Anda di halaman 1dari 102

UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH

EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus


amaryllifolius Roxb.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG
DIINDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

OLEH:
ADE KHAIRIYANI
NIM 141501070

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH
EKSTRAK ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus
amaryllifolius Roxb.) TERHADAP MENCIT JANTAN YANG
DIINDUKSI ALOKSAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH:
ADE KHAIRIYANI
NIM 141501070

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


iv
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillah, penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Uji Efek Penurunan Kadar

Glukosa Darah Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) terhadap Mencit Jantan yang diinduksi Aloksan” sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas

Sumatera Utara.

Diabetes melitus (DM) adalah sekelompok gangguan yang ditandai

dengan hiperglikemia; perubahan metabolisme lipid, karbohidrat, protein; dan

peningkatan resiko komplikasi penyakit kardiovaskular. Prevalensi penyakit DM

yang semakin meningkat dari tahun ke tahun sebanding dengan meningkatnya

biaya pengobatan. Selama ini, pengobatan yang biasa digunakan oleh diabetesi

(penderita diabetes) adalah suntik insulin dan obat hipoglikemik oral yang mana

memiliki berbagai efek samping. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain yang

dapat meminimalkan efek samping tersebut dan dapat terjangkau oleh masyarakat

yaitu dengan menggunakan bahan alam seperti daun pandan wangi. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun

pandan wangi (EEDPW) terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit jantan

yang diinduksi aloksan.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasihat selama penelitian hingga

v
Universitas Sumatera Utara
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S.,

Apt., yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama pendidikan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

tulus kepada orang tua, Ayahanda Alm. Mhd. Yamin Daulay dan Ibunda Rosniar

Panjaitan tercinta, kakak, adik, dan teman-teman atas doa, dorongan, dan

pengorbanan baik moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini. .

Medan, Agustus 2018


Penulis,

Ade Khairiyani
NIM 141501070

vi
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Ade Khairiyani
Nomor Induk Mahasiswa : 141501070
Program Studi : S-1 Farmasi
Judul Skripsi : Uji Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah
Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (Pandanus
amaryllifolius Roxb.) terhadap Mencit Jantan
yang diinduksi Aloksan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, belum pernah diajukan orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk
dapat dipergunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Agustus 2018


Yang membuat pernyataan,

Ade Khairiyani
NIM 141501070

vii
Universitas Sumatera Utara
UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK
ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN

ABSTRAK

Diabetes mellitus (DM) merupakan suatu penyakit yang prevalensinya


semakin meningkat dari tahun ke tahun disertai peningkatan biaya terapi maupun
jumlah kejadian komplikasi. Oleh karena itu banyak penderita berusaha
mengendalikan kadar glukosa darah (KGD) menggunakan bahan alam seperti daun
pandan wangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efek antidiabetes
ekstrak etanol daun pandan wangi (EEDPW) terhadap penurunan kadar glukosa
darah (PKGD) mencit jantan yang diinduksi aloksan.
Tahapan penelitian yaitu pengumpulan sampel, identifikasi sampel,
pembuatan simplisia, pemeriksaan karakteristik simplisia, pembuatan ekstrak
dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 96%, dan pengujian
efek antidiabetes EEDPW pada mencit jantan yang diinduksi aloksan dosis 150
mg/kg bb secara intraperitoneal. Mencit diabetes dibagi dalam 5 kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Kelompok 1 (kontrol) Na-
CMC 0,5% bb; kelompok 2,3,4 EEDPW dosis 150, 300, 600 mg/kg bb; dan
kelompok 5 (pembanding) metformin dosis 65 mg/kg bb diberikan secara per oral
selama 15 hari berturut-turut. Selanjutnya, dilakukan pengukuran KGD pada hari
ke-3, 6, 9, 12, dan 15. Data hasil dianalisis ANAVA kemudian dilanjutkan uji Post
Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan antar perlakuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW dosis 150,
300 dan 600 mg/kg bb dapat menurunkan KGD mencit yang diinduksi aloksan.
Dilihat dari nilai %PKGD yang semakin menurun dari kelompok metformin 65
mg/kg bb, EEDPW 600, 300, dan 150 mg/kg bb dimana semakin tinggi nilai
%PKGD maka semakin baik efek antidiabetes nya. Jika dilihat dari nilai ΔKGD
yang semakin meningkat dari kelompok metformin 65 mg/kg bb, EEDPW 600,
300, dan 150 mg/kg bb dimana semakin rendah nilai ΔKGD maka semakin baik
efek antidiabetes nya. Dari hasil analisis statistik Post Hoc Tukey HSD
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb dengan kelompok Na-CMC 0,5% (p<0,05)
namun tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok metformin 65
mg/kg bb (p>0,05).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa EEDPW dosis 150,
300, dan 600 mg/kg bb mempunyai efek antidiabetes terhadap mencit jantan yang
diinduksi aloksan.

Kata kunci: aloksan, daun pandan wangi, diabetes mellitus, kadar glukosa darah

viii
Universitas Sumatera Utara
DECREASING BLOOD GLUCOSE LEVEL EFFECT OF ETHANOL
EXTRACT OF PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) LEAVES
ON MALE MICE INDUCED BY ALLOXAN

ABSTRACT

Diabetes mellitus (DM) is a disease with increasing prevalence from year


to year along with increased treatment costs as well as the number of
complications incidents. Therefore many patients try to control blood glucose
level (BGL) using natural materials such as pandan wangi leaves. Purpose of this
research is to know antidiabetic effect of ethanol extract of pandan wangi leaves
(EEPWL) to decrease blood glucose level (DBGL) on male mice induced by
alloxan.
Research stages were sample collection, sample identification, simplicia
preparation, simplicia characteristic examination, extract preparation done by
maceration using 96% ethanol solvent, and EEPWL antidiabetic effect test on
male mice induced by alloxan dose 150 mg/kg bw intraperitoneally. Diabetic mice
divided into 5 groups, each group consisting of 5 mice. Group 1 (control) Na-
CMC 0.5% bw; group 2,3,4 EEPWL dose 150, 300, 600 mg/kg bw; and group 5
(comparative) metformin dose 65 mg/kg bw administered orally for 15 days.
Furthermore, BGL measurements performed on the 3rd, 6th, 9th, 12th, and 15th
day. The data analyzed by ANAVA and then continued by Post Hoc Tukey HSD
test to see the difference between treatments.
Results of this research indicate that EEPWL group doses 150, 300 and
600 mg/kg bw may decrease BGL mice induced by alloxan. Judging from the
decreasing value of %DBGL from metformin 65 mg/kg bb group, EEPWL 600,
300, and 150 mg/kg bw, where the higher of %DBGL value is the better of
antidiabetic effect. Judging from the increasing value of ΔBGL from metformin
65 mg/kg bw group, EEPWL 600, 300, and 150 mg/kg bw where the lower of
ΔBGL value is the better of antidiabetic effect. The results of Post Hoc Tukey
HSD statistic analysis showed that there were significant differences between
EEPWL groups 150, 300, and 600 mg/kg bw with Na-CMC 0.5% group (p<0.05)
but did not have significant differences with metformin 65 mg/kg bw group
(p>0.05).
Based on the above description it can be concluded that EEPWL doses
150, 300, and 600 mg/kg bw have antidiabetic effect against male mice induced
by alloxan.

Keywords: alloxan, blood glucose level, diabetes mellitus, pandan wangi leaves

ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................ iv

SURAT PERNYATAAN............................................................................ vi

ABSTRAK .................................................................................................. vii

ABSTRACT ................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah.................................................................. 5

1.3 Hipotesis ................................................................................... 5

1.4 Tujuan Penelitian...................................................................... 6

1.5 Manfaat Penelitian.................................................................... 6

1.6 Kerangka Pikir Penelitian......................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................. 8

2.1 Uraian Tumbuhan ..................................................................... 8

2.1.1 Sistematika tumbuhan ..................................................... 8

2.1.2 Nama daerah dan nama asing tumbuhan ......................... 8

2.1.3 Morfologi tumbuhan ....................................................... 9

x
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan ........................................... 9

2.1.5 Khasiat tumbuhan............................................................ 9

2.2 Ekstraksi ................................................................................... 10

2.2.1 Pengertian ekstraksi......................................................... 10

2.2.2 Metode ekstraksi ............................................................. 10

2.3 Diabetes Mellitus...................................................................... 12

2.3.1 Pengertian diabetes mellitus ............................................ 12

2.3.2 Klasifikasi diabetes mellitus............................................ 13

2.3.3 Diagnosis diabetes mellitus ............................................. 14

2.3.4 Komplikasi diabetes mellitus .......................................... 15

2.3.5 Penatalaksanaan diabetes mellitus .................................. 16

2.4 Insulin ....................................................................................... 20

2.5 Aloksan..................................................................................... 21

2.6 Hubungan antara Diabetes Mellitus dengan Radikal Bebas..... 23

2.7 Hubungan antara Diabetes Mellitus dengan Antioksidan ........ 24

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................. 26

3.1 Alat dan Bahan ......................................................................... 26

3.1.1 Alat ................................................................................. 26

3.1.2 Bahan .............................................................................. 26

3.2 Prosedur Pembuatan Simplisia ................................................. 27

3.2.1 Pengumpulan sampel ...................................................... 27

3.2.2 Identifikasi sampel .......................................................... 27

3.2.3 Pembuatan simplisia ....................................................... 27

3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ....................................... 27

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (EEDPW) .... 27

xi
Universitas Sumatera Utara
3.5 Penyiapan Hewan Percobaan ................................................... 28

3.6 Pembuatan Pereaksi.................................................................. 29

3.6.1 Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5% ............................... 29

3.6.2 Pembuatan suspensi glibenklamid 0,65%....................... 29

3.6.3 Pembuatan suspensi metformin 65% .............................. 29

3.6.4 Pembuatan larutan glukosa 50% ..................................... 30

3.6.5 Pembuatan larutan aloksan 150 mg/kg bb ...................... 30

3.6.6 Pembuatan suspensi EEDPW ......................................... 30

3.7 Pengujian Aktivitas Antidiabetes EEDPW .............................. 30

3.7.1 Penggunaan blood glucose test meter ............................. 30

3.7.2 Pengukuran kadar glukosa darah (KGD) ........................ 31

3.7.3 Tes toleransi glukosa oral (TTGO) ................................. 31

3.7.4 Pengujian aktivitas antidiabetes EEDPW pada mencit


jantan yang diinduksi aloksan ......................................... 32

3.8 Analisis Data ............................................................................ 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 34

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan .................................................... 34

4.2 Karakteristik Simplisia ............................................................. 34

4.3 Skrining Fitokimia.................................................................... 35

4.4 Pengujian Aktivitas Antidiabetes EEDPW .............................. 36

4.4.1 Aktivitas antidiabetes EEDPW pada mencit jantan


dengan metode TTGO .................................................... 36
4.4.2 Aktivitas antidiabetes EEDPW pada mencit jantan
yang dinduksi aloksan..................................................... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...................................................... 55
5.1 Kesimpulan............................................................................... 55

5.2 Saran ......................................................................................... 55

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 56

LAMPIRAN ................................................................................................ 60

xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Kriteria penegakan diagnosis pasien diabetes ................................. 15

2.2 Penggolongan sediaan insulin berdasarkan lama kerjanya ............. 19

4.1 Hasil karakteristik simplisia daun pandan wangi ............................ 35

4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia dan EEDPW .............................. 35

4.3 Hasil KGD rerata mencit uji toleransi glukosa oral ........................ 36

4.4 Hasil ΔKGD rerata mencit uji toleransi glukosa oral ...................... 38

4.5 Hasil KGD rerata mencit sebelum diinduksi aloksan ..................... 40

4.6 Hasil KGD rerata mencit setelah diinduksi aloksan ........................ 40

4.7 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-3 ............................................ 42

4.8 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-6 ............................................ 43

4.9 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-9 ............................................ 44

4.10 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-12 .......................................... 45

4.11 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-15 .......................................... 46

4.12 Hasil ΔKGD rerata mencit setelah sebelum diinduksi aloksan ..... 47

4.13 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-3 sebelum diinduksi aloksan . 48

4.14 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-6 sebelum diinduksi aloksan . 49

4.15 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-9 sebelum diinduksi aloksan . 49

4.16 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-12 sebelum diinduksi aloksan. 50

4.17 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-15 sebelum diinduksi aloksan. 51

xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel β pankreas .............................. 21

2.2 Mekanisme kerja aloksan membentuk radikal hidroksil ................. 23

4.1 Grafik KGD rerata mencit pada uji toleransi glukosa oral .............. 37

4.2 Grafik KGD rerata mencit setelah perlakuan .................................. 41

xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1 Surat identifikasi tumbuhan ..................................................... 60

2 Surat ethical clearance ............................................................. 61

3 Karakteristik tumbuhan daun pandan wangi ............................ 62

4 Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik .................................. 63

5 Bagan alur penelitian ............................................................... 64

6 Gambar alat yang digunakan.................................................... 68

7 Hewan percobaan ..................................................................... 70

8 Tabel konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia ....... 71

9 Contoh perhitungan dosis ........................................................ 72

10 Data KGD mencit metode TTGO ............................................ 76

11 Data KGD mencit yang dinduksi aloksan ................................ 77

12 Data %PKGD mencit yang dinduksi aloksan .......................... 78

13 Data ΔKGD mencit yang dinduksi aloksan ............................. 79

14 Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 ......................... 80

xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme yang ditandai

dengan hiperglikemia yaitu suatu keadaan meningkatnya kadar glukosa darah di

atas normal, abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang

disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin,

atau keduanya. Kriteria diagnosis DM adalah kadar glukosa darah puasa ≥ 126

mg/dL atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL. Sebagian besar penderita DM

dapat diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 (IDDM) yang disebabkan karena

kurangnya produksi insulin disertai peningkatan hormon glukagon dan DM tipe 2

(NIDDM) yang disebabkan karena penggunaan insulin yang kurang efektif oleh

tubuh (Sukandar, dkk., 2008).

Berdasarkan laporan International Diabetes Federation (IDF) tahun 2015,

jumlah populasi Indonesia yang terkena diabetes mencapai 9,1 juta jiwa dan

berada pada peringkat ke-5 sebagai jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia.

Menurut WHO, pada tahun 2030, Indonesia akan menempati peringkat ke-4 di

dunia di bawah India, China, dan Amerika Serikat, dengan jumlah penderita DM

sebanyak 21,3 juta jiwa. Prevalensi penyakit diabetes terus meningkat dari tahun

ke tahun mengikuti pola hidup yang beralih dari konsumsi makanan yang rendah

karbohidrat dan tinggi serat sayuran ke pola makanan siap saji, selain itu gaya

hidup yang sibuk dengan pekerjaan menyebabkan berkurangnya waktu untuk

berolahraga. Pola hidup yang berisiko inilah yang menyebabkan tingginya angka

penyakit DM dan penyakit degeneratif lainnya (Suyono, 2006).

1
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya prevalensi penyakit DM dari tahun ke tahun memerlukan

perhatian yang sangat besar dalam pengobatannya. Selama ini pengobatan yang

telah dilakukan untuk penderita DM adalah suntikan insulin dan pemberian

antidiabetes oral yang memiliki efek samping sepeti sakit kepala, pusing, mual,

dan anoreksia. Pengobatan ini digunakan dalam jangka waktu yang panjang

bahkan sampai seumur hidup, akibatnya membutuhkan biaya yang mahal

(Widowati, 1997). Oleh karena itu, perlu dicari obat yang efektif khasiatnya,

memiliki efek samping yang lebih rendah, dan harga yang relatif murah dan

terjangkau oleh masyarakat. Sebagai salah satu alternatif adalah dengan

penggunaan obat-obat herbal untuk terapi suatu penyakit, karena penggunaan obat

herbal dianggap lebih aman dan dapat meminimalkan efek samping terhadap

tubuh (Dalimartha dan Adrian, 2012).

Salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia dan belum banyak

dimanfaatkan sebagai obat herbal antidiabetes adalah pandan wangi. Pandan

wangi mempunyai bau yang harum (aromatik). Beberapa bahan kimia yang

terkandung dalam pandan wangi di antaranya alkaloida, saponin, flavonoid, tanin,

polifenol, dan zat warna. Daun tumbuhan ini sering digunakan sebagai bahan

penyedap, pewangi, dan pemberi warna hijau pada masakan. Efek farmakologis

pandan wangi di antaranya menguatkan saraf (tonikum), menambah nafsu makan

(stomachica), penenang (sedative), mengobati lemah saraf (neurastenia),

mengobati sakit disertai gelisah, menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi),

mengobati rematik dan pegal linu, menghitamkan rambut, menghilangkan

ketombe dan rambut rontok (Hariana, 2009).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ekstrak air daun pandan wangi

mengandung senyawa bioaktif berupa tanin, alkaloid, flavonoid, dan polifenol

2
Universitas Sumatera Utara
serta memiliki aktivitas antioksidan sebesar 66,82% menggunakan metode DPPH

(Prameswari dan Simon, 2014). Pemberian antioksidan dan komponen senyawa

polifenol dapat menangkap radikal bebas, mengurangi stres oksidatif, menurunkan

ekspresi TNF-α. Senyawa fitokimia ternyata mampu memanipulasi dengan

berbagai mekanisme sehinga dapat mengurangi komplikasi diabetes melalui

pengurangan stres oksidatif, ROS dan TNF-α (Widowati, 2008).

