selama 18 jam

Dicek kolesterol

Kelompok

Kontrol negatif Perlakuan Kontrol positif


CMC Na 1%BB Gemfibrozil 600
mg/kg BB

biji alpukat biji alpukat dosis biji alpukat dosis


dosis 180 mg/kg 360 mg/kg BB 540 mg/kg BB
BB secara oral

Diberikan selama 1 minggu

Dipuasa 18 jam setelah perlakuan

Dicek kolesterol akhir

Analisa data
79

Lampiran 12. Perhitungan konversi dosis EEBA terhadap dosis tubuh manusia.

Mencit Tikus Marmu Kelinc Kera Anjing Manusia


20 g 200 g t 400 g i 1,5 4 kg 12 kg 70 kg
kg
Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
20 g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0
200 g
Marmu 0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5
t 400 g
Kelinci 0.04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
1,5 kg
Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusi 0,0026 0,0180 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
a 70 kg

a. Perhitungan dosis larutan propiltiourasil 0,01% yang akan diberikan pada

mencit secara per oral

1. Dosis manusia (berat 70 kg) = 100 mg

Dosis mencit (berat rata-rata 30 g) = 100 x 0,0026 mg = 0,26 mg

= 1000/30 x 0,26 mg = 9 mg/kg bb

2. Larutan propiltiourasil 0,01% dibuat dengan cara melarutkan 1 g serbuk

propiltiourasil kedalam 1000 ml aquades.

3. Berapa volume larutan propiltiourasil yang akan diberikan pada mencit?

(berat mencit 30 g)

30
Jumlah propiltiourasil dosis 9 mg/kg bb = x 9 mg = 0,27 mg
1000
80

1,8 mg
Volume larutan yang diberi = = 0,27 ml
1mg/ml

Lampiran 12 (lanjutan)

b. Perhitungan dosis suspensi kuning telur bebek 1% yang akan diberikan pada

tikus secara per oral

1. Suspensi kuning telur bebek dan minyak goreng dibuat dengan cara

melarutkan 1 kuning telur bebek ditambah 5 ml minyak kedalam 100 ml aquades.

2. Volume oral yang diberikan 0,2ml/30gramBB mencit.

c. Perhitungan dosis suspensi CMC Na 1% yang akan diberikan pada mencit

secara per oral

1g 1000 mg
1. CMC Na = =¿ =10 mg/ml
100 ml 100 ml

10 mg
Dosis tikus (berat 30 g) = x 30 g=0,3 mg
1000 g

10 mg/ml
Konsentrasi = = 1mg/ml
10 ml

0,3 mg
Volume yg diberikan = = 0,3 ml
1mg/ml

Cara pembuatan suspensi CMC Na 1%

Sebanyak 1 gram CMC-Na dimasukkan sedikit demi sedikit kedalam 20 ml

aquadest panas. Didiamkan hingga 15 menit hingga diperoleh masa yang

transparan, digerus hingga homogen, diencerkan dengan aquadest hingga

100 ml.

d. Perhitungan dosis suspensi gemfibrozil 600 mg yang akan diberikan pada

mencit secara per oral

1. Dosis manusia (berat 70 kg) = 600 mg


81

Dosis mencit (berat 30 g) = 600 x 0,0026 = 1,56 mg

30 g
x 1,56 g= 2,34 mg
20 g

100 ml
Konsentrasi = x 2,34 = 1,18 ml
0,2 ml

Lampiran 12. (lanjutan)

1, 18 mg
Volume yg diberikan = = 1,8 ml
1mg/ml

Cara pembuatan suspensi gemfibrozil 600 mg

Sebanyak 600 mg tablet gemfibrozil digerus di dalam lumpang, kemudian

ditambahkan sedikit larutan CMC 1% dan digerus sampai homogen.

Kemudian dituang ke dalam labu tentukur 100 ml, dicukupkan

volumenya dengan larutan CMC 1% sampai garis tanda.

e. Perhitungan dosis suspensi EEBA yang akan diberikan mencit secara per oral

1. Dosis suspensi EEBA yang diberikan adalah 180 mg/kg, 360 mg/kg bb dan

540 mg/kg bb.

