SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi
ii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.
iii
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang di kutip
NPM : 0806453554
Tanda Tangan :
iv
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 12 Juli 2010
Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Departemen Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Penulis menyadari, sangat sulit menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
(1) Bapak Dr. Abdul Mun’im, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu, bantuan, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini;
(2) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI;
(3) Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas ilmu
pengetahuan dan bantuan yang telah diberikan selama menempuh pendidikan di
Departemen Farmasi FMIPA UI;
(4) Orang tua (Alm. Retno Wati dan Agus Sunyoto), kakek (H. Parmo), adik (Eki
dan Ega), tante Wenny, tante Fia yang senantiasa memberi dukungan dan doa
demi kelancaran studi penulis;
(5) Teman-teman seperjuangan Indah, Lia, Mamik, Devin, Rahmi, Nita, Mey,
Trias, Wardah atas segala bantuan dan kerja samanya selama penelitian ini
berjalan;
(6) Kakak-kakak, kak Aktsar, kak Desi yang telah memberi masukan dan
semangat;
(7) Teman-teman, Dewi, Suci yang telah berbagi selama perkuliahan; Dwi, Dini,
Ayu, Yani, Maulia, Eka, dan Dita yang telah memberikan semangat selama
penelitian ini berjalan;
(8) Laboran dan Staf Departemen Farmasi Universitas Indonesia yang telah
banyak membantu selama penelitian ini berjalan;
vi
Akhir kata penulis berharap SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.
Penulis
2012
vii
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak
memproduksi insulin secara cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
secara efektif. Salah satu terapi untuk diabetes melitus adalah menggunakan
inhibitor -glukosidase. -Glukosidase merupakan enzim yang berfungsi untuk
memecah karbohidrat menjadi glukosa. Penelitian sebelumnya membuktikan
bahwa ekstrak etanol daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) memiliki
penghambatan aktivitas -glukosidase dengan nilai IC50 9,11 µg/ml. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh fraksi paling aktif dari ekstrak metanol
daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang dapat menghambat aktivitas
-glukosidase dan identifikasi golongan senyawa dari fraksi paling aktif. Serbuk
simplisia daun jambu mete diekstraksi secara bertingkat dengan metode reflux
menggunakan n-heksana, etil asetat, dan metanol. Ekstrak metanol kering
kemudian difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dengan Sephadex LH-
20 dan eluen metanol 50%. Hasil menunjukkan bahwa fraksi E dari ekstrak
metanol memiliki penghambatan paling kuat terhadap aktivitas -glukosidase
dengan nilai IC50 49,37 µg/ml. Uji kinetika enzim menunjukkan bahwa fraksi E
dari ekstrak metanol mempunyai aktivitas penghambatan kompetitif. Golongan
senyawa kimia yang terdapat pada fraksi E daun jambu mete adalah flavonoid,
tanin, dan saponin.
Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that occurs either when the pancreas
can’t produce enough insulin or when the body can’t effectively use insulin. One
therapy used in treating DM is -glucosidase inhibitor. -Glucosidase is an
enzyme that breaks down carbohydrates into simple sugars. Ethanolic extract of
cashewnut (Anacardium occidentale L.) leaves has proved to inhibit -glucosidase
activity with IC50 values 9.11 µg/ml. The purpose of this research was to get the
fraction which had the highest -glucosidase inhibitory activity from the methanol
extract of cashewnut leaves and to identify phytochemical compounds from the
most active fraction. The powder was extracted by reflux using n-hexane, ethyl
acetate and methanol. Dry methanolic extract then fractionate by column
chromatography using Sephadex LH-20 and 50% methanol as the eluent. Fraction
E had the highest -glucosidase inhibitory activity with IC50 values 49.37 µg/ml.
The result of enzyme kinetics showed that fraction E has a competitive inhibitory
activity. Phytochemical identification showed that fraction E contained
flavonoids, tannins, and saponins.
ix Universitas Indonesia
Uji Penghambatan Aktivitas g-Glukosidase Fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Jambu
Mete (Anacardium occidentale L.) dan Penapisan Fitokimia dari Fraksi Paling Aktif
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 12 Juli 2012
Yang menyatakan
x Universitas Indonesia
1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
1.2 Manfaat ........................................................................................................ 2
xi Universitas Indonesia
xv Universitas Indonesia
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh fraksi teraktif dari ektrak
metanol daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang memiliki aktivitas
penghambatan –glukosidase dan mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi
teraktif.
1.3 Manfaat
Penelitian ini dapat dijadikan pendahuluan sehingga dapat dilakukan
penelitian lanjutan untuk mendapatkan senyawa dari ekstrak metanol daun jambu
mete yang dapat dikembangkan menjadi salah satu terapi untuk pengobatan
diabetes melitus.
Universitas Indonesia
2.2.2 Deskripsi
Habitus berupa pohon dengan tinggi ±12 m. Batang berkayu bentuk bulat,
bergetah, berwarna putih kotor. Daunnya tunggal, berwarna hijau, berbentuk bulat
telur dengan tepi rata dan pangkal runcing. Ujung daun membulat dengan
pertulangan menyirip, panjang daun 8-22 cm dan lebar 5-13 cm. Bunga majemuk,
bentuk malai, terletak di ketiak daun dan di ujung cabang, mempunyai daun
pelindung berbentuk bulat telur dengan panjang 5-10 mm dan berwarna hijau.