Flavonoid dan turunannya merupakan golongan polifenol. Aktivitas

antioksidan komponen polifenol sangat kuat yaitu ditandai dengan aktivitas yang

relatif tinggi sebagai donor hidrogen atau elektron dan kemampuan dari turunan

radikal polifenol untuk menstabilkan dan memindahkan elektron yang tidak

berpasangan (fungsi pemutusan rantai), serta kemampuan untuk mengkelat

transisi logam (Lukacinova, dkk., 2008). Flavonoid bertindak sebagai penangkap

radikal hidroksi yang sangat reaktif sehingga dapat mencegah aksi diabetogenik.

Pada pasien yang menderita diabetes mellitus tipe 1 yang dapat diakibatkan oleh

kerusakan sel β pankreas sehingga produksi insulin menurun atau tidak ada sama

sekali. Flavonoid disini berfungsi untuk melindungi sel β pankreas dari paparan

radikal bebas sehingga menghambat proses kerusakan sel dan memperbaiki sel β

pankreas (Widowati, 2008).

Pengujian antidiabetes menggunakan metode tes toleransi glukosa oral

(TTGO) merupakan tes pendahuluan dan sering digunakan untuk mengetahui

adanya pengaruh pemberian bahan ujidalam mengembalikan kadar glukosa darah

hewan uji ke keadaan homeostatis setelah kadar gula meningkat (Syah, 2015).

Prisip kerjanya adalah dengan cara membebani hewan uji dengan glukosa hingga

tercapai keadaan hiperglikemik tanpa merusak sel β pankreas hewan uji (Harianja,

2011).

3
Universitas Sumatera Utara
Aloksan merupakan suatu senyawa yang sering digunakan untuk

penelitian diabetes dengan metode tanpa pembedahan (non-surgical methods)

dalam menghasilkan hewan percobaan hiperglikemia. Senyawa ini dapat

mengakibatkan depolarisasi sel β Langerhans, sehingga mengakibatkan gangguan

pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat namun sel α yang lebih

resisten tidak terpengaruh. Diabetes yang diinduksi aloksan pada hewan

menunjukkan gejala yang serupa dengan diabetes pada manusia. Kondisi puasa

diet, atau kekurangan nutrisi meningkatkan kerentanan terhadap toksisitas aloksan

(Nugroho, 2006; Pour, 2006). Aloksan dapat digunakan secara intravena,

intraperitoneal, dan subkutan, dosis intravena yang digunakan biasanya 65 mg/kg

bb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya (Szkudelski, 2001).

Pada penelitian ini digunakan metformin sebagai pembanding positif

karena dapat menurunkan glukosa darah melalui stimulasi glikolisis langsung

pada jaringan perifer dengan peningkatan pengeluaran glukosa dari darah,

mengurangi glukoneogenesis hati, memperlambat absorpsi glukosa dari usus,

pengurangan kadar glukagon dalam plasma, dan meningkatkan pengikatan insulin

pada reseptor insulin. Mekanisme kerja metformin dalam menurunkan KGD tidak

tergantung pada fungsi sel-sel β pankreas yang diduga telah rusak akibat

pemberian aloksan (Prameswari dan Simon, 2014).

Penelitian ini menggunakan mencit jantan sebagai hewan uji dimana

mencit diaklimatisasi terlebih dahulu selama 1 minggu untuk mengadaptasikan

mencit dengan lingkungan sekitarnya. Pemilihan mencit sebagai hewan uji karena

memiliki sifat anatomis dan fisiologis yang terkarakterisasi dengan baik, selain itu

karena mudah didapat, mudah ditagani, murah, serta mengingat volume darah

yang dibutuhkan untuk mengukur kadar gula darah hanya sedikit maka akan lebih

4
Universitas Sumatera Utara
efektif penggunaan mencit dibandingkan hewan lain. Mencit jantan dipilih karena

memiliki sistem hormon yang lebih stabil dibandingkan dengan mencit betina

disebabkan hormon estrogen pada mencit betina dapat mempengaruhi kadar gula

darah dalam tubuh (Malole dan Pramono, 1989). Mencit jantan pada usia 2-3

bulan adalah mencit dewasa muda yang mempunyai keadaan fisiologik yang

optimum (Indrawati, 2015).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk menguji pengaruh

ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap penurunan kadar glukosa darah pada

mencit jantan yang induksi aloksan dan metformin sebagai pembanding.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah penelitian

adalah sebagai berikut:

a. apakah ekstrak etanol daun pandan wangi (EEDPW) mampu

menurunkan kadar glukosa darah mencit?

b. apakah ada perbedaan efek penurunan kadar glukosa darah antara

ekstrak etanol daun pandan wangi (EEDPW) dengan metformin pada

mencit yang diinduksi aloksan?

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka hipotesis adalah sebagai

berikut:

a. EEDPW mampu menurunkan kadar glukosa darah mencit

b. tidak ada perbedaan efek penurunan kadar glukosa darah antara

EEDPW dengan metformin pada mencit yang diinduksi aloksan

5
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan hipotesis di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai

berikut:

a. mengetahui efek EEDPW terhadap penurunan kadar glukosa darah

mencit

b. mengetahui dosis efektif untuk penurunan glukosa darah mencit dari

EEDPW menggunakan metformin sebagai pembanding

1.5 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian adalah

sebagai berikut:

a. memberi informasi kepada masyarakat tentang aktivitas antidiabetes

EEDPW

b. menambah inventaris tumbuhan obat yang berkhasiat sebagai

antidiabetes

1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Pada penelitian ini yang digunakan adalah mencit jantan putih sebanyak 25

ekor berumur 2-3 bulan dengan berat badan 25-35 g. Mencit kemudian diinduksi

aloksan dosis 150 mg/kg bb sehingga mencit diabetes (KGD ≥ 200 mg/dL). Pada

penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Varibel

bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat yaitu EEDPW 150,

300, dan 600 mg/kg bb serta waktu pengamatan. Suspenci Na-CMC 0,5%

digunakan sebagai kelompok kontrol yang diketahui tidak memiliki efek

antidiabetes selain itu juga sebagai suspending agent untuk membuat suspensi

6
Universitas Sumatera Utara
EEDPW dan metformin, karena tidak larut dalam air. Metformin 65 mg/kg bb

digunakan sebagai kelompok pembanding yang sudah diketahui efek

antidiabetesnya. Dengan demikian suspensi Na-CMC 0,5% dan metformin 65

mg/kg bb tidak termasuk kedalam variabel bebas, sedangkan yang menjadi

variabel terikat adalah penurunan KGD akibat pengaruh variabel bebas. Untuk

lebih jelasnya kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.

Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter

Aloksan 150 EEDPW dosis


mg/kg bb 150, 300, dan
600 mg/kg bb

Na-CMC
0,5%

Penurunan Kadar
Mencit
Mencit kadar glukosa glukosa darah
diabetes
darah mencit (mg/dL)
Metformin
dosis 65
mg/kg bb

Waktu
pengamatan:
Hari ke-3, 6, 9,
12, dan 15

Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian uji efek antidiabetes ekstrak etanol daun
pandan wangi (EEDPW) terhadap mencit jantan yang diinduksi
aloksan

7
Universitas Sumatera Utara
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi sistematika tumbuhan, nama daerah dan nama

asing tumbuhan, morfologi tumbuhan, kandungan kimia tumbuhan, dan khasiat

tumbuhan.

2.1.1 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan pandan wangi adalah sebagai berikut (MEDA,

2017):

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Pandanales

Famili : Pandanaceae

Genus : Pandanus

Spesies : Pandanus amaryllifolius Roxb.

Nama Lokal : Pandan wangi

2.1.2 Nama daerah dan nama asing tumbuhan

Tumbuhan ini memiliki nama lain di beberapa daerah, seperti pandan

wangi (Jawa); seuke bangu, seuke musan (Aceh); pandan musang, pandan bunga

(Sumbar); pandan jau (Batak); pandan rempai, pandan wangi (Jakarta); pandan

rampe, pandan seungit (Sunda); pondang (Minahasa). Sedangkan di negara lain

tumbuhan ini dikenal dengan nama screw pine (Inggris); lu eou su, ban lan ye

(Cina) (Hariana, 2009).

8
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Morfologi tumbuhan

Tanaman ini mempunyai daun yang selalu hijau sepanjang tahun.

Batangnya bulat, dapat tunggal atau bercabang-cabang dan mempunyai akar udara

atau akar tunjang yang muncul pada pangkal batang. Helaian daun berbentuk pita,

memanjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Daun berwarna hijau dan

tersusun secara spiral (Hidayat, dkk., 2008).

2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan

Pandan wangi mempunyai bau yang harum (aromatik). Beberapa bahan

kimia yang terkandung dalam pandan wangi di antaranya alkaloida, saponin,

flavonoid, tanin, polifenol, dan zat warna (Hariana, 2009). Daun pandan wangi

mengandung alkaloid seperti norpandamarilacton A, -B, pandamarilactam-3x, -3y,

pandamarilactone-1, pandamarilactonine-A, -B, -C, pandamarine, pandanamine

(Lopez dan Notato, 2005), flavonoid seperti rutin, katekin, epikatekin,

kaempferol, dan narigin (Ghasemzadeh dan Jaafar, 2013), karotenoid, tokoferol,

tokotrienol (Lee, dkk., 2004), tanin, saponin, steroid/ terpenoid dan glikosida.

Karakteristik aroma pandan berasal dari kandungan senyawa 2-asetil-1-pirona

(Kurniawati, 2010). Selain itu daun pandan wangi juga memiliki glukosa dan

fruktosa yang bersifat humektan yang dapat bersifat menarik air dari udara.

Kandungan karbohidrat dalam daun pandan banyak digunakan sebagai suplemen

karbohidrat. Daun pandan wangi juga digunakan sebagai antioksidan dalam

pangan (Nor, dkk., 2008).

2.1.5 Khasiat tumbuhan

Daun tumbuhan ini sering digunakan sebagai bahan penyedap, pewangi,

dan pemberi warna hijau pada masakan. Selain itu juga berkhasiat untuk

menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, rambut rontok, lemah saraf tidak

9
Universitas Sumatera Utara
nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah, serta pegal linu (Hariana, 2009)

dan sebagai repelan nyamuk (Marina dan Astuti, 2012).

2.2 Ekstraksi

2.2.1 Pengertian ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara menarik satu atau lebih zat dari bahan asal

menggunakan suatu cairan penarik atau pelarut. Umumnya ekstraksi dikerjakan

untuk simplisia yang mengandung zat-zat yang berkhasiat atau zat-zat lain untuk

keperluan tertentu. Simplisia yang digunakan umumnya sudah dikeringkan, tetapi

kadang simplisia segar juga dipergunakan. Simplisia dihaluskan lebih dahulu agar

proses difusi zat-zat berkhasiatnya lebih cepat (Syamsuni, 2006).

Tujuan ekstraksi dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat dalam

simplisia masih berada dalam kadar yang tinggi sehingga memudahkan untuk

mengatur dosis zat berkhasiat karena dalam sediaan ekstrak dapat

distandarisasikan kadar zat berkhasiatnya sedangkan kadar zat berkhasiat dalam

simplisia sukar diperoleh kadar yang sama (Anief, 1999).

2.2.2 Metode ekstraksi

Menurut Depkes RI (1979) ada beberapa metode ekstraksi yaitu:

a. Cara dingin

i. Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan

dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari

akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat

aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat di desak

10
Universitas Sumatera Utara
ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi

antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Keuntungan maserasi adalah cara

pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan

(Depkes RI, 1986).

ii. Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan

cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan

untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut

cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut

sari atau perkolat, sedang sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau

sisa perkolasi. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi

karena:

a) Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi

dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan

derajat perbedaan konsentrasi.

b) Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat

mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka

kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat

meningkatkan konsentrasi (Depkes RI, 1986).

b. Cara panas

i. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu

pertama 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

11
Universitas Sumatera Utara
ii. Soxhletasi

Soxhletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang

umumnya dilakukan dengan alat soxhlet yang sampelnya dibungkus dengan

kertas saring sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif

konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 1986).

iii. Digesti

Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah,

yaitu pada suhu 40–50C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk

simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan (Depkes RI, 1986).

iv. Infundasi

Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk

menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infus

adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu

90C selama 15 menit (Depkes RI, 1986).

v. Dekoktasi

Dekoktasi adalah infundasi pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan

temperatur sampai titik didih air (Depkes RI, 1986).

2.3 Diabetes Mellitus

2.3.1 Pengertian diabetes mellitus

Diabetes melitus adalah sekelompok gangguan yang ditandai dengan

hiperglikemia; perubahan metabolisme lipid, karbohidrat, protein; dan

peningkatan resiko komplikasi penyakit pembuluh darah yang disebabkan oleh

penurunan produksi insulin (defisiensi) dan menurunnya respon jaringan perifer

terhadap insulin (resistensi) (Luellmann, 2005).

12
Universitas Sumatera Utara
Keluhan Diabetes Mellitus berupa poliuria, polidipsia, dan polifagia,

disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126

mg/dL atau postprandial ≥ 200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL)

(Suherman dan Nafrialdi, 2012).

2.3.2 Klasifikasi diabetes mellitus

a. Diabetes tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes tipe 1 merupakan kondisi tidak terkontrolnya gula didalam tubuh

karena kerusakan sel pankreas sehingga mengakibatkan berkurangnya produksi

insulin sepenuhnya, diabetes tipe ini merupakan penyakit autoimun yang

dipengaruhi secara genetik oleh gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses

perusakan imunologik sel-sel yang memproduksi insulin secara bertahap (Dewi,

2014). Tipe ini sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, namun

demikian dapat juga ditemukan pada setiap umur. Penderita membutuhkan insulin

eksogen tidak hanya untuk menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga

untuk menghindari ketoasidosis diabetika (KAD) dan mempertahankan kehidupan

(Whelan dan Woodley, 1995).

b. Diabetes tipe 2 (Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes tipe 2 merupakan kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak

terkontrol akibat gangguan sensitivitas sel pankreas untuk menghasilkan hormon

insulin (Dewi, 2014). Tipe ini biasanya timbul pada umur lebih dari 40 tahun dan

bertubuh gemuk. Produksi insulin memadai untuk mencegah KAD, namun KAD

dapat timbul bila ada stress berat (Whelan dan Woodley, 1995).

c. Diabetes gestational

Diabetes gestational adalah intoleransi glukosa yang dimulai sejak

kehamilan. Pada kondisi kehamilan, wanita membutuhkan lebih banyak insulin

13
Universitas Sumatera Utara
untuk mempertahankan metabolisme karbohidrat normal. Jika seorang wanita

hamil tidak mampu menghasilkan lebih banyak insulin akan mengalami diabetes

(Dewi, 2014).

d. Diabetes tipe khusus

Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang terjadi sekunder atau akibat dari

penyakit lain yang mengganggu produksi insulin atau mempengaruhi kerja

insulin. Contohnya adalah radang pankreas (pankreatitis), gangguan kelenjar

adrenal atau hipofisis, penggunaan hormon kortikosteroid, pemakaian beberapa

obat antihipertensi atau antikolesterol, malnutrisi, atau infeksi (Tandra, 2013).

2.3.3 Diagnosis diabetes mellitus

Diabetes seringkali muncul tanpa gejala. Namun demikian ada beberapa

gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Untuk itu

perlu dilakukan penegakan diagnosa terhadap pasien yang diduga mengidap

diabetes. Diagnosa tersebut meliputi:

a. Pasien-pasien simptomatik.

Apabila pada seorang pasien ditemukan gejala gejala berupa polyuria

bersama-sama dengan polidipsia dan penurunan berat badan serta kadar glukosa

plasma yang lebih besar dari 200 mg/dL maka pasien itu sudah dapat dianggap

menderita DM tanpa perlu dilakukan pemeriksaan.

b. Pasien-pasien asimptomatik.

Badan Data Diabetes Nasional dan Badan Kesehatan Dunia (WHO)

menetapkan kriteria diagnosa untuk DM yaitu Glukosa Plasma Puasa (GPP) dan

Glukosa Plasma (GP) 2 jam setelah diberikan larutan glukosa (Tes Toleransi

Glukosa Oral) (Whelan dan Woodley, 1995). Kriteria penegakan diagnosis pasien

diabetes disajikan pada Tabel 2.1.

14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Kriteria penegakan diagnosis pasien diabetes
Glukosa Plasma Glukosa Plasma (GP) 2
Kriteria
Puasa (GPP) jam setelah makan
Normal <100 mg/dL <140 mg/dL
Pra-Diabetes 100-125 mg/dL 140-199 mg/dL
Diabetes ≥126 mg/dL ≥200 mg/dL
Sumber: Depkes RI. (2005)

2.3.4 Komplikasi diabetes mellitus

a. Komplikasi Diabetes Melitus Akut

Komplikasi diabetes akut behubungan dengan kurangnya pemantauan pola

makan pasien terhadap kadar glukosa darah. Hal ini memicu kondisi kadar

glukosa darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

i. Reaksi hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan

glukosa. Pada kondisi ini semua penderita harus segera ditangani. Penderita

menunjukkan gejala dengan tanda-tanda: rasa lapar, gemetar, keringat dingin,

pusing, dan sebagainya (Tjokroprawiro, 2007).

Dalam keadaan hipoglikemia, bila penderita masih sadar harus segera

diberi makanan atau air gula. Jika keadaan ini tidak segera diobati, penderita akan

tidak sadarkan diri karena disebabkan oleh kekurangan glukosa di dalam darah.

Koma ini disebut koma hipoglikemik (Tjokroprawiro, 2007).

Penderita koma hipoglikemik harus segera dibawa kerumah sakit karena

perlu mendapat suntikan glukosa 40% dan infus glukosa.Penderia yang

mengalami reaksi hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya

disebabkan oleh obat antidiabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau

penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan

(Tjokroprawiro, 2007).