2. Cara pembuatan suspensi EEBA

Ditimbang ekstrak etanol biji alpukat, digerus dalam lumpang.

Kemudian ditambahkan sedikit larutan CMC 1% digerus sampai homogen.

Dituang kedalam labu tentukur 10 ml, kemudian dicukupkan volumenya

dengan larutan CMC 1% sampai garis tanda.


82

Lampiran 13. Proses pemberian perlakuan terhadap mencit

Penimbangan Ekstrak Etanol Biji PTU 0,01 %


Mencit Alpukat

Diet Tinggi Penguntingan Kadar Kolesterol


Lemak Ekor Mencit Awal
83

Lampiran 13. (lanjutan)

Pemberian PTU Pemberian Diet Kenaikan kadar


0,01% Tinggi Lemak kolesterol

Pemberian Pemberian Pemberian Penurunan Kadar


CMC Na 1% Ekstrak Gemfibrozil Kolesterol
84
85

Lampiran 14. Data pengukuran kadar kolesterol darah mencit


Tabel 1. Data perlakuan CMC Na 1%

No BB Kadar Kadar kolesterol Kadar kolesterol


Mencit kolesterol setelah diinduksi setelah perlakuan
(gram) awal (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl)
1 34 165 269 257
2 32 167 275 266
3 35 170 287 269
Rata 34 167 277 264
-rata
Tabel 2 Data perlakuan gemfibrozil 600 mg

No BB Kadar kolesterol Kadar kolesterol Kadar kolesterol


Menci awal (mg/dl) setelah diinduksi setelah perlakuan
t (mg/dl) (mg/dl)
(gram)
1 32 147 273 150
2 36 151 280 154
3 31 154 282 157
Rata 33 151 278 154
-rata
Tabel 3 Data perlakuan EEBA dosis 180 mg/kgBB

No BB Kadar kolesterol Kadar kolesterol Kadar kolesterol


Menci awal (mg/dl) setelah diinduksi setelah perlakuan
t (mg/dl) (mg/dl)
(gram)
1 30 172 228 190
2 33 177 234 193
3 31 181 236 194
Rata 31 177 233 192
-rata
Tabel 4 Data perlakuan EEBA dosis 360 mg/kgBB

No BB Kadar kolesterol Kadar kolesterol Kadar kolesterol


Mencit awal (mg/dl) setelah diinduksi setelah perlakuan
(gram) (mg/dl) (mg/dl)
1 40 158 235 167
2 38 166 251 181
3 35 167 269 185
Rat- 38 164 252 178
rata
86

Lampiran 14. (lanjutan)

Tabel 5 Data perlakuan EEBA dosis 540 mg/kgBB

No BB Kadar kolesterol Kadar kolesterol Kadar kolesterol


Mencit awal (mg/dl) setelah diinduksi setelah perlakuan
(gram) (mg/dl) (mg/dl)
1 36 143 287 156
2 39 147 289 162
3 37 151 292 167
Rata- 37 147 289 162
rata

Data pengukuran rata-rata kadar kolesterol mencit setelah perlakuan

No Perlakuan Kadar Kadar Kadar Selisih


kolesterol kolesterol kolesterol Penurunan
awal setelah setelah Kolesterol
(mg/dl) diinduksi perlakuan
(mg/dl) (mg/dl)
1 Cmc Na 1% 167 277 264 13

2 Gemfibrozil 151 278 154 125


600 mg
3 EEBA 180 177 233 192 40
mg/kgBB
4 EEBA 360 164 252 178 74
mg/kgBB
5 EEBA 540 147 289 162 128
mg/kgBB