Kelopak bunga berambut dengan panjang 4-5 mm dan berwarna hijau muda.
Mahkota bunga berbentuk runcing, saat masih muda berwarna putih setelah tua
berwarna merah. Tipe buah berupa buah batu, keras, melengkung, panjangnya ±3
cm, berwarna hijau kecoklatan. Biji berbentuk bulat panjang, melengkung, pipih
dan berwarna putih. Akarnya berupa akar tunggang lebih dari 3 m dalamnya dan
berwarna coklat (Proseanet.org).
Universitas Indonesia
2.2.3 Manfaat
Kulit batang pohon jambu mete berkhasiat sebagai obat kumur. Akarnya
dapat berkhasiat sebagai pencuci perut dan daunnya dapat digunakan untuk obat
luka bakar. Cairan dari kulit kayu jambu mete dapat digunakan untuk bahan tinta,
bahan pencelup, atau bahan pewarna. Gum dari batang pohon digunakan untuk
perekat buku.
Universitas Indonesia
HO OH
CH3
(CH2)14
Kulit jambu mete memiliki kandungan fenolik seperti asam anakardat, kardol, dan
kardanol (Kumar et.al., 2001). Buah jambu mete mengandung senyawa yang
mudah menguap seperti asam resorsinol, asam anakardat, karotenoid, vitamin C,
fenol, dan tannin (de Brito et.al., 2007).
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak), terus menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
Universitas Indonesia
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi daripada temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40o-50oC.
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96o-98oC)
selama waktu tertentu (15-20 menit).
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan temperatur sampai
titik didih air.
kepolarannya secara bertahap, baik dengan pelarut tunggal ataupun kombinasi dua
pelarut yang berbeda kepolarannya dengan perbandingan tertentu sesuai tingkat
kepolaran yang dibutuhkan.
b. Biguanide
Universitas Indonesia
c. Inhibitor -glukosidase
Contoh dari kelompok inhibitor -glukosidase adalah akarbose. Obat ini
bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia postprandial. Enzim alfa-glukosidase berfungsi sebagai enzim
pemecah karbohidrat menjadi glukosa. Akibat klinis pada penghambatan enzim
adalah untuk meminimalkan pencernaan dan juga absorbsi karbohidrat yang
masuk ke dalam usus sehingga dapat menurunkan glikemik setelah makan dan
menciptakan efek hemat insulin.
d. Thiazolidindione
Thiazolidindione merupakan suatu golongan obat antidiabetes oral yang
dapat meningkatkan sensitivitas insulin terhadap jaringan sasaran. Senyawa aktif
dalam golongan obat ini adalah rosiglitazone dan pioglitazone. Kerja utama
senyawa ini adalah mengurangi resistensi insulin dengan meningkatkan
pengambilan glukosa dan metabolisme dalam otot dan jaringan lemak. Obat ini
tidak dianjurkan pada pasien dengan penyakit hati akut. Efek tidak diinginkan
antara lain edema, dan pada penggunaan dalam kombinasi dengan insulin atau
sulfonilurea dapat terjadi hiperglikemia.
e. Meglitinide
Meglitinide merupakan golongan obat yang merangsang sekresi insulin.
Senyawa aktif golongan ini adalah repaglinide. Obat ini memodulasi pengeluaran
Universitas Indonesia
produksi insulin sel yang salah satunya dengan mencetuskan pelepasan insulin
segera setelah makan. Meglitinide tidak mempunyai efek langsung pada eksitosis
insulin. Repaglinide memiliki kerja yang sangat cepat, konsentrasi dan efek
puncak dalam waktu 1 jam. Repaglinide diindikasikan untuk mengontrol
perjalanan glukosa pasca-prandial. Megtilinide digunakan hati-hati pada pasien
gangguan fungsi hati.
2.5 Enzim
Enzim adalah katalis yang dapat mempercepat reaksi tanpa mengalami
perubahan secara permanen sebagai konsekuensi dari keikutsertaannya dalam
reaksi yang bersangkutan. Enzim yang mengkatalisis perubahan satu atau lebih
senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) meningkatkan
laju reaksi setidaknya 106 kali lebih cepat dibandingkan jika tanpa dikatalisis.
Laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah suhu, pH, dan konsentrasi substrat (Murray, Granner, &
Rodwell, 2009).
2.5.1 -Glukosidase
-Glukosidase adalah enzim yang bertanggung jawab terhadap penguraian
karbohidrat menjadi glukosa. Karbohidrat akan dicerna oleh enzim di dalam mulut
dan usus menjadi gula yang lebih sederhana, kemudian diserap ke dalam tubuh
dan meningkatkan kadar gula darah (Chisholm-Burn, et al., 2008). -Glukosidase
merupakan enzim yang berada di sepanjang dinding usus halus. Enzim yang
terpenting adalah maltase yang menghidrolisis maltosa, sukrase yang
menghidrolisis sukrosa, dan isomaltase yang mengkatalisis pemecahan
maltotriosa. Selain itu, terdapat glukoamilase yang dapat melepas satu residu gula
dari ujung dekstrin yang tidak tereduksi (Coulson, 1994). Penghambatan pada
enzim ini dapat menunda penyerapan karbohidrat pada saluran pencernaan,
sehingga dapat mencegah peningkatan konsentrasi glukosa darah setelah makan
(Chisholm