15
Universitas Sumatera Utara
ii. Koma diabetik

Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini muncul karena

kadar glukosa darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600

mg/dL. Gejala koma diabetik yang sering timbul pada pasien adalah: nafsu makan

menurun, minum banyak, berkemih banyak, rasa mual, muntah, nafas penderita

menjadi cepat dan dalam, serta berbau aseton, dan naiknya panas tubuh karena

adanya infeksi. Penderita koma diabetik harus segera dibawa kerumah sakit

(Tjokroprawiro, 2007).

b. Komplikasi Diabetes Melitus Kronik

Komplikasi diabetes melitus kronik melibatkan pembuluh-pembuluh kecil

(mikroangiopati), pembuluh darah sedang dan pembuluh darah besar

(makroangiopati). Komplikasi ini berhubungan dengan sistem organ, dan dapat

menyerang seluruh alat tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki termasuk

semua alat tubuh didalamnya. Sebaliknya, komplikasi tersebut tidak akan muncul

jika perawatan diabetes mellitus dilaksanakan dengan tertib dan teratur (Dewi,

2014).

2.3.5 Penatalaksanaan diabetes mellitus

a. Terapi Nonfarmakologis

i. Diet

Terapi diet direkomendasikan untuk semua orang DM. Guna pencapaian

hasil metabolisme yang optimal dan pencegahan serta pengobatan komplikasi.

Untuk DM tipe 1, fokusnya pada mengatur pemberian insulin dengan diet

seimbang untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat.

Dietkarbohidrat dan rendah lemak jenuh (<7% dari total kalori), dengan fokus

pada makanan seimbang yang dianjurkan. Sangat penting untuk pasien memahami

16
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara asupan karbohidrat dan kontrol glukosa. Selain itu, pasien

dengan DM tipe 2 memerlukan pembatasan kalori untuk penurunan berat badan.

Seperti kebanyakan pasien DM tipe 2 dengan kelebihan berat badan atau obesitas,

tidur dan makan makanan ringan tidak diperbolehkan agar manajemen

farmakologis sesuai (Triplitt, dkk., 2008).

ii. Aktivitas Fisik

Latihan aerobik meningkatkan sensitivitas insulin dan dapat mengontrol

gula darah pada sebagian besar individu, dan mengurangi faktor risiko

kardiovaskular, berkontribusi untuk penurunan berat badan atau pemeliharaan,

dan meningkatkan kesejahteraan (Triplitt, dkk., 2008).

Kontraksi otot dapat menyebabkan glukosa lebih banyak masuk ke dalam

sel. Karenanya pasien DM sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga secara

teratur (Suherman dan Nafrialdi, 2012).

b. Terapi Farmakologis

i. Obat Antidiabetik Oral (ADO)

a) Golongan Sulfonilurea

Dikenal 2 generasi sulfonilurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid,

tolazamid, asetoheksimid dan klorpropamid, generasi 2 yang potensi hipoglikemik

lebih besar adalah gliburid (glibenklamid), glipizid, gliklazid dan glimepirid.

Mekanisme kerjanya merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel β Langerhans

pankreas (Suherman dan Nafrialdi, 2012).

b) Meglitinid

Golongan meglitinid terdiri dari repaglinid dan nateglinid yang mekanisme

kerjanya sama dengan sulfonilurea tetapi struktur kimianya sangat berbeda

(Suherman dan Nafrialdi, 2012).

17
Universitas Sumatera Utara
c) Biguanida

Sebenarnya dikenal 3 jenis ADO dari golongan biguanida, yaitu

fenformin, buformin, dan metformin, tetapi fenformin telah ditarik dari peredaran

karena sering menyebabkan asidosis laktat. Sekarang yang banyak digunakan

adalah metformin. Mekanisme kerja biguanida sebenarnya bukan obat

hipoglikemik tetapi suatu antihiperglikemik, tidak menyebabkan rangsangan

sekresi insulin dan umumnya tidak menyebabkan hipoglikemia. Metformin

menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan

otot dan adiposa terhadap insulin. Meski masih kontroversial, adanya penurunan

produksi glukosa hepar, banyak data yang menunjukkan bahwa efeknya terjadi

akibat penurunan glukoneogenesis (Suherman dan Nafrialdi, 2012).

d) Tiazolidinedion

Tiazolidinedion merupakan agonist potent dan selektif PPARγ,

mengaktifkan PPARγ membetuk kompleks PPARγ-RXR dan terbentuklah GLUT

baru. Di jaringan adiposa PPARγ mengurangi keluarnya asam lemak menuju ke

otot, dan karenanya dapat mengurangi resistensi insulin. Pendapat lain, aktivasi

hormon adiposit dan adipokin, yang nampaknya adalah adiponektin. Senyawa ini

dapat meningkatkan sensitivitas insulin melalui peningkatan AMP kinase yang

merangsang transport glukosa ke sel dan meningkatkan oksidasi asam lemak

(Suherman dan Nafrialdi, 2012).

e) Penghambat enzim α-glikosidase

Penghambat enzim α-glikosidase dapat memperlambat absorpsi

polisakarida (starch), dekstrin, dan disakarida di intestin. Dengan menghambat

kerja enzim α-glikosidase di intestin, dapat mencegah peningkatan glukosa plasma

pada orang normal dan pasien DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi

18
Universitas Sumatera Utara
insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikemia (Suherman dan

Nafrialdi, 2012).

ii. Terapi insulin

Insulin masih merupakan obat utama untuk DM tipe 1 dan beberapa jenis

DM tipe 2 apabila terapi ADO tidak dapat mengendalikan KGD. Suntikan insulin

dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti intravena, intramuskular, dan

umumnya pada penggunaan jangka panjang lebih disukai pemberian subkutan.

Sediaan insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerjanya (kerja cepat, sedang,

dan panjang), dan berdasarkan spesiesnya (human dan porcine). Human insulin

merupakan hasil teknologi rekombinan DNA, dalam larutan yang cair lebih larut

dari porcine insulin, karena adanya treonin (di tempat alanin) dan mempunyai

ekstra gugus hidroksil. Penggolongan sediaan insulin berdasarkan lama kerjanya

(kerja cepat, sedang, dan panjang) dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Penggolongan sediaan insulin berdasarkan lama kerjanya


Mula kerja Puncak Masa kerja
Jenis sediaan insulin
(jam) (jam) (jam)
Masa kerja singkat (short-acting)
0,5 1-4 6-8
disebut juga insulin regular
Masa kerja sedang (intermediate-
1-2 6-12 18-24
acting)
Masa kerja sedang, mula kerja
0,5 4-15 18-24
Singkat
Masa kerja panjang (long-acting) 4-6 14-20 24-36
Sumber: Depkes RI. (2005)

Dosis dan konsentrasi insulin dinyatakan dengan unit (U). Satu unit insulin

kira-kira sama dengan insulin yang dibutuhkan untuk menurunkan glukosa puasa

45 mg/dL (2,5 mM) pada kelinci. Produksi insulin pada orang normal, sehat yang

kurus, antara 18-40 U per hari atau 0,2-0,5 U/kg bb per hari. Pada berbagai

populasi pasien DM tipe 1, rata-rata dosis insulin yang dibutuhkan berkisar antara

19
Universitas Sumatera Utara
0,6-0,7 U/kg bb per hari, sedangkan pasien obesitas membutuhkan dosis lebih

tinggi (2U/kg bb per hari) karena adanya resistensi jaringan perifer terhadap

insulin (Suherman dan Nafrialdi, 2012).

2.4 Insulin

Insulin adalah hormon penting yang diproduksi oleh sel β pankreas.

Insulin bekerja untuk memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel untuk

dipergunakan sebagai energi atau disimpan sebagai lemak untuk dipergunakan

cadangan energi pada kemudian hari. Selama pencernaan, makanan yang

mengandung karbohidrat dicerna dan diubah menjadi glukosa. Hal ini

menyebabkan peningkatan glukosa dalam darah. Peningkatan glukosa darah

merupakan tanda dari pankreas untuk memproduksi jumlah insulin yang

dibutuhkan untuk mengatur kadar glukosa dalam darah.

Setelah adanya rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama sekresi

insulin adalah proses glukosa (masuk ke dalam sel) melewati membran sel.

Glukosa masuk ke dalam sel secara difusi dengan bantuan GLUT-2 glucose

transporter. Glucose transporter adalah senyawa asam amino yang terdapat di

dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa yang

berfungsi sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel

jaringan tubuh. Kemudian intraseluler glukosa dimetabolisme (glikolisis dan

fosforilasi) membentuk ATP, NADH dan FADH2 di dalam mitokondria. Molekul

ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk tahap selanjutnya yakni proses

mengaktifkan penutupan K channel pada membran sel. Pembentukan ATP yang

telah berlangsung akan mengakibatkan terjadinya peningkatan rasio ATP/ADP

dan kadar glukosa intraseluler yang tinggi menyebabkan depolarisasi membran sel

20
Universitas Sumatera Utara
serta menginduksi penutupan KATP channel pada permukaan sel. Kemudian

diikuti oleh tahap pembukaan Cell-surface voltage dependent Calsium

channels (Ca channel). Keadaan inilah yang memungkinkan masuknya ion Ca ke

dalam sel β sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion Ca intrasel dan

memicu exocytosis insulin. Selanjutnya molekul insulin masuk ke dalam sirkulasi

darah terikat dengan reseptor. Ikatan insulin dan reseptornya membutuhkan

GLUT-4 glucose transporter untuk dapat masuk ke dalam sel otot danjaringan

lemak, serta uptake glukosa dengan efisien, yang akhirnya menurunkan kadar

glukosa dalam plasma (Manaf, 2006).

Gambar 2.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel β pankreas akibat stimulasi
glukosa (Manaf, 2006)

2.5 Aloksan

Aloksan adalah senyawa hidrofilik yang tidak stabil. Waktu paruh pada

suhu 37C dan pH 7,4 (netral) adalah 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu

yang lebih rendah. Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai

21
Universitas Sumatera Utara
penginduksi hewan uji untuk menghasilkan kondisi diabetik (hiperglikemik)

secara cepat. Aloksan dapat menyebabkan diabetes mellitus tergantung insulin

(DM tipe 1) pada hewan uji. Aloksan bersifat toksik selektif terhadap sel beta

pankreas yang memproduksi insulin karena terakumulasinya aloksan secara

khusus melalui transporter glukosa yaitu GLUT2. Sebagai diabetogenik, aloksan

dapat digunakan secara intravena, intraperitoneal, dan subkutan. Dosis intravena

biasanya 65 mg/kg bb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 dosis

intravena (Szkudelski, 2001).

Aloksan secara cepat dapat mencapai pankreas, aksinya diawali dengan

pengambilan yang cepat oleh sel β Langerhans. Pembentukan oksigen reaktif

merupakan faktor utama pada kerusakan sel tersebut. Pembentukan oksigen

reaktif diawali dengan proses reduksi aloksan dalam sel β Langerhans. Aloksan

mempunyai aktivitas tinggi terhadap senyawa seluler yang mengandung gugus

SH, glutation tereduksi (GSH), sistein dan senyawa sulfhidril terikat protein

(misalnya SH-Containing enzyme). Hasil dari proses reduksi aloksan adalah asam

dialurat, yang kemudian mengalami reoksidasi menjadi aloksan untuk

membangkitkan radikal superoksida. Reaksi antara aloksan dengan asam dialurat

merupakan proses yang diperantarai oleh radikal aloksan intermediet. Radikal

superoksida dapat membebaskan ion ferri (Fe3+) dari ferinitin, dan tereduksi

menjadi ion ferro (Fe2+). Selain itu, ion ferri juga dapat direduksi oleh radikal

aloksan. Radikal superoksida mengalami dismutasi menjadi hidrogen peroksida,

berjalan secara spontan dan kemungkinan dikatalisis oleh superoksida dismutase

(SOD). Salah satu target dari oksigen reaktif adalah DNA pulau langerhans

pankreas, adanya ion ferro dan hidrogen peroksida membentuk radikal hidroksil

yang sangat reaktif melalui reaksi fenton (Szkudelski, 2001). Berikut merupakan

22
Universitas Sumatera Utara
alur mekanisme kerja aloksan dalam membentuk radikal hidroksil (Ighodaro,

dkk., 2018).

Gambar 2.2 Mekanisme kerja aloksan membentuk radikal hidroksil (Ighodaro,


dkk., 2018)

2.6 Hubungan antara Diabetes Mellitus dengan Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan sekelompok zat kimia yang sangat reaktif

karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Selama

makanan dioksidasi untuk menghasilkan energi, sejumlah radikal bebas juga

terbentuk. Radikal bebas berfungsi untuk memberikan perlindungan tubuh

terhadap serangan bakteri dan parasit, namun tidak menyerang sasaran spesifik,

sehingga akan menyerang asam lemak tidak jenuh ganda dari membran sel,

struktur sel, dan DNA. Radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif yang

diproduksi dalam jumlah yang normal, penting untuk fungsi biologi. Munculnya

stres oksidatif pada DM terjadi melalui tiga mekanisme, yakni glikasi

nonenzimatik pada protein, jalur poliolsorbitol (aldosa reduktase), dan

autooksidasi glukosa (Kaleem, dkk., 2006).

23
Universitas Sumatera Utara
Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan komponen stres oksidatif.

Stres oksidatif merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara prooksidan (ROS)

dan antioksidan. Reactive Oxygen Species (ROS) adalah senyawa yangmudah

membentuk radikal bebas dan cenderung reaktif bereaksi dengan senyawa lain.

Peningkatan radikal bebas secara umum menyebabkan gangguan fungsi sel dan

kerusakan oksidatif pada membran. Pada kondisi tertentu antioksidan endogen

mempertahankan sistem perlindungan tubuh namun mekanisme pertahanan

tersebut mengalami perubahan pada DM (Kaleem, dkk., 2006).

Gangguan fisiologis patologis diabetes melitus pada awalnya terjadi

kegagalan aksi insulin dalam upaya menurunkan gula darah, mengakibatkan sel β

pankreas akan mensekresikan insulin lebih banyak untuk mengatasi kekurangan

insulin. Peningkatan yang terjadi secara terus menerus dapat meningkatkan

produksi ROS dalam tubuh. Hal ini akan memperburuk aktivitas dan sekresi

insulin. Selanjutnya apabila keadaan resistensi insulin bertambah berat disertai

beban glukosa yang terus menerus terjadi, sehingga sel β pankreas tidak mampu

lagi mensekresikan insulin untuk menurunkan kadar gula darah. Akhirnya sekresi

insulin oleh sel β pankreas akan menurun (defisiensi) dan terjadi hiperglikemia

(Tandra, 2013). Gangguan metabolisme ini akan berlanjut pada gangguan

metabolisme lemak dan protein serta proses kerusakan berbagai jaringan tubuh

(Manaf, 2006).

2.7 Hubungan antara Diabetes Mellitus dengan Antioksidan

Antioksidan adalah suatu zat yang dapat mencegah serta memperlambat

proses oksidasi. Antioksidan memiliki fungsi dalam memperbaiki sel tubuh yang

mengalami kerusakan dikarenakan radikal bebas. Radikal bebas adalah spesies

24
Universitas Sumatera Utara
yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari

pasangan elektron dari senyawa lain. Molekul-molekul antioksidan akan berikatan

dengan radikal bebas sehingga dapat mengurangi bahaya radikal bebas yang

berpotensi merusak DNA. Ketika radikal bebas telah berikatan dengan

antioksidan, maka radikal bebas tersebut tidak bisa lagi berikatan dengan dengan

sel lainnya, sehingga resiko radikal bebas merusak sel lainnya pun hilang atau

berkurang (Setiawan dan Suhartono, 2005).

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa diabetes mellitus merupakan penyakit

dengan komponen stres oksidatif yang memberi kontribusi nyata pada kerusakan

fungsi sel β pankreas dan resistensi insulin. Perubahan status oksidatif pada DM

ditandai dengan perubahan aktivitas antioksidan endogen serta meningkatnya

kerusakan biomolekul secara oksidatif. Oleh karena itu diperlukan antioksidan

eksogen sebagai penghambat kerusakan oksidatif di dalam tubuh (Setiawan dan

Suhartono, 2005). Menurut Widowati (2008), beberapa mekanisme kerja

antioksidan dalam menurunkan kadar glukosa darah yaitu:

a. beberapa antioksidan memiliki kemampuan sebagai astringen yaitu dapat

mempresipitasikan protein selaput lendir usus sehingga menghambat asupan

glukosa. Hal ini akan menurunkan laju peningkatan glukosa darah.

b. antioksidan akan mempercepat keluarnya glukosa dari sirkulasi darah dengan

mempercepat filtrasi dan ekskresi ginjal sehingga produksi urin meningkat.

Peningkatan produksi urin menyebabkan laju ekskresi glukosa melalui ginjal

yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah menurun.

c. antioksidan akan mempercepat keluarnya glukosa melalui peningkatan

masukan kedalam deposit lemak. Proses ini akan melibatkan pankreas untuk

memproduksi insulin.

25
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental yang

meliputi pengumpulan sampel, identifikasi sampel, pembuatan simplisia,

pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.),

penyiapan hewan percobaan, dan pengujian efek ekstrak etanol daun pandan

wangi terhadap penurunan kadar glukosa darah (KGD) pada mencit jantan

dengan metode induksi aloksan. Data hasil penelitian dianalisis dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 17.

