SKRIPSI
i
PERNYATAAN KEASLIAN
Adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam
naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang
lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu perguruan tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber kutipan serta daftar pustaka.
Apabila sebagian atau seluruhnya dari skripsi ini, terutama dalam bab hasil
dan pembahasan, tidak asli atau plagiasi, maka saya bersedia dibatalkan dan
dikenakan sanksi akademik yang berlaku.
ii
ABSTRAK
KADEK EVI D. P. DEWI. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Pisang Mas
(Musa acuminata (AA Group)) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Mencit (Mus musculus) yang diinduksi Aloksan. Dibimbing oleh ABDUL
WAHID JAMALUDIN dan FEDRI RELL.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang diakibatkan oleh gangguan
sekresi insulin. Prevalensi DM pada hewan kesayangan mengalami peningkatan
dari tahun 2006 - 2015. Pengobatan DM menggunakan insulin dan obat
hipoglikemik oral dikhawatirkan dapat memperburuk keadaan pasien sehingga
diperlukan alternatif pengobataan menggunakan bahan herbal seperti kulit pisang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol
kulit Pisang Mas (Musa acuminata (AA Group)) terhadap penurunan kadar
glukosa darah pada mencit (Mus musculus) yang diinduksi aloksan. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Juni 2017 di Laboratorium Biofarmasi Fakultas Farmasi
UNHAS. Sampel yang digunakan sebanyak 24 ekor mencit jantan yang dibagi
menjadi 6 kelompok yaitu kontrol normal (diet standar), kontrol negatif (Na Cmc
1%), kontrol positif (Metformin 140mg/kgBB) dan kelompok perlakuan ekstrak
etanol kulit Pisang Mas konsentrasi 1%, 5%, dan 25%. Data dianalisis
menggunakan one way Anova. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak etanol kulit
Pisang Mas dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 43,15%, 54,61%,
74,28%. Kesimpulan penelitian ini yaitu pemberian ekstrak etanol kulit Pisang
Mas variasi konsentrasi memberikan pengaruh nyata terhadap penurunan kadar
glukosa darah (p<0,05) dan aktivitas konsentrasi 25% tidak berbeda signifikan
dengan metformin dosis 140mg/kgBB (p>0,05).
Kata kunci : Aloksan, Glukosa Darah, Hiperglikemia, Kulit Pisang Mas, Mencit
iii
ABSTRACT
KADEK EVI D. P. DEWI. The Effect of the Ethanol Extract of Mas Banana Peel
(Musa acuminata (AA Group)) to Decrease Blood Glucose Level in Mice (Mus
musculus) Induced by Alloxan. Supervised by ABDUL WAHID JAMALUDIN
and FEDRI RELL
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic diseases caused by impaired
insulin secretion. The prevalence of DM in pets increased from 2006 until 2015.
Therapy by using insulin feared can be worse for patient, so that alternative
medicine is needed like banana peel. The aims of this study is to determine the
effect of ethanol extract of Mas banana peel (Musa acuminata (AA Group)) to
decrease level of glucose in mice’s blood (Mus musculus) were induced by
alloxan. This research was conducted in June 2017 at Biopharmaceutical
Laboratory Faculty of Pharmacy, Hasanuddin University. This study uses 24 male
mice which divided into 6 groups where the normal control (standard diet),
negative control (Na Cmc 1%), positive control (Metformin 140mg/KgBB) and
treatment group by ethanol extract of Mas banana peel 1%, 5%, and 25%. The
treatment was given for 10 days. Data were analyzed using one way Anova. The
result of this study showed that ethanol extract in banana peel decrease the level
of blood glucose which the decrease percentage are 43,15%, 54,61%, 74,28%.
The summary of this research is the treatment by using variant concentration of
ethanol extract of Mas banana peel for 10 days give the significant effect for
decreasing the level of blood glucose (p<0,05) and the activity of ethanol extract
of Mas Banana Peel 25% are not give the significant effect with metformin dose
140mg/KgBB (p>0,05).
iv
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL KULIT PISANG MAS
(Musa acuminata ( AA group)) TERHADAP PENURUNAN
KADAR GLUKOSA DARAH MENCIT (Mus musculus) YANG
DIINDUKSI ALOKSAN
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan pada
Program Studi Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran
v
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Pisang Mas (Musa
acuminata (AA Group)) Terhadap Penurunan Kadar
Glukosa Darah pada Mencit (Mus musculus) yang
Diinduksi Aloksan
Disetujui Oleh,
Abdul Wahid Jamaluddin, S.Farm, M.Si, Apt Drh. Fedri Rell, M.Si.
NIP. 19880828 201404 1 002
Diketahui Oleh,
Dekan Ketua
Fakultas Kedokteran Program Studi Kedokteran Hewan
Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS. Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc.
NIP. 19551019 198203 1 001 NIP. 19480307 197411 2 001
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Kulit Pisang Mas (Musa
acuminata (AA Group)) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Mencit
(Mus musculus) yang diinduksi Aloksan” skripsi ini sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan di Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sejak persiapan,
pelaksanaan hingga pembuatan skripsi setelah penelitian selesai. Penulis
menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bantuan, bimbingan, motivasi dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Abdul Wahid Jamaludin, S.Farm, M.Si, Apt. dan Drh. Fedri Rell,
M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya
untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat yang sangat berarti kepada
penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.
2. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas
Hasanuddin
3. Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin.
4. Prof. Dr. Drh. Lucia Muslimin, M.Sc selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Hewan.
5. Dr. Eddyman W. Ferial, S.Si., M.Si. dan Bapak Sukamto S. Mamada,
S.Si., M.Sc., Apt. sebagai dosen pembahas dalam seminar proposal dan hasil
yang telah memberikan masukan-masukan dan penjelasan untuk perbaikan
penulisan ini.
6. Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. selaku Kepala Laboratorium
Biofarmaka Pusat Kegiatan Penelitian UNHAS, Prof. Dr. rer. Nat. Hj.
Marianti A. Manggau., Apt. selaku Kepala Laboratorium Biofarmasi
Fakultas Farmasi UNHAS dan Prof. Dr. Ir. Baharuddin selaku Kepala
Laboratorium Bioteknologi Puslitbang LP2M Pusat Kegiatan Penelitian
UNHAS yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menggunakan fasilitas laboratorium selama penelitian berlangsung.
7. Seluruh staf dosen di PSKH FK UNHAS yang telah memberikan dukungan
dan berbagi ilmu serta masukan selama penulis menjalani masa penelitian.
8. Seluruh staf pegawai di PSKH FK UNHAS yang telah membantu penulis
dalam pengurusan berkas dan administrasi penelitian dan penulisan skripsi
ini.
9. Kedua orang tua tercinta, ayahanda I Wayan Pasek, S.E, M.Si dan Ibunda Ni
Ketut Gede Sunarti S.Tr. Keb. yang telah memberikan dorongan, inspirasi,
pengertian, semangat juang serta do’a yang tak putus-putusnya sehingga
meringankan langkah penulis untuk menghadapi segala kesulitan yang ada.
vii
10. Kakak tercinta Putu Anggreyani Widya Astuty S.E, M.Si dan Dewa Gede
Hadiarda, S.H. serta keluarga besar penulis yang tak henti-hentinya
memberikan semangat, motivasi dan doa kepada penulis.
11. Para sahabat, Rusmin Indra, Alpian Darmawan, Muh. Fauzih Asjikin,
Nathalia Irene Rumpaisum, Nur Ilmi Rahmiati, Cindy Hosea, Rizki Pratiwi,
Samsul Hadi, Angga Bayu, Juinto Siada Putra, Dewa Gede Mahayana yang
telah banyak memberikan bantuan, dorongan, semangat, motivasi serta
tempat penulis berkeluh kesah selama penelitian dan penyusunan skripsi
12. Teman seangkatan 2013 ‘O-BREV’,sebuah wadah untuk menemukan jatidiri,
persahabatan dan kekeluargaan. Terima kasih empat tahun yang begitu
berharga, penuh canda tawa, pengertian, dan perjuangan.
13. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut
menyumbangkan pikiran dan tenaga untuk penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar dalam penyusunan karya berikutnya dapat lebih baik.