Lampiran 15. Hasil analisis Anova kadar kolesterol pada mencit


87

Tests of Normality
a
Kelompok Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kadar CMC Na 1% ,219 3 . ,987 3 ,780
kolesterol Gemfibrozil 600 ,204 3 . ,993 3 ,843
awal mg
(mg/dl) EEBA 180 mg/kg ,196 3 . ,996 3 ,878
BB
EEBA 360mg/kg ,349 3 . ,832 3 ,194
BB
EEBA 540mg/kg ,175 3 . 1,000 3 1,000
BB
Kadar CMC Na 1% ,253 3 . ,964 3 ,637
Kolesterol Gemfibrozil 600 ,304 3 . ,907 3 ,407
setelah mg
diinduksi EEBA 180 mg/kg ,292 3 . ,923 3 ,463
(mg/dl) BB
EEBA 360mg/kg ,182 3 . ,999 3 ,935
BB
EEBA 540mg/kg ,219 3 . ,987 3 ,780
BB
Kadar CMC Na 1% ,292 3 . ,923 3 ,463
Kolesterol Gemfibrozil 600 ,204 3 . ,993 3 ,843
Setelah mg
Perlakuan EEBA 180 mg/kg ,292 3 . ,923 3 ,463
(mg/dl) BB
EEBA 360mg/kg ,304 3 . ,907 3 ,407
BB
EEBA 540mg/kg ,191 3 . ,997 3 ,900
BB
a. Lilliefors Significance Correction
88

Descriptives
95% Confidence
Std. Interval for Mean
Deviati Std. Lower Upper Minimu Maxim
N Mean on Error Bound Bound m um
Kadar kolesterol awal (mg/dl) CMC Na 1% 3 167,33 2,517 1,45 161,08 173,58 165 170
3
Gemfibrozil 3 150,67 3,512 2,02 141,94 159,39 147 154
600 mg 8
EEBA 180 3 176,67 4,509 2,60 165,47 187,87 172 181
mg/kg BB 3
EEBA 3 163,67 4,933 2,84 151,41 175,92 158 167
360mg/kg BB 8
EEBA 3 147,00 4,000 2,30 137,06 156,94 143 151
540mg/kg BB 9
Total 15 161,07 11,787 3,04 154,54 167,59 143 181
3
Kadar Kolesterol setelah diinduksi CMC Na 1% 3 277,00 9,165 5,29 254,23 299,77 269 287
(mg/dl) 2
Gemfibrozil 3 278,33 4,726 2,72 266,59 290,07 273 282
600 mg 8
EEBA 180 3 232,67 4,163 2,40 222,32 243,01 228 236
mg/kg BB 4
89

EEBA 3 251,67 17,010 9,82 209,41 293,92 235 269


360mg/kg BB 1
EEBA 3 289,33 2,517 1,45 283,08 295,58 287 292
540mg/kg BB 3
Total 15 265,80 22,741 5,87 253,21 278,39 228 292
2
Kadar Kolesterol Setelah Perlakuan CMC Na 1% 3 264,00 6,245 3,60 248,49 279,51 257 269
(mg/dl) 6
Gemfibrozil 3 153,67 3,512 2,02 144,94 162,39 150 157
600 mg 8
EEBA 180 3 192,33 2,082 1,20 187,16 197,50 190 194
mg/kg BB 2
EEBA 3 177,67 9,452 5,45 154,19 201,15 167 185
360mg/kg BB 7
EEBA 3 161,67 5,508 3,18 147,99 175,35 156 167
540mg/kg BB 0
Total 15 189,87 41,075 10,6 167,12 212,61 150 269
05
90

Multiple Comparisons
Mean 95% Confidence Interval
(I) Kelompok (J) Kelompok Difference Std. Lower Upper
Dependent Variable Perlakuan Perlakuan (I-J) Error Sig. Bound Bound
Kadar kolesterol awal LSD CMC Na 1% Gemfibrozil 600 mg 16,667* 3,252 ,000 9,42 23,91
(mg/dl) EEBA 180 mg/kg -9,333* 3,252 ,017 -16,58 -2,09
BB
EEBA 360mg/kg 3,667 3,252 ,286 -3,58 10,91
BB
EEBA 540mg/kg 20,333* 3,252 ,000 13,09 27,58
BB
Gemfibrozil 600 mg CMC Na 1% -16,667* 3,252 ,000 -23,91 -9,42
EEBA 180 mg/kg -26,000* 3,252 ,000 -33,25 -18,75
BB
EEBA 360mg/kg -13,000* 3,252 ,003 -20,25 -5,75
BB
EEBA 540mg/kg 3,667 3,252 ,286 -3,58 10,91
BB
EEBA 180 mg/kg CMC Na 1% 9,333* 3,252 ,017 2,09 16,58
BB Gemfibrozil 600 mg 26,000* 3,252 ,000 18,75 33,25
EEBA 360mg/kg 13,000* 3,252 ,003 5,75 20,25
BB
91