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi lemari pengering,

blender (National), rotary evaporator (Heidolph WB 2000), neraca hewan

(Presica GW-1500), neraca listrik (Mettler Toledo), penangas air, glucometer

(“EasyTouch®GCU”) dan glucotest strip (“EasyTouch®GCU” strip test), oral

sonde, spuit, mortir, stamfer, gunting, spatula, alat-alat gelas dan alat laboratorium

lainnya.

3.1.2 Bahan

Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pandan

wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). Bahan kimia yang digunakan adalah

etanol 96%, aloksan monohidrat (Sigma Aldrich), larutan fisiologis NaCl 0,9%,

Na-CMC (Natrium-Carboxy Methyl Cellulose), tablet glibenklamid (Indofarma),

tablet metformin (Kalbe), dan air suling (teknis).

26
Universitas Sumatera Utara
3.2 Prosedur Pembuatan Simplisia

3.2.1 Pengumpulan sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif yaitu tanpa

membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel didapat

dari Sari rejo, Medan Johor.

3.2.2 Identifikasi sampel

Identifikasi bahan tumbuhan daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius

Roxb.) dilakukan oleh Sagala (2017) di Herbarium Medanense (MEDA).

3.2.3 Pembuatan simplisia

Sampel daun pandan wangi yang digunakan, dikumpulkan, dibuang bagian

yang tidak diperlukan, dicuci hingga bersih lalu ditiriskan. Selanjutnya sampel

diiris kecil-kecil dan dikeringkan dalam lemari pengering sampai daun kering.

Simplisia yang telah kering diblender dan diayak lalu serbuk ditimbang kemudian

dimasukkan kedalam wadah plastik tertutup rapat dan disimpan pada suhu kamar.

3.3 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

Pemeriksaan karakteristik simplisia yaitu pemeriksaan makroskopik dan

organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau, dan rasa dari

serbuk simplisia daun pandan wangi (Pandanus amaryllifoliusRoxb.).

3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi (EEDPW)

Pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan secara maserasi

dengan pelarut etanol 96%. Sebanyak 500 gram serbuk simplisia daun pandan

wangi dimasukkan ke dalam wadah kaca, ditambahkan etanol 96% sebanyak 3,75

L, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk,

27
Universitas Sumatera Utara
serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 4 L.

Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari

cahaya selama 2 hari. Dienaptuangkan atau disaring. Hasil yang diperoleh

dipekatkan dengan rotary evaporator sampai sebagian besar pelarutnya menguap

dan dilanjutkan proses penguapan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak

kental (Depkes RI, 1979).

3.5 Penyiapan Hewan Percobaan

Hewan percobaan yang digunakan dalam penelitian adalah mencit putih

jantan dengan berat badan 25-35g sebanyak 25 ekor, dikelompokkan dalam 5

kelompok, setiap kelompok terdiri dari 5 ekor mencit. Sebelum pengujian,

terlebih dahulu mencit diaklimatisasi selama 2 minggu dalam kandang yang baik

untuk menyesuaikan dengan lingkungannya.

Penentuan besar sampel dihitung dengan rumus Federer (Maryanto dan

Fatimah, 2004) sebagai berikut.

(n-1) (t-1) 15

Keterangan: n = besar sampel


t = jumlah kelompok perlakuan

Kelompok penelitian berjumlah 5 (t=5), maka:

(n-1) (t-1) 15

(n-1) (5-1) 15

(n-1) (4) 15

4n 4 15
4n 19
19
n = 4,75 ~ 5
4

28
Universitas Sumatera Utara
Besar sampel ideal menurut perhitungan rumus Federer di atas adalah 5

ekor mencit atau lebih. Dengan demikian jumlah mencit jantan semua kelompok

uji secara keseluruhan adalah 25 ekor.

3.6 Pembuatan Pereaksi

3.6.1 Pembuatan suspensi Na-CMC 0,5%

Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling

panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang

transparan, lalu digerus sampai homogen, diencerkan dengan air suling,

dihomogenkan dan dimasukkan ke labu tentukur 100 ml, dicukupkan volumenya

dengan air suling hingga 100 ml.

3.6.2 Pembuatan suspensi glibenklamid 0,65%

Dosis glibenklamid untuk manusia adalah 5 mg, maka dosis untuk mencit

(BB = 20 g) dikonversikan = 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg. Dosis per kg berat badan

= 1000 g/20 g x 0,013 mg = 0,65 mg/kg bb. Gerus tablet glibenklamid, lalu

timbang serbuk setara 0,65 mg glibenklamid. Masukkan ke dalam lumpang dan

ditambahkan suspensi Na-CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil digerus sampai

homogen, volume dicukupkan hingga 10 mL (Lampiran 9, halaman 55).

3.6.3 Pembuatan suspensi metformin 65%

Dosis metformin untuk manusia adalah 500 mg, maka dosis untuk mencit

(BB = 20 g) dikonversikan = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg. Dosis per kg berat badan

= 1000 g/20 g x 1,3 mg = 65 mg/kg bb. Gerus tablet metformin, lalu timbang

serbuk setara 65 mg metformin. Masukkan ke dalam lumpang dan ditambahkan

suspensi Na-CMC 0,5%sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen,

volume dicukupkan hingga 10 mL (Lampiran 9, halaman 57).

29
Universitas Sumatera Utara
3.6.4 Pembuatan larutan glukosa 50%

Glukosa ditimbang sebanyak 50 g, dilarutkan dalam air suling panas,

kemudian volume dicukupkan hingga 100 ml.

3.6.5 Pembuatan larutan aloksan 150 mg/kg bb

Aloksan monohidrat ditimbang sebanyak 150 mg, dilarutkan dalam larutan

fisiologis NaCl 0,9% b/v dalam labu tentukur 10 ml. Larutan selalu dibuat baru

setiap pengujian (Lampiran 9, halaman 58).

3.6.6 Pembuatan suspensi EEDPW

Suspensi ekstrak etanol daun pandan wangi dibuat 3 variasi dosis yakni

dosis 150 mg/kg bb; 300 mg/kg bb; dan 600 mg/kg bb. Sejumlah 150, 300, dan

600 mg ekstrak etanol daun pandan wangi ditimbang dan dimasukkan ke dalam

lumpang dan ditambahkan suspensi Na-CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil

digerus sampai homogen, volume dicukupkan hingga 10 ml (Lampiran 9, halaman

55).

3.7 Pengujian Aktivitas Antidiabetes EEDPW

3.7.1 Penggunaan blood glucose test meter “EasyTouch®GCU”

Kadar glukosa darah diukur dengan alat glucometer menggunakan tes strip

yang bekerja secara enzimatis. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar

glukosa darah adalah glucometer “EasyTouch®GCU”. Glucometer ini secara

otomatis akan hidup ketika tes strip dimasukkan dan akan mati setelah beberapa

menit tes strip dicabut. Tes strip “EasyTouch®GCU” dimasukkan ke alat

“EasyTouch®GCU” sehingga glucometer ini akan hidup secara otomatis,

kemudian dicocokkan kode nomor yang muncul pada layar dengan yang ada pada

vial tes strip “EasyTouch®GCU”. Tes strip yang dimasukkan pada glucometer

30
Universitas Sumatera Utara
pada bagian layar akan tertera angka sesuai dengan kode vial tes strip, kemudian

pada layar monitor glucometer muncul tanda siap untuk diteteskan darah. Caranya

dengan menyentuh 1 tetes darah yang keluar ke tes strip dan ditarik sendirinya

melalui aksi kapiler. Ketika wadah terisi penuh oleh darah, alat mulai mengukur

kadar glukosa darah.

3.7.2 Pengukuran kadar glukosa darah (KGD)

Sebelum percobaan dilakukan, diukur KGD mencit dimana KGD yang

diukur adalah KGD puasa yaitu mencit dipuasakan (tidak diberi makan tetapi

diberi minum) selama 18 jam sebelum percobaan (Frode dan Medeiros, 2008).

Masing-masing hewan ditimbang berat badan dan diberi tanda pada ekor.

Kemudian diukur kadar glukosa darah mencit dengan cara mengambil darah

mencit melalui pembuluh darah vena ekor. Darah disentuhkan pada tes stripyang

telah terpasang pada alat glucometer. Angka yang tampil pada layar dicatat

sebagai kadar glukosa darah dalam satuan mg/dL.

3.7.3 Tes toleransi glukosa oral (TTGO)

Metode tes toleransi glukosa oral (TTGO) dilakukan dengan pemberian

glukosa 50% dengan dosis 3g/kg bb. Mencit yang telah dipuasakan ditimbang

berat badannya, ditentukan KGD puasa, kemudian mencit dikelompokkan secara

acak menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 4 ekor mencit yaitu:

Kelompok I : suspensi Na-CMC 0,5%

Kelompok II : suspensi EEDPW dosis 150 mg/kg bb

Kelompok III : suspensi EEDPW dosis 300 mg/kg bb

Kelompok IV : suspensi EEDPW dosis 450 mg/kg bb

Kelompok V : suspensi EEDPW dosis 600 mg/kg bb

Kelompok VI : suspensi glibenklamid dosis 0,65 mg/kg bb

31
Universitas Sumatera Utara
Tiga puluh menit kemudian diberi larutan glukosa 50% dosis 3g/kg bb

sebagai loading dose, lalu pada menit ke-30, 60, 90, dan 120 diukur KGD masing-

masing mencit menggunakan alat glucometer.

3.7.4 Pengujian aktivitas antidiabetes EEDPW pada mencit jantan yang


diinduksi aloksan
Mencit yang telah dipuasakan ditimbang berat badannya, ditentukan KGD

puasa, kemudian masing-masing mencit diinduksi dengan aloksan dosis 150

mg/kg BB secara intraperitoneal. Mencit diukur kadar glukosa darahnya pada hari

ke-3 hingga hari ke-7 menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah. Mencit

dianggap menderita diabetes apabila KGD puasa 200 mg/dL dan telah dapat

digunakan untuk pengujian (Suharmiati, 2003). Mencit diabetes dikelompokkan

secara acak menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 ekor mencit yaitu:

Kelompok I : suspensi Na-CMC 0,5%

Kelompok II : suspensi EEDPW dosis 150 mg/kg bb

Kelompok III : suspensi EEDPW dosis 300 mg/kg bb

Kelompok IV : suspensi EEDPW dosis 600 mg/kg bb

Kelompok V : suspensi metformin dosis 65 mg/kg bb

Kelima kelompok diberi perlakuan selama 2 minggu berturut-turut,

pengukuran kadar glukosa darah diukur pada hari ke-0, 3, 6, 9, 12, dan 15

menggunakan alat ukur glucometer.

Selanjutnya dihitung % PKGD dan Δ KGD dengan rumus:

% PKGD = x 100% Δ KGD = c a

Keterangan: % PKGD : Persen Penurunan Kadar Glukosa Darah


Δ KGD : Delta (selisih) Kadar Glukosa Darah
a :KGD sebelum diinduksi aloksan
b : KGD setelah diinduksi aloksan
c : KGD pada waktu pengamatan hari ke-t

32
Universitas Sumatera Utara
3.8 Analisis Data

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan program SPSS

(Statistical Product and Service Solution) 17. Data dianalisis dengan

menggunakan metode Kolmogorov Smirnov untuk menentukan homogenitas dan

normalitasnya. Kemudian dilanjutkan menggunakan metode One Way ANOVA

untuk menentukan perbedaan rata-rata di antara kelompok. Jika terdapat

perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD untuk

melihat perbedaan nyata antar perlakuan.

33
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Tumbuhan yang digunakan telah diidentifikasi di Herbarium Medanense

(MEDA), Universitas Sumatera Utara adalah daun pandan wangi (Pandanus

amaryllifolius Roxb.) (Lampiran 1, halaman 43).

4.2 Karakteristik Simplisia

Hasil pemeriksaan makroskopik dari daun pandan wangi adalah sebagai

berikut: daun berwarna hijau berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata

bertulang sejajar,dan memiliki bau yang khas, diameter 3-5 cm, panjang 40-80

cm, rasa pahit (Lampiran 3, halaman 45). Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk

simplisia terlihat fragmen mesofil, fragmen epidermis atas, fragmen stomata,

fragmen kalsium oksalat berbentuk kubus, dan fragmen kalsium oksalat rafida

(Lampiran 4, halaman 46).

Hasil karakteristik simplisia daun pandan wangi yang telah dilakukan oleh

Sagala (2017), yaitu penetapan kadar air yaitu sebesar 7,3%; kadar sari yang larut

dalam air yaitu sebesar 5,13%; kadar sari yang larut dalam etanol yaitu sebesar

4,5%; kadar abu total yaitu sebesar 7,14%; kadar abu tidak larut asam yaitu

sebesar 0,71%. Standarisasi simplisia untuk daun pandan wangi tertera pada

monografi buku Materia Medika Indonesia, sehingga hasil yang didapat dalam

penelitian ini sudah memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi buku

Materia Medika Indonesia. Hasil karakterisasi simplisia daun pandan wangi dapat

dilihat pada Tabel 4.1.

34
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Hasil karakteristik simplisia daun pandan wangi
No. Karakteristik Hasil
1. Penetapan kadar air 7,3%
2. Penetapan kadar sari larut air 5,13%
3. Penetapana kadar sari larut etanol 4,5%
4. Penetapan kadar abu total 7,14%
5. Penetapan kadar abu total tidak larut dalam asam 0,71%
Sumber: Sagala (2017)

4.3 Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia atau penapisan fitokimia merupakan analisis kualitatif

terhadap senyawa-senyawa metabolit sekunder. Tujuan dari skrining fitokimia

adalah untuk mengetahui kandungan kimia atau senyawa-senyawa metabolit

sekunder yang terkandung dalam simplisia maupun ekstrak suatu tumbuhan.

Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder

yang berperan dalam aktivitas biologinya. Hasil skrining fitokimia serbuk

simplisia dan ekstrak etanol daun pandan wangi (EEDPW) menunjukkan adanya

kandungan flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida, dan steroid/triterpenoid.

Flavonoid, alkaloid, saponin, dan tanin diketahui berpotensi sebagai andidiabetes.

Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan EEDPW yang telah dilakukan oleh

Sagala (2017) dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2Hasil skrining fitokimia simplisia dan EEDPW


Hasil
No. Skrining
Simplisia Ekstrak
1. Flavonoid + +
2. Alkaloid + +
3. Saponin + +
4. Tanin + +
5. Glikosida + +
6. Steroid + +
Sumber: Sagala (2017)
Keterangan:(+) positif : Mengandung golongan senyawa metabolit sekunder
(-) negatif: Tidak mengandung golongan senyawa metabolit sekunder

35
Universitas Sumatera Utara
4.4 Pengujian Aktivitas Antidiabetes EEDPW

4.4.1 Aktivitas antidiabetes EEDPW pada mencit jantan dengan metode tes
toleransi glukosa oral (TTGO)
Pada penelitian ini mencit dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-

masing kelompok terdiri dari 4 ekor, yaitu kelompok 1 (kontrol) Na-CMC 0,5%

dosis 1% bb; kelompok 2, 3, 4, 5 (kelompok uji) EEDPW dosis 150 mg/kg bb;

300 mg/kg bb; 450 mg/kg bb; 600 mg/kg bb; dan kelompok 6 (pembanding)

glibenklamid 0,65 mg/kg bb. Glibenklamid dan EEDPW tidak larut dalam air

sehingga disuspensikan dengan Na-CMC.

Sebelum percobaan mencit dipuasakan selama ±16-18 jam, lalu ditimbang

berat badan mencit masing-masing dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-

masing mencit diukur KGD puasanya menggunakan glucometer untuk

mengetahui KGD awal. Lalu mencit diberikan perlakuan sesuai pembagian

kelompok, diberikan glukosa 50% dosis 3 g/kg bb 30 menit kemudian dan diukur

KGD mencit pada menit ke-30, 60, 90, dan 120 menggunakan glucometer. Hasil

pengukuran dan grafik rerata KGD mencit pada uji toleransi glukosa oral dapat

dilihat pada Tabel 4.3 dan Gambar 4.1.

Tabel 4.3 Hasil KGD rerata mencit uji toleransi glukosa oral (n=4)
KGD puasa KGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Kelompok (mg/dl) ± Menit ke-
SEM 30 60 90 120
Na-CMC 191,75 ± 176,25 ± 159,5 ±
91 ± 3,16 143 ± 5,76
0,5% 14,83 10,04 6,84
EEDPW 150 162,25 ± 125 ± 101,5 ±
86 ± 1,78 203 ± 17,95
mg/kg bb 15,74 13,93 5,89
EEDPW 300 82,75 ± 171,75 142 ± 99,75 ±
124 ± 14,2
mg/kg bb 1,18 ±19,78 16,87 5,75
EEDPW 450 182,75 ± 154,25 ± 136,5
84 ± 2,08 199 ± 11,62
mg/kg bb 12,87 13,89 ±9,95
EEDPW 600 168,25 ± 137 ± 122,75 ± 87,75 ±
81 ± 2,27
mg/kg bb 15,57 14,73 8,85 9,44
Glibenklamid 146,25 ± 105 ±
81 ± 3,98 92 ± 16,24 78 ± 7,93
0,65 mg/kg bb 25,99 25,48

36
Universitas Sumatera Utara
250

KGD (mg/dL) 200

150

100

50

0
KGD puasa menit ke-30 menit ke-60 menit ke-90 menit ke-120
Keterangan: Waktu pengamatan

CMC Na 0,5% EEDPW 150 mg/kg bb


EEDPW 300 mg/kg bb EEDPW 450 mg/kg bb
EEDPW 600 mg/kg bb Glibenklamid 0,65 mg/kg bb

Gambar 4.1 Grafik KGD rerata mencit pada uji toleransi glukosa oral
(Mean±SEM; n=4); EEDPW (ekstrak etanol daun pandan wangi)
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan KGD

pada menit ke-30 setelah diberi loading dose glukosa, selanjutnya terjadi

penurunan KGD pada menit ke-60 hingga ke 120 pada semua kelompok

perlakuan.

