SKRIPSI
OLEH:
ADE KHAIRIYANI
NIM 141501070
SKRIPSI
OLEH:
ADE KHAIRIYANI
NIM 141501070
Bismillaahirrohmaanirrohiim,
menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Uji Efek Penurunan Kadar
Roxb.) terhadap Mencit Jantan yang diinduksi Aloksan” sebagai salah satu syarat
Sumatera Utara.
biaya pengobatan. Selama ini, pengobatan yang biasa digunakan oleh diabetesi
(penderita diabetes) adalah suntik insulin dan obat hipoglikemik oral yang mana
memiliki berbagai efek samping. Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain yang
dapat meminimalkan efek samping tersebut dan dapat terjangkau oleh masyarakat
yaitu dengan menggunakan bahan alam seperti daun pandan wangi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiabetes ekstrak etanol daun
pandan wangi (EEDPW) terhadap penurunan kadar glukosa darah mencit jantan
besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt., selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan waktu, bimbingan, dan nasihat selama penelitian hingga
v
Universitas Sumatera Utara
selesainya penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S.,
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada orang tua, Ayahanda Alm. Mhd. Yamin Daulay dan Ibunda Rosniar
Panjaitan tercinta, kakak, adik, dan teman-teman atas doa, dorongan, dan
Ade Khairiyani
NIM 141501070
vi
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan
hasil pekerjaan yang saya lakukan sendiri, belum pernah diajukan orang lain
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain dan bukan plagiat
karena kutipan yang ditulis setelah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan sendiri, maka saya bersedia
menerima sanksi apapun oleh Program Studi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikian surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk
dapat dipergunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.
Ade Khairiyani
NIM 141501070
vii
Universitas Sumatera Utara
UJI EFEK PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH EKSTRAK
ETANOL DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
TERHADAP MENCIT JANTAN YANG DIINDUKSI ALOKSAN
ABSTRAK
Kata kunci: aloksan, daun pandan wangi, diabetes mellitus, kadar glukosa darah
viii
Universitas Sumatera Utara
DECREASING BLOOD GLUCOSE LEVEL EFFECT OF ETHANOL
EXTRACT OF PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) LEAVES
ON MALE MICE INDUCED BY ALLOXAN
ABSTRACT
Keywords: alloxan, blood glucose level, diabetes mellitus, pandan wangi leaves
ix
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
SURAT PERNYATAAN............................................................................ vi
x
Universitas Sumatera Utara
2.1.4 Kandungan kimia tumbuhan ........................................... 9
2.5 Aloksan..................................................................................... 21
xi
Universitas Sumatera Utara
3.5 Penyiapan Hewan Percobaan ................................................... 28
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 56
LAMPIRAN ................................................................................................ 60
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Kriteria penegakan diagnosis pasien diabetes ................................. 15
4.3 Hasil KGD rerata mencit uji toleransi glukosa oral ........................ 36
4.4 Hasil ΔKGD rerata mencit uji toleransi glukosa oral ...................... 38
4.12 Hasil ΔKGD rerata mencit setelah sebelum diinduksi aloksan ..... 47
4.13 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-3 sebelum diinduksi aloksan . 48
4.14 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-6 sebelum diinduksi aloksan . 49
4.15 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-9 sebelum diinduksi aloksan . 49
4.16 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-12 sebelum diinduksi aloksan. 50
4.17 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-15 sebelum diinduksi aloksan. 51
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel β pankreas .............................. 21
4.1 Grafik KGD rerata mencit pada uji toleransi glukosa oral .............. 37
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Surat identifikasi tumbuhan ..................................................... 60
xvi
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
atau keduanya. Kriteria diagnosis DM adalah kadar glukosa darah puasa ≥ 126
mg/dL atau pada 2 jam setelah makan ≥ 200 mg/dL. Sebagian besar penderita DM
(NIDDM) yang disebabkan karena penggunaan insulin yang kurang efektif oleh
jumlah populasi Indonesia yang terkena diabetes mencapai 9,1 juta jiwa dan
berada pada peringkat ke-5 sebagai jumlah penderita diabetes tertinggi di dunia.
Menurut WHO, pada tahun 2030, Indonesia akan menempati peringkat ke-4 di
dunia di bawah India, China, dan Amerika Serikat, dengan jumlah penderita DM
sebanyak 21,3 juta jiwa. Prevalensi penyakit diabetes terus meningkat dari tahun
ke tahun mengikuti pola hidup yang beralih dari konsumsi makanan yang rendah
karbohidrat dan tinggi serat sayuran ke pola makanan siap saji, selain itu gaya
berolahraga. Pola hidup yang berisiko inilah yang menyebabkan tingginya angka
1
Universitas Sumatera Utara
Meningkatnya prevalensi penyakit DM dari tahun ke tahun memerlukan
perhatian yang sangat besar dalam pengobatannya. Selama ini pengobatan yang
antidiabetes oral yang memiliki efek samping sepeti sakit kepala, pusing, mual,
dan anoreksia. Pengobatan ini digunakan dalam jangka waktu yang panjang
(Widowati, 1997). Oleh karena itu, perlu dicari obat yang efektif khasiatnya,
memiliki efek samping yang lebih rendah, dan harga yang relatif murah dan
penggunaan obat-obat herbal untuk terapi suatu penyakit, karena penggunaan obat
herbal dianggap lebih aman dan dapat meminimalkan efek samping terhadap
Salah satu tanaman yang banyak terdapat di Indonesia dan belum banyak
wangi mempunyai bau yang harum (aromatik). Beberapa bahan kimia yang
polifenol, dan zat warna. Daun tumbuhan ini sering digunakan sebagai bahan
penyedap, pewangi, dan pemberi warna hijau pada masakan. Efek farmakologis
2
Universitas Sumatera Utara
serta memiliki aktivitas antioksidan sebesar 66,82% menggunakan metode DPPH
antioksidan komponen polifenol sangat kuat yaitu ditandai dengan aktivitas yang
relatif tinggi sebagai donor hidrogen atau elektron dan kemampuan dari turunan
radikal hidroksi yang sangat reaktif sehingga dapat mencegah aksi diabetogenik.
Pada pasien yang menderita diabetes mellitus tipe 1 yang dapat diakibatkan oleh
kerusakan sel β pankreas sehingga produksi insulin menurun atau tidak ada sama
sekali. Flavonoid disini berfungsi untuk melindungi sel β pankreas dari paparan
radikal bebas sehingga menghambat proses kerusakan sel dan memperbaiki sel β
hewan uji ke keadaan homeostatis setelah kadar gula meningkat (Syah, 2015).
Prisip kerjanya adalah dengan cara membebani hewan uji dengan glukosa hingga
tercapai keadaan hiperglikemik tanpa merusak sel β pankreas hewan uji (Harianja,
2011).
3
Universitas Sumatera Utara
Aloksan merupakan suatu senyawa yang sering digunakan untuk
pada sensitivitas insulin perifer dalam waktu singkat namun sel α yang lebih
menunjukkan gejala yang serupa dengan diabetes pada manusia. Kondisi puasa
bb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 kalinya (Szkudelski, 2001).
pada reseptor insulin. Mekanisme kerja metformin dalam menurunkan KGD tidak
tergantung pada fungsi sel-sel β pankreas yang diduga telah rusak akibat
mencit dengan lingkungan sekitarnya. Pemilihan mencit sebagai hewan uji karena
memiliki sifat anatomis dan fisiologis yang terkarakterisasi dengan baik, selain itu
karena mudah didapat, mudah ditagani, murah, serta mengingat volume darah
yang dibutuhkan untuk mengukur kadar gula darah hanya sedikit maka akan lebih
4
Universitas Sumatera Utara
efektif penggunaan mencit dibandingkan hewan lain. Mencit jantan dipilih karena
memiliki sistem hormon yang lebih stabil dibandingkan dengan mencit betina
disebabkan hormon estrogen pada mencit betina dapat mempengaruhi kadar gula
darah dalam tubuh (Malole dan Pramono, 1989). Mencit jantan pada usia 2-3
bulan adalah mencit dewasa muda yang mempunyai keadaan fisiologik yang
ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap penurunan kadar glukosa darah pada
1.3 Hipotesis
berikut:
5
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan Penelitian
berikut:
mencit
sebagai berikut:
EEDPW
antidiabetes
Pada penelitian ini yang digunakan adalah mencit jantan putih sebanyak 25
ekor berumur 2-3 bulan dengan berat badan 25-35 g. Mencit kemudian diinduksi
aloksan dosis 150 mg/kg bb sehingga mencit diabetes (KGD ≥ 200 mg/dL). Pada
penelitian ini terdapat 2 variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Varibel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikat yaitu EEDPW 150,
300, dan 600 mg/kg bb serta waktu pengamatan. Suspenci Na-CMC 0,5%
antidiabetes selain itu juga sebagai suspending agent untuk membuat suspensi
6
Universitas Sumatera Utara
EEDPW dan metformin, karena tidak larut dalam air. Metformin 65 mg/kg bb
variabel terikat adalah penurunan KGD akibat pengaruh variabel bebas. Untuk
lebih jelasnya kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Na-CMC
0,5%
Penurunan Kadar
Mencit
Mencit kadar glukosa glukosa darah
diabetes
darah mencit (mg/dL)
Metformin
dosis 65
mg/kg bb
Waktu
pengamatan:
Hari ke-3, 6, 9,
12, dan 15
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian uji efek antidiabetes ekstrak etanol daun
pandan wangi (EEDPW) terhadap mencit jantan yang diinduksi
aloksan
7
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tumbuhan.
2017):
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Pandanales
Famili : Pandanaceae
Genus : Pandanus
wangi (Jawa); seuke bangu, seuke musan (Aceh); pandan musang, pandan bunga
(Sumbar); pandan jau (Batak); pandan rempai, pandan wangi (Jakarta); pandan
tumbuhan ini dikenal dengan nama screw pine (Inggris); lu eou su, ban lan ye
8
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Morfologi tumbuhan
Batangnya bulat, dapat tunggal atau bercabang-cabang dan mempunyai akar udara
atau akar tunjang yang muncul pada pangkal batang. Helaian daun berbentuk pita,
memanjang, tepi daun rata, ujung daun meruncing. Daun berwarna hijau dan
flavonoid, tanin, polifenol, dan zat warna (Hariana, 2009). Daun pandan wangi
tokotrienol (Lee, dkk., 2004), tanin, saponin, steroid/ terpenoid dan glikosida.