EEBA 540mg/kg 29,667* 3,252 ,000 22,42 36,91


BB
EEBA 360mg/kg CMC Na 1% -3,667 3,252 ,286 -10,91 3,58
BB Gemfibrozil 600 mg 13,000* 3,252 ,003 5,75 20,25
EEBA 180 mg/kg -13,000* 3,252 ,003 -20,25 -5,75
BB
EEBA 540mg/kg 16,667* 3,252 ,000 9,42 23,91
BB
EEBA 540mg/kg CMC Na 1% -20,333* 3,252 ,000 -27,58 -13,09
BB Gemfibrozil 600 mg -3,667 3,252 ,286 -10,91 3,58
EEBA 180 mg/kg -29,667* 3,252 ,000 -36,91 -22,42
BB
EEBA 360mg/kg -16,667* 3,252 ,000 -23,91 -9,42
BB
Kadar Kolesterol LSD CMC Na 1% Gemfibrozil 600 mg -1,333 7,477 ,862 -17,99 15,33
setelah diinduksi EEBA 180 mg/kg 44,333* 7,477 ,000 27,67 60,99
(mg/dl) BB
EEBA 360mg/kg 25,333* 7,477 ,007 8,67 41,99
BB
EEBA 540mg/kg -12,333 7,477 ,130 -28,99 4,33
BB
Gemfibrozil 600 mg CMC Na 1% 1,333 7,477 ,862 -15,33 17,99
92

EEBA 180 mg/kg 45,667* 7,477 ,000 29,01 62,33


BB
EEBA 360mg/kg 26,667* 7,477 ,005 10,01 43,33
BB
EEBA 540mg/kg -11,000 7,477 ,172 -27,66 5,66
BB
EEBA 180 mg/kg CMC Na 1% -44,333* 7,477 ,000 -60,99 -27,67
BB Gemfibrozil 600 mg -45,667* 7,477 ,000 -62,33 -29,01
EEBA 360mg/kg -19,000* 7,477 ,029 -35,66 -2,34
BB
EEBA 540mg/kg -56,667* 7,477 ,000 -73,33 -40,01
BB
EEBA 360mg/kg CMC Na 1% -25,333* 7,477 ,007 -41,99 -8,67
BB Gemfibrozil 600 mg -26,667* 7,477 ,005 -43,33 -10,01
EEBA 180 mg/kg 19,000* 7,477 ,029 2,34 35,66
BB
EEBA 540mg/kg -37,667* 7,477 ,001 -54,33 -21,01
BB
EEBA 540mg/kg CMC Na 1% 12,333 7,477 ,130 -4,33 28,99
BB Gemfibrozil 600 mg 11,000 7,477 ,172 -5,66 27,66
EEBA 180 mg/kg 56,667* 7,477 ,000 40,01 73,33
BB
93

EEBA 360mg/kg 37,667* 7,477 ,001 21,01 54,33


BB
Kadar Kolesterol LSD CMC Na 1% Gemfibrozil 600 mg 110,333* 4,835 ,000 99,56 121,11
Setelah Perlakuan EEBA 180 mg/kg 71,667* 4,835 ,000 60,89 82,44
(mg/dl) BB
EEBA 360mg/kg 86,333* 4,835 ,000 75,56 97,11
BB
EEBA 540mg/kg 102,333* 4,835 ,000 91,56 113,11
BB
Gemfibrozil 600 mg CMC Na 1% -110,333* 4,835 ,000 -121,11 -99,56
EEBA 180 mg/kg -38,667* 4,835 ,000 -49,44 -27,89
BB
EEBA 360mg/kg -24,000* 4,835 ,001 -34,77 -13,23
BB
EEBA 540mg/kg -8,000 4,835 ,129 -18,77 2,77
BB
EEBA 180 mg/kg CMC Na 1% -71,667* 4,835 ,000 -82,44 -60,89
BB Gemfibrozil 600 mg 38,667* 4,835 ,000 27,89 49,44
EEBA 360mg/kg 14,667* 4,835 ,013 3,89 25,44
BB
EEBA 540mg/kg 30,667* 4,835 ,000 19,89 41,44
BB
CMC Na 1% -86,333* 4,835 ,000 -97,11 -75,56
94