Selanjutnya data KGD (mg/dL) masing-masing mencit pada semua

kelompok dilakukan perhitungan delta (selisih) KGD, kemudian dianalisis

statistik menggunakan program SPSS 17. Tahap pertama yang dilakukan adalah

uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk. Hasil yang diperoleh

menunjukkan bahwa data teristribusi normal (p>0,05), maka selanjutnya

dilakukan uji parametrik yaitu uji one way ANOVA dengan tingkat kepercayaan

95% lalu dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan yang

signifikan antar kelompok perlakuan. Hasil perhitungan delta KGD rerata mencit

pada uji toleransi glukosa oral dapat dilihat pada Tabel 4.4.

37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Hasil Δ KGD rerata mencit uji toleransi glukosa oral (n=4)
Δ KGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Kelompok Menit ke-
30-puasa 60-puasa 90-puasa 120-puasa
a,b
100,75 ± 85,25 ±
Na-MC 0,5% 68,5a ± 8,588 52a ± 6,338
17,104 12,331
EEDPW 150 76,25a,b ±
117 ± 16,222 39a,b ± 13,385 15,5b ± 6,886
mg/kg bb 14,238
EEDPW 300 59,25a,b ± 41,25a,b ±
89 ± 19,140 17b ± 5,672
mg/kg bb 15,813 13,756
EEDPW 450 98,75a ± 70,25a ±
115 ± 11,576 52,5a ± 9,682
mg/kg bb 11,954 13,256
EEDPW 600 87,25 ± 41,75a,b ±
56a,b ± 12,523 6,75b ±7,718
mg/kg bb 13,925 7,215
Glibenklamid 65,25 ±
24b ± 22,635 11b ± 13,248 -3b ± 5,583
0,65 mg/kg bb 22,951
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai Δ KGD rerata dari menit ke-30

hingga menit ke-120 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi

penurunan KGD rerata dari setiap kelompok perlakuan pada mencit yang diberi

loading dose glukosa. Dari hasil analisis statistik Post Hoc Tukey HSD pada menit

ke-120, diperoleh hasil bahwa kelompok EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb

memiiki perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC 0,5%

(p<0,05). Sedangkan EEDPW 450 mg/kg bb tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC 0,5% (p>0,05). Kelompok EEDPW

150, 300, dan 600 mg/kg bb tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan

kelompok pembanding glibenklamid 0,65 mg/kg bb (p>0,05).Sedangkan EEDPW

450 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok pembanding

glibenklamid 0,65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa EEDPW 150,

300, dan 600 mg/kg bb menyerupai efek antidiabetes glibenklamid dan dapat

menurunkan KGD mencit yang diberi loading dose glukosa lebih baik dari pada

38
Universitas Sumatera Utara
EEDPW 450 mg/kg bb. Hal tersebut menyatakan bahwa peningkatan dosis

EEDPW tidak diikuti dengan peningatan aktivitas antidiabetes. Diduga kondisi ini

disebabkan oleh faktor patofisiologi hewan uji dan kemampuan hewan uji dalam

mengabsorbsi sediaan uji.

Berdasarkan hasil uji pendahuluan metode uji toleransi glukosa oral yang

telah dilakukan dengan pemberian EEDPW per oral dosis 150 mg/kg bb, 300

mg/kg bb, 450 mg/kg bb, dan 600 mg/kg bb, penurunan KGD sudah terlihat pada

semua dosis. Pada dosis 450 mg/kg bb tidak terlalu menunjukkan penurunan

bermakna. Dengan demikian, bedasarkan hasil uji pendahuluan yang telah

dilakukan maka untuk penelitian selanjutnya digunakan dosis 150 mg/kg bb, 300

mg/kg bb, dan 600 mg/kg bb.

4.4.2 Aktivitas antidiabetes EEDPW pada mencit jantan yang diinduksi


aloksan
Pada penelitian ini mencit dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-

masing kelompok terdiri dari 5 ekor, yaitu kelompok 1 (kontrol) Na-CMC 0,5%;

kelompok 2, 3, 4 (kelompok uji) EEDPW dosis 150 mg/kg bb; 300 mg/kg bb; 600

mg/kg bb;dan kelompok 5 (pembanding) metformin 65 mg/kg bb. Metformin dan

EEDPW tidak larut dalam air sehingga disuspensikan dengan Na-CMC.

Sebelum diinduksi dengan aloksan dosis 150 mg/kg bb, mencit yang

digunakan pada percobaan sebelumnya diaklimatisasi kembali selama satu

minggu, kemudian dipuasakan ±16-18 jam, lalu ditimbang berat badan masing-

masing mencit dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-masing mencit

diukur KGD puasa nya menggunakan alat glucometer “EasyTouch®GCU”. Hasil

pengukuran rerata KGD puasa mencit sebelum diinduksi aloksan untuk setiap

kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.5.

39
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil KGD rerata puasa mencit sebelum diinduksi aloksan (n=5)
KGD rerata mencit sebelum diinduksi
Kelompok
aloksan (mg/dL) ± SEM
CMC Na 0,5% 87,4 ± 6,653
EEDPW 150 mg/kg bb 88,6 ± 5,546
EEDPW 300 mg/kg bb 88,4 ± 6,772
EEDPW 600 mg/kg bb 88,2 ± 3,917
Metformin 65 mg/kg bb 95,2 ± 5,171

Berdasarkan Tabel 4.5 terlihat bahwa sebelum diinduksi aloksan untuk

semua mencit menghasilkan KGD 70110 mg/dL. Setelah dilakukan uji ANOVA

pada KGD puasa antar masing-masing kelompok diperoleh hasil bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok kontrol, kelompok uji, dan

kelompok pembanding (p=0,867) pada α=0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

hewan coba yang digunakan dalam kondisi fisiologis yang homogen, yakni dalam

kadar glukosa darah normal sehingga dapat digunakan sebagai hewan uji.

Setelah dilakukan pengukuran KGD puasa, mencit diinduksi dengan

aloksan 150 mg/kg bb secara intraperitoneal. Diamati tingkah laku mencit dan

bobot badan serta diukur KGD nya pada hari ke-3 hingga hari berikutnya sampai

menunjukkan kenaikan KGD. Mencit dianggap diabetes apabila KGD puasa ≥

200 mg/dL (Shetti dkk, 2012) dan telah dapat digunakan untuk pengujian. Hasil

pengukuran KGD rerata mencit setelah diinduksi aloksan untuk setiap kelompok

dapat dilihat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Hasil KGD rerata mencit setelah diinduksi aloksan (n=5)
KGD rerata mencit setelah diinduksi
Kelompok
aloksan (mg/dL) ± SEM
CMC Na 0,5% 491,2 ± 24,516
EEDPW 150 mg/kg bb 549,4 ± 31,215
EEDPW 300 mg/kg bb 517,0 ± 45,708
EEDPW 600 mg/kg bb 504,0 ± 47,522
Metformin 65 mg/kg bb 507,2 ± 52,982

Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa pemberian aloksan dosis 150 mg/kg

bb untuk semua mencit menghasilkan KGD ≥ 200 mg/dL. Hal ini menunjukkan

40
Universitas Sumatera Utara
bahwa mencit yang digunakan untuk percobaan dalam keadaan hiperglikemia.

Setelah dilakukan uji statistik ANOVA antar masing-masing kelompok diperoleh

hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok kontrol,

kelompok uji, dan kelompok pembanding (p=0,890) pada α=0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa hewan coba yang digunakan dalam kondisi fisiologis yang

homogen, yakni mencit sudah dalam kondisi diabetes sehingga dapat digunakan

sebagai hewan uji. Pemberian perlakuan dimulai setelah mencit positif diabetes

(hari ke-1), setiap hari diberi sediaan uji selama 2 minggu, dan dilakukan

pengukuran KGD pada hari ke-3, 6, 9, 12, dan 15. Grafik KGD reratamencit

setelah perlakuan dapat dilihat pada Gambar 4.2.

700
600
500
KGD (mg/dL)

400
300
200
100
0
Sebelum Setelah Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15
diinduksi diinduksi
aloksan aloksan
Waktu pengamatan
Keterangan :
Na-CMC 0,5% EEDPW 150 mg/kg bb
EEDPW 300 mg/kg bb EEDPW 600 mg/kg bb
Metformin 65 mg/kg bb

Gambar 4.2 Grafik KGD rerata mencit setelah perlakuan (Mean±SEM; n=5);
EEDPW (ekstrak etanol daun pandan wangi)
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan

KGD setelah pemberian EEDPW dengan dosis 150mg/kg bb, 300mg/kg bb,

600mg/kg bb dan metformin 65 mg/kg bb dimana efek mulai terlihat pada hari ke

3, 6, 9, 12 dan 15.

41
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya data KGD (mg/dL) masing-masing mencit pada semua

kelompok perlakuan dilakukan perhitungan persen penurunan KGD (%PKGD),

kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA lalu dilanjutkan uji

Post HocTukey HSDuntuk melihat perbedaan yang signifikan antar kelompok

perlakuan.Hasil %PKGD rerata mencit setelah perlakuan mulai terlihat pada hari

ke-3. Hasil pengukuran penurunan KGD hari ke-3 dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-3 (n=5)


KGD rerata mencit
%PKGD rerata mencit
Kelompok setelah perlakuan
setelah perlakuan ± SEM
(mg/dL)
Na-CMC 0,5% 507,0 -3,302a ± 0,506
EEDPW 150 mg/kg bb 492,6 10,146b ± 1,059
EEDPW 300 mg/kg bb 457,2 11,960b ± 1,265
EEDPW 600 mg/kg bb 416,4 17,450b,c ± 4,111
Metformin 65 mg/kg bb 379,2 23,578c ± 4,031
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom %PKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.7 menunjukkan bahwa pada hari ke-3, kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb menurunkan KGD

mencit yang diinduksi aloksan. Sedangkan kelompok Na-CMC 0,5% sebagai

kontrol tidak mengalami penurunan dan masih dalam kategori diabetes (KGD ≥

200 mg/dL). Hal ini dikarenakan oleh sistem pencernaan mencit yang tidak

memiliki enzim selulose. Maka penggunaan Na-CMC tidak akan berpengaruh

pada perubahan KGD mencit (Indrawati, 2015).

Setelah dilakukan uji statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa

kelompok Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin

65 mg/kg bb memiliki efek antidiabetes jika dibandingkan dengan kelompok Na-

CMC 0,5% pada hari ke-3. Kelompok EEDPW 150 dan 300 mg/kg bb memiliki

42
Universitas Sumatera Utara
perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC 0,5% dan

kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa kelompok EEDPW 600 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit lebih

baik dibandingkan EEDPW 150 dan 300 mg/kg bb. Kelompok EEDPW 600

mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok Na-CMC 0,5%

(p<0,05) namun tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok

pembanding metformin 65 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

kelompok EEDPW 600 mg/kg bb telah menyerupai efek antidiabetes dari

kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb.

Pada hari ke-6 terjadi penurunan KGD dari kelompok EEDPW 150, 300,

600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb jika dibandingkan dengan hari ke-3,

kecuali kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Hasil pengukuran penurunan KGD hari

ke-6 dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-6 (n=5)


KGD rerata mencit
%PKGD rerata mencit
Kelompok setelah perlakuan
setelah perlakuan ± SEM
(mg/dL)
Na-CMC 0,5% 522,4 -6,504a ± 0,804
EEDPW 150 mg/kg bb 386,8 29,070b ± 2,832
EEDPW 300 mg/kg bb 360,8 30,274b,c ± 0,962
EEDPW 600 mg/kg bb 329,2 34,848b,c ± 4,192
Metformin 65 mg/kg bb 304,0 39,960c ± 1,604
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom %PKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.8 terlihat bahwa %PKGD rerata setiap kelompok

EEDPW 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg

bb mengalami peningkatan dibandingkan pada hari ke-3. Setelah dilakukan uji

statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok Na-CMC 0,5%

memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, 600

mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

43
Universitas Sumatera Utara
kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb

memiliki efek antidiabetes jika dibandingkan dengan kelompok Na-CMC 0,5%.

Kelompok EEDPW 150 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan

kelompok kontrol Na-CMC 0,5% dan kelompok pembanding metformin 65

mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 300 dan 600

mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit lebih baik dibandingkan EEDPW 150

mg/kg bb. Kelompok EEDPW 300 mg/kg bb dan 600 mg/kg bb memiliki

perbedaan yang signifikan dengan kelompok Na-CMC 0,5% (p<0,05) namun

tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok pembanding

metformin 65 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW

300 mg/kg bb dan 600 mg/kg bb telah menyerupai efek antidiabetes dari

kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb.

Pada hari ke-9 terjadi penurunan KGD dari kelompok EEDPW 150, 300,

600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb jika dibandingkan dengan hari ke-6,

kecuali kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Hasil pengukuran penurunan KGD hari

ke-9 dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-9 (n=5)


KGD rerata mencit
%PKGD rerata mencit
Kelompok setelah perlakuan
setelah perlakuan ± SEM
(mg/dL)
Na-CMC 0,5% 551,2 -12,588a ± 1,937
EEDPW 150 mg/kg bb 287,0 47,166b ± 3,543
EEDPW 300 mg/kg bb 271,4 47,336b ± 2,630
EEDPW 600 mg/kg bb 259,4 48,674b,c ± 4,046
Metformin 65 mg/kg bb 199,6 60,202c ± 2,029
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom %PKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.9 terlihat bahwa %PKGD rerata setiap kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb mengalami

peningkatan dibandingkan pada hari ke-6. Setelah dilakukan uji statistik Post Hoc

44
Universitas Sumatera Utara
Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan

yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan

metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW

150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg memiliki efek antidiabetes jika

dibandingkan dengan kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Kelompok EEDPW 150

dan 300 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol

Na-CMC 0,5% dan kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 600 mg/kg bb mampu menurunkan

KGD mencit lebih baik dibandingkan EEDPW 150 dan 300 mg/kg bb. Kelompok

EEDPW 600 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok Na-

CMC 0,5% (p<0,05) namun tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan

metformin 65 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW

600 mg/kg bb telah menyerupai efek antidiabetes dari metformin 65 mg/kg bb.

Pada hari ke-12 terjadi penurunan KGD dari kelompok EEDPW 150

mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb jika

dibandingkan dengan hari ke-9, kecuali kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Hasil

pengukuran penurunan KGD hari ke-12 dapat dilihat pada Tabel 4.10.

Tabel 4.10 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-12 (n=5)


KGD rerata mencit
%PKGD rerata mencit
Kelompok setelah perlakuan
setelah perlakuan ± SEM
(mg/dL)
Na-CMC 0,5% 571,6 -16,932a ± 2,833
EEDPW 150 mg/kg bb 176,8 67,804b ± 4,318
EEDPW 300 mg/kg bb 157,6 67,986b ±4,749
EEDPW 600 mg/kg bb 154,8 68,722b ± 3,097
Metformin 65 mg/kg bb 134,2 72,486b ± 3,323
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom %PKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).

Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa %PKGD rerata setiap kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb mengalami

45
Universitas Sumatera Utara
peningkatan dibandingkan pada hari ke-9. Setelah dilakukan uji statistik Post Hoc

Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan

yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan

metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW

150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb memiliki efek antidiabetes

jika dibandingkan dengan kelompok Na-CMC 0,5%. Kelompok EEDPW 150,

300, dan 600 mg/kg bb tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan

kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa seluruh kelompok EEDPW 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, dan 600 mg/kg

bb telah menyerupai efek antidiabetes dari metformin 65 mg/kg bb.

Pada hari ke-15 terjadi penurunan KGD dari kelompok EEDPW 150

mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb jika

dibandingkan dengan hari ke-12, kecuali kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Hasil

pengukuran penurunan KGD hari ke-15 dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil %PKGD rerata mencit hari ke-15 (n=5)


KGD rerata mencit
%PKGD rerata mencit
Kelompok setelah perlakuan
setelah perlakuan ± SEM
(mg/dL)
Na-CMC 0,5% 580,0 -18,722a ± 3,252
EEDPW 150 mg/kg bb 109,6 79,850b ± 1,166
EEDPW 300 mg/kg bb 98,4 80,486b ± 1,431
EEDPW 600 mg/kg bb 93,4 80,526b ±2,575
Metformin 65 mg/kg bb 78,0 83,404b ± 3,061
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom %PKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).

Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa %PKGD rata-rata setiap kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb mengalami

peningkatan dibandingkan pada hari ke-12. Setelah dilakukan uji statistik Post

Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok Na-CMC 0,5% memiliki

perbedaan yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb,

46
Universitas Sumatera Utara
dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb memiliki efek

antidiabetes jika dibandingkan dengan kelompok Na-CMC 0,5%. Kelompok

EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb tidak memiliki perbedaan yang signifikan

dengan kelompok metformin 65 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

seluruh kelompok EEDPW 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, dan 600 mg/kg bb telah

menyerupai efek antidiabetes dari kelompok metformin 65 mg/kg bb.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa EEDPW 150, 300,

dan 600 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit yang diinduksi aloksan. Jika

dilihat dari nilai %PKGD kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb tetap

memiliki nilai %PKGD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok uji

EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb, dimana semakin tinggi nilai %PKGD maka

semakin baik efek antidiabetes nya. Hasil %PKGD berturut-turut dari yang

tertinggi ke terendah dimulai dari kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb

yaitu sebesar 83,404%, diikuti kelompok EEDPW 600 mg/kg bb sebesar

80,526%, EEDPW 300 mg/kg bb sebesar 80,486%, dan EEDPW 150 mg/kg bb

sebesar 79,850%. Perhitungan dilanjutkan untuk mengetahui delta (selisih) KGD

rerata mencit setelah diinduksi aloksan. Hasil ΔKGD rerata mencit setelah

diinduksi aloksan sebelum diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel 4.12 Hasil ΔKGD rerata mencit setelah sebelum diinduksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 403,8 ± 20,721
EEDPW 150 mg/kg bb 460,8 ± 34,111
EEDPW 300 mg/kg bb 428,6 ± 45,496
EEDPW 600 mg/kg bb 415,8 ± 49,729
Metformin 65 mg/kg bb 412,0 ± 48,552
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas terlihat bahwa ΔKGD rerata mencit setelah

47
Universitas Sumatera Utara
sebelum diinduksi aloksan adalah KGD ≥ 200 mg/dL. Setelah dilakukan uji

statistik ANOVA diperoleh nilai signifikansi yaitu p=0,879 pada α=0,05 yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok Na-

CMC 0,5%, EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb. Hal

ini menunjukkan bahwa mencit yang digunakan dalam kondisi fisiologis yang

homogen, yakni mencit sudah dalam kondisi hiperglikemia sehingga dapat

digunakan sebagai hewan uji.

Pada hari ke-3 terjadi penurunan nilai ΔKGD rerata mencit jika

dibandingkan dengan hari setelah diinduksi aloksan. Hasil ΔKGD rerata mencit

hari ke-3 sebelum diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-3 sebelum diinduksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 419,6 ± 19,914
EEDPW 150 mg/kg bb 404,0 ± 26,881
EEDPW 300 mg/kg bb 368,8 ±44,812
EEDPW 600 mg/kg bb 328,2 ± 48,771
Metformin 65 mg/kg bb 284,0 ± 20,268
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas terlihat bahwa ΔKGD rerata mencit hari

ke-3sebelum diinduksi aloksan adalah KGD ≥ 200 mg/dL. Hal ini menunjukkan

bahwa terjadi penurunan KGD rerata pada hari ke-3, namun setelah dilakukan uji

statistik ANOVA diperoleh nilai signifikansi yaitu p=0,066 pada α=0,05 yang

menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok Na-

CMC 0,5%, EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb. Hal

ini menunjukkan bahwa pada hari ke-3, KGD rerata mencit masih dalam keadaan

hiperglikemia pada semua kelompok perlakuan. Pada hari ke-6 terjadi penurunan

nilai ΔKGD rerata mencit jika dibandingkan dengan hari ke-3. Hasil ΔKGD rerata

mencit hari ke-6 sebelum diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.14.

48
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-6 sebelum diinduksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 435,0a ± 19,053
EEDPW 150 mg/kg bb 298,2b ± 14,746
EEDPW 300 mg/kg bb 272,4b ± 31,475
EEDPW 600 mg/kg bb 241,0b ± 42,445
Metformin 65 mg/kg bb 208,8b ± 28,017
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).

Berdasarkan uji statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa

kelompok Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin

65 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit dan memiliki efek antidiabetes

jika dibandingkan dengan kelompok Na-CMC 0,5%. Kelompok metformin 65

mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok Na-CMC 0,5%

(p<0,05) namun tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok

EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa

kelompok EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb mempunyai efek antidiabetes

yang menyerupai efek metformin 65 mg/kg bb.

Pada hari ke-9 terjadi penurunan nilai ΔKGD rerata mencit jika

dibandingkan dengan hari ke-6. Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-9 sebelum

diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-9 sebelum diinduksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 463,8a ± 15,360
EEDPW 150 mg/kg bb 198,4b ± 12,356
EEDPW 300 mg/kg bb 183,0b ± 27,350
EEDPW 600 mg/kg bb 171,2b ± 36,597
Metformin 65 mg/kg bb 104,4b ± 16,798
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan uji Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok

49
Universitas Sumatera Utara
Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok EEDPW

150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin

65 mg/kg memiliki efek antidiabetes jika dibandingkan dengan Na-CMC 0,5%.

Kelompok metformin 65 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan

kelompok Na-CMC 0,5% (p<0,05) namun tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb (p>0,05). Hal

ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb

mempunyai efek antidiabetes yang menyerupai efek metformin 65 mg/kg bb.

Pada hari ke-12 terjadi penurunan nilai ΔKGD rerata mencit jika

dibandingkan dengan hari ke-9. Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-12 sebelum

diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-12 sebelum induksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 484,2a ±12,536
EEDPW 150 mg/kg bb 88,2b ± 25,955
EEDPW 300 mg/kg bb 69,2b ± 14,742
EEDPW 600 mg/kg bb 66,6b ± 17,113
Metformin 65 mg/kg bb 39,0b ± 8,295
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan uji statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa

kelompok Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin

65 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit dan memiliki efek antidiabetes

jika dibandingkan dengan kelompok Na-CMC 0,5%. Kelompok metformin 65

mg/kg tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150,

300, dan 600 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW

50
Universitas Sumatera Utara
150, 300, dan 600 mg/kg bb mempunyai efek antidiabetes yang menyerupai efek

metformin 65 mg/kg bb.

Pada hari ke-15 terjadi penurunan nilai ΔKGD rerata mencit jika

dibandingkan dengan hari ke-12. Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-15 sebelum

diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4.17 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-15 sebelum induksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 492,6a ±11,129
EEDPW 150 mg/kg bb 21,0b ± 7,007
EEDPW 300 mg/kg bb 10,0b,c ±8,056
EEDPW 600 mg/kg bb 5,2b,c ±2,396
Metformin 65 mg/kg bb -17,2c ± 8,470
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).

Berdasarkan uji statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa

kelompok Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok

EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin

65 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit dan memiliki efek antidiabetes

jika dibandingkan dengan kelompok Na-CMC 0,5%. Kelompok metformin 65

mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok Na-CMC 0,5%

(p<0,05) dan EEDPW 150 mg/kg bb namun tidak memiliki perbedaan yang

signifikan dengan kelompok EEDPW 300 dan 600 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini

menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 300 dan 600 mg/kg bb mampu

menurunkan KGD mencit lebih baik dibandingkan EEDPW 150 mg/kg bb.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa EEDPW 150, 300,

dan 600 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit yang diinduksi aloksan. Jika

dilihat dari nilai ΔKGD kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb tetap

memiliki nilai ΔKGD yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok uji

51
Universitas Sumatera Utara
EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb, dimana semakin rendah nilai ΔKGD maka

semakin baik efek antidiabetes nya. Hasil ΔKGD berturut-turut dari yang terendah

sampai tertinggi dimulai dari kelompok pembanding metformin 65 mg/kg bb yaitu

sebesar -17,2 mg/dL, diikuti kelompok EEDPW 600 mg/kg bb sebesar 5,2 mg/dL,

EEDPW 300 mg/kg bb sebesar 10 mg/dL, dan EEDPW 150 mg/kg bb sebesar 21

mg/dL. Peningkatan dosis obat seharusnya meningkatkan respon yang sebanding

dengan dosis yang ditingkatkan. Namun dengan peningkatan dosis, respon

akhirnya menurun karena sudah tercapainya dosis optimum yang sudah tidak

dapat meningkatkan respon lagi (Zastrow dan Bourne, 2001). Hal ini ini sering

terjadi karena komponen senyawa bioaktif yang terdapat pada EEDPW tidaklah

tunggal melainkan terdiri dari berbagai senyawa bioaktif yang saling bekerja

sinergis menimbulkan efek.

Penurunan KGD dengan terapi EEDPW dapat disebabkan oleh adanya

senyawa bioaktif yang terkandung dalam EEDPW yang dapat mencegah

terjadinya oksidasi sel β pankreas akibat induksi aloksan sehingga kerusakan

dapat diminimalkan. Senyawa bioaktif yang terkandung dalam EEDPW

diantaranya adalah flavonoid, alkaloid, saponin, tanin, glikosida, dan steroid.

Flavonoid diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang diyakini mampu

melindungi tubuh terhadap penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus

(Marianne, dkk., 2011) dengan cara membersihkan radikal bebas yang berlebihan,

memutuskan rantai reaksi radikal bebas, mengikat ion logam (chelating), dan

memblokade jalur poliol dengan menghambat enzim aldose reduktase. Selain itu,

flavonoid memiliki penghambatan terhadap enzim α-glukosidase melalui ikatan

hidroksilasi dan substitusi pada cincin β (Prameswari dan Simon, 2014).Flavonoid

juga mempunyai efek antidiabetes melalui fungsinya sebagai antioksidan dengan

52
Universitas Sumatera Utara
cara meningkatkan fungsi dari sel β pankreas dan membantu merangsang sekresi

insulin.

Flavonoid dan turunannya merupakan golongan polifenol yang sangat

penting pada tanaman sebagai flavonoid glikosida, yaitu flavonoid yang terikat ke

satu atau lebih molekul gula. Flavonoid glikosida ini dapat mencapai usus kecil

secara utuh kemudian diserap dan dimetabolisme untuk membentuk alkohol,

glucuronidated atau tersulfatasi metabolit. Aktivitas antioksidan komponen

polifenol sangat kuat dan ditandai dengan aktivitas yang relatif tinggi sebagai

donor hidrogen atau elektron dan kemampuan dari turunan radikal polifenol untuk

menstabilkan dan memindahkan elektron yang tidak berpasangan (fungsi

pemutusan rantai), serta kemampuan untuk mengkelat transisi logam

(Lukacinova, dkk., 2008). Pada pasien yang menderita DM tipe 2 yang dapat

diakibatkan oleh kerusakan sel sehingga produksi insulin menurun. Flavonoid

disini berfungsi untuk melindungi sel dari paparan radikal bebas sehingga

menghambat proses kerusakan sel β pankreas (Widowati, 2008).

Alkaloid bekerja dengan menstimulasi hipotalamus untuk meningkatkan

sekresi growth hormone releasing hormone (GHRH), sehingga sekresi growth

hormone (GH) pada hipofise meningkat. Kadar GH yang tinggi akan

menstimulasi hati untuk mensekresikan Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1).

IGF-1 mempunyai efek dalam menurunkan glukoneogenesis sehingga kadar gula

darah menurun (Prasmeswari dan Simon, 2014).

Tanin dapat meningkatkan glikogenesis yaitu pemecahan glukosa menjadi

glikogen sehingga timbunan glukosa dalam darah dapat dihindari, berfungsi

sebagai astringen atau pengkhelat yang dapat mengerutkan membran epitel usus

halus sehingga mengurangi penyerapan sari makanan, menghambat asupan gula

53
Universitas Sumatera Utara
sehingga laju peningkatan gula darah tidak terlalu tinggi (Prameswari dan Simon,

2014). Tanin juga mampu meningkatkan enzim antioksidan seperti superoxide

dismutase (SOD) dan catalase (CAT) yang melindungi jaringan dari radikal bebas

(Ravichandiran, dkk., 2012), dan menangkap radikal bebas tersebut serta

mengurangi peningkatan stres oksidatif pada penderita DM sehingga mampu

mengontrol kadar glukosa darah (Widowati, 2008).

Saponin mampu meregenerasi pankreas yang meyebabkan adanya

peningkatan jumlah sel β pankreas dan pulau-pulau langerhans sehingga sekresi

insulin akan mengalami peningkatan dan membantu penurunan KGD (Firdous,

dkk., 2009).

54
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan selama penelitian dan pembahasan dapat

disimpulkan bahwa:

a. EEDPW mempunyai aktivitas antidiabetes terhadap mencit. Dilihat dari

%PKGD EEDPW dosis 150; 300; dan 600 mg/kg bb berturut-turut adalah

79,850%; 80,486%; dan 80,526% pada hari ke-15 dan menunjukkan

perbedaan yang signifikan terhadap Na-CMC 0,5% (p<0,05). Jika dilihat dari

nilai ΔKGD EEDPW dosis 150; 300; dan 600 mg/kg bb berturut-turut adalah

21 mg/dL; 10 mg/dL; dan 5,2 mg/dL pada hari ke-15 dan menunjukkan

perbedaan yang signifikan terhadap Na-CMC 0,5% (p<0,05).

b. EEDPW dosis150; 300; dan 600 mg/kg bb tidak menunjukkan perbedaan yang

signifikan dengan metformin 65 mg/kg bb (p>0,05) pada mencit jantan yang

diinduksi aloksan.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, disarankan kepada peneliti selanjutnya

untuk melakukan isolasi kandungan senyawa zat aktif dari ekstrak etanol daun

pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) yang berkhasiat sebagai

antidiabetes.

55
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., dan Sukandar, Y. E.
(2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: Penerbit ISFI. Halaman 26-27.
Anief, M. (1999). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Cetakan VII.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 168-169.
Dalimartha, S., dan Adrian. (2012). Makanan Herbal Untuk Penderita Diabetes
Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 5-14, 80-91.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 33, 744.
Depkes RI. (1986). Sediaan Galenik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan. Halaman 8-27.
Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 21-22.
Dewi, R. K. (2014). Diabetes Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: Penerbit Fmedia.
Halaman 13-16.
Firdous, M., Koneri, R., Sarvaraidu, C. H., Harish, M., dan Shubhapriya, K. H.
(2009). NIDDM Antidiabetic Activity of Saponin of Momordica
Cymbalaria in Streptozotocin-Nicotinamide NIDDM Mice. Journal of
Clinical and Diagnostic Research. Halaman 1460-1465.
Frode, T. S., dan Medeiros, Y. S. (2008). Animal Models to Test Drugs With
Potential Antidiabetic Activity. Journal of Ethnopharmacology. 115(2):
Halaman 173-183.
Ghasemzadeh, A., dan Jaafar, Z. E. H. (2013). Profiling of Phenolic Compouds
and Their Antioxidant and Anticancer Activities in Pandan (Pandanus
amaryllifolius Roxb.) Extracts From Different Locations Of Malaysia.
BMC Complementary & Alternative Medicine. Halaman 341.
Hariana, H. A. (2009). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 164.
Harianja, E. (2011). Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Tumbuhan Alpukat (Persea
americana Mill) Segar Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Mencit Jantan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera
Utara.
Hidayat, S., Wahyuni, S., dan Andalusia, S. (2008). Seri Tumbuhan Obat
Berpotensi Hias (1). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 71.
Ighodaro, O. M., Abiola, M. A., dan Oluseyi, A. A. (2018). Alloxan-induced
diabetes, a common model for evaluating the glycemic-control potential of
therapeutic compounds and plants extracts in experimental studies.
Journal Medicina. Halaman 4.

56
Universitas Sumatera Utara
Indrawati, S., Yuliet., dan Ihwan. (2015). Efek Antidiabetes Ekstrak Air Kulit
Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) terhadap Mencit (Mus
musculus) Model Hiperglikemia. Galenika Journal of Pharmacy. 2(1):
Halaman 69-76.
Kaleem, M., Kirmani, D., dan Asif, M. (2006). Biochemical Effects of Nigella
sativa L Seeds in Diabetic Rats. Indian Journal of Experimental Biology.
10(2): Halaman 11-12.
Kurniawati, N. (2010). Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur.
Bandung: Penerbit Qanita. Halaman 17.
Lee, B. L., Su, J., dan Ong, C. N. (2004). Monomeric C18 Chromatographic
Method for The Liquid Chromatographic Determination of Lipophilic
Antioxidants Plants. Journal of Chromatography. Halaman 263-267.
Lopez, D. C., dan Notato, M. G. (2005). Alkaloids From Pandanus amaryllifolius
Collected From Marikina, Philippines. Philippine Journal Of Science. 134
(1): Halaman 39-44.
Luellmann, H. (2005). Color Atlas of Pharmacology. New York: Thieme.
Halaman 1037, 1041.
Lukacinova, L., dkk. (2008). Preventive Effects of Flavonoids on Alloxan-
Induced Diabetes Mellitus in Rats. ACTA VET. BRNO. 77. Halaman 175-
182.
Malole, M. B. M., dan Pramono, C. S. (1989). Penggunaan Hewan-hewan
Percobaan Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 60-61.
Manaf, A. (2006). Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Halaman 1868.
Marianne, Yuandani, dan Rosnani. (2011). Antidiabetic Activity from Ethanol
Extract of Kluwih’s Leaf (Artocarpus camansi). Jurnal Natural. 11(2):
Halaman 64-68.
Marina, R., dan Astuti, E. P. (2012). Potensi Daun Pandan (Pandanus
amaryllifolius) Sebagai Repelen Nyamuk Aedes albopictus. Aspirator.
Ciamis: Loka Litbang P2B2. 4(2): Halaman 85-91.
Nor, M. F., Mohamed, S., Idris, N. A., dan Ismail, R. (2008). Antioxidative
Properties of Pandanus amaryllifolius Leaf Extracts in Accelerated
Oxidation and Deep Frying Studies. Food Chemistry. Halaman 319.
Nugroho, A. E. (2006). Hewan Percobaan Diabetes Mellitus: Patologi Dan
Mekanisme Aksi Diabetogenik. Jurnal Biodiversitas UGM. 7(4): Halaman
378-382.
Pour, P. S. (editor). (2006). Toxicology of the Pancreas. Boca Raton: Taylor and

57
Universitas Sumatera Utara
Francis Group. Halaman 552.

Prameswari, O. M., dan Simon, B. W. (2014). Uji Efek Ekstrak Air Daun
PandanWangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Hispatologi
Tikus Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2): Halaman
16-27.
Ravichandiran, V., Sankaradoss, N., dan Nazeer, A. (2012). Protective Effect of
Tannins from Ficus racemosa in Hypercholesterolemia and Diabetes
Induced Vascular Tissue Damage in Rats. Asian Pacific Journal of
Tropical Medicine. 5(5): Halaman 367-373.
Sagala, F. R. (2017). Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius Roxb.) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi
Paracetamol. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera
Utara.
Suharmiati. (2003). Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan
Obat. Cermin Dunia Kedokteran. No. 140. Surabaya: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 10.
Setiawan, B., dan Eko, S. (2005). Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada
Diabetes Mellitus. Majalah Kedokteran Indonesia. 55(2): Halaman 87-90.
Suherman, S. K., dan Nafrialdi. (2012). Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam
buku Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Cetak Ulang dengan Edisi
Tambahan. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. Halaman 481-495.
Suyono, S. (2006). Diabetes Melitus di Indonesia. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 2318.
Syah, M. I., Suwendar, dan Mulqie, L. (2015). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun
Mangga Arumanis (Mangifera indica L. “Arumanis”) pada Mencit Swiss
Webster Jantan dengan Metode Tes Toleransi Glukosa (TTGO). Prosiding
Penelitian SpeSIA Unisba. Halaman 2460-6472.
Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman
133.
Szkudelski, T. (2001). The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B
Cells of The Rats Pancreas. Department of Animal Physiology and
Biochemistry. Poznan. Poland: University of Agriculture. Halaman 537-
539.
Tandra, H. (2013). Life healty with Diabetes, Diabetes: diabetes Mengapa dan
Bagaimana?. Jakarta: Rapha Publishing. Halaman 1-2.
Tjokroprawiro, A. (2007). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus.
Jakarta: Gramedia Pustaka. Halaman 10-11.
Triplitt, C. L., Charles A. R., dan William L. I. (2008). Diabetes Mellitus. Dalam
buku Pharmacotherapy: a Pathophysiologic Approach. Edisi VII. New

58
Universitas Sumatera Utara
York: The McGraw-Hill. Halaman 1209-1211.
Whelan, A., dan Woodley, M. (1995). Pedoman Pengobatan. Diterjemahkan oleh:
Santoso, B., Baiquni, K. W., Achmad, J., Maulidya. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset. Halaman 572.
Widowati, L., B., Dzulkarnain, dan Sa’roni. (1997). Tanaman Obat Untuk
Diabetes Mellitus. Cermin Dunia Kedokteran. No. 116. Surabaya:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 53.
Widowati, W. (2008). Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. Jurnak
Kesehatan Masyarakat. 7(2): Halaman 8.
Zastrow, V. M., dan Bourne, R. H. (2001). Reseptor dan Farmakodinamika Obat.
Dalam Bertram G. Katzung (Editor). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi
I. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 53.