Akhir kata, semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi setiap jiwa yang
bersedia menerimanya.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL i
PERNYATAAN KEASLIAN ii
ABSTRAK iii
ABSTRACT iv
HALAMAN JUDUL v
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR vii
DAFTAR ISI ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR TABEL xi
1. PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
1.5 Hipotesis 3
1.6 Keaslian Penelitian 4
2. TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Glukosa Darah 5
2.1.1 Definisi Glukosa Darah 5
2.1.2 Mekanisme Pengaturan Kadar Gula Darah 5
2.1.3 Abnormalitas Kadar Glukosa Darah 7
2.2 Kulit Pisang Mas 9
2.2.1 Biosistematika Pisang Mas 9
2.2.2 Pertelaan Kulit Pisang Mas 11
2.3 Mencit (Mus musculus) 13
2.3.1 Biosistematika dan Pertelaan 13
2.4 Aloksan 15
2.4.1 Definisi dan Sifat Kimia 15
2.4.2 Efek Aloksan Terhadap Pankreas 15
2.5 Terapi Obat 16
2.5.1 Insulin 17
2.5.2 Obat Hipoglikemik Oral 18
2.6 Teknik Ekstraksi 20
2.6.1 Definisi 20
2.6.2 Pengeringan Herbs drayer 21
2.6.3 Pelarut 21
2.6.4 Metode Ekstraksi Maserasi Sonikasi 21
3. METODE PENELITIAN 24
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 24
3.2 Jenis Penelitian dan Metode Pengambilan Sampel 24
3.3 Materi Penelitian 25
3.4 Prosedur Penelitian 25
3.4.1 Pembuatan Ekstrak Etanol Kulit Pisang Mas Metode Sonikasi 25
3.4.2 Uji Kandungan Fitokimia Kulit Pisang Mas 25
ix
3.4.3 Penyiapan Bahan Uji 26
3.4.3.1 Pembuatan Suspensi Na CMC 1% 26
3.4.3.2 Pembuatan Variasi Konsentrasi Kadar Ekstrak Kulit Pisang
Mas 26
3.4.3.3 Aloksan 26
3.4.3.4 Metformin 26
3.4.4 Perlakuan 26
3.4.5 Penentuan Kadar Glukosa Darah 27
3.5 Analisis Data 27
4.1 Hasil Penelitian 29
4.1.1 Determinasi Tanaman 29
4.1.2 Uji Fitokimia 29
4.1.3 Nilai Pengukuran Kadar Glukosa Darah Hewan Uji 30
4.2 Pembahasan 32
5. PENUTUP 38
5.1 Simpulan 38
5.2 Saran 38
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 63
RIWAYAT HIDUP 64
x
DAFTAR GAMBAR
1. Diagram Biokimia Metabolisme Glukosa 6
2. Mekanisme Homeostasis Kadar Glukosa Darah 7
3. Diagram Perkembangan Kultivar Pisang 10
4. Pisang Mas 11
5. Mencit (Mus musculus) 14
6. Foto Mikrograf Sel Beta Pankreas 16
7. Grafik Rata – Rata Kadar Glukosa Darah Pada Hewan Uji 30
8. Kurva Penurunan Kadar Glukosa Darah Hewan Uji 31
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
xi
1
1. PENDAHULUAN
yang memiliki efek samping lebih kecil bahkan tidak ada, relatif murah dan
mudah dijangkau oleh masyarakat. Salah satu alternatifnya yaitu dengan
memanfaatkan obat herbal yang berasal dari tanaman - tanaman yang memiliki
efek terhadap penurunan kadar glukosa darah (antihiperglukemik). Tanaman
herbal atau tanaman obat dipercaya memiliki kandungan zat tertentu yang dapat
berkhasiat menyembuhkan penyakit dan penggunaannya lebih aman dibandingkan
obat – obatan sintetik pada kasus hiperglikemik (Kumar et al., 2005).
Salah satu tanaman yang dipercaya memiliki efek antihiperglikemik yaitu
kulit pisang (Wu et al., 2015). Pisang merupakan salah satu hasil pertanian yang
menduduki peringkat pertama buah yang dihasilkan di antara jenis - jenis buah
lainnya. Apabila dihitung tingkat konsumsi pisang di Indonesia dengan jumlah
penduduknya lebih dari 200 juta jiwa, dengan mengasumsikan 50% dari jumlah
total penduduk mengkonsumsi satu buah pisang segar setiap hari, maka akan
dibutuhkan pisang segar sebanyak 3,5 juta ton per tahun (Litbang, 2005). Salah
satu pisang yang banyak terdapat di Indonesia yaitu jenis Pisang Mas. Pisang ini
banyak dikonsumsi karena buah pisang yang telah matang dapat langsung
dikonsumsi tanpa perlu diolah terlebih dahulu, rasa pisang yang manis dengan
aroma yang kuat sehingga pisang ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat sebagai
makanan pencuci mulut serta dalam acara – acara kemasyarakatan sebab harga
Pisang Mas cukup terjangkau. Tingginya konsumsi terhadap Pisang Mas diiringi
pula dengan tingginya jumlah limbah kulit pisang yang dihasilkan sebab yang
dikonsumsi oleh masyarakat hanya daging buah pisang saja sedangkan kulitnya
akan menjadi limbah.
Kulit pisang yang dipercaya memiliki khasiat sebagai antihiperglikemik
telah dibuktikan oleh Someya et al., (2002) yang membuktikan bahwa kulit
pisang mengandung antioksidan yang tinggi dibandingkan dengan dagingnya.
Senyawa antioksidan yang terdapat pada kulit pisang yaitu katekin, gallokatekin,
dan epikatekin yang merupakan golongan senyawa flavonoid. Sedangkan
penelitian Kanazawa dan Sakakibar (2000), senyawa yang terkandung dalam kulit
pisang matang yaitu anthosianin delphinidin, cyaniding, katekolamin, dan
saponin. Kandungan antioksidan yang tinggi pada kulit pisang ini dianggap
mampu memberikan efek antihiperglikemik dalam tubuh seperti penelitian yang
telah dilakukan oleh Sighal (2013) dengan menggunakan ekstrak etanol kulit
pisang membuktikan bahwa antioksidan yang terdapat dalam kulit pisang mampu
menghambat proses peroksida yang merupakan reaksi oksidasi berefek pada
resistensi insulin antara reseptor dan produksi insulin di pankreas. Kandungan
antioksidan yang tinggi pada kulit pisang ini juga dipercaya mampu mengatasi
keadaan stress oksidatif pada kasus hiperglikemia. Hal yang sama juga dilaporkan
oleh Wu et al. (2015) di China dimana senyawa lupenone dan β-sitosterol yang
diisolasi dari ekstrak kulit pisang (Musa nana Lour.) pada hewan uji yang
mengalami hiperglikemik.
Melihat adanya banyak manfaat dibalik kulit pisang maka dianggap perlu
untuk melakukan penelitian mengenai uji aktivitas dari ekstrak etanol kulit Pisang
Mas (Musa acuminata (AA group)) terhadap penurunan kadar glukosa darah pada
mencit (Mus musculus) yang diinduksi oleh aloksan.
3
1.5 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah pemberian ekstrak etanol kulit Pisang Mas
dapat menurunkan kadar glukosa darah pada mencit yang mengalami
hiperglikemia akibat diinduksi aloksan. Dimana semakin tinggi konsentrasi
ekstrak etanol kulit Pisang Mas yang diberikan maka akan semakin besar
penurunan kadar glukosa pada mencit yang diuji.
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
yang berperan dalam proses glikogenesis di otot dan hati sehingga menyebabkan
hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Sedangkan, bila kadar
glukosa darah rendah, hormon glukagon akan bekerja merangsang sel hati untuk
memecah glikogen kembali menjadi glukosa sehingga kadar glukosa darah akan
kembali normal (Tandra, 2007).
darah normal pada kucing berkisar 55 – 160 mg/dl. Sedangkan pada anjing
berkisar 80 – 120mg/dl (Bruyette, 2016). Diabetes pada anjing dan kucing bisa
terjadi pada usia berapapun. Namun, pada anjing predisposisi diabetes terjadi pada
4 - 14 tahun dan sebagian besar didiagnosis pada usia 7 - 10 tahun. Sedangkan,
pada kucing, berusia lebih dari 6 tahun. Faktor resiko kejadian diabetes pada
anjing betina dua kali lebih besar dibandingkan anjing jantan. Pada kucing,
Diabetes lebih sering terjadi pada kucing jantan yang telah dikastrasi
dibandingkan kucing betina. Selain itu, beberapa faktor resiko diabetes
disebebkan oleh obesitas, penyakit lain misalnya akromegali pada kucing dan
hiperadrenokortoisme pada anjing, kelenjar tiroid yang terlalu aktif pada kucing
(hipertiroidisme), pankreatitis, penyakit jantung, penyakit ginjal, infeksi saluran
kencing dan infeksi kulit. Penggunaan obat yang mengandung kortikosteroid
jangka panjang juga merupakan faktor risiko diabetes (AVMA, 2010).
Diabetes mellitus berdasarkan etiologinya diklasifikasikan menjadi berbagai
jenis, diantaranya adalah diabetes mellitus tipe 1 (DM tipe 1) dan diabetes
mellitus tipe 2 (DM tipe 2) (American Diabetes Association, 2012). Klasifikasi
diabetes mellitus yang terjadi pada hewan juga diklasifikasikan menjadi tipe 1 dan
tipe 2. Kucing dapat menderita kedua tipe diabetes ini namun pada kucing lebih
sering terjadi diabetes tipe 2 sedangkan pada anjing terjadi diabetes tipe 1
(Benfield Pet Hospital, 2016).