EEBA 360mg/kg Gemfibrozil 600 mg 24,000* 4,835 ,001 13,23 34,77


BB EEBA 180 mg/kg -14,667* 4,835 ,013 -25,44 -3,89
BB
EEBA 540mg/kg 16,000* 4,835 ,008 5,23 26,77
BB
EEBA 540mg/kg CMC Na 1% -102,333* 4,835 ,000 -113,11 -91,56
BB Gemfibrozil 600 mg 8,000 4,835 ,129 -2,77 18,77
EEBA 180 mg/kg -30,667* 4,835 ,000 -41,44 -19,89
BB
EEBA 360mg/kg -16,000* 4,835 ,008 -26,77 -5,23
BB
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
95

Test of Homogeneity of Variances

Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Kadar kolesterol awal Based on Mean ,440 4 10 ,777
(mg/dl) Based on Median ,123 4 10 ,971
Based on Median and ,123 4 6,242 ,969
with adjusted df
Based on trimmed mean ,411 4 10 ,797
Kadar Kolesterol Based on Mean 2,012 4 10 ,169
setelah diinduksi Based on Median 1,463 4 10 ,284
(mg/dl) Based on Median and 1,463 4 4,526 ,348
with adjusted df
Based on trimmed mean 1,981 4 10 ,174
Kadar Kolesterol Based on Mean 2,117 4 10 ,153
Setelah Perlakuan Based on Median ,524 4 10 ,721
(mg/dl) Based on Median and ,524 4 4,945 ,725
with adjusted df
Based on trimmed mean 1,952 4 10 ,178

ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Kadar kolesterol awal Between 1786,267 4 446,567 28,145 ,
(mg/dl) Groups 000
Within 158,667 10 15,867
Groups
Total 1944,933 14
Kadar Kolesterol Between 6401,733 4 1600,433 19,083 ,
setelah diinduksi Groups 000
(mg/dl) Within 838,667 10 83,867
Groups
Total 7240,400 14
Kadar Kolesterol Between 23269,06 4 5817,267 165,892 ,
Setelah Perlakuan Groups 7 000
(mg/dl) Within 350,667 10 35,067
Groups
Total 23619,73 14
3
96

Kadar kolesterol awal (mg/dl)


Subset for alpha = 0.05
Kelompok Perlakuan N 1 2 3
a
Tukey B EEBA 540mg/kg BB 3 147,00
Gemfibrozil 600 mg 3 150,67
EEBA 360mg/kg BB 3 163,67
CMC Na 1% 3 167,33
EEBA 180 mg/kg BB 3 176,67
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Kadar Kolesterol setelah diinduksi (mg/dl)


Subset for alpha =
Kelompok 0.05
Perlakuan N 1 2
a
Tukey B EEBA 180 mg/kg 3 232,67
BB
EEBA 360mg/kg 3 251,67
BB
CMC Na 1% 3 277,00
Gemfibrozil 600 3 278,33
mg
EEBA 540mg/kg 3 289,33
BB
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.

Kadar Kolesterol Setelah Perlakuan (mg/dl)


Subset for alpha = 0.05
Kelompok Perlakuan N 1 2 3 4
Tukey Ba Gemfibrozil 600 mg 3 153,67

EEBA 540mg/kg BB 3 161,67

EEBA 360mg/kg BB 3 177,67

EEBA 180 mg/kg BB 3 192,33

CMC Na 1% 3 264,00
97
98

Anda mungkin juga menyukai