59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat identifikasi tumbuhan

60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Surat ethical clearance

61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Karakteristik tumbuhan daun pandan wangi

Daun pandan wangi Daun pandan wangi yang sudah dirajang

Simplisia daun pandan wangi

Serbuk simplisia daun pandan wangi

62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik

Sumber: Sagala (2017)

Keterangan :
1: Mesofil
2: Epidermis atas
3: Kalsium oksalat berbentuk kubus
4: Kalsium oksalat berbentuk rapida
5: Stomata

63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur penelitian

Daun pandan

Dicuci dari pengotor sampai bersih


Ditiriskan
Ditimbang berat basahnya

Daun pandan

Pemeriksaan organoleptis dan


makroskopik
Dirajang dan dikeringkan dalam
lemari pengering pada suhu ±40-
50oC
Ditimbang berat keringnya

Simplisia

Dihaluskan menggunakan blender


Ditimbang

Serbuk simplisia

Dimaserasi menggunakan etanol


96%

EEDPW

Diuji aktivitas antidiabetes

Hasil

64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur penelitian (lanjutan)

Bagan pembuatan ekstrak etanol daun pandan wangi (EEDPW)

Serbuk simplisia daun


pandan wangi

Dimasukkan kedalam sebuah bejana


Ditambahkan pelarut etanol 96%
Direndam selama 5 hari terlindung
dari cahaya, sambil sesekali diaduk
Disaring dengan kertas saring

Maserat I Ampas

Dicuci ampas dengan


etanol 96%
Disaring dengan kertas
saring hingga diperoleh
100 bagian
Maserat II

Dipindahkan kedalam bejana tertutup


Dibiarkan ditempat sejuk dan
terlindung dari cahaya selama 2 hari
Dienaptuangkan atau saring

Maserat

Dipekatkan dengan rotary


evaporator pada suhu 40oC

Ekstrak kental

65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur penelitian (lanjutan)
Bagan pengerjaan uji efek antidiabetes EEDPW dengan toleransi glukosa

Mencit

Dipuasakan semua mencit selama 16 – 18 jam

Diukur KGD puasa mencit (70 – 110 mg/dl)

Diberikan perlakuan sebagai berikut;

Kelompok 1 : Kontrol (Na-CMC 0,5%)

Kelompok 2 : EEDPW 150 mg/kgbb

Kelompok 3 : EEDPW 300 mg/kgbb

Kelompok 4 : EEDPW 450 mg/kgbb

Kelompok 5 : EEDPW 600 mg/kg bb

Kelompok 6 : Glibenklamid 0,65 mg/kgbb

Diberikan larutan glukosa 30 menit kemudian

Diukur KGD puasa mencit tiap 30 menit selama 2 jam

KGD

66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur penelitian (lanjutan)

Bagan pengerjaan uji efek antidiabetes EEDPW dengan induksi aloksan

Mencit

Dipuasakan semua mencit selama 16 – 18 jam

Diukur KGD puasa (70 – 110 mg/dl)

Diberikan suntikan aloksan 150 mg/kgbb

Ditunggu kenaikan KGD selama 3 hari

Diukur KGD hiperglikemik > 200mg/dL

Hiperglikemik

Diberikan perlakuan selama 15 hari dihitung dari hari ke-1

Kelompok 1 : Kontrol (Na-CMC 0,5%)

Kelompok 2 : EEDPW 150 mg/kgbb

Kelompok 3 : EEDPW 300 mg/kgbb

Kelompok 4 : EEDPW 600 mg/kgbb

Kelompok 5 : Metformin 65 mg/kgbb

Diukur KGD hari ke- 3, 6, 9, 11, 12, dan 15

KGD

67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar alat yang digunakan

Rotary evaporator Timbangan analitik

Spuit dan oral sonde

68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar alat yang digunakan (lanjutan)

Glucometer EasyTouch®GCU dan strip Wadah strip

Chip

69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Hewan percobaan

Mencit jantan yang digunakan

70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Tabel konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia
(Suhardjono, 1995)
Mencit Tikus Marmut Kelinci Kera Anjing Manusia
20 g 200 g 400 g 1,2 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit (20 g) 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9

Tikus (200 g) 0,14 1,0 1,74 3,9 9,2 17,8 56,0

Marmut (400 g) 0,08 0,57 1,0 2,25 5,2 10,2 31,5

Kelinci (1,2 kg) 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2

Kera (4 kg) 0,016 0,11 0,19 0,42 1,0 1,9 6,1

Anjing (12 kg) 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1

Manusia (70 kg) 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0

71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis

1. Contoh perhitungan dosis EEDPW yang akan diberikan pada mencit secara

per oral (p.o.)

 Dosis suspensi EEDPW yang akan dibuat adalah 150, 300, dan 600

mg/kg bb.

 Cara pembuatan suspensi EEDPW:

Timbang 150, 300, dan 600 mg EEDPW, masing-masing dilarutkan dalam

10 ml suspensi Na-CMC 0,5%.

 Berapa volume suspensi EEDPW yang akan diberikan pada mencit?

 Misal: BB mencit = 20 g

150 mg
Jumlah EEDPWdosis 150 mg/kg bb = x 20 g =3 mg
1000 g
3 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
150 mg
300 mg
Jumlah EEDPW dosis 300 mg/kg bb = x 20 g = 6 mg
1000 g
6 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
300 mg
600 mg
Jumlah EEDPW dosis 600 mg/kg bb = x 20 g = 9 mg
1000 g
3 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
600 mg
2. Contoh perhitungan dosis glibenklamid yang akan diberikan pada mencit

secara per oral (p.o.)

 Tiap tablet glibenklamid mengandung 5 mg glibenklamid

 Dosis maksimum untuk manusia dewasa = 5 mg – 20 mg

 Konversi dosis manusia (70 kg) ke dosis untuk hewan uji mencit dikali

0,0026

72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis (lanjutan)

 Dosis glibenklamid untuk mencit (20 g) = (5 mg – 20 mg) x 0,0026 =

0,013 mg – 0,052 mg

 Glibenklamid yang digunakan = 0,013 mg untuk mencit 20 g

 Dosis glibenklamid yang diberikan (mg/kg bb) = 0,013 mg / 20 g = 0,65

mg/kg bb (dikalikan 50 agar mencapai 1 kg), atau

0,013 mg x 0,013 mg
= maka x = x 1 kg = 0,65 mg
20 g 1 kg 20 g

 Maka dosis glibenklamid adalah 0,65 mg/kg bb

Menurut FI edisi III, keseragaman bobot = 20 tablet

 Maka diambil 20 tablet glibenklamid, digerus dan ditimbang berat totalnya

= 3.986 mg

 Berat bahan aktif glibenklamid dalam 20 tablet glibenklamid adalah 5 mg

x 20 tab = 100 mg.

 Maka, serbuk tablet glibenklamid yang ditimbang untuk digunakan :

0,65 mg x
= maka x = 25,909 mg ≈ 26 mg (mengandung zat aktif
100 mg 3.986 mg
glibenklamid setara 0,65 mg).
 Cara pembuatan suspensi metformin :

Timbang 26 mg serbuk tablet glibenklamid dilarutkan dalam 10 ml larutan

suspensi Na-CMC 0,5%.

 Berapa volume suspensi glibenklamid yang akan diberikan pada mencit?

 Misal: BB mencit = 20 g

0,65 mg
Jumlah glibenklamid dosis 0,65 mg/kg bb = x 20 g = 0,013 mg
1000 g
0,013 mg
Volume larutan yang diberikan x 10 ml = 0,2 ml
0,65 mg

73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis (lanjutan)

3. Contoh perhitungan dosis metformin yang akan diberikan pada mencit secara

per oral (p.o.)

 Tiap tablet metformin mengandung 500 mg metformin-HCl

 Dosis maksimum untuk manusia dewasa = 500 mg – 3000 mg

 Konversi dosis manusia (70 kg) ke dosis untuk hewan uji mencit dikali

0,0026

 Dosis metformin untuk mencit (20 g) = (500 mg – 3000 mg) x 0,0026 =

1,3 mg – 7,8 mg

 Metformin – HCl yang digunakan = 1,3 mg untuk mencit 20 g

 Dosis metformin yang diberikan (mg/kg bb) = 1,3 mg / 20 g = 65 mg/kg

bb (dikalikan 50 agar mencapai 1 kg), atau

1,3 mg x 1,3 mg
= maka x = x 1 kg = 65 mg
20 g 1 kg 20 g

 Maka dosis metformin adalah 65 mg/kg bb

Menurut FI edisi III, keseragaman bobot = 20 tablet

 Maka diambil 20 tablet metformin, digerus dan ditimbang berat totalnya =

11.035 mg

 Berat bahan aktif metformin-HCl dalam 20 tablet metformin adalah 500

mg x 20 tab = 10.000 mg.

 Maka, serbuk tablet metformin yang ditimbang untuk digunakan :

65 mg x
= maka x = 71,73 mg ≈ 72 mg (mengandung zat
10.000 mg 11.035 mg
aktif metformin setara 65 mg).
 Cara pembuatan suspensi metformin :

74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis (lanjutan)

Timbang 72 mg serbuk tablet metformin dilarutkan dalam 10 ml larutan

suspensi Na-CMC 0,5%.

 Berapa volume suspensi metformin yang akan diberikan pada mencit?

 Misal : BB mencit = 20 g

65 mg
Jumlah metformin dosis 65 mg/kg bb = x 20 g = 1,3 mg
1000 g
1,3 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
65 mg
4. Contoh perhitungan volume larutan induksi aloksan yang diambil untuk

dipakai secara intraperitoneal (i.p.) pada hewan uji mencit

 Dosis induksi aloksan untuk mencit = 150 mg/kg bb (i.p.)

 Syarat volume maksimum larutan sediaan uji yang diberikan pada hewan

uji mencit (20 g) secara i.p. adalah 1 mL (ada di Lampiran)

 Konsentrasi larutan induksi aloksan yang dibuat = 150 mg/10 ml

 Berapa volume larutan induksi aloksan yang akan diinduksikan?

 Misal: BB Mencit = 20 g

150 mg
Jumlah aloksan 150 mg/kg bb = x 20 g = 3 mg
1000 g
3 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
150 mg
maka volume larutan induksi aloksan yang diambil sebanyak 0,2 mL.

75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Data KGD mencit metode TTGO

BB KGD KGD setelah perlakuan (mg/dL)


Kelompok mencit puasa Menit ke -
(g) (mg/dL) 30 60 90 120
35 89 217 192 148 130
CMC Na 35 95 151 148 148 137
0,5% 34,8 97 189 176 167 155
32 83 210 189 175 150
Rerata 34,20 91,00 191,75 176,25 159,50 143,00
SEM 0,73 3,16 14,83 10,04 6,84 5,76
30,5 81 150 117 115 113
EEDPW
35 89 223 166 163 110
150 mg/kg
32,6 88 227 188 97 89
bb
31 86 212 178 125 94
Rerata 32,28 86,00 203,00 162,25 125,00 101,50
SEM 1,01 1,78 17,95 15,74 13,93 5,89
30,5 81 165 116 111 98
EEDPW
35 83 215 167 163 116
300 mg/kg
29 81 121 110 97 89
bb
31,5 86 186 175 125 96
Rerata 31,50 82,75 171,75 142,00 124,00 99,75
SEM 1,27 1,18 19,78 16,87 14,20 5,75
34 89 222 215 186 155
EEDPW
35 85 180 176 145 133
450 mg/kg
35 83 178 153 121 110
bb
33 79 216 187 165 148
Rerata 34,25 84,00 199,00 182,75 154,25 136,50
SEM 0,48 2,08 11,62 12,87 13,89 9,95
28,7 75 143 102 99 62
EEDPW
35 85 174 170 139 105
600 mg/kg
25,6 80 146 126 133 98
bb
26 84 210 150 120 86
Rerata 28,83 81,00 168,25 137,00 122,75 87,75
SEM 2,17 2,27 15,57 14,73 8,85 9,44
26 82 107 69 69 64
Metformin
25,2 70 105 71 66 65
0,65
35 83 158 102 97 88
mg/kg bb
34 89 215 178 136 95
Rerata 30,05 81,00 146,25 105,00 92,00 78,00
SEM 2,58 3,98 25,99 25,48 16,24 7,93

76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Data KGD mencit metode induksi aloksan

KGD KGD KGD setelah perlakuan (mg/dL)


BB sebelum setelah Hari ke-
Kelompok mencit diinduksi diinduksi
(g) aloksan aloksan 3 6 9 12 15
(mg/dL) (mg/dL)
34,9 110 512 525 542 576 589 600
21,5 80 478 491 511 539 563 577
CMC Na
34,7 83 524 542 557 580 595 600
0,5%
34,5 71 402 423 439 480 512 523
29,7 93 540 554 563 581 599 600
Rerata 31,06 87,40 491,20 507,00 522,40 551,20 571,60 580,00
30,8 86 576 521 386 257 126 105
EEDPW 31,8 71 544 479 359 265 147 109
150 mg/kg 30,2 86 600 525 412 299 178 103
bb 24,1 96 596 535 425 334 281 129
26,7 104 431 403 352 280 152 102
Rerata 28,72 88,60 549,40 492,60 386,80 287,00 176,80 109,60
35 75 600 540 408 309 176 106
EEDPW 30 86 600 530 417 316 134 102
300 mg/kg 28,5 102 558 508 400 315 150 103
bb 27,8 73 364 305 245 215 182 91
30,3 106 463 403 334 202 146 90
Rerata 30,32 88,40 517,00 457,20 360,80 271,40 157,60 98,40
25,2 102 341 301 241 186 136 100
EEDPW 31,6 81 481 361 276 220 135 91
600 mg/kg 30,5 91 600 575 470 395 224 94
bb 34,5 86 598 470 379 265 143 90
34 81 500 375 280 231 136 92
Rerata 31,16 88,20 504,00 416,40 329,20 259,40 154,80 93,40
34,3 102 552 396 328 184 131 90
Metformin 34,4 110 600 417 376 232 179 68
65 mg/kg 20,9 81 320 286 204 145 126 90
bb 23,8 96 600 415 359 256 123 69
26,5 87 464 382 253 181 112 73
Rerata 27,98 95,20 507,20 379,20 304,00 199,60 134,20 78,00

77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Data %PKGD mencit metode induksi aloksan