(Kurniawati, 2010). Selain itu daun pandan wangi juga memiliki glukosa dan
fruktosa yang bersifat humektan yang dapat bersifat menarik air dari udara.
dan pemberi warna hijau pada masakan. Selain itu juga berkhasiat untuk
9
Universitas Sumatera Utara
nafsu makan, rematik, sakit disertai gelisah, serta pegal linu (Hariana, 2009)
2.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara menarik satu atau lebih zat dari bahan asal
untuk simplisia yang mengandung zat-zat yang berkhasiat atau zat-zat lain untuk
kadang simplisia segar juga dipergunakan. Simplisia dihaluskan lebih dahulu agar
simplisia masih berada dalam kadar yang tinggi sehingga memudahkan untuk
a. Cara dingin
i. Maserasi
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari
akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan
zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat di desak
10
Universitas Sumatera Utara
ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi
antara larutan di luar sel dan di dalam sel. Keuntungan maserasi adalah cara
ii. Perkolasi
cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat yang digunakan
untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut
cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut
sari atau perkolat, sedang sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau
sisa perkolasi. Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara maserasi
karena:
b. Cara panas
i. Refluks
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
11
Universitas Sumatera Utara
ii. Soxhletasi
kertas saring sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif
iii. Digesti
yaitu pada suhu 40–50C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk
simplisia yang zat aktifnya tahan terhadap pemanasan (Depkes RI, 1986).
iv. Infundasi
menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Infus
adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu
v. Dekoktasi
Dekoktasi adalah infundasi pada waktu yang lebih lama (≥ 30 menit) dan
12
Universitas Sumatera Utara
Keluhan Diabetes Mellitus berupa poliuria, polidipsia, dan polifagia,
disertai peningkatan kadar glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126
mg/dL atau postprandial ≥ 200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL)
dipengaruhi secara genetik oleh gejala-gejala yang pada akhirnya menuju proses
2014). Tipe ini sering ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda, namun
demikian dapat juga ditemukan pada setiap umur. Penderita membutuhkan insulin
eksogen tidak hanya untuk menurunkan kadar glukosa plasma melainkan juga
Diabetes tipe 2 merupakan kondisi saat gula darah dalam tubuh tidak
insulin (Dewi, 2014). Tipe ini biasanya timbul pada umur lebih dari 40 tahun dan
bertubuh gemuk. Produksi insulin memadai untuk mencegah KAD, namun KAD
dapat timbul bila ada stress berat (Whelan dan Woodley, 1995).
c. Diabetes gestational
13
Universitas Sumatera Utara
untuk mempertahankan metabolisme karbohidrat normal. Jika seorang wanita
hamil tidak mampu menghasilkan lebih banyak insulin akan mengalami diabetes
(Dewi, 2014).
Diabetes tipe ini merupakan diabetes yang terjadi sekunder atau akibat dari
gejala yang harus diwaspadai sebagai isyarat kemungkinan diabetes. Untuk itu
a. Pasien-pasien simptomatik.
bersama-sama dengan polidipsia dan penurunan berat badan serta kadar glukosa
plasma yang lebih besar dari 200 mg/dL maka pasien itu sudah dapat dianggap
b. Pasien-pasien asimptomatik.
menetapkan kriteria diagnosa untuk DM yaitu Glukosa Plasma Puasa (GPP) dan
Glukosa Plasma (GP) 2 jam setelah diberikan larutan glukosa (Tes Toleransi
Glukosa Oral) (Whelan dan Woodley, 1995). Kriteria penegakan diagnosis pasien
14
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Kriteria penegakan diagnosis pasien diabetes
Glukosa Plasma Glukosa Plasma (GP) 2
Kriteria
Puasa (GPP) jam setelah makan
Normal <100 mg/dL <140 mg/dL
Pra-Diabetes 100-125 mg/dL 140-199 mg/dL
Diabetes ≥126 mg/dL ≥200 mg/dL
Sumber: Depkes RI. (2005)
makan pasien terhadap kadar glukosa darah. Hal ini memicu kondisi kadar
i. Reaksi hipoglikemia
glukosa. Pada kondisi ini semua penderita harus segera ditangani. Penderita
diberi makanan atau air gula. Jika keadaan ini tidak segera diobati, penderita akan
tidak sadarkan diri karena disebabkan oleh kekurangan glukosa di dalam darah.
disebabkan oleh obat antidiabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau
penderita terlambat makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan
(Tjokroprawiro, 2007).
15
Universitas Sumatera Utara
ii. Koma diabetik
kadar glukosa darah dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600
mg/dL. Gejala koma diabetik yang sering timbul pada pasien adalah: nafsu makan
menurun, minum banyak, berkemih banyak, rasa mual, muntah, nafas penderita
menjadi cepat dan dalam, serta berbau aseton, dan naiknya panas tubuh karena
adanya infeksi. Penderita koma diabetik harus segera dibawa kerumah sakit
(Tjokroprawiro, 2007).
menyerang seluruh alat tubuh, mulai dari rambut sampai ujung kaki termasuk
semua alat tubuh didalamnya. Sebaliknya, komplikasi tersebut tidak akan muncul
jika perawatan diabetes mellitus dilaksanakan dengan tertib dan teratur (Dewi,
2014).
a. Terapi Nonfarmakologis
i. Diet
Dietkarbohidrat dan rendah lemak jenuh (<7% dari total kalori), dengan fokus
pada makanan seimbang yang dianjurkan. Sangat penting untuk pasien memahami
16
Universitas Sumatera Utara
hubungan antara asupan karbohidrat dan kontrol glukosa. Selain itu, pasien
Seperti kebanyakan pasien DM tipe 2 dengan kelebihan berat badan atau obesitas,
gula darah pada sebagian besar individu, dan mengurangi faktor risiko
b. Terapi Farmakologis
a) Golongan Sulfonilurea
b) Meglitinid
17
Universitas Sumatera Utara
c) Biguanida
fenformin, buformin, dan metformin, tetapi fenformin telah ditarik dari peredaran
otot dan adiposa terhadap insulin. Meski masih kontroversial, adanya penurunan
produksi glukosa hepar, banyak data yang menunjukkan bahwa efeknya terjadi
d) Tiazolidinedion
otot, dan karenanya dapat mengurangi resistensi insulin. Pendapat lain, aktivasi
hormon adiposit dan adipokin, yang nampaknya adalah adiponektin. Senyawa ini
pada orang normal dan pasien DM. Karena kerjanya tidak mempengaruhi sekresi
18
Universitas Sumatera Utara
insulin, maka tidak akan menyebabkan efek samping hipoglikemia (Suherman dan
Nafrialdi, 2012).
Insulin masih merupakan obat utama untuk DM tipe 1 dan beberapa jenis
DM tipe 2 apabila terapi ADO tidak dapat mengendalikan KGD. Suntikan insulin
Sediaan insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerjanya (kerja cepat, sedang,
dan panjang), dan berdasarkan spesiesnya (human dan porcine). Human insulin
merupakan hasil teknologi rekombinan DNA, dalam larutan yang cair lebih larut
dari porcine insulin, karena adanya treonin (di tempat alanin) dan mempunyai
(kerja cepat, sedang, dan panjang) dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Dosis dan konsentrasi insulin dinyatakan dengan unit (U). Satu unit insulin
kira-kira sama dengan insulin yang dibutuhkan untuk menurunkan glukosa puasa
45 mg/dL (2,5 mM) pada kelinci. Produksi insulin pada orang normal, sehat yang
kurus, antara 18-40 U per hari atau 0,2-0,5 U/kg bb per hari. Pada berbagai
populasi pasien DM tipe 1, rata-rata dosis insulin yang dibutuhkan berkisar antara
19
Universitas Sumatera Utara
0,6-0,7 U/kg bb per hari, sedangkan pasien obesitas membutuhkan dosis lebih
tinggi (2U/kg bb per hari) karena adanya resistensi jaringan perifer terhadap
2.4 Insulin
Insulin bekerja untuk memindahkan glukosa dari darah ke dalam sel untuk
insulin adalah proses glukosa (masuk ke dalam sel) melewati membran sel.
Glukosa masuk ke dalam sel secara difusi dengan bantuan GLUT-2 glucose
dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme glukosa yang
berfungsi sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari luar kedalam sel
dan kadar glukosa intraseluler yang tinggi menyebabkan depolarisasi membran sel
20
Universitas Sumatera Utara
serta menginduksi penutupan KATP channel pada permukaan sel. Kemudian
GLUT-4 glucose transporter untuk dapat masuk ke dalam sel otot danjaringan
lemak, serta uptake glukosa dengan efisien, yang akhirnya menurunkan kadar
Gambar 2.1 Mekanisme sekresi insulin pada sel β pankreas akibat stimulasi
glukosa (Manaf, 2006)
2.5 Aloksan
Aloksan adalah senyawa hidrofilik yang tidak stabil. Waktu paruh pada
suhu 37C dan pH 7,4 (netral) adalah 1,5 menit dan bisa lebih lama pada suhu
yang lebih rendah. Aloksan merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai
21
Universitas Sumatera Utara
penginduksi hewan uji untuk menghasilkan kondisi diabetik (hiperglikemik)
(DM tipe 1) pada hewan uji. Aloksan bersifat toksik selektif terhadap sel beta
biasanya 65 mg/kg bb, sedangkan intraperitoneal dan subkutan adalah 2-3 dosis
reaktif diawali dengan proses reduksi aloksan dalam sel β Langerhans. Aloksan
SH, glutation tereduksi (GSH), sistein dan senyawa sulfhidril terikat protein
(misalnya SH-Containing enzyme). Hasil dari proses reduksi aloksan adalah asam
superoksida dapat membebaskan ion ferri (Fe3+) dari ferinitin, dan tereduksi
menjadi ion ferro (Fe2+). Selain itu, ion ferri juga dapat direduksi oleh radikal
(SOD). Salah satu target dari oksigen reaktif adalah DNA pulau langerhans
pankreas, adanya ion ferro dan hidrogen peroksida membentuk radikal hidroksil
yang sangat reaktif melalui reaksi fenton (Szkudelski, 2001). Berikut merupakan
22
Universitas Sumatera Utara
alur mekanisme kerja aloksan dalam membentuk radikal hidroksil (Ighodaro,
dkk., 2018).
karena memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan. Selama
terhadap serangan bakteri dan parasit, namun tidak menyerang sasaran spesifik,
sehingga akan menyerang asam lemak tidak jenuh ganda dari membran sel,
struktur sel, dan DNA. Radikal bebas dan senyawa oksigen reaktif yang
diproduksi dalam jumlah yang normal, penting untuk fungsi biologi. Munculnya
23
Universitas Sumatera Utara
Diabetes mellitus merupakan penyakit dengan komponen stres oksidatif.
membentuk radikal bebas dan cenderung reaktif bereaksi dengan senyawa lain.
Peningkatan radikal bebas secara umum menyebabkan gangguan fungsi sel dan
kegagalan aksi insulin dalam upaya menurunkan gula darah, mengakibatkan sel β
produksi ROS dalam tubuh. Hal ini akan memperburuk aktivitas dan sekresi
beban glukosa yang terus menerus terjadi, sehingga sel β pankreas tidak mampu
lagi mensekresikan insulin untuk menurunkan kadar gula darah. Akhirnya sekresi
insulin oleh sel β pankreas akan menurun (defisiensi) dan terjadi hiperglikemia
metabolisme lemak dan protein serta proses kerusakan berbagai jaringan tubuh
(Manaf, 2006).
proses oksidasi. Antioksidan memiliki fungsi dalam memperbaiki sel tubuh yang
24
Universitas Sumatera Utara
yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari
dengan radikal bebas sehingga dapat mengurangi bahaya radikal bebas yang
antioksidan, maka radikal bebas tersebut tidak bisa lagi berikatan dengan dengan
sel lainnya, sehingga resiko radikal bebas merusak sel lainnya pun hilang atau
dengan komponen stres oksidatif yang memberi kontribusi nyata pada kerusakan
fungsi sel β pankreas dan resistensi insulin. Perubahan status oksidatif pada DM
masukan kedalam deposit lemak. Proses ini akan melibatkan pankreas untuk
memproduksi insulin.
25
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
penyiapan hewan percobaan, dan pengujian efek ekstrak etanol daun pandan
wangi terhadap penurunan kadar glukosa darah (KGD) pada mencit jantan
3.1.1 Alat
sonde, spuit, mortir, stamfer, gunting, spatula, alat-alat gelas dan alat laboratorium
lainnya.
3.1.2 Bahan
Bahan tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun pandan
etanol 96%, aloksan monohidrat (Sigma Aldrich), larutan fisiologis NaCl 0,9%,
26
Universitas Sumatera Utara
3.2 Prosedur Pembuatan Simplisia
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel didapat
yang tidak diperlukan, dicuci hingga bersih lalu ditiriskan. Selanjutnya sampel
diiris kecil-kecil dan dikeringkan dalam lemari pengering sampai daun kering.
Simplisia yang telah kering diblender dan diayak lalu serbuk ditimbang kemudian
dimasukkan kedalam wadah plastik tertutup rapat dan disimpan pada suhu kamar.
organoleptik dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau, dan rasa dari
dengan pelarut etanol 96%. Sebanyak 500 gram serbuk simplisia daun pandan
wangi dimasukkan ke dalam wadah kaca, ditambahkan etanol 96% sebanyak 3,75
L, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk,
27
Universitas Sumatera Utara
serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 4 L.
dan dilanjutkan proses penguapan di atas penangas air sampai diperoleh ekstrak
terlebih dahulu mencit diaklimatisasi selama 2 minggu dalam kandang yang baik
(n-1) (t-1) 15
(n-1) (t-1) 15
(n-1) (5-1) 15
(n-1) (4) 15
4n 4 15
4n 19
19
n = 4,75 ~ 5
4
28
Universitas Sumatera Utara
Besar sampel ideal menurut perhitungan rumus Federer di atas adalah 5
ekor mencit atau lebih. Dengan demikian jumlah mencit jantan semua kelompok
Sebanyak 0,5 g Na-CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling
panas. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh massa yang
Dosis glibenklamid untuk manusia adalah 5 mg, maka dosis untuk mencit
= 1000 g/20 g x 0,013 mg = 0,65 mg/kg bb. Gerus tablet glibenklamid, lalu
ditambahkan suspensi Na-CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil digerus sampai
Dosis metformin untuk manusia adalah 500 mg, maka dosis untuk mencit
(BB = 20 g) dikonversikan = 500 mg x 0,0026 = 1,3 mg. Dosis per kg berat badan
= 1000 g/20 g x 1,3 mg = 65 mg/kg bb. Gerus tablet metformin, lalu timbang
29
Universitas Sumatera Utara
3.6.4 Pembuatan larutan glukosa 50%
fisiologis NaCl 0,9% b/v dalam labu tentukur 10 ml. Larutan selalu dibuat baru
Suspensi ekstrak etanol daun pandan wangi dibuat 3 variasi dosis yakni
dosis 150 mg/kg bb; 300 mg/kg bb; dan 600 mg/kg bb. Sejumlah 150, 300, dan
600 mg ekstrak etanol daun pandan wangi ditimbang dan dimasukkan ke dalam
lumpang dan ditambahkan suspensi Na-CMC 0,5% sedikit demi sedikit sambil
55).
Kadar glukosa darah diukur dengan alat glucometer menggunakan tes strip
yang bekerja secara enzimatis. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar
otomatis akan hidup ketika tes strip dimasukkan dan akan mati setelah beberapa
kemudian dicocokkan kode nomor yang muncul pada layar dengan yang ada pada
vial tes strip “EasyTouch®GCU”. Tes strip yang dimasukkan pada glucometer
30
Universitas Sumatera Utara
pada bagian layar akan tertera angka sesuai dengan kode vial tes strip, kemudian
pada layar monitor glucometer muncul tanda siap untuk diteteskan darah. Caranya
dengan menyentuh 1 tetes darah yang keluar ke tes strip dan ditarik sendirinya
melalui aksi kapiler. Ketika wadah terisi penuh oleh darah, alat mulai mengukur
diukur adalah KGD puasa yaitu mencit dipuasakan (tidak diberi makan tetapi
diberi minum) selama 18 jam sebelum percobaan (Frode dan Medeiros, 2008).
Masing-masing hewan ditimbang berat badan dan diberi tanda pada ekor.
Kemudian diukur kadar glukosa darah mencit dengan cara mengambil darah
mencit melalui pembuluh darah vena ekor. Darah disentuhkan pada tes stripyang
telah terpasang pada alat glucometer. Angka yang tampil pada layar dicatat
glukosa 50% dengan dosis 3g/kg bb. Mencit yang telah dipuasakan ditimbang
31
Universitas Sumatera Utara
Tiga puluh menit kemudian diberi larutan glukosa 50% dosis 3g/kg bb
sebagai loading dose, lalu pada menit ke-30, 60, 90, dan 120 diukur KGD masing-
mg/kg BB secara intraperitoneal. Mencit diukur kadar glukosa darahnya pada hari
ke-3 hingga hari ke-7 menunjukkan kenaikan kadar glukosa darah. Mencit
dianggap menderita diabetes apabila KGD puasa 200 mg/dL dan telah dapat
secara acak menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 ekor mencit yaitu:
pengukuran kadar glukosa darah diukur pada hari ke-0, 3, 6, 9, 12, dan 15
32
Universitas Sumatera Utara
3.8 Analisis Data
perbedaan, dilanjutkan dengan menggunakan uji Post Hoc Tukey HSD untuk
33
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
berikut: daun berwarna hijau berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata
bertulang sejajar,dan memiliki bau yang khas, diameter 3-5 cm, panjang 40-80
cm, rasa pahit (Lampiran 3, halaman 45). Hasil pemeriksaan mikroskopik serbuk
fragmen kalsium oksalat berbentuk kubus, dan fragmen kalsium oksalat rafida
Hasil karakteristik simplisia daun pandan wangi yang telah dilakukan oleh
Sagala (2017), yaitu penetapan kadar air yaitu sebesar 7,3%; kadar sari yang larut
dalam air yaitu sebesar 5,13%; kadar sari yang larut dalam etanol yaitu sebesar
4,5%; kadar abu total yaitu sebesar 7,14%; kadar abu tidak larut asam yaitu
sebesar 0,71%. Standarisasi simplisia untuk daun pandan wangi tertera pada
monografi buku Materia Medika Indonesia, sehingga hasil yang didapat dalam
penelitian ini sudah memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi buku
Materia Medika Indonesia. Hasil karakterisasi simplisia daun pandan wangi dapat
34
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Hasil karakteristik simplisia daun pandan wangi
No. Karakteristik Hasil
1. Penetapan kadar air 7,3%
2. Penetapan kadar sari larut air 5,13%
3. Penetapana kadar sari larut etanol 4,5%
4. Penetapan kadar abu total 7,14%
5. Penetapan kadar abu total tidak larut dalam asam 0,71%
Sumber: Sagala (2017)
Suatu ekstrak dari bahan alam terdiri atas berbagai macam metabolit sekunder
simplisia dan ekstrak etanol daun pandan wangi (EEDPW) menunjukkan adanya
Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia dan EEDPW yang telah dilakukan oleh
35
Universitas Sumatera Utara
4.4 Pengujian Aktivitas Antidiabetes EEDPW
4.4.1 Aktivitas antidiabetes EEDPW pada mencit jantan dengan metode tes
toleransi glukosa oral (TTGO)
Pada penelitian ini mencit dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-
masing kelompok terdiri dari 4 ekor, yaitu kelompok 1 (kontrol) Na-CMC 0,5%
dosis 1% bb; kelompok 2, 3, 4, 5 (kelompok uji) EEDPW dosis 150 mg/kg bb;
300 mg/kg bb; 450 mg/kg bb; 600 mg/kg bb; dan kelompok 6 (pembanding)
glibenklamid 0,65 mg/kg bb. Glibenklamid dan EEDPW tidak larut dalam air
berat badan mencit masing-masing dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-
kelompok, diberikan glukosa 50% dosis 3 g/kg bb 30 menit kemudian dan diukur
KGD mencit pada menit ke-30, 60, 90, dan 120 menggunakan glucometer. Hasil
pengukuran dan grafik rerata KGD mencit pada uji toleransi glukosa oral dapat
Tabel 4.3 Hasil KGD rerata mencit uji toleransi glukosa oral (n=4)
KGD puasa KGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Kelompok (mg/dl) ± Menit ke-
SEM 30 60 90 120
Na-CMC 191,75 ± 176,25 ± 159,5 ±
91 ± 3,16 143 ± 5,76
0,5% 14,83 10,04 6,84
EEDPW 150 162,25 ± 125 ± 101,5 ±
86 ± 1,78 203 ± 17,95
mg/kg bb 15,74 13,93 5,89
EEDPW 300 82,75 ± 171,75 142 ± 99,75 ±
124 ± 14,2
mg/kg bb 1,18 ±19,78 16,87 5,75
EEDPW 450 182,75 ± 154,25 ± 136,5
84 ± 2,08 199 ± 11,62
mg/kg bb 12,87 13,89 ±9,95
EEDPW 600 168,25 ± 137 ± 122,75 ± 87,75 ±
81 ± 2,27
mg/kg bb 15,57 14,73 8,85 9,44
Glibenklamid 146,25 ± 105 ±
81 ± 3,98 92 ± 16,24 78 ± 7,93
0,65 mg/kg bb 25,99 25,48
36
Universitas Sumatera Utara
250
150
100
50
0
KGD puasa menit ke-30 menit ke-60 menit ke-90 menit ke-120
Keterangan: Waktu pengamatan
Gambar 4.1 Grafik KGD rerata mencit pada uji toleransi glukosa oral
(Mean±SEM; n=4); EEDPW (ekstrak etanol daun pandan wangi)
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa terjadi peningkatan KGD
pada menit ke-30 setelah diberi loading dose glukosa, selanjutnya terjadi
penurunan KGD pada menit ke-60 hingga ke 120 pada semua kelompok
perlakuan.
statistik menggunakan program SPSS 17. Tahap pertama yang dilakukan adalah
dilakukan uji parametrik yaitu uji one way ANOVA dengan tingkat kepercayaan
95% lalu dilanjutkan uji Post Hoc Tukey HSD untuk melihat perbedaan yang
signifikan antar kelompok perlakuan. Hasil perhitungan delta KGD rerata mencit
pada uji toleransi glukosa oral dapat dilihat pada Tabel 4.4.
37
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.4 Hasil Δ KGD rerata mencit uji toleransi glukosa oral (n=4)
Δ KGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Kelompok Menit ke-
30-puasa 60-puasa 90-puasa 120-puasa
a,b
100,75 ± 85,25 ±
Na-MC 0,5% 68,5a ± 8,588 52a ± 6,338
17,104 12,331
EEDPW 150 76,25a,b ±
117 ± 16,222 39a,b ± 13,385 15,5b ± 6,886
mg/kg bb 14,238
EEDPW 300 59,25a,b ± 41,25a,b ±
89 ± 19,140 17b ± 5,672
mg/kg bb 15,813 13,756
EEDPW 450 98,75a ± 70,25a ±
115 ± 11,576 52,5a ± 9,682
mg/kg bb 11,954 13,256
EEDPW 600 87,25 ± 41,75a,b ±
56a,b ± 12,523 6,75b ±7,718
mg/kg bb 13,925 7,215
Glibenklamid 65,25 ±
24b ± 22,635 11b ± 13,248 -3b ± 5,583
0,65 mg/kg bb 22,951
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.4 terlihat bahwa nilai Δ KGD rerata dari menit ke-30
hingga menit ke-120 mengalami penurunan. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
penurunan KGD rerata dari setiap kelompok perlakuan pada mencit yang diberi
loading dose glukosa. Dari hasil analisis statistik Post Hoc Tukey HSD pada menit
ke-120, diperoleh hasil bahwa kelompok EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb
150, 300, dan 600 mg/kg bb tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan
glibenklamid 0,65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa EEDPW 150,
300, dan 600 mg/kg bb menyerupai efek antidiabetes glibenklamid dan dapat
menurunkan KGD mencit yang diberi loading dose glukosa lebih baik dari pada
38
Universitas Sumatera Utara
EEDPW 450 mg/kg bb. Hal tersebut menyatakan bahwa peningkatan dosis
EEDPW tidak diikuti dengan peningatan aktivitas antidiabetes. Diduga kondisi ini
disebabkan oleh faktor patofisiologi hewan uji dan kemampuan hewan uji dalam
Berdasarkan hasil uji pendahuluan metode uji toleransi glukosa oral yang
telah dilakukan dengan pemberian EEDPW per oral dosis 150 mg/kg bb, 300
mg/kg bb, 450 mg/kg bb, dan 600 mg/kg bb, penurunan KGD sudah terlihat pada
semua dosis. Pada dosis 450 mg/kg bb tidak terlalu menunjukkan penurunan
dilakukan maka untuk penelitian selanjutnya digunakan dosis 150 mg/kg bb, 300
masing kelompok terdiri dari 5 ekor, yaitu kelompok 1 (kontrol) Na-CMC 0,5%;
kelompok 2, 3, 4 (kelompok uji) EEDPW dosis 150 mg/kg bb; 300 mg/kg bb; 600
Sebelum diinduksi dengan aloksan dosis 150 mg/kg bb, mencit yang
minggu, kemudian dipuasakan ±16-18 jam, lalu ditimbang berat badan masing-
masing mencit dan diberi tanda pada ekor. Kemudian masing-masing mencit
pengukuran rerata KGD puasa mencit sebelum diinduksi aloksan untuk setiap
39
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.5 Hasil KGD rerata puasa mencit sebelum diinduksi aloksan (n=5)
KGD rerata mencit sebelum diinduksi
Kelompok
aloksan (mg/dL) ± SEM
CMC Na 0,5% 87,4 ± 6,653
EEDPW 150 mg/kg bb 88,6 ± 5,546
EEDPW 300 mg/kg bb 88,4 ± 6,772
EEDPW 600 mg/kg bb 88,2 ± 3,917
Metformin 65 mg/kg bb 95,2 ± 5,171
semua mencit menghasilkan KGD 70110 mg/dL. Setelah dilakukan uji ANOVA
pada KGD puasa antar masing-masing kelompok diperoleh hasil bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok kontrol, kelompok uji, dan
hewan coba yang digunakan dalam kondisi fisiologis yang homogen, yakni dalam
kadar glukosa darah normal sehingga dapat digunakan sebagai hewan uji.
aloksan 150 mg/kg bb secara intraperitoneal. Diamati tingkah laku mencit dan
bobot badan serta diukur KGD nya pada hari ke-3 hingga hari berikutnya sampai
200 mg/dL (Shetti dkk, 2012) dan telah dapat digunakan untuk pengujian. Hasil
pengukuran KGD rerata mencit setelah diinduksi aloksan untuk setiap kelompok
Tabel 4.6 Hasil KGD rerata mencit setelah diinduksi aloksan (n=5)
KGD rerata mencit setelah diinduksi
Kelompok
aloksan (mg/dL) ± SEM
CMC Na 0,5% 491,2 ± 24,516
EEDPW 150 mg/kg bb 549,4 ± 31,215
EEDPW 300 mg/kg bb 517,0 ± 45,708
EEDPW 600 mg/kg bb 504,0 ± 47,522
Metformin 65 mg/kg bb 507,2 ± 52,982
Berdasarkan Tabel 4.6 terlihat bahwa pemberian aloksan dosis 150 mg/kg
bb untuk semua mencit menghasilkan KGD ≥ 200 mg/dL. Hal ini menunjukkan
40
Universitas Sumatera Utara
bahwa mencit yang digunakan untuk percobaan dalam keadaan hiperglikemia.
hasil bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara kelompok kontrol,
kelompok uji, dan kelompok pembanding (p=0,890) pada α=0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa hewan coba yang digunakan dalam kondisi fisiologis yang
homogen, yakni mencit sudah dalam kondisi diabetes sehingga dapat digunakan
sebagai hewan uji. Pemberian perlakuan dimulai setelah mencit positif diabetes
(hari ke-1), setiap hari diberi sediaan uji selama 2 minggu, dan dilakukan
pengukuran KGD pada hari ke-3, 6, 9, 12, dan 15. Grafik KGD reratamencit
700
600
500
KGD (mg/dL)
400
300
200
100
0
Sebelum Setelah Hari ke-3 Hari ke-6 Hari ke-9 Hari ke-12 Hari ke-15
diinduksi diinduksi
aloksan aloksan
Waktu pengamatan
Keterangan :
Na-CMC 0,5% EEDPW 150 mg/kg bb
EEDPW 300 mg/kg bb EEDPW 600 mg/kg bb
Metformin 65 mg/kg bb
Gambar 4.2 Grafik KGD rerata mencit setelah perlakuan (Mean±SEM; n=5);
EEDPW (ekstrak etanol daun pandan wangi)
Berdasarkan Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa terjadi penurunan
KGD setelah pemberian EEDPW dengan dosis 150mg/kg bb, 300mg/kg bb,
600mg/kg bb dan metformin 65 mg/kg bb dimana efek mulai terlihat pada hari ke
3, 6, 9, 12 dan 15.
41
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya data KGD (mg/dL) masing-masing mencit pada semua
kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA lalu dilanjutkan uji
perlakuan.Hasil %PKGD rerata mencit setelah perlakuan mulai terlihat pada hari
ke-3. Hasil pengukuran penurunan KGD hari ke-3 dapat dilihat pada Tabel 4.7.
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb menurunkan KGD
kontrol tidak mengalami penurunan dan masih dalam kategori diabetes (KGD ≥
200 mg/dL). Hal ini dikarenakan oleh sistem pencernaan mencit yang tidak
Setelah dilakukan uji statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin
CMC 0,5% pada hari ke-3. Kelompok EEDPW 150 dan 300 mg/kg bb memiliki
42
Universitas Sumatera Utara
perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol Na-CMC 0,5% dan
bahwa kelompok EEDPW 600 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit lebih
baik dibandingkan EEDPW 150 dan 300 mg/kg bb. Kelompok EEDPW 600
Pada hari ke-6 terjadi penurunan KGD dari kelompok EEDPW 150, 300,
600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb jika dibandingkan dengan hari ke-3,
kecuali kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Hasil pengukuran penurunan KGD hari
EEDPW 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg
statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok Na-CMC 0,5%
memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, 600
mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
43
Universitas Sumatera Utara
kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb
mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 300 dan 600
mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit lebih baik dibandingkan EEDPW 150
mg/kg bb. Kelompok EEDPW 300 mg/kg bb dan 600 mg/kg bb memiliki
300 mg/kg bb dan 600 mg/kg bb telah menyerupai efek antidiabetes dari
Pada hari ke-9 terjadi penurunan KGD dari kelompok EEDPW 150, 300,
600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb jika dibandingkan dengan hari ke-6,
kecuali kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Hasil pengukuran penurunan KGD hari
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb mengalami
peningkatan dibandingkan pada hari ke-6. Setelah dilakukan uji statistik Post Hoc
44
Universitas Sumatera Utara
Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan
yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan
150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg memiliki efek antidiabetes jika
dan 300 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol
KGD mencit lebih baik dibandingkan EEDPW 150 dan 300 mg/kg bb. Kelompok
EEDPW 600 mg/kg bb memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok Na-
CMC 0,5% (p<0,05) namun tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan
600 mg/kg bb telah menyerupai efek antidiabetes dari metformin 65 mg/kg bb.
Pada hari ke-12 terjadi penurunan KGD dari kelompok EEDPW 150
mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb jika
dibandingkan dengan hari ke-9, kecuali kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Hasil
pengukuran penurunan KGD hari ke-12 dapat dilihat pada Tabel 4.10.
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb mengalami
45
Universitas Sumatera Utara
peningkatan dibandingkan pada hari ke-9. Setelah dilakukan uji statistik Post Hoc
Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan
yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan
150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb memiliki efek antidiabetes
300, dan 600 mg/kg bb tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan
bahwa seluruh kelompok EEDPW 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, dan 600 mg/kg
Pada hari ke-15 terjadi penurunan KGD dari kelompok EEDPW 150
mg/kg bb, 300 mg/kg bb, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb jika
dibandingkan dengan hari ke-12, kecuali kelompok kontrol Na-CMC 0,5%. Hasil
pengukuran penurunan KGD hari ke-15 dapat dilihat pada Tabel 4.11.
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb mengalami
peningkatan dibandingkan pada hari ke-12. Setelah dilakukan uji statistik Post
Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok Na-CMC 0,5% memiliki
perbedaan yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb,
46
Universitas Sumatera Utara
dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb memiliki efek
EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb tidak memiliki perbedaan yang signifikan
seluruh kelompok EEDPW 150 mg/kg bb, 300 mg/kg bb, dan 600 mg/kg bb telah
dan 600 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit yang diinduksi aloksan. Jika
memiliki nilai %PKGD yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok uji
EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb, dimana semakin tinggi nilai %PKGD maka
semakin baik efek antidiabetes nya. Hasil %PKGD berturut-turut dari yang
80,526%, EEDPW 300 mg/kg bb sebesar 80,486%, dan EEDPW 150 mg/kg bb
rerata mencit setelah diinduksi aloksan. Hasil ΔKGD rerata mencit setelah
diinduksi aloksan sebelum diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Hasil ΔKGD rerata mencit setelah sebelum diinduksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 403,8 ± 20,721
EEDPW 150 mg/kg bb 460,8 ± 34,111
EEDPW 300 mg/kg bb 428,6 ± 45,496
EEDPW 600 mg/kg bb 415,8 ± 49,729
Metformin 65 mg/kg bb 412,0 ± 48,552
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas terlihat bahwa ΔKGD rerata mencit setelah
47
Universitas Sumatera Utara
sebelum diinduksi aloksan adalah KGD ≥ 200 mg/dL. Setelah dilakukan uji
statistik ANOVA diperoleh nilai signifikansi yaitu p=0,879 pada α=0,05 yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok Na-
CMC 0,5%, EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb. Hal
ini menunjukkan bahwa mencit yang digunakan dalam kondisi fisiologis yang
Pada hari ke-3 terjadi penurunan nilai ΔKGD rerata mencit jika
dibandingkan dengan hari setelah diinduksi aloksan. Hasil ΔKGD rerata mencit
hari ke-3 sebelum diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.13.
Tabel 4.13 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-3 sebelum diinduksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 419,6 ± 19,914
EEDPW 150 mg/kg bb 404,0 ± 26,881
EEDPW 300 mg/kg bb 368,8 ±44,812
EEDPW 600 mg/kg bb 328,2 ± 48,771
Metformin 65 mg/kg bb 284,0 ± 20,268
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan Tabel 4.13 di atas terlihat bahwa ΔKGD rerata mencit hari
ke-3sebelum diinduksi aloksan adalah KGD ≥ 200 mg/dL. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi penurunan KGD rerata pada hari ke-3, namun setelah dilakukan uji
statistik ANOVA diperoleh nilai signifikansi yaitu p=0,066 pada α=0,05 yang
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok Na-
CMC 0,5%, EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb. Hal
ini menunjukkan bahwa pada hari ke-3, KGD rerata mencit masih dalam keadaan
hiperglikemia pada semua kelompok perlakuan. Pada hari ke-6 terjadi penurunan
nilai ΔKGD rerata mencit jika dibandingkan dengan hari ke-3. Hasil ΔKGD rerata
mencit hari ke-6 sebelum diinduksi aloksan dapat dilihat pada Tabel 4.14.
48
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-6 sebelum diinduksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 435,0a ± 19,053
EEDPW 150 mg/kg bb 298,2b ± 14,746
EEDPW 300 mg/kg bb 272,4b ± 31,475
EEDPW 600 mg/kg bb 241,0b ± 42,445
Metformin 65 mg/kg bb 208,8b ± 28,017
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan uji statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin
EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
kelompok EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb mempunyai efek antidiabetes
Pada hari ke-9 terjadi penurunan nilai ΔKGD rerata mencit jika
dibandingkan dengan hari ke-6. Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-9 sebelum
Tabel 4.15 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-9 sebelum diinduksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 463,8a ± 15,360
EEDPW 150 mg/kg bb 198,4b ± 12,356
EEDPW 300 mg/kg bb 183,0b ± 27,350
EEDPW 600 mg/kg bb 171,2b ± 36,597
Metformin 65 mg/kg bb 104,4b ± 16,798
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan uji Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa kelompok
49
Universitas Sumatera Utara
Na-CMC 0,5% memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok EEDPW
150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin
signifikan dengan kelompok EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb (p>0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb
Pada hari ke-12 terjadi penurunan nilai ΔKGD rerata mencit jika
dibandingkan dengan hari ke-9. Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-12 sebelum
Tabel 4.16 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-12 sebelum induksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 484,2a ±12,536
EEDPW 150 mg/kg bb 88,2b ± 25,955
EEDPW 300 mg/kg bb 69,2b ± 14,742
EEDPW 600 mg/kg bb 66,6b ± 17,113
Metformin 65 mg/kg bb 39,0b ± 8,295
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan uji statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin
mg/kg tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kelompok EEDPW 150,
300, dan 600 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok EEDPW
50
Universitas Sumatera Utara
150, 300, dan 600 mg/kg bb mempunyai efek antidiabetes yang menyerupai efek
Pada hari ke-15 terjadi penurunan nilai ΔKGD rerata mencit jika
dibandingkan dengan hari ke-12. Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-15 sebelum
Tabel 4.17 Hasil ΔKGD rerata mencit hari ke-15 sebelum induksi aloksan (n=5)
Kelompok ΔKGD rerata mencit (mg/dL) ± SEM
Na-CMC 0,5% 492,6a ±11,129
EEDPW 150 mg/kg bb 21,0b ± 7,007
EEDPW 300 mg/kg bb 10,0b,c ±8,056
EEDPW 600 mg/kg bb 5,2b,c ±2,396
Metformin 65 mg/kg bb -17,2c ± 8,470
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf berbeda pada kolom ΔKGD
menujukkan terdapat perbedaan yang nyata (p<0,05).
Berdasarkan uji statistik Post Hoc Tukey HSD diperoleh hasil bahwa
EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin 65 mg/kg bb (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok EEDPW 150, 300, 600 mg/kg bb, dan metformin
(p<0,05) dan EEDPW 150 mg/kg bb namun tidak memiliki perbedaan yang
signifikan dengan kelompok EEDPW 300 dan 600 mg/kg bb (p>0,05). Hal ini
menurunkan KGD mencit lebih baik dibandingkan EEDPW 150 mg/kg bb.
dan 600 mg/kg bb mampu menurunkan KGD mencit yang diinduksi aloksan. Jika
memiliki nilai ΔKGD yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok uji
51
Universitas Sumatera Utara
EEDPW 150, 300, dan 600 mg/kg bb, dimana semakin rendah nilai ΔKGD maka
semakin baik efek antidiabetes nya. Hasil ΔKGD berturut-turut dari yang terendah
sebesar -17,2 mg/dL, diikuti kelompok EEDPW 600 mg/kg bb sebesar 5,2 mg/dL,
EEDPW 300 mg/kg bb sebesar 10 mg/dL, dan EEDPW 150 mg/kg bb sebesar 21
akhirnya menurun karena sudah tercapainya dosis optimum yang sudah tidak
dapat meningkatkan respon lagi (Zastrow dan Bourne, 2001). Hal ini ini sering
terjadi karena komponen senyawa bioaktif yang terdapat pada EEDPW tidaklah
tunggal melainkan terdiri dari berbagai senyawa bioaktif yang saling bekerja
(Marianne, dkk., 2011) dengan cara membersihkan radikal bebas yang berlebihan,
memutuskan rantai reaksi radikal bebas, mengikat ion logam (chelating), dan
memblokade jalur poliol dengan menghambat enzim aldose reduktase. Selain itu,
52
Universitas Sumatera Utara
cara meningkatkan fungsi dari sel β pankreas dan membantu merangsang sekresi
insulin.
penting pada tanaman sebagai flavonoid glikosida, yaitu flavonoid yang terikat ke
satu atau lebih molekul gula. Flavonoid glikosida ini dapat mencapai usus kecil
polifenol sangat kuat dan ditandai dengan aktivitas yang relatif tinggi sebagai
donor hidrogen atau elektron dan kemampuan dari turunan radikal polifenol untuk
(Lukacinova, dkk., 2008). Pada pasien yang menderita DM tipe 2 yang dapat
disini berfungsi untuk melindungi sel dari paparan radikal bebas sehingga
sebagai astringen atau pengkhelat yang dapat mengerutkan membran epitel usus
53
Universitas Sumatera Utara
sehingga laju peningkatan gula darah tidak terlalu tinggi (Prameswari dan Simon,
dismutase (SOD) dan catalase (CAT) yang melindungi jaringan dari radikal bebas
dkk., 2009).
54
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa:
%PKGD EEDPW dosis 150; 300; dan 600 mg/kg bb berturut-turut adalah
perbedaan yang signifikan terhadap Na-CMC 0,5% (p<0,05). Jika dilihat dari
nilai ΔKGD EEDPW dosis 150; 300; dan 600 mg/kg bb berturut-turut adalah
21 mg/dL; 10 mg/dL; dan 5,2 mg/dL pada hari ke-15 dan menunjukkan
b. EEDPW dosis150; 300; dan 600 mg/kg bb tidak menunjukkan perbedaan yang
diinduksi aloksan.
5.2 Saran
untuk melakukan isolasi kandungan senyawa zat aktif dari ekstrak etanol daun
antidiabetes.
55
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., dan Sukandar, Y. E.
(2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: Penerbit ISFI. Halaman 26-27.
Anief, M. (1999). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Cetakan VII.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 168-169.
Dalimartha, S., dan Adrian. (2012). Makanan Herbal Untuk Penderita Diabetes
Mellitus. Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 5-14, 80-91.
Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 33, 744.
Depkes RI. (1986). Sediaan Galenik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan. Halaman 8-27.
Depkes RI. (2005). Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Melitus.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Halaman 1, 21-22.
Dewi, R. K. (2014). Diabetes Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: Penerbit Fmedia.
Halaman 13-16.
Firdous, M., Koneri, R., Sarvaraidu, C. H., Harish, M., dan Shubhapriya, K. H.
(2009). NIDDM Antidiabetic Activity of Saponin of Momordica
Cymbalaria in Streptozotocin-Nicotinamide NIDDM Mice. Journal of
Clinical and Diagnostic Research. Halaman 1460-1465.
Frode, T. S., dan Medeiros, Y. S. (2008). Animal Models to Test Drugs With
Potential Antidiabetic Activity. Journal of Ethnopharmacology. 115(2):
Halaman 173-183.
Ghasemzadeh, A., dan Jaafar, Z. E. H. (2013). Profiling of Phenolic Compouds
and Their Antioxidant and Anticancer Activities in Pandan (Pandanus
amaryllifolius Roxb.) Extracts From Different Locations Of Malaysia.
BMC Complementary & Alternative Medicine. Halaman 341.
Hariana, H. A. (2009). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta: Penebar
Swadaya. Halaman 164.
Harianja, E. (2011). Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Tumbuhan Alpukat (Persea
americana Mill) Segar Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada
Mencit Jantan. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera
Utara.
Hidayat, S., Wahyuni, S., dan Andalusia, S. (2008). Seri Tumbuhan Obat
Berpotensi Hias (1). Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Halaman 71.
Ighodaro, O. M., Abiola, M. A., dan Oluseyi, A. A. (2018). Alloxan-induced
diabetes, a common model for evaluating the glycemic-control potential of
therapeutic compounds and plants extracts in experimental studies.
Journal Medicina. Halaman 4.
56
Universitas Sumatera Utara
Indrawati, S., Yuliet., dan Ihwan. (2015). Efek Antidiabetes Ekstrak Air Kulit
Buah Pisang Ambon (Musa paradisiaca L.) terhadap Mencit (Mus
musculus) Model Hiperglikemia. Galenika Journal of Pharmacy. 2(1):
Halaman 69-76.
Kaleem, M., Kirmani, D., dan Asif, M. (2006). Biochemical Effects of Nigella
sativa L Seeds in Diabetic Rats. Indian Journal of Experimental Biology.
10(2): Halaman 11-12.
Kurniawati, N. (2010). Sehat dan Cantik Alami Berkat Khasiat Bumbu Dapur.
Bandung: Penerbit Qanita. Halaman 17.
Lee, B. L., Su, J., dan Ong, C. N. (2004). Monomeric C18 Chromatographic
Method for The Liquid Chromatographic Determination of Lipophilic
Antioxidants Plants. Journal of Chromatography. Halaman 263-267.
Lopez, D. C., dan Notato, M. G. (2005). Alkaloids From Pandanus amaryllifolius
Collected From Marikina, Philippines. Philippine Journal Of Science. 134
(1): Halaman 39-44.
Luellmann, H. (2005). Color Atlas of Pharmacology. New York: Thieme.
Halaman 1037, 1041.
Lukacinova, L., dkk. (2008). Preventive Effects of Flavonoids on Alloxan-
Induced Diabetes Mellitus in Rats. ACTA VET. BRNO. 77. Halaman 175-
182.
Malole, M. B. M., dan Pramono, C. S. (1989). Penggunaan Hewan-hewan
Percobaan Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Halaman 60-61.
Manaf, A. (2006). Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Halaman 1868.
Marianne, Yuandani, dan Rosnani. (2011). Antidiabetic Activity from Ethanol
Extract of Kluwih’s Leaf (Artocarpus camansi). Jurnal Natural. 11(2):
Halaman 64-68.
Marina, R., dan Astuti, E. P. (2012). Potensi Daun Pandan (Pandanus
amaryllifolius) Sebagai Repelen Nyamuk Aedes albopictus. Aspirator.
Ciamis: Loka Litbang P2B2. 4(2): Halaman 85-91.
Nor, M. F., Mohamed, S., Idris, N. A., dan Ismail, R. (2008). Antioxidative
Properties of Pandanus amaryllifolius Leaf Extracts in Accelerated
Oxidation and Deep Frying Studies. Food Chemistry. Halaman 319.
Nugroho, A. E. (2006). Hewan Percobaan Diabetes Mellitus: Patologi Dan
Mekanisme Aksi Diabetogenik. Jurnal Biodiversitas UGM. 7(4): Halaman
378-382.
Pour, P. S. (editor). (2006). Toxicology of the Pancreas. Boca Raton: Taylor and
57
Universitas Sumatera Utara
Francis Group. Halaman 552.
Prameswari, O. M., dan Simon, B. W. (2014). Uji Efek Ekstrak Air Daun
PandanWangi Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan Hispatologi
Tikus Diabetes Mellitus. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(2): Halaman
16-27.
Ravichandiran, V., Sankaradoss, N., dan Nazeer, A. (2012). Protective Effect of
Tannins from Ficus racemosa in Hypercholesterolemia and Diabetes
Induced Vascular Tissue Damage in Rats. Asian Pacific Journal of
Tropical Medicine. 5(5): Halaman 367-373.
Sagala, F. R. (2017). Aktivitas Hepatoprotektor Ekstrak Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius Roxb.) Pada Mencit Jantan Yang Diinduksi
Paracetamol. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera
Utara.
Suharmiati. (2003). Pengujian Bioaktivitas Anti Diabetes Mellitus Tumbuhan
Obat. Cermin Dunia Kedokteran. No. 140. Surabaya: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 10.
Setiawan, B., dan Eko, S. (2005). Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada
Diabetes Mellitus. Majalah Kedokteran Indonesia. 55(2): Halaman 87-90.
Suherman, S. K., dan Nafrialdi. (2012). Insulin dan Antidiabetik Oral. Dalam
buku Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Cetak Ulang dengan Edisi
Tambahan. Jakarta: Badan Penerbit FK UI. Halaman 481-495.
Suyono, S. (2006). Diabetes Melitus di Indonesia. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III.
Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Halaman 2318.
Syah, M. I., Suwendar, dan Mulqie, L. (2015). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun
Mangga Arumanis (Mangifera indica L. “Arumanis”) pada Mencit Swiss
Webster Jantan dengan Metode Tes Toleransi Glukosa (TTGO). Prosiding
Penelitian SpeSIA Unisba. Halaman 2460-6472.
Syamsuni. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman
133.
Szkudelski, T. (2001). The Mechanism of Alloxan and Streptozotocin Action in B
Cells of The Rats Pancreas. Department of Animal Physiology and
Biochemistry. Poznan. Poland: University of Agriculture. Halaman 537-
539.
Tandra, H. (2013). Life healty with Diabetes, Diabetes: diabetes Mengapa dan
Bagaimana?. Jakarta: Rapha Publishing. Halaman 1-2.
Tjokroprawiro, A. (2007). Hidup Sehat dan Bahagia Bersama Diabetes Melitus.
Jakarta: Gramedia Pustaka. Halaman 10-11.
Triplitt, C. L., Charles A. R., dan William L. I. (2008). Diabetes Mellitus. Dalam
buku Pharmacotherapy: a Pathophysiologic Approach. Edisi VII. New
58
Universitas Sumatera Utara
York: The McGraw-Hill. Halaman 1209-1211.
Whelan, A., dan Woodley, M. (1995). Pedoman Pengobatan. Diterjemahkan oleh:
Santoso, B., Baiquni, K. W., Achmad, J., Maulidya. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset. Halaman 572.
Widowati, L., B., Dzulkarnain, dan Sa’roni. (1997). Tanaman Obat Untuk
Diabetes Mellitus. Cermin Dunia Kedokteran. No. 116. Surabaya:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 53.
Widowati, W. (2008). Potensi Antioksidan sebagai Antidiabetes. Jurnak
Kesehatan Masyarakat. 7(2): Halaman 8.
Zastrow, V. M., dan Bourne, R. H. (2001). Reseptor dan Farmakodinamika Obat.
Dalam Bertram G. Katzung (Editor). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi
I. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 53.
59
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat identifikasi tumbuhan
60
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Surat ethical clearance
61
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Karakteristik tumbuhan daun pandan wangi
62
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Gambar hasil pemeriksaan mikroskopik
Keterangan :
1: Mesofil
2: Epidermis atas
3: Kalsium oksalat berbentuk kubus
4: Kalsium oksalat berbentuk rapida
5: Stomata
63
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur penelitian
Daun pandan
Daun pandan
Simplisia
Serbuk simplisia
EEDPW
Hasil
64
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur penelitian (lanjutan)
Maserat I Ampas
Maserat
Ekstrak kental
65
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur penelitian (lanjutan)
Bagan pengerjaan uji efek antidiabetes EEDPW dengan toleransi glukosa
Mencit
KGD
66
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan alur penelitian (lanjutan)
Mencit
Hiperglikemik
KGD
67
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar alat yang digunakan
68
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Gambar alat yang digunakan (lanjutan)
Chip
69
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Hewan percobaan
70
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Tabel konversi dosis antara jenis hewan dengan manusia
(Suhardjono, 1995)
Mencit Tikus Marmut Kelinci Kera Anjing Manusia
20 g 200 g 400 g 1,2 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit (20 g) 1,0 7,0 12,25 27,8 64,1 124,2 387,9
Kelinci (1,2 kg) 0,04 0,25 0,44 1,0 2,4 4,5 14,2
Anjing (12 kg) 0,008 0,06 0,10 0,22 0,52 1,0 3,1
Manusia (70 kg) 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,16 0,32 1,0
71
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis
1. Contoh perhitungan dosis EEDPW yang akan diberikan pada mencit secara
Dosis suspensi EEDPW yang akan dibuat adalah 150, 300, dan 600
mg/kg bb.
Misal: BB mencit = 20 g
150 mg
Jumlah EEDPWdosis 150 mg/kg bb = x 20 g =3 mg
1000 g
3 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
150 mg
300 mg
Jumlah EEDPW dosis 300 mg/kg bb = x 20 g = 6 mg
1000 g
6 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
300 mg
600 mg
Jumlah EEDPW dosis 600 mg/kg bb = x 20 g = 9 mg
1000 g
3 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
600 mg
2. Contoh perhitungan dosis glibenklamid yang akan diberikan pada mencit
Konversi dosis manusia (70 kg) ke dosis untuk hewan uji mencit dikali
0,0026
72
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis (lanjutan)
0,013 mg – 0,052 mg
0,013 mg x 0,013 mg
= maka x = x 1 kg = 0,65 mg
20 g 1 kg 20 g
= 3.986 mg
0,65 mg x
= maka x = 25,909 mg ≈ 26 mg (mengandung zat aktif
100 mg 3.986 mg
glibenklamid setara 0,65 mg).
Cara pembuatan suspensi metformin :
Misal: BB mencit = 20 g
0,65 mg
Jumlah glibenklamid dosis 0,65 mg/kg bb = x 20 g = 0,013 mg
1000 g
0,013 mg
Volume larutan yang diberikan x 10 ml = 0,2 ml
0,65 mg
73
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis (lanjutan)
3. Contoh perhitungan dosis metformin yang akan diberikan pada mencit secara
Konversi dosis manusia (70 kg) ke dosis untuk hewan uji mencit dikali
0,0026
1,3 mg – 7,8 mg
1,3 mg x 1,3 mg
= maka x = x 1 kg = 65 mg
20 g 1 kg 20 g
11.035 mg
65 mg x
= maka x = 71,73 mg ≈ 72 mg (mengandung zat
10.000 mg 11.035 mg
aktif metformin setara 65 mg).
Cara pembuatan suspensi metformin :
74
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Contoh perhitungan dosis (lanjutan)
Misal : BB mencit = 20 g
65 mg
Jumlah metformin dosis 65 mg/kg bb = x 20 g = 1,3 mg
1000 g
1,3 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
65 mg
4. Contoh perhitungan volume larutan induksi aloksan yang diambil untuk
Syarat volume maksimum larutan sediaan uji yang diberikan pada hewan
Misal: BB Mencit = 20 g
150 mg
Jumlah aloksan 150 mg/kg bb = x 20 g = 3 mg
1000 g
3 mg
Volume larutan yang diberikan = x 10 ml = 0,2 ml
150 mg
maka volume larutan induksi aloksan yang diambil sebanyak 0,2 mL.
75
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Data KGD mencit metode TTGO
76
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Data KGD mencit metode induksi aloksan
77
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Data %PKGD mencit metode induksi aloksan
% penurunan KGD
Kelompok Hari ke-
3 6 9 12 15
-2,54 -5,86 -12,50 -15,04 -17,19
-2,72 -6,90 -12,76 -17,78 -20,71
CMC Na 0,5% -3,44 -6,30 -10,69 -13,55 -14,50
-5,22 -9,20 -19,40 -27,36 -30,10
-2,59 -4,26 -7,59 -10,93 -11,11
Rata-rata -3,30 -6,50 -12,59 -16,93 -18,72
9,55 32,99 55,38 78,13 81,77
11,95 34,01 51,29 72,98 79,96
EEDPW 150 mg/kg
12,50 31,33 50,17 70,33 82,83
bb
10,23 28,69 43,96 52,85 78,36
6,50 18,33 35,03 64,73 76,33
Rata-rata 10,15 29,07 47,17 67,80 79,85
10,00 32,00 48,50 70,67 82,33
11,67 30,50 47,33 77,67 83,00
EEDPW 300 mg/kg
8,96 28,32 43,55 73,12 81,54
bb
16,21 32,69 40,93 50,00 75,00
12,96 27,86 56,37 68,47 80,56
Rata-rata 11,96 30,27 47,34 67,98 80,49
11,73 29,33 45,45 60,12 70,67
24,95 42,62 54,26 71,93 81,08
EEDPW 600 mg/kg
4,17 21,67 34,17 62,67 84,33
bb
21,40 36,62 55,69 76,09 84,95
25,00 44,00 53,80 72,80 81,60
Rata-rata 17,45 34,85 48,67 68,72 80,53
28,26 40,58 66,67 76,27 83,70
30,50 37,33 61,33 70,17 88,67
Metformin 65
10,63 36,25 54,69 60,63 71,88
mg/kg bb
30,83 40,17 57,33 79,50 88,50
17,67 45,47 60,99 75,86 84,27
Rata-rata 23,58 39,96 60,20 72,48 83,40
78
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Data ΔKGD mencit metode induksi aloksan
79
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17
ANOVA
KGD puasa
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 288.208 5 57.642 2.167 .104
Within Groups 478.750 18 26.597
Total 766.958 23
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
menit ke30-puasa Between Groups 7580.708 5 1516.142 1.280 .315
Within Groups 21320.250 18 1184.458
Total 28900.958 23
menit ke60-puasa Between Groups 13822.833 5 2764.567 2.927 .042
Within Groups 17003.000 18 944.611
Total 30825.833 23
menit ke90-puasa Between Groups 9623.708 5 1924.742 3.415 .024
Within Groups 10145.250 18 563.625
Total 19768.958 23
menit ke120-puasa Between Groups 10969.208 5 2193.842 10.817 .000
Within Groups 3650.750 18 202.819
Total 14619.958 23
menit ke30-puasa
Tukey HSDa
Subset for alpha =
0.05
Kelompok N 1
Glibenklamid 0,65 mg/kg bb 4 65.25
EEDPW 600 mg/kg bb 4 87.25
EEDPW 300 mg/kg bb 4 89.00
CMC Na 0,5% 4 100.75
EEDPW 450 mg/kg bb 4 115.00
EEDPW 150 mg/kg bb 4 117.00
Sig. .318
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
menit ke60-puasa
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Glibenklamid 0,65 mg/kg bb 4 24.00
EEDPW 600 mg/kg bb 4 56.00 56.00
EEDPW 300 mg/kg bb 4 59.25 59.25
EEDPW 150 mg/kg bb 4 76.25 76.25
CMC Na 0,5% 4 85.25 85.25
EEDPW 450 mg/kg bb 4 98.75
Sig. .100 .397
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
80
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)
menit ke90-puasa
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Glibenklamid 0,65 mg/kg bb 4 11.00
EEDPW 150 mg/kg bb 4 39.00 39.00
EEDPW 300 mg/kg bb 4 41.25 41.25
EEDPW 600 mg/kg bb 4 41.75 41.75
CMC Na 0,5% 4 68.50
EEDPW 450 mg/kg bb 4 70.25
Sig. .472 .455
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
menit ke120-puasa
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Glibenklamid 0,65 mg/kg bb 4 -3.00
EEDPW 600 mg/kg bb 4 6.75
EEDPW 150 mg/kg bb 4 15.50
EEDPW 300 mg/kg bb 4 17.00
CMC Na 0,5% 4 52.00
EEDPW 450 mg/kg bb 4 52.50
Sig. .387 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
81
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
KGD Between Groups 202.960 4 50.740 .311 .867
sebelumdiinduksialoksan
Within Groups 3259.200 20 162.960
Total 3462.160 24
KGD Between Groups 9639.760 4 2409.940 .276 .890
setelahdiinduksialoksan
Within Groups 174598.800 20 8729.940
Total 184238.560 24
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -3.3020 1.13182 .50617 -4.7073 -1.8967 -5.22 -2.54
ke-3
EEDPW 150 5 10.1460 2.36914 1.05951 7.2043 13.0877 6.50 12.50
EEDPW 300 5 11.9600 2.82791 1.26468 8.4487 15.4713 8.96 16.21
EEDPW 600 5 17.4500 9.19146 4.11055 6.0373 28.8627 4.17 25.00
Metformin 65 5 23.5780 9.01363 4.03102 12.3861 34.7699 10.63 30.83
Total 25 11.9664 10.66373 2.13275 7.5646 16.3682 -5.22 30.83
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -6.5040 1.79702 .80365 -8.7353 -4.2727 -9.20 -4.26
ke-6
EEDPW 150 5 29.0700 6.33186 2.83169 21.2080 36.9320 18.33 34.01
EEDPW 300 5 30.2740 2.15132 .96210 27.6028 32.9452 27.86 32.69
EEDPW 600 5 34.8480 9.37298 4.19172 23.2099 46.4861 21.67 44.00
Metformin 65 5 39.9600 3.58712 1.60421 35.5060 44.4140 36.25 45.47
Total 25 25.5296 17.53093 3.50619 18.2932 32.7660 -9.20 45.47
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -12.5880 4.33079 1.93679 -17.9654 -7.2106 -19.40 -7.59
ke-9
EEDPW 150 5 47.1660 7.92247 3.54304 37.3290 57.0030 35.03 55.38
EEDPW 300 5 47.3360 5.88087 2.63001 40.0339 54.6381 40.93 56.37
EEDPW 600 5 48.6740 9.04798 4.04638 37.4394 59.9086 34.17 55.69
Metformin 65 5 60.2020 4.53759 2.02927 54.5678 65.8362 54.69 66.67
Total 25 38.1580 27.04899 5.40980 26.9927 49.3233 -19.40 66.67
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -16.9320 6.33451 2.83288 -24.7973 -9.0667 -27.36 -10.93
ke-12
EEDPW 150 5 67.8040 9.65491 4.31781 55.8158 79.7922 52.85 78.13
EEDPW 300 5 67.9860 10.61923 4.74906 54.8005 81.1715 50.00 77.67
EEDPW 600 5 68.7220 6.92513 3.09701 60.1233 77.3207 60.12 76.09
Metformin 65 5 72.4860 7.43013 3.32286 63.2603 81.7117 60.63 79.50
Total 25 52.0132 36.04297 7.20859 37.1354 66.8910 -27.36 79.50
% PKGD hari CMC Na 0,5% 5 -18.7220 7.27196 3.25212 -27.7513 -9.6927 -30.10 -11.11
ke-15
EEDPW 150 5 79.8500 2.60717 1.16596 76.6128 83.0872 76.33 82.83
EEDPW 300 5 80.4860 3.19895 1.43061 76.5140 84.4580 75.00 83.00
EEDPW 600 5 80.5260 5.75854 2.57530 73.3758 87.6762 70.67 84.95
Metformin 65 5 83.4040 6.84361 3.06056 74.9065 91.9015 71.88 88.67
Total 25 61.1088 41.06320 8.21264 44.1587 78.0589 -30.10 88.67
82
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
% PKGD hari ke-3 Between Groups 2006.685 4 501.671 13.888 .000
Within Groups 722.477 20 36.124
Total 2729.163 24
% PKGD hari ke-6 Between Groups 6781.322 4 1695.330 57.017 .000
Within Groups 594.680 20 29.734
Total 7376.002 24
% PKGD hari ke-9 Between Groups 16685.302 4 4171.326 95.427 .000
Within Groups 874.247 20 43.712
Total 17559.549 24
% PKGD hari ke- Between Groups 29781.199 4 7445.300 106.582 .000
12
Within Groups 1397.103 20 69.855
Total 31178.302 24
% PKGD hari ke- Between Groups 39868.843 4 9967.211 332.444 .000
15
Within Groups 599.632 20 29.982
Total 40468.475 24
83
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)
84
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)
Descriptives
95% Confidence
Interval for Mean
Std. Std. Lower Upper Minimu Maximu
N Mean Deviation Error Bound Bound m m
set-seb CMC Na 0,5% 5 403.80 46.332 20.721 346.27 461.33 331 447
EEDPW 150 5 460.80 76.274 34.111 366.09 555.51 327 514
EEDPW 300 5 428.60 101.732 45.496 302.28 554.92 291 525
EEDPW 600 5 415.80 111.197 49.729 277.73 553.87 239 512
Metformin 65 5 412.00 108.566 48.552 277.20 546.80 239 504
Total 25 424.20 86.562 17.312 388.47 459.93 239 525
hari ke3- CMC Na 0,5% 5 419.60 44.529 19.914 364.31 474.89 352 461
seb EEDPW 150 5 404.00 60.108 26.881 329.37 478.63 299 439
EEDPW 300 5 368.80 100.203 44.812 244.38 493.22 232 465
EEDPW 600 5 328.20 109.056 48.771 192.79 463.61 199 484
Metformin 65 5 284.00 45.321 20.268 227.73 340.27 205 319
Total 25 360.92 86.621 17.324 325.16 396.68 199 484
hari ke6- CMC Na 0,5% 5 435.00 42.603 19.053 382.10 487.90 368 474
seb EEDPW 150 5 298.20 32.973 14.746 257.26 339.14 248 329
EEDPW 300 5 272.40 70.380 31.475 185.01 359.79 172 333
EEDPW 600 5 241.00 94.910 42.445 123.15 358.85 139 379
Metformin 65 5 208.80 62.647 28.017 131.01 286.59 123 266
Total 25 291.08 98.975 19.795 250.23 331.93 123 474
hari ke9- CMC Na 0,5% 5 463.80 34.347 15.360 421.15 506.45 409 497
seb EEDPW 150 5 198.40 27.628 12.356 164.10 232.70 171 238
EEDPW 300 5 183.00 61.156 27.350 107.07 258.93 96 234
EEDPW 600 5 171.20 81.833 36.597 69.59 272.81 84 304
Metformin 65 5 104.40 37.561 16.798 57.76 151.04 64 160
Total 25 224.16 135.373 27.075 168.28 280.04 64 497
hari ke12- CMC Na 0,5% 5 484.20 28.030 12.536 449.40 519.00 441 512
seb EEDPW 150 5 88.20 58.036 25.955 16.14 160.26 40 185
EEDPW 300 5 69.20 32.965 14.742 28.27 110.13 40 109
EEDPW 600 5 66.60 38.266 17.113 19.09 114.11 34 133
Metformin 65 5 39.00 18.547 8.295 15.97 62.03 25 69
Total 25 149.44 174.971 34.994 77.22 221.66 25 512
hari ke15- CMC Na 0,5% 5 492.60 24.886 11.129 461.70 523.50 452 517
seb EEDPW 150 5 21.00 15.668 7.007 1.55 40.45 -2 38
EEDPW 300 5 10.00 18.014 8.056 -12.37 32.37 -16 31
EEDPW 600 5 5.20 5.357 2.396 -1.45 11.85 -2 11
Metformin 65 5 -17.20 18.939 8.470 -40.72 6.32 -42 9
Total 25 102.32 200.225 40.045 19.67 184.97 -42 517
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
set-seb .994 4 20 .433
hari ke3-seb 2.545 4 20 .071
hari ke6-seb 2.653 4 20 .063
hari ke9-seb 1.548 4 20 .227
hari ke12-seb 1.010 4 20 .426
hari ke15-seb 1.129 4 20 .371
85
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
set-seb Between Groups 9972.400 4 2493.100 .294 .879
Within Groups 169859.600 20 8492.980
Total 179832.000 24
hari ke3-seb Between Groups 61743.040 4 15435.760 2.609 .066
Within Groups 118334.800 20 5916.740
Total 180077.840 24
hari ke6-seb Between Groups 151953.040 4 37988.260 9.137 .000
Within Groups 83152.800 20 4157.640
Total 235105.840 24
hari ke9-seb Between Groups 384661.360 4 96165.340 34.867 .000
Within Groups 55162.000 20 2758.100
Total 439823.360 24
hari ke12-seb Between Groups 706562.560 4 176640.640 125.297 .000
Within Groups 28195.600 20 1409.780
Total 734758.160 24
hari ke15-seb Between Groups 955858.640 4 238964.660 757.800 .000
Within Groups 6306.800 20 315.340
Total 962165.440 24
set-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha =
0.05
Kelompok N 1
CMC Na 0,5% 5 403.80
Metformin 65 mg/kg bb 5 412.00
EEDPW 600 mg/kg bb 5 415.80
EEDPW 300 mg/kg bb 5 428.60
EEDPW 150 mg/kg bb 5 460.80
Sig. .862
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
hari ke3-seb
a
Tukey HSD
Subset for alpha =
0.05
Kelompok N 1
Metformin 65 mg/kg bb 5 284.00
EEDPW 600 mg/kg bb 5 328.20
EEDPW 300 mg/kg bb 5 368.80
EEDPW 150 mg/kg bb 5 404.00
CMC Na 0,5% 5 419.60
Sig. .075
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
86
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Hasil analisis statistik menggunakan SPSS 17 (lanjutan)
hari ke6-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Metformin 65 mg/kg bb 5 208.80
EEDPW 600 mg/kg bb 5 241.00
EEDPW 300 mg/kg bb 5 272.40
EEDPW 150 mg/kg bb 5 298.20
CMC Na 0,5% 5 435.00
Sig. .223 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
hari ke9-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Metformin 65 mg/kg bb 5 104.40
EEDPW 600 mg/kg bb 5 171.20
EEDPW 300 mg/kg bb 5 183.00
EEDPW 150 mg/kg bb 5 198.40
CMC Na 0,5% 5 463.80
Sig. .069 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
hari ke12-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
Metformin 65 mg/kg bb 5 39.00
EEDPW 600 mg/kg bb 5 66.60
EEDPW 300 mg/kg bb 5 69.20
EEDPW 150 mg/kg bb 5 88.20
CMC Na 0,5% 5 484.20
Sig. .270 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
hari ke15-seb
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2 3
Metformin 65 mg/kg bb 5 -17.20
EEDPW 600 mg/kg bb 5 5.20 5.20
EEDPW 300 mg/kg bb 5 10.00 10.00
EEDPW 150 mg/kg bb 5 21.00
CMC Na 0,5% 5 492.60
Sig. .150 .631 1.000
87
Universitas Sumatera Utara