DM tipe 1 adalah diabetes yang terjadi akibat kerusakaan sel-sel beta
pankreas oleh suatu proses autoimun. Kerusakaan sel-sel beta pankreas ini akan
berakibat pada defisiensi insulin yang menimbulkan terjadinya hiperglikemia
(Price dan Wilson, 2012). DM tipe 2 adalah diabetes yang terjadi akibat resistensi
hormon insulin. DM tipe 2 ini ditandai dengan kelainan sekresi dan kerja insulin.
Sel tidak lagi responsif terhadap insulin sehingga terjadi pengikatan abnormal
antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa. Hal ini akan
mengganggu kerja insulin hingga akhirnya sel beta pankreas gagal untuk
mensekresikan insulin. Defisiensi atau kurangnya hormon insulin akan
menyebabkan keadaan hiperglikemia (Price dan Wilson, 2012).
Tabel 2. Perbedaan Diabetes Melitus Tipe 1 dan Tipe 2 Pada Hewan Kesayangan
(AVMA, 2010)
Musa Paradisiaca Linn. dan Musa sapientum Linn. Berbagai istilah ilmiah
muncul seiring banyaknya kultivar pisang yang terdapat diberbagai belahan
negara. Hal yang dihadapi ahli taksonomi pisang dan ahli hortikultura di
Indonesia dan Asia Tenggara adalah kehadiran banyak nama dan sinonim kultivar
pisang yang berbeda di berbagai wilayah. Ahli taksonomi pisang di Asia Tenggara
mengidetifikasi 68 kultivar pisang dengan 81 nama. Dalam kebanyakan kasus,
kultivar yang sama dikenal dengan nama yang berbeda di berbagai negara dan
terkadang nama yang sama diterapkan pada kultivar yang berbeda. Selain itu
berbagai persilangannya kultivar pisang dapat memunculkan istilah ilmiah
terhadap kultivar baru tersebut seperti pada gambar berikut (Valmayor et al.,
2000) :
Genus : Musa
Species : Musa acuminata
cultivar group : Musa acuminata (AA Group)
Pisang Mas juga memiliki beberapa sebutan yang sama seperti Gold
banana, Mas banana, Malaysia : Pisang Mas, Pisang Susu, Myanmar : Sagale,
Thailand : Klui khai (Valmayor et al., 2000). Karakteristik morfologi Pisang Mas
memiliki tinggi pohon sekitar 2 meter dengan lingkar batang 20 - 28 meter dengan
bercak cokelat tua kemerah-merahan pada batang pohon. Panjang daun Pisang
Mas memiliki ukuran 90-110 cm, lebar 20-27 cm dan berwarna hijau. Tandan
buah memiliki ukuran mencapai panjang 20-30 cm, merunduk, berbulu halus.
Setiap tandan terdiri dari 5 – 9 sisir pisang dimana tiap sisir terdiri dari 14 – 18
buah dengan berat per tandannya sekitar 8 – 12 kg. Buah Pisang Mas memiliki
bentuk buah silinder dengan ujung pisang agak runcing dengan ukuran kecil
dengan panjang 9 - 12 cm, diameter 3 – 4 cm dan tidak berbiji. Kulit buah Pisang
Mas sangat tipis dengan ketebalan ±1 mm. Pisang Mas yang telah matang
berwarna kuning cerah atau kuning keemasan. Daging buah berwarna krem, rasa
manis sampai agak kesat, kurang beraroma. Berbunga pada umur 12 bulan dan
masak sekitar 3,5 bulan setelah berbunga. Berdasarkan laporan pisang ini dapat
digunakan sebagai obat penyakit kuning (Rukmana, 1999; Suyanti dan Supriyadi,
2008 )
sering dimanfaatkan untuk bahan obat seperti losion antinyamuk, penyembuh luka
dan ekstrak kulit pisang digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan
beberapa obat dan digunakan juga sebagai bahan fortifikasi ke dalam berbagai
makanan (Susanti, 2006). Selain itu, kulit pisang matang dimanfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan nata pisang. Berdasarkan temuan seorang ilmuan Taiwan
diketahui bahwa kulit pisang yang diekstrak mengandung vitamin B6 dan
serotonin yang dapat bermanfaat untuk kesehatan mata (menjaga retina mata dari
kerusakan mata akibat cahaya berlebih) (Suyanti dan Supriyadi, 2008).
Kandungan proksimat yang terdapat dalam kulit pisang (Musa sapientum)
antara lain air, abu, protein, lemak, karbohidrat dan serat kasar. Komposisi
mineral kulit pisang dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:
Tabel 3. Komposisi Mineral Kulit Pisang (Anhwange et al., 2009)
Hasil skirining fitokimia terhadap jenis pisang jenis kultivar lain yaitu
kulit Pisang Kepok yang dilakukan oleh Supriyanti (2015) menunjukkan senyawa
yang terkandung dalam kulit Pisang yaitu Flavanoid, Tanin, dan Triterpenoid.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Saraswati (2015) menunjukkan bahwa kulit
Pisang Kepok juga memiliki kandungan senyawa saponin, alkaloid dan kuinon.
Pisang (Musa acuminata) memiliki kandungan flavonoid dan fenol tinggi (Sighal,
2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Someya et al., (2002)
membuktikan bahwa kulit pisang mengandung antioksidan yang tinggi
dibandingkan dengan dagingnya. Seyawa antioksidan yang terdapat pada kulit
pisang yaitu katekin, gallokatekin, dan epikatekin yang merupakan golongan
senyawa flavonoid. Sedangkan penelitian Kanazawa dan Sakakibar (2000),
senyawa yang terkandung dalam kulit pisang matang yaitu anthosianin
delphinidin, cyaniding, dan catekolamin. Ekstrak kulit buah Pisang Goroho
memiliki kandungan fenolik, flavonoid dan tanin dengan kadar yang berbeda pada
pelarut methanol, ettanol dan aseton yang digunakan (Alhabsyi et al., 2014).
Senyawa pada tanaman seperti steroid, saponin, flavonoid, tanin dan alkaloid
memiliki aktivitas antidiabetes (Ramaiah, 2013).
Flavonoid merupakan senyawa turunan dari grup polyphenolic yang
bersifat polar dan terdapat pada banyak tumbuhan. Flavonoid pada kulit pisang
Goroho lebih banyak larut pada pelarut polar. Flavanoid berperan berperan
penting dalam memperbaiki metabolisme tubuh dan regulasi glukosa darah
terhadap kasus diabetes mellitus serta antioksidannya berperan dalam proses
antidiabetik kuat melebihi vitamin C dan B6 dengan cara menstabilkan radikal
bebas yang dapat menyebabkan kerusakan sel pankreas. Selain itu, flavonoid juga
13
menekan kematian sel pada sel beta tanpa mengubah siklus sel beta dalam
pankreas (Alhabsyi et al., 2014). Kandungan antioksidan yang tinggi pada kulit
pisang ini dianggap mampu memberikan efek antihiperglikemik dalam tubuh.
Penelitian oleh Sighal (2013) menggunakan ekstrak etanol kulit pisang
membuktikan bahwa antioksidan yang terdapat dalam kulit pisang mampu
menghambat proses peroksida yang merupakan reaksi oksidasi berefek pada
resistensi insulin antara reseptor dan produksi insulin di pankreas dengan melihat
nilai absorbansi. Kandungan antioksidan yang tinggi pada kulit pisang ini juga
dipercaya mampu mengatasi keadaam stres oksidatif pada kasus hiperglikemia.
Kandungan lain yang ada pada kulit pisang adalah tanin. Tanin merupakan
senyawa alami dengan berat molekul 500-3000, dengan beberapa gugus hidroksil
fenol bebas, terbentuk ikatan stabil dengan protein dan biopolimer digunakan 17
sebagai astringent (Ryanata, 2014). Golongan tanin yang merupakan senyawa
fenolik yaitu bersifat polar (Harborne, 1987). Penelitian di berlin menunjukkan
bahwa kulit pisang kepok mempunyai kadar tanin 6,84% pada kulit pisang hijau
dan 4,69% pada kulit pisang matang (Kurniawan et al., 2013). Tanin memiliki
efek antihiperglikemik dengan menurunkan absorbsi nutrisi dan mengahambat
penyerapan glukosa di intestinal, selain itu menginduksi regenerasi sel beta
pankreas yang berefek pada sel adipose sehingga menguatkan aktivitas insulin.
Tanin dapat memperbaiki stress oksidatif patologik pada keadaan diabetik, serta
bertindak sebagai anti radikal bebas dan mengaktifkan enzim antioksidan yang
meregenerasi sel beta pankreas (Kumari dan Jain, 2012). Triterpenoid dan saponin
merupakan senyawa bioaktif yang banyak terdapat ditanaman dan diketahui
memiliki efek hipoglikemik (Rao. 2000)
Penelitian oleh Wu et al. (2015) di China melaporkan bahwa senyawa
yang diisolasi dari EBP ekstrak kulit pisang (Musa nana Lour.) yakni lupenone
dan β-sitosterol. Lupenone merupakan salah satu bahan aktif antihiperglikemik
yang terdapat pada kulit pisang yang mekanismenya menghambat α-glucosidase
(α-Glu) dan protein tyrosine phosphate 1B (PTP 1B), dimana kedua enzim ini
berkaitan dengan antidiabetes. Sedangkan β-sitosterol memiliki potensi anti
diabetes dan antioksidan yang sebelumnya pernah diuji pada tikus putih yang
diinduksi oleh streptocitozin. Hal yang sama juga dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Fahrisal (2017) dimana pemberian ekstrak kulit pisang kepok pada
mencit dengan dosis 8,4 mg/hari dan dosis 16,8 mg/hari dapat menurunkan kadar
glukosa puasa 8 jam pada mencit obesitas.
Ordo : Rodentia
Family : Muridae
Genus : Mus
Species :Mus musculus
2.4 Aloksan
terdapat masa debris yang mengandung fragmen – fragmen inti seta nekrosis
(Boudreau et al., (2006).
Pengamatan jumlah sel – sel beta pada pulau langerhans pankreas,
dilakukan dengan pewarnaan imunohistokimia. Pada tikus dewasa, sebaran sel –
sel beta pada pulau langerhans berada di tengah – tengah, sementara sel – sel
lainnya seperti sel alfa, delta, dan sel PP tersebar di bagian perifer. Pada pankreas
tikus tikus normal atau kontrol negatif, tampak sel beta memenuhi pula langerhans
di bagian tengah dan jumlahnya lebih banyak dibandingkan tikus yang mengalami
DM (Gambar 6). Hal ini berarti telah terjadi kerusakan sel beta pankreas akibat
diinduksi dengan aloksan. Kerusakan sel beta menyebabkan produksi insulin
berkurang. Pengamatan ultrastruktur pulau Langerhans pankreas (Gambar 6) pada
tikus sehat atau kontrol negatif terlihat jelas sel beta, sel alfa dan sel delta. Pada
tikus yang diinduksi aloksan tampak jelas zimogen di bagian asinar, sekretori
granula insulin dan glukagon. Sedangkan, pada tikus positif DM terlihat pertautan
sel sinar asinar dengan pulau langerhans lepas, sekretori granula insulin sangat
berkurang, membran sel mitokondria rupture (bocor), serta beberapa mitokondria
kehiilangan kristae dan inti sel beta mengalami kariopknotis ( Suarsana, 2010).
(a) (b)
Gambar 6. Gambaran Ultrastruktur Sel Beta Pankreas (a) Tikus Sehat/Kontrol
Negatif (b) Tikus DM ( Suarsana, 2010).
2.5.1 Insulin
Insulin dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi
pengambilan glukosa perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik. Sediaan
insulin diperoleh dari bovine (sapi), porcine (babi), atau melalui rekomendasi
DNA (human insulin) (Suherman, 2007). Pada hewan kesayangan, sediaan insulin
yang berasal dari bovine dan porcine yang paling sering digunakan sebagai terapi
terhadap DM. Pada hewan kesayangan hanya dua produk insulin yang disetujui
oleh Food and Drug Administration (FDA) untuk di gunakan pada anjing dan
kucing yaitu porcine insulin dan bovine insulin. Hormon lain yang disetujui FDA
adalah produk yang bekerja lebih lama yaitu human recombinant protamine zinc
insulin [PZI] yang disetujui untuk digunakan pada kucing (AVMA, 2010).
Insulin mutlak diberikan kepada pasien DM tipe 1 atau yang dikenal sebagai
Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Pada DM tipe 1, sel – sel β
Langerhans pasien mengalami kerusakan sehingga tidak dapat lagi memproduksi
insulin. Sebagai penggantinya, penderita DM tipe 1 membutuhkan insulin
eksogen agar metabolisme karbohidrat dalam tubuhnya berlangsung normal
(Departemen Kesehatan RI, 2005). Selain itu, insulin juga diberikan kepada
pasien DM tipe 2 yang kadar glukosa darahnya tidak dapat dikendalikan dengan
diet dan antidiabetik oral, DM dengan berat badan menurun cepat, DM dengan
komplikasi akut, DM setelah operasi pankreas (pankreatomi), DM dengan
ketoasidosis atau komplikasi lain. Kebanyakan anjing membutuhkan NPH atau
lente digunakan sebagai terapi awal dengan dosis 0,5U/kg. dengan suntikan dua
kali sehari. Pada kucing, glargine adalah pilihan insulin yang dapat digunakan
sebagai insulin basal. Insulin glargine dapat bekerja sebagai insulin basal lebih
lama dan digunakan bersamaan dengan diet tinggi protein. Dan rendah
karbohidrat. Penghentian penggunaan insulin pada 80 – 90% kasus dalam 3 – 4
bulan pertama. NPH, Lente dan PZI insulin juga daapt digunakan pada kucing
dengan dosis mulai dari 1 sampai 3 unit (Bruyette, 2016).
Dalam kondisi fisiologis, kebutuhan insulin pasien DM terbagi menjadi
insulin basal dan insulin prandial. Insulin basal terdiri dari insulin intermediate,
dan insulin long acting. Insulin prandial terdiri dari short acting dan rapid acting.
Insulin merupakan terapi penting dalam pengobatan DM pada anjing dan kucing.
Hampir semua kasus DM pada anjing merupakan insuline-dependent atau tipe 1
sedangkan pada kucing 60% kasus tidak bergantung pada insulin. Pemberian
insulin eksogen secara dini merupakan komponen penting untuk memperbaiki dan
mendukung fungsi sel beta yang memproduksi insulin. Pada hewan kesayangan
pemilihan terapi menggunakan insulin dilakukan karena butuh penanganan yang
cepat pada saat kadar glukosa darah melonjak tinggi (Rucinsky, 2010).
Insulin mempunyai empat pengaruh yang dapat menurunkan glukosa
darah dan meningkatkan penyimpanan karbohidrat, yaitu (Sherwood, 2001) :
a) Insulin mempermudah masuknya glukosa ke dalam sebagian besar sel
(mempermudah transpor glukosa melewati membran sel).
b) Insulin merangsang glikogenesis di otot dan hati serta penyimpanan
trigliserid dalam jaringan lemak.
c) Insulin menghambat glikogenolisis sehingga meningkatkan penyimpanan
karbohidrat dan menurunkan pengeluaran glukosa oleh hati.
18
masa paruh sekitar 2 jam. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal dapat terjadi
akumulasi obat dan menyebabkan terjadinya asidosis laktat (Suherman, 2007).
Dosis metformin pada tikus adalah 100 mg/kgBB dan diberikan satu kali
sehari (Erejuwa OO et al, 2011).
c) Tiazolidindion (TZD)
Senyawa golongan tiazolidindion bekerja dengan meningkatkan kepekaan
sel tubuh terhadap insulin dengan cara berikatan dengan PPARγ (Peroxisome
Proliferator Activated Receptor-gamma) di otot, jaringan lemak, dan hati.
Selain itu juga menurunkan kecepatan glukoneogenesis, menurunkan jumlah
asam lemak bebas di plasma, dan remodeling jaringan adipose. Contoh
golongan ini adalah rosiglutazon dan pioglitazone (Erejuwa OO et al, 2011).
d) Penghambat α-Glukosidase
Obat golongan α-Glukosidase berfungsi untuk menghidrolisis
oligosakarida pada dinding usus halus. Penghambatan terhadap kerja enzim
tersebut secara efektif dapat memperkecil peningkaan kadar glukosa darah
post prandial melalui pengurangan absorbsi karbohidrat kompleks sehingga
dapat mencegah peningkatan glukosa plasma pada orag normal maupun pada
pasien DM. karena tidak mempengaruhi insulin maka tidak menimbulkan
hipoglikemi. Biasanya digunakan untuk penderita DM usia lanjut dengan
monoterapi atau pasien dengan kadar glukosa darah postpandrialnya tinggi
(Katzung, 2002). Penggunaan acarbose telah mampu mengkontrol glikemia
pada anjing diabetes (Nelson, 2000).
2.6.1 Definisi
Menurut Farmakope IV, Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani. Kemudian,
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.
Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan.
Umumnya ekstraksi dilakukan pada simplisia yang mengandung zat – zat yang
berkhasiat untuk pengobatan dengan tujuan untuk memisahkan sebanyak mungkin
zat – zat yang berkhasiat pengobatan dengan zat yang tidak dibutuhkan agar lebih
mudah digunakan. Namun, pada umumnya zat – zat tersebut dalam keadaan
tercampur, sehingga diperlukan cara penarikan dengan menggunakan cairan
penarik tertentu untuk menarik zat yang berkhasiat dari bahan. Salah satu
pertimbangan dalam memilih cairan penarik yakni kelarutan zat yang akan ditarik
atau kepolaran zat dan penarik serta zat penarik tidak merusak zat – zat yang
berkhasiat. Cairan penarik yang biasa digunakan untuk ekstraksi adalah air,
etanol, eter, solven heksan, aseton, kloroform dan glicerinum (Syamsuni, 2006).
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut terbagi menjadi 2 cara, yaitu
(Dirjen POM, 2000) :
1. Cara dingin
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara dingin terdiri dari:
a. Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi yang paling sederhana. Ekstraksi
dengan metode ini biasanya dilakukan dengan merendam serbuk simplisia
dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan.
b. Perkolasi
Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi
antara, tahap perkolasi sebenarnya atau tahap penetasan ekstrak dan
ditampung terus menerus sampai diperoleh ekstrak yang diinginkan
(perkolat).
2. Cara panas
Ekstraksi menggunakan pelarut dengan cara panas terdiri dari:
a. Refluks
Ekstraksi dengan cara refluks menggunakan pelarut pada temperatur
titik didihnya selama waktu tertentu, dan dengan jumlah pelarut yang
terbatas dan relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
b. Sokletasi
Sokletasi, digunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu
dengan jumlah pelarut yang konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kontinu pada suhu yang lebih tinggi daripada
suhu kamar (40 – 50oC).
d. Infus
Pelarut yang digunakan pada proses infus adalah pelarut air dengan
temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air
21
2.6.3 Pelarut
Pelarut adalah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat
lain. Pemilihan pelarut merupakan faktor penting dalam proses ekstraksi.
Pertimbangan dalam pemilihan pelarut yang baik untuk digunakan dalam
ekstraksi yaitu stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah
menguap dan terbakar, bersifat selektif menarik zat berkhasiat yang dikehendaki,
tidak mempengaruhi zat berkhasiat, serta murah dan mudah (Syamsuni, 2006).
Faktor – faktor yang mempengaruhi pemilihan pelarut adalah jumlah senyawa
yang akan diekstraksi, laju ekstraksi, keragaman senyawa yang akan diekstraksi,
kemudahan dalam penanganan ekstrak untuk perlakuan berikutnya, toksisitas atau
potensial bahaya kesehatan dari pelarut. Proses ekstraksi dengan pelarut
didasarkan pada sifat kepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi. Senyawa polar
hanya akan larut pada pelarut polar, seperti etanol, metanol, butanol, dan air.
22
Senyawa non polar juga hanya akan larut pada pelarut non polar seperti eter,
kloroform dan n-heksana (Gritter et al., 1991).
melaporkan bahwa buah naga merah yang diekstrak dengan proses sonikasi
selama 50 menit menghasilkan vitamin C tertinggi sebesar 7,14 mg/L. Faktor
suhu dan waktu berperan sangat penting dalam proses ekstraksi sonikasi. Dalam
proses ekstraksi sonikasi, terjadi interaksi antara suhu dan waktu. Jika suhu yang
digunakan tinggi, maka waktu yang diperlukan dalam proses ekstraksi sonikasi
tidak terlalu lama. Sebaliknya, jika suhu sedikit rendah maka pelarut akan
membutuhkan waktu lebih lama untuk berdifusi. Suhu yang lebih tinggi dapat
mempercepat proses ekstraksi. Oleh karena itu, diperlukan interaksi antara suhu
dan waktu untuk menghasilkan kondisi ekstraksi sonikasi yang optimal (Santos et
al., 2009).
Proses ekstraksi ini diperoleh cairan cokelat dengan bau khas etanol.
Cairan tersebut kemudian disaring menggunakan kain flanel. Hasil penyaringan
ini diuapkan menggunakan evaporator dan waterbath hingga diperoleh ekstrak
kental. Rendemen adalah perbandingan antara bobot perbandingan antara bobot
ekstrak yang diperoleh dengan simplisia awal. Perhitungan rendemen dengan cara
membagi ekstrak kental dan serbuk simplisia dalam persen (Cintas dan Cravotto,
2005).
24
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017. Lokasi penelitian dilakukan
di Laboratorium Biofarmaka Pusat Kegiatan Penelitian Universitas Hasanuddin,
Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin, Laboratorium Biofarmasi Fakultas Farmasi Universitas
Hasanuddin, Bioteknologi Puslitbang Bioteknologi LP2M Pusat Kegiatan
Penelitian Universitas Hasanuddin.
( t -1 ) (n – 1) ≥15
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
t = Jumlah Kelompok/ perlakuan
Dalam penelitian ini terdapat 6 kelompok maka bila dimasukkan pada rumus
di atas maka dapat ditentukan jumlah sampel per perlakuan yaitu :
(t-1) (n-1) ≥ 15
(6-1) (n-1) ≥ 15
5n–5≥ 15
5n ≥ 15 + 5
5n ≥ 20
n ≥ 20/5
n≥4
Jadi, jumlah total sampel yang dibutuhkan yaitu 4 ekor mencit tiap
kelompok perlakuan dan jumlah sampel keseluruhan yaitu 24 ekor mencit.
Sampel akan diadaptasikan sesuai kelompok perlakuan selama 7 hari sebelum
diberikan perlakuan.
25
Materi yang digunakan dalam penelitian meliputi kulit Pisang Mas, mencit,
Aloksan Monohydrate, aquadest, etanol 70%, Na CMC 1%, air minum,
metformin 500mg, magnesium, asam klorida, FeCl3 dan strip glukometer
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah neraca analitik, mesin
herbs drayer, ultrasonik bath “Branson 2210” 50 kHz, glukometer, sonde mencit,
gunting kecil, alat tulis, gelas ukur 100 ml, kain saring, rotary vacuum evaporator
“Butchi”, kandang untuk mencit, botol minum mencit, spoit, masker, handskun,
botol kaca, toples kaca, sendok, beaker glass, cawan porselen, tabung reaksi, rak
tabung, kompor dan kamera.
a) Uji Flavonoid
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan cara, sebanyak 1 ml ekstrak etanol
kulit Pisang Mas ditambahkan dengan serbuk magnesium 0,1 mg. Uji flavonoid
akan positif apabila terbentuknya lapisan merah.
26
b) Uji Tanin
Identifikasi alkaloid dilakukan dengan cara, sebanyak 2 ml ekstrak etanol
kulit Pisang Mas ditambahkan FeCl3 1%. Uji Tanin akan positif apabila
menghasilkan warna biru atau hitam kehijauan.
c) Uji Saponin
Sebanyak 2 ml sampel ekstrak etanol kulit Pisang Mas dicampur dengan
akuades hangat kemudian dikocok secara vertikal, apabila timbulnya busa yang
stabil setinggi lebih kurang 1 cm selama 10 menit menandakan positif adanya
saponin.
3.4.3.3 Aloksan
Aloksan yang diberikan rute subkutan dengan dosis 210mg/kgBB.
Aloksan serbuk dilarutkan dengan aquadest steril untuk injeksi (Berawi et al.,
2013).
3.4.3.4 Metformin
Metformin diberikan dengan dosis yang diberikan dalam bentuk suspensi
dengan Na Cmc 1%. Sediaan Metformin tablet 500 mg digerus dan ditambahkan
Na Cmc 1% sedikit sambil digerus sampai homogen dan volume cukupkan 50 ml
(Aer et al., 2013).
3.4.4 Perlakuan
Sebanyak 24 sampel mencit dipilih sesuai kriteria sampel lalu di
kelompokkan menjadi 6 kelompok berbeda yang terdiri dari 4 mencit jantan tiap
kelompok. Mencit ditimbang terlebih dahulu lalu di aklimatisasi selama 7 hari.
Selama adaptasi dan perlakuan mencit diberikan pakan makan dan minum sesuai
takaran. Makanan yang diberikan yakni pakan standar AD-1 sebanyak 4 g/hari
dan air minum sebanyak 7 ml/hari (Kusumawati, 2004). Setiap kelompok
dipelihara pada lokasi dan waktu yang sama serta kondisi yang sesuai. Sebelum
pemeriksaan kadar glukosa darah, mencit dipuasakan selama 16 jam terlebih
dahulu (Pasaribu et al., 2015). Pemeriksaan kadar glukosa awal (GDP0) terhitung
pada hari ke 0. Kemudian semua kelompok kecuali kelompok tanpa perlakuan
disuntikkan aloksan rute subkutan dengan dosis 210 mg/kgBB. Sekitar 24 jam
setelah penyuntikan aloksan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa
27
kedua (GDP1) atau kadar glukosa darah pada hari ke 1 untuk mengecek kadar
glukosa darah setelah induksi aloksan. Apabila mencit telah mengalami
hiperglikemik selanjutnya pada masing – masing kelompok diberikan perlakuan
akan diberikan perlakuaan dengan cara peroral sebagai berikut :
Tanpa Perlakuan (TP) : Sampel hanya diberikan diet standar
Kontrol Negatif (KN) : Sampel diberikan Aloksan (Hari ke 0) dan Na
CMC 1% (Hari ke 1 – 10)
Kontrol Positif (KP) : Sampel diberikan Aloksan (Hari ke 0) dan
Metformin (Hari ke 1 – 10)
Perlakuan 1 : Sampel diberikan Aloksan (Hari ke 0) dan Ekstrak etanol
kulit Pisang Mas 1 % (Hari ke 1 – 10)
Perlakuan 2 : Sampel diberikan Aloksan (Hari ke 0) dan Ekstrak etanol
kulit Pisang Mas 5% (Hari ke 1 – 10)
Perlakuan 3 : Sampel diberikan Aloksan (Hari ke 0) + Ekstrak etanol kulit
Pisang Mas 25 % (Hari ke 1 – 10)
Pemberian perlakuan dilakukan selama 10 hari (Haryoto et al., 2015).
Pengukuran kadar glukosa darah puasa pada sampel dilakukan pada hari ke 3 ke 7
dan ke 10 terhitung mulai atau setelah pengukuran kadar glukosa darah setelah
induksi aloksan (GDP1).
Analisis dilanjutkan dengan analisis uji Post Hoc Test metode Least
Significant Difference (LSD) untuk menghitung nilai kelompok yang berbeda.
Intrepretasi hasil uji LSD terhadap kelompok dengan nilai signifikansi p>0,05
menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (Adams, dan Lawrence, 2015).
29
500
400 GDP 0
300 GDP1
GDP2
200
GDP3
100
GDP 4
0
TP KN P1 P2 P3 KP
Kelompok Hewan Uji
20
persentase penurunan (%)
0 KN
-20 P1
-40 P2
P3
-60
KP
-80
-100
Hari ke-1 Hari ke-3 Hari ke-7 Hari ke-10
4.2. Pembahasan
Penelitian ini menguji aktivitas ekstrak etanol kulit Pisang Mas terhadap
penurunan kadar glukosa darah mencit (Mus musculus) yang diinduksi aloksan.
Ekstrak etanol kulit Pisang Mas diperoleh dengan proses ekstraksi metode
maserasi dengan bantuan sonikator (maserasi sonikasi) dengan menggunakan
pelarut etanol 70%. Pemilihan pelarut harus memenuhi beberapa pertimbangan
yaitu murah dan mudah, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak
mudah menguap dan terbakar, bersifat selektif menarik zat berkhasiat yang
dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Syamsuni, 2006). Selain itu,
pelarut didasarkan pada sifat kepolaran zat dalam pelarut saat ekstraksi. Senyawa
polar hanya akan larut pada pelarut polar dan senyawa non polar juga hanya akan
larut pada pelarut non polar (Gritter et al., 1991). Etanol dipertimbangkan sebagai
pelarut karena lebih selektif terhadap beberapa kapang dan kuman sulit tumbuh
dalam etanol, tidak beracun, netral dan absorbsinya baik. Etanol 70% sangat
efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang optimal dimana bahan
pengganggu hanya skala kecil yang turut ke dalam pelarut (Voight, 1994).
Pemilihan metode ekstraksi disesuaikan dengan sifat kimia atau senyawa
yang terkadung dalam bahan. Penggunakan sonikator dalam metode ekstraksi
maserasi atau metode maserasi sonikasi dengan memanfaatkan gelombang
ultrasonik bertujuan untuk mempersingkat pembuatan ekstrak (Ashley et al.,
2001). Beberapa keuntungan metode ekstraksi maserasi sonikasi yakni proses
pembuatan ekstrak tergolong sederhana dan cepat serta kemungkinan rusaknya
senyawa yang terkandung dalam suatu bahan dapat dihindari karena tidak
menggunakan pemanasan sehingga cocok digunakan untuk senyawa yang tidak
tahan panas. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan oleh Firdaus et al. (2010)
yang menyatakan ekstraksi sonikasi dapat meningkatkan efektivitas senyawa
alkaloid, flavonoid, dan polisakarida dari berbagai bagian tanaman.
Penelitian ini menggunakan 24 ekor mencit jantan dengan berat rata – rata
27 gram yang dibagi menjadi enam kelompok yaitu TP, KN, KP, P1, P2, dan P3.
Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan sebanyak 5 kali untuk masing –
masing kelompok dengan menggunakan alat glukometer merk Nesco dan mencit
dipuasakan terlebih dahulu selama 16 jam sebelum dilakukan pengukuran kadar
glukosa darah puasa (GDP). Hal ini dilakukan agar tidak terjadi metabolisme
glukosa dimana pada keadaan ini tubuh tidak mendapatkan asupan makanan
sehingga mengakibatkan terpotongnya jalur asupan glukosa dari sistem
pencernaan ke dalam darah. Terpotongnya jalur suplai glukosa dari sistem
pencernaan berdampak langsung pada kadar glukosa darah (Pasaribu et al., 2015).
Pengukuran darah yang pertama dilakukan sebelum pemberian perlakuan
sebagai nilai kadar glukosa darah awal (GDP0). Hasil pengukuran GDP0 (Tabel
5) diperoleh rata – rata kadar glukosa darah mencit semua kelompok berada dalam
kisaran normal sesuai dengan Kusumawati (2004) dimana kadar glukosa normal
mencit berkisar 62 – 140 mg/dl. Adanya perbedaan rata – rata kadar glukosa darah
awal hewan uji pada keenam kelompok. Hal ini disebabkan karena adanya variasi
biologis yang dimiliki oleh tiap hewan uji sehingga tidak memungkinkan untuk
memperoleh kadar glukosa darah yang tepat sama pada satu kelompok yang sama
(Pasaribu et al., 2015).
33
diperoleh hasil bahwa golongan senyawa yang terkandung pada ekstrak etanol
kulit Pisang Mas yaitu senyawa flavonoid, saponin dan tanin.
Pemeriksaan senyawa flavonoid pada ekstrak etanol kulit Pisang Mas
menunjukkan hasil positif yang dilakukan dengan penambahan serbuk magnesium
dan asam klorida sehingga dihasilkannya warna merah. Robinson (1995),
menyatakan bahwa penambahan serbuk magnesium dan asam klorida pada
pengujian flavonoid akan menyebabkan tereduksinya senyawa flavonoid yang ada
dalam sampel sehingga menimbulkan reaksi warna merah yang merupakan ciri
adanya flavonoid.
Flavanoid merupakan senyawa fenol yang dimiliki oleh banyak tanaman.
Flavanoid di dalam tubuh berfungsi sebagai antioksidan sehingga memiliki peran
sangat baik untuk melindungi struktur sel meningkatkan efektivitas vitamin C,
sebagai antiinflamasi dan sebagai antibiotik (Prakash, 2001). Mekanisme sebagai
antioksidan dengan menghambat reaksi oksidasi atau suatu senyawa yang dapat
menetralkan radikal bebas yang dapat melindungi jaringan dari kerusakan akibat
radikal bebas dengan melengkapi kekurangan elektron yang dimiliki oleh radikal
bebas yang dapat menimbulkan stress oksidatif (Aprilia et al., 2015). Antioksidan
flavonoid memiliki kemampuan untuk menurunkan stress oksidatif dan
mengurangi adanya ROS. Hal ini bersifat protektif terhadap sel B sebagai
penghasil insulin dan meningatkan sensitivitas insulin (Kaneto et al., 1999).
Senyawa flavanoid sebagai agen antihiperglikemik yang potensial karena
flavonoid berfungsi sebagai inhibitor glukosidase. Glukosidase inhibitor
menupakan agen potensial untuk terapi DM karena glukosidase mempengaruhi
proses biologis secara relevan. Enzim glukosidasi berlokasi di brush order
intestinal di dalam usus halus yang merupakan tempat absorbsi glukosa dan
fruktosa. Enzim glukosidasi dibutuhkan untuk pemecahan karbohidrat sebelum
diserap sebagai monosakarida. Penghambatan enzim alfa glukosidase ini
menyebabkan penundaan penyerapan glukosa yang pada akhirnya juga akan
menurunkan kadar glukosa darah (Hery, 2006). Selain itu, flavonoid memiliki
mekanisme dalam penghambatan fosfodieterase sehingga kadar cAMP dalam sel
beta pankreas meningkat (Puspati et al., 2013). Hal ini akan menstimulasi
pengeluaran protein kinase A (PKA). Peningkatan kadar cAMP akan
menyebabkan terjadinya penutupan pada kanal K+ ATP dalam membran plasma
sel beta. Keadaan ini akan mengakibatkan terjadinya depolarisasi membran dan
membukanya saluran Ca sehingga mempercepat masuknya ion Ca ke dalam sel.
Peningkatan ion Ca dalam sitoplasma sel beta akan menyebabkan peningakatan
sekresi insulin oleh sel beta pankreas (Harapan et al., 2010).
Uji kualitatif kandungan saponin dalam sampel uji ditentukan dengan
melihat terbentuknya busa yang stabil pada larutan uji. Pemeriksaan senyawa
saponin pada ekstrak etanol kulit Pisang Mas menunjukkan hasil positif dengan
adanya busa yang stabil dan bertahan cukup lama (Harborne, 1987). Saponin
mempunyai gugus hidrofilik dan hidrofob, saat dikocok gugus hidrofil akan
berikatan dengan air, sedangkan gugus hidrofob akan berikatan dengan udara
sehingga membentuk buih. Saponin merupakan senyawa kimia yang banyak
terdapat pada tanaman. Saponin dimetabolisme di dalam tubuh oleh mikroflora
yang berada di usus halus dan metabolitnya akan di absorbsi lewat gastrointestinal
kemudian bekerja secara sistemik. Saponin berfungsi sebagai antihiperglikemik
adalah triterpene saponin dengan mekanisme kerja yakni mencegah pengosongan
36
lambung dan mencegah peningkatan uptake glukosa pada brush order membran
intestinal. Selain itu saponin juga bekerja untuk mencegah penyerapan glukosa
dengan cara mencegah transpor glukosa menuju brush order intestinal di usus
halus yang merupakan tempat penyerapan glukosa sehingga mengakibatkan
penurunan kadar glukosa darah (Rao, 2000 ; Yoshikawa et al. 2006).
Pemeriksaan kandungan senyawa tanin dalam sampel uji ditentukan dengan
melihat adanya gumpalan gel yang cukup stabil dan berwarna hijau. Pemeriksaan
senyawa tanin pada ekstrak etanol kulit Pisang Mas menunjukkan hasil positif
yang dilakukan dengan penambahan FeCl3 dengan menghasilkan warna hijau dan
gumpalan gel. Pada penambahan larutan FeCl3 1% diperkirakan larutan ini
bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin. Hasil
pengujian yang dilakukan dengan menggunakan larutan FeCl3 akan menunjukkan
timbulnya warna hijau (Harborne, 1987). Terdapat berbagai mekanisme tanin
terhadap penurunan kadar glukosa darah. Tanin menurunkan absorbsi nutrisi dan
mengahmbat penyerapan glukosa di intestinal, selain itu menginduksi regenerasi
sel beta pankreas yang berefek pada sel adiposa sehingga menguatkan aktivitas
insulin. Tanin dapat memperbaiki stress oksidatif patologik pada keadaan
diabetik, serta bertindak sebagai anti radikal bebas dan mengaktifkan enzim
antioksidan yang meregenerasi sel beta pankreas (Kumari dan Jain, 2012).
Mekanisme proanthocyanidins dalam menurunkan glukosa darah dengan
menekan stress oksidatif. Penekanan stress oksidatif tersebut melalui
penghambatan peroksidasi lipid, dan generasi ROS (Yokozawa et al., 2012).
Pemberian ekstrak etanol kulit Pisang Mas memiliki pengaruh yang nyata
terhadap penurunan kadar glukosa darah. Pada penelitian ini menunjukkan
konsentrasi ekstrak etanol kulit Pisang Mas yang paling efektif pada konsentrasi
tertinggi yaitu konsentrasi 25% telah mampu menurunkan kadar glukosa darah
dengan persentase 74,28% mendekati presentase penurunan pada kelompok
kontrol positif metformin dosis 140mg/kgBB yaitu sebesar 78,30% dan keduanya
tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol normal. Berdasarkan Fidrianny
et al., (2003), suatu dosis yang memiliki efek mendekati normal menunjukkan
bahwa senyawa aktif yang terkandung di dalamnya terkonsentrasi efektif
optimum, sedangkan pada dosis lain masih kurang sehingga mempunyai efek
yang kurang efektif dan tidak memadai sehingga efek antihiperglikemik yang
muncul lebih kecil. Konsentrasi menunjukkan hasil hasil semakin tinggi dosis
ekstrak yang diberikan maka efek yang ditimbulkan juga semakin besar. Hal ini
disebabkan karena tingginya dosis yang diberikan sehingga konsentrasi senyawa
aktif pada ekstrak juga semakin tinggi dan menyebabkan kemampuan untuk
menekan atau daya anti semakin kuat (Purwaningdyah et al., 2015). Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa antihiperglikemik yang terdapat pada kulit Pisang
Mas dapat menjadi salah satu alternatif pengobatan hiperglikemia pada hewan
kesayangan di samping penggunaan injeksi insulin. Beberapa pertimbangannya
yaitu untuk menekan biaya pengobatan serta menghindari suntikan yang
menyakitkan serta efek samping dari injeksi insulin, serta mudah untuk diperoleh.
Kesuksesan terapi DM pada hewan kesayangan bergantung dari kerjasama
pemilik dan pengobatan yang dibutuhkan (AVMA, 2010).
Metformin dipilih sebagai kontrol positif sebab mekanisme kerja dari
metformin melalui peningkatan penggunaan glukosa oleh sel otot dan adiposa,
penurunan produksi glukosa di hepar, penurunan sensitifitas reseptor insulin dan
37
5. PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil
beberapa kesimpulan sebagai berikut :
Pemberian ekstrak etanol kulit Pisang Mas (Musa acuminata (AA group))
konsentrasi 1%, 5%, dan 25% selama 10 hari memberikan pengaruh
nyata terhadap penurunan kadar glukosa darah pada mencit (Mus
musculus) yang diinduksi aloksan (p<0,05)
Aktivitas ekstrak etanol kulit Pisang Mas (Musa acuminata (AA group))
konsentrasi 25% selama 10 hari pada mencit (Mus musculus) tidak
berbeda signifikan dengan metformin dosis 14mg/kgBB (p>0,05).
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang dilakukan maka hal yang dapat disarankan oleh
peneliti sebagai berikut :
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk formulasi sediaan
antihiperglikemik menggunakan ekstrak kulit Pisang Mas (Musa
acuminata (AA Group)
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk penggunaan ekstrak kulit Pisang
Mas (Musa cuminata (AA Group) pada kasus diabetes mellitus pada
hewan kesayangan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Erejuwa OO, Sulaiman SA, Ab Wahab MS, Salam SKN, Salleh MSM, Gurtu SI.
2011. Antioxidant Protective Effect of Glibenclamide and Metforminin
Combination with Honey in Pankreas of Streptozotocin – Induced
Diabetic Rats. Int J Mol Sci, 11, 2056-2066.
Farishal, Ahmad. 2017. Pengaruh Pemberian Ekstrak Kulit Pisang Kepok (Musa
acuminata) Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa 8 Jam Pada Mencit
Obesitas (Mus musculus L.) Galur Deutschland-Denken-Yoken (ddY).
Universitas Lampung : Bandar Lampung
Federer W. 1991. Statistics and Society: Data Collection and Interpretation. 2nd
Edition. New York: Marcel Dekker
Ferguson, D., M. Hoenig, and L. Cornelius. 1992. Small Animal Medical
Therapeutics. J. B. Lippincott Company, Philadelphia.
Fidrianny, I., Padmawinata, K., Soetarno, S. and Yulinah, E. 2003. Efek
Antihipertensi dan Hipotensi beberapa Fraksi dari Ekstrak Etanol Umbi
Lapis Kucai (Allium schoenoprasumL., Lliliaceae). Jurnal Matematika
dan Sains, 8(4) pp.147-150.
Filipponi P, Gregorio F, Cristallini S, Ferrandina C, Nicoletti I, Santeusanio F.
2008. Selective Impairment of Pancreatic a Cell Suppreession by Glucose
During Acute Alloxan – Induced Insulinopenia: in Vitro Study on Isolated
Perfused Rat Pankreas. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 3522213
[Online]. Diakses pada 6 Februari 2017.
Firdaus, M.T.,A. Izam dan R.P. Rosli. 2010. Ultrasonic–Assisted Extraction of
Triterpenoid Saponins from Mangrove Leaves. The 13th Asia Pacific
Confederation of Chemical Engineering Congress : Taipei.
Gaglia, W. Hii C. S. Howel S. L. 1985. Effect on Flavanoids on Insulin Secretin
& 4SCa2+ Handling in Rat Islet of Langerhans, Journal Endocrinol.
107:18
Gunawan dan Sulistia Gan. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Departemen
Farmakologi dan Terapuetik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia :
Jakarta
Ganong, W. F. 2008. Buku AjarFisiologi Kedokteran Edisi 22. Penerbit Buku
kedokteran EGC : Jakarta
Gordon, Jana. 2010. Insulin Therapy I the Dog and Cat (Proceedings).
http://veterinarycalendar.dvm360.com/insulin-therapy-dog-and-cat-
proceedings.[online] Diakses 8 Oktober 2017.
Gritter, R J., J. M. Bobbit., A. E. Schwarting. 1991. Pengantar Kromatografi.
Institut Teknologi Bandung : Bandung
Guyton A. C., Hall J. E. 2006. Textbook of Medical Physiology, 11th Ed. Elsevier :
Philladelpia
Harapan. Jamil KF. Hayati Z. Muhammad I. 2010. Peran Puasa Dalam
Remodelling Sel Enteroendokrin Untuk Mencegah Diabetes Mellitus Tipe
2. JIMKI vol 1 (1): 36-40
42
LAMPIRAN 1
PERHITUNGAN DOSIS
LAMPIRAN 2
HASIL UJI STATISTIK
1. Deskriptif
a. GDP0
b. GDP1
c. GDP2
d. GDP3
e. GDP4
49
b. GDP1
c. GDP2
d. GDP3
e. GDP4
50
b. GDP1
c. GDP2
d. GDP3
e. GDP4
51
b. GDP1
c. GDP2
d. GDP3
e. GDP4
52
b. GDP1
Multiple Comparisons
Nilai_Gula_Darah
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Perlaku Perlaku Mean Difference
an an (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
TP KN -336.000* 17.881 .000 -373.57 -298.43
KP -335.500* 17.881 .000 -373.07 -297.93
P1 -338.500* 17.881 .000 -376.07 -300.93
P2 -331.000* 17.881 .000 -368.57 -293.43
P3 -335.250* 17.881 .000 -372.82 -297.68
KN TP 336.000* 17.881 .000 298.43 373.57
KP .500 17.881 .978 -37.07 38.07
P1 -2.500 17.881 .890 -40.07 35.07
P2 5.000 17.881 .783 -32.57 42.57
P3 .750 17.881 .967 -36.82 38.32
KP TP 335.500* 17.881 .000 297.93 373.07
KN -.500 17.881 .978 -38.07 37.07
P1 -3.000 17.881 .869 -40.57 34.57
P2 4.500 17.881 .804 -33.07 42.07
P3 .250 17.881 .989 -37.32 37.82
P1 TP 338.500* 17.881 .000 300.93 376.07
KN 2.500 17.881 .890 -35.07 40.07
KP 3.000 17.881 .869 -34.57 40.57
P2 7.500 17.881 .680 -30.07 45.07
P3 3.250 17.881 .858 -34.32 40.82
P2 TP 331.000* 17.881 .000 293.43 368.57
KN -5.000 17.881 .783 -42.57 32.57
KP -4.500 17.881 .804 -42.07 33.07
P1 -7.500 17.881 .680 -45.07 30.07
P3 -4.250 17.881 .815 -41.82 33.32
P3 TP 335.250* 17.881 .000 297.68 372.82
KN -.750 17.881 .967 -38.32 36.82
KP -.250 17.881 .989 -37.82 37.32
P1 -3.250 17.881 .858 -40.82 34.32
P2 4.250 17.881 .815 -33.32 41.82
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
54
c. GDP2
Multiple Comparisons
Nilai_Gula_Darah
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Perlakua Perlakua Mean Difference (I-
n n J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
TP KN -470.750* 12.036 .000 -496.04 -445.46
KP -282.250* 12.036 .000 -307.54 -256.96
P1 -478.750* 12.036 .000 -504.04 -453.46
P2 -437.750* 12.036 .000 -463.04 -412.46
P3 -369.750* 12.036 .000 -395.04 -344.46
KN TP 470.750* 12.036 .000 445.46 496.04
KP 188.500* 12.036 .000 163.21 213.79
P1 -8.000 12.036 .515 -33.29 17.29
P2 33.000* 12.036 .013 7.71 58.29
P3 101.000* 12.036 .000 75.71 126.29
KP TP
282.250* 12.036 .000 256.96 307.54
d. GDP3
Multiple Comparisons
Nilai_Gula_Darah
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Perlaku Perlaku Mean Difference
an an (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
TP KN -387.750* 9.830 .000 -408.40 -367.10
KP -26.250* 9.830 .016 -46.90 -5.60
P1 -242.250* 9.830 .000 -262.90 -221.60
P2 -164.500* 9.830 .000 -185.15 -143.85
P3 -73.250* 9.830 .000 -93.90 -52.60
KN TP 387.750* 9.830 .000 367.10 408.40
KP 361.500* 9.830 .000 340.85 382.15
P1 145.500* 9.830 .000 124.85 166.15
P2 223.250* 9.830 .000 202.60 243.90
P3 314.500* 9.830 .000 293.85 335.15
KP TP 26.250* 9.830 .016 5.60 46.90
KN -361.500* 9.830 .000 -382.15 -340.85
P1 -216.000* 9.830 .000 -236.65 -195.35
P2 -138.250* 9.830 .000 -158.90 -117.60
P3 -47.000* 9.830 .000 -67.65 -26.35
P1 TP 242.250* 9.830 .000 221.60 262.90
KN -145.500* 9.830 .000 -166.15 -124.85
KP 216.000* 9.830 .000 195.35 236.65
P2 77.750* 9.830 .000 57.10 98.40
P3 169.000* 9.830 .000 148.35 189.65
P2 TP 164.500* 9.830 .000 143.85 185.15
KN -223.250* 9.830 .000 -243.90 -202.60
KP 138.250* 9.830 .000 117.60 158.90
P1 -77.750* 9.830 .000 -98.40 -57.10
P3 91.250* 9.830 .000 70.60 111.90
P3 TP 73.250* 9.830 .000 52.60 93.90
KN -314.500* 9.830 .000 -335.15 -293.85
KP 47.000* 9.830 .000 26.35 67.65
P1 -169.000* 9.830 .000 -189.65 -148.35
P2 -91.250* 9.830 .000 -111.90 -70.60
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
56
e. GDP4
Multiple Comparisons
Nilai_Glukosa_Darah
LSD
(I) (J) 95% Confidence Interval
Perlaku Perlaku Mean Difference
an an (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
TP KN -305.000* 15.849 .000 -338.30 -271.70
KP 9.000 15.849 .577 -24.30 42.30
P1 -182.500* 15.849 .000 -215.80 -149.20
P2 -106.000* 15.849 .000 -139.30 -72.70
P3 -16.000 15.849 .326 -49.30 17.30
KN TP 305.000* 15.849 .000 271.70 338.30
KP 314.000* 15.849 .000 280.70 347.30
P1 122.500* 15.849 .000 89.20 155.80
P2 199.000* 15.849 .000 165.70 232.30
P3 289.000* 15.849 .000 255.70 322.30
KP TP -9.000 15.849 .577 -42.30 24.30
KN -314.000* 15.849 .000 -347.30 -280.70
P1 -191.500* 15.849 .000 -224.80 -158.20
P2 -115.000* 15.849 .000 -148.30 -81.70
P3 -25.000 15.849 .132 -58.30 8.30
P1 TP 182.500* 15.849 .000 149.20 215.80
KN -122.500* 15.849 .000 -155.80 -89.20
KP 191.500* 15.849 .000 158.20 224.80
P2 76.500* 15.849 .000 43.20 109.80
P3 166.500* 15.849 .000 133.20 199.80
P2 TP 106.000* 15.849 .000 72.70 139.30
KN -199.000* 15.849 .000 -232.30 -165.70
KP 115.000* 15.849 .000 81.70 148.30
P1 -76.500* 15.849 .000 -109.80 -43.20
P3 90.000* 15.849 .000 56.70 123.30
P3 TP 16.000 15.849 .326 -17.30 49.30
KN -289.000* 15.849 .000 -322.30 -255.70
KP 25.000 15.849 .132 -8.30 58.30
P1 -166.500* 15.849 .000 -199.80 -133.20
P2 -90.000* 15.849 .000 -123.30 -56.70
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
57
Rata – Rata Kadar Glukosa Darah, Standar Deviasi dan Hasil Uji LSD
LAMPIRAN 3
DOKUMENTASI PENELITIAN
C. Pengujian
Pemberian ekstrak etanol kulit Pisang Mas Konsentrasi 1%, 5% dan 25%
LAMPIRAN 4
HASIL UJI FITOKIMIA
63
LAMPIRAN 5
HASIL DETERMINASI PISANG
64