% penurunan KGD
Kelompok Hari ke-
3 6 9 12 15
-2,54 -5,86 -12,50 -15,04 -17,19
-2,72 -6,90 -12,76 -17,78 -20,71
CMC Na 0,5% -3,44 -6,30 -10,69 -13,55 -14,50
-5,22 -9,20 -19,40 -27,36 -30,10
-2,59 -4,26 -7,59 -10,93 -11,11
Rata-rata -3,30 -6,50 -12,59 -16,93 -18,72
9,55 32,99 55,38 78,13 81,77
11,95 34,01 51,29 72,98 79,96
EEDPW 150 mg/kg
12,50 31,33 50,17 70,33 82,83
bb
10,23 28,69 43,96 52,85 78,36
6,50 18,33 35,03 64,73 76,33
Rata-rata 10,15 29,07 47,17 67,80 79,85
10,00 32,00 48,50 70,67 82,33
11,67 30,50 47,33 77,67 83,00
EEDPW 300 mg/kg
8,96 28,32 43,55 73,12 81,54
bb
16,21 32,69 40,93 50,00 75,00
12,96 27,86 56,37 68,47 80,56
Rata-rata 11,96 30,27 47,34 67,98 80,49
11,73 29,33 45,45 60,12 70,67
24,95 42,62 54,26 71,93 81,08
EEDPW 600 mg/kg
4,17 21,67 34,17 62,67 84,33
bb
21,40 36,62 55,69 76,09 84,95
25,00 44,00 53,80 72,80 81,60
Rata-rata 17,45 34,85 48,67 68,72 80,53
28,26 40,58 66,67 76,27 83,70
30,50 37,33 61,33 70,17 88,67
Metformin 65
10,63 36,25 54,69 60,63 71,88
mg/kg bb
30,83 40,17 57,33 79,50 88,50
17,67 45,47 60,99 75,86 84,27
Rata-rata 23,58 39,96 60,20 72,48 83,40

78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Data ΔKGD mencit metode induksi aloksan

ΔKGD setelahperlakuan (mg/dL)


Δ(Hari Δ(Hari Δ(Hari Δ(Hari Δ(Hari
Kelompok Δ(setelah-
ke3- ke6- ke9- ke12- ke15-
sebelum)
sebelum) sebelum) sebelum) sebelum) sebelum)
402 415 432 466 479 490
398 411 431 459 483 497
CMC Na
441 459 474 497 512 517
0,5%
331 352 368 409 441 452
447 461 470 488 506 507
Rerata 403,8 419,6 435 463,8 484,2 492,6
490 435 300 171 40 19
EEDPW 473 408 288 194 76 38
150 mg/kg 514 439 326 213 92 17
bb 500 439 329 238 185 33
327 299 248 176 48 -2
Rerata 460,8 404 298,2 198,4 88,2 21
525 465 333 234 101 31
EEDPW 514 444 331 230 48 16
300 mg/kg 456 406 298 213 48 1
bb 291 232 172 142 109 18
357 297 228 96 40 -16
Rerata 428,6 368,8 272,4 183 69,2 10
239 199 139 84 34 -2
EEDPW 400 280 195 139 54 10
600 mg/kg 509 484 379 304 133 3
bb 512 384 293 179 57 4
419 294 199 150 55 11
Rerata 415,8 328,2 241 171,2 66,6 5,2
450 294 226 82 29 -12
Metformin 490 307 266 122 69 -42
65 mg/kg 239 205 123 64 45 9
bb 504 319 263 160 27 -27
377 295 166 94 25 -14
Rerata 412 284 208,8 104,4 39 -17,2

79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17

ANOVA
KGD puasa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 288.208 5 57.642 2.167 .104
Within Groups 478.750 18 26.597
Total 766.958 23

ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
menit ke30-puasa Between Groups 7580.708 5 1516.142 1.280 .315
Within Groups 21320.250 18 1184.458
Total 28900.958 23
menit ke60-puasa Between Groups 13822.833 5 2764.567 2.927 .042
Within Groups 17003.000 18 944.611
Total 30825.833 23
menit ke90-puasa Between Groups 9623.708 5 1924.742 3.415 .024
Within Groups 10145.250 18 563.625
Total 19768.958 23
menit ke120-puasa Between Groups 10969.208 5 2193.842 10.817 .000
Within Groups 3650.750 18 202.819
Total 14619.958 23

menit ke30-puasa
Tukey HSDa
Subset for alpha =
0.05
Kelompok N 1
Glibenklamid 0,65 mg/kg bb 4 65.25
EEDPW 600 mg/kg bb 4 87.25
EEDPW 300 mg/kg bb 4 89.00
CMC Na 0,5% 4 100.75
EEDPW 450 mg/kg bb 4 115.00
EEDPW 150 mg/kg bb 4 117.00
Sig. .318
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

menit ke60-puasa
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Glibenklamid 0,65 mg/kg bb 4 24.00
EEDPW 600 mg/kg bb 4 56.00 56.00
EEDPW 300 mg/kg bb 4 59.25 59.25
EEDPW 150 mg/kg bb 4 76.25 76.25
CMC Na 0,5% 4 85.25 85.25
EEDPW 450 mg/kg bb 4 98.75
Sig. .100 .397
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)

menit ke90-puasa
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Glibenklamid 0,65 mg/kg bb 4 11.00
EEDPW 150 mg/kg bb 4 39.00 39.00
EEDPW 300 mg/kg bb 4 41.25 41.25
EEDPW 600 mg/kg bb 4 41.75 41.75
CMC Na 0,5% 4 68.50
EEDPW 450 mg/kg bb 4 70.25
Sig. .472 .455
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

menit ke120-puasa
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Glibenklamid 0,65 mg/kg bb 4 -3.00
EEDPW 600 mg/kg bb 4 6.75
EEDPW 150 mg/kg bb 4 15.50
EEDPW 300 mg/kg bb 4 17.00
CMC Na 0,5% 4 52.00
EEDPW 450 mg/kg bb 4 52.50
Sig. .387 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)

ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
KGD Between Groups 202.960 4 50.740 .311 .867
sebelumdiinduksialoksan
Within Groups 3259.200 20 162.960
Total 3462.160 24
KGD Between Groups 9639.760 4 2409.940 .276 .890
setelahdiinduksialoksan
Within Groups 174598.800 20 8729.940
Total 184238.560 24

Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -3.3020 1.13182 .50617 -4.7073 -1.8967 -5.22 -2.54
ke-3
EEDPW 150 5 10.1460 2.36914 1.05951 7.2043 13.0877 6.50 12.50
EEDPW 300 5 11.9600 2.82791 1.26468 8.4487 15.4713 8.96 16.21
EEDPW 600 5 17.4500 9.19146 4.11055 6.0373 28.8627 4.17 25.00
Metformin 65 5 23.5780 9.01363 4.03102 12.3861 34.7699 10.63 30.83
Total 25 11.9664 10.66373 2.13275 7.5646 16.3682 -5.22 30.83
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -6.5040 1.79702 .80365 -8.7353 -4.2727 -9.20 -4.26
ke-6
EEDPW 150 5 29.0700 6.33186 2.83169 21.2080 36.9320 18.33 34.01
EEDPW 300 5 30.2740 2.15132 .96210 27.6028 32.9452 27.86 32.69
EEDPW 600 5 34.8480 9.37298 4.19172 23.2099 46.4861 21.67 44.00
Metformin 65 5 39.9600 3.58712 1.60421 35.5060 44.4140 36.25 45.47
Total 25 25.5296 17.53093 3.50619 18.2932 32.7660 -9.20 45.47
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -12.5880 4.33079 1.93679 -17.9654 -7.2106 -19.40 -7.59
ke-9
EEDPW 150 5 47.1660 7.92247 3.54304 37.3290 57.0030 35.03 55.38
EEDPW 300 5 47.3360 5.88087 2.63001 40.0339 54.6381 40.93 56.37
EEDPW 600 5 48.6740 9.04798 4.04638 37.4394 59.9086 34.17 55.69
Metformin 65 5 60.2020 4.53759 2.02927 54.5678 65.8362 54.69 66.67
Total 25 38.1580 27.04899 5.40980 26.9927 49.3233 -19.40 66.67
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -16.9320 6.33451 2.83288 -24.7973 -9.0667 -27.36 -10.93
ke-12
EEDPW 150 5 67.8040 9.65491 4.31781 55.8158 79.7922 52.85 78.13
EEDPW 300 5 67.9860 10.61923 4.74906 54.8005 81.1715 50.00 77.67
EEDPW 600 5 68.7220 6.92513 3.09701 60.1233 77.3207 60.12 76.09
Metformin 65 5 72.4860 7.43013 3.32286 63.2603 81.7117 60.63 79.50
Total 25 52.0132 36.04297 7.20859 37.1354 66.8910 -27.36 79.50
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -18.7220 7.27196 3.25212 -27.7513 -9.6927 -30.10 -11.11
ke-15
EEDPW 150 5 79.8500 2.60717 1.16596 76.6128 83.0872 76.33 82.83
EEDPW 300 5 80.4860 3.19895 1.43061 76.5140 84.4580 75.00 83.00
EEDPW 600 5 80.5260 5.75854 2.57530 73.3758 87.6762 70.67 84.95
Metformin 65 5 83.4040 6.84361 3.06056 74.9065 91.9015 71.88 88.67
Total 25 61.1088 41.06320 8.21264 44.1587 78.0589 -30.10 88.67

82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)

Test of Homogeneity of Variances


Levene Statistic df1 df2 Sig.
% PKGD hari ke-3 10.170 4 20 .000
% PKGD hari ke-6 4.013 4 20 .015
% PKGD hari ke-9 1.329 4 20 .293
% PKGD hari ke-12 .293 4 20 .879
% PKGD hari ke-15 .952 4 20 .455

ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
% PKGD hari ke-3 Between Groups 2006.685 4 501.671 13.888 .000
Within Groups 722.477 20 36.124
Total 2729.163 24
% PKGD hari ke-6 Between Groups 6781.322 4 1695.330 57.017 .000
Within Groups 594.680 20 29.734
Total 7376.002 24
% PKGD hari ke-9 Between Groups 16685.302 4 4171.326 95.427 .000
Within Groups 874.247 20 43.712
Total 17559.549 24
% PKGD hari ke- Between Groups 29781.199 4 7445.300 106.582 .000
12
Within Groups 1397.103 20 69.855
Total 31178.302 24
% PKGD hari ke- Between Groups 39868.843 4 9967.211 332.444 .000
15
Within Groups 599.632 20 29.982
Total 40468.475 24

% PKGD hari ke-3


Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2 3
CMC Na 0,5% 5 -3.3020
EEDPW 150 mg/kg bb 5 10.1460
EEDPW 300 mg/kg bb 5 11.9600
EEDPW 600 mg/kg bb 5 17.4500 17.4500
Metformin 65 mg/kg bb 5 23.5780
Sig. 1.000 .339 .507
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

% PKGD hari ke-6


Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2 3
CMC Na 0,5% 5 -6.5040
EEDPW 150 mg/kg bb 5 29.0700
EEDPW 300 mg/kg bb 5 30.2740 30.2740
EEDPW 600 mg/kg bb 5 34.8480 34.8480
Metformin 65 mg/kg bb 5 39.9600
Sig. 1.000 .470 .072

83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)

% PKGD hari ke-9


Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2 3
CMC Na 0,5% 5 -12.5880
EEDPW 150 mg/kg bb 5 47.1660
EEDPW 300 mg/kg bb 5 47.3360
EEDPW 600 mg/kg bb 5 48.6740 48.6740
Metformin 65 mg/kg bb 5 60.2020
Sig. 1.000 .996 .080
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

% PKGD hari ke-12


Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
CMC Na 0,5% 5 -16.9320
EEDPW 150 mg/kg bb 5 67.8040
EEDPW 300 mg/kg bb 5 67.9860
EEDPW 600 mg/kg bb 5 68.7220
Metformin 65 mg/kg bb 5 72.4860
Sig. 1.000 .899
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

% PKGD hari ke-15


a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
CMC Na 0,5% 5 -18.7220
EEDPW 150 mg/kg bb 5 79.8500
EEDPW 300 mg/kg bb 5 80.4860
EEDPW 600 mg/kg bb 5 80.5260
Metformin 65 mg/kg bb 5 83.4040
Sig. 1.000 .840
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)

Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
set-seb CMC Na 0,5% 5 403.80 46.332 20.721 346.27 461.33 331 447
EEDPW 150 5 460.80 76.274 34.111 366.09 555.51 327 514
EEDPW 300 5 428.60 101.732 45.496 302.28 554.92 291 525
EEDPW 600 5 415.80 111.197 49.729 277.73 553.87 239 512
Metformin 65 5 412.00 108.566 48.552 277.20 546.80 239 504
Total 25 424.20 86.562 17.312 388.47 459.93 239 525
hari ke3- CMC Na 0,5% 5 419.60 44.529 19.914 364.31 474.89 352 461
seb EEDPW 150 5 404.00 60.108 26.881 329.37 478.63 299 439
EEDPW 300 5 368.80 100.203 44.812 244.38 493.22 232 465
EEDPW 600 5 328.20 109.056 48.771 192.79 463.61 199 484
Metformin 65 5 284.00 45.321 20.268 227.73 340.27 205 319
Total 25 360.92 86.621 17.324 325.16 396.68 199 484
hari ke6- CMC Na 0,5% 5 435.00 42.603 19.053 382.10 487.90 368 474
seb EEDPW 150 5 298.20 32.973 14.746 257.26 339.14 248 329
EEDPW 300 5 272.40 70.380 31.475 185.01 359.79 172 333
EEDPW 600 5 241.00 94.910 42.445 123.15 358.85 139 379
Metformin 65 5 208.80 62.647 28.017 131.01 286.59 123 266
Total 25 291.08 98.975 19.795 250.23 331.93 123 474
hari ke9- CMC Na 0,5% 5 463.80 34.347 15.360 421.15 506.45 409 497
seb EEDPW 150 5 198.40 27.628 12.356 164.10 232.70 171 238
EEDPW 300 5 183.00 61.156 27.350 107.07 258.93 96 234
EEDPW 600 5 171.20 81.833 36.597 69.59 272.81 84 304
Metformin 65 5 104.40 37.561 16.798 57.76 151.04 64 160
Total 25 224.16 135.373 27.075 168.28 280.04 64 497
hari ke12- CMC Na 0,5% 5 484.20 28.030 12.536 449.40 519.00 441 512
seb EEDPW 150 5 88.20 58.036 25.955 16.14 160.26 40 185
EEDPW 300 5 69.20 32.965 14.742 28.27 110.13 40 109
EEDPW 600 5 66.60 38.266 17.113 19.09 114.11 34 133
Metformin 65 5 39.00 18.547 8.295 15.97 62.03 25 69
Total 25 149.44 174.971 34.994 77.22 221.66 25 512
hari ke15- CMC Na 0,5% 5 492.60 24.886 11.129 461.70 523.50 452 517
seb EEDPW 150 5 21.00 15.668 7.007 1.55 40.45 -2 38
EEDPW 300 5 10.00 18.014 8.056 -12.37 32.37 -16 31
EEDPW 600 5 5.20 5.357 2.396 -1.45 11.85 -2 11
Metformin 65 5 -17.20 18.939 8.470 -40.72 6.32 -42 9
Total 25 102.32 200.225 40.045 19.67 184.97 -42 517
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
set-seb .994 4 20 .433
hari ke3-seb 2.545 4 20 .071
hari ke6-seb 2.653 4 20 .063
hari ke9-seb 1.548 4 20 .227
hari ke12-seb 1.010 4 20 .426
hari ke15-seb 1.129 4 20 .371

85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)

ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
set-seb Between Groups 9972.400 4 2493.100 .294 .879
Within Groups 169859.600 20 8492.980
Total 179832.000 24
hari ke3-seb Between Groups 61743.040 4 15435.760 2.609 .066
Within Groups 118334.800 20 5916.740
Total 180077.840 24
hari ke6-seb Between Groups 151953.040 4 37988.260 9.137 .000
Within Groups 83152.800 20 4157.640
Total 235105.840 24
hari ke9-seb Between Groups 384661.360 4 96165.340 34.867 .000
Within Groups 55162.000 20 2758.100
Total 439823.360 24
hari ke12-seb Between Groups 706562.560 4 176640.640 125.297 .000
Within Groups 28195.600 20 1409.780
Total 734758.160 24
hari ke15-seb Between Groups 955858.640 4 238964.660 757.800 .000
Within Groups 6306.800 20 315.340
Total 962165.440 24

set-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha =
0.05
Kelompok N 1
CMC Na 0,5% 5 403.80
Metformin 65 mg/kg bb 5 412.00
EEDPW 600 mg/kg bb 5 415.80
EEDPW 300 mg/kg bb 5 428.60
EEDPW 150 mg/kg bb 5 460.80
Sig. .862
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

hari ke3-seb
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
0.05
Kelompok N 1
Metformin 65 mg/kg bb 5 284.00
EEDPW 600 mg/kg bb 5 328.20
EEDPW 300 mg/kg bb 5 368.80
EEDPW 150 mg/kg bb 5 404.00
CMC Na 0,5% 5 419.60
Sig. .075
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)

hari ke6-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Metformin 65 mg/kg bb 5 208.80
EEDPW 600 mg/kg bb 5 241.00
EEDPW 300 mg/kg bb 5 272.40
EEDPW 150 mg/kg bb 5 298.20
CMC Na 0,5% 5 435.00
Sig. .223 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

hari ke9-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Metformin 65 mg/kg bb 5 104.40
EEDPW 600 mg/kg bb 5 171.20
EEDPW 300 mg/kg bb 5 183.00
EEDPW 150 mg/kg bb 5 198.40
CMC Na 0,5% 5 463.80
Sig. .069 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

hari ke12-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Metformin 65 mg/kg bb 5 39.00
EEDPW 600 mg/kg bb 5 66.60
EEDPW 300 mg/kg bb 5 69.20
EEDPW 150 mg/kg bb 5 88.20
CMC Na 0,5% 5 484.20
Sig. .270 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.

hari ke15-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2 3
Metformin 65 mg/kg bb 5 -17.20
EEDPW 600 mg/kg bb 5 5.20 5.20
EEDPW 300 mg/kg bb 5 10.00 10.00
EEDPW 150 mg/kg bb 5 21.00
CMC Na 0,5% 5 492.60
Sig. .150 .631 1.000

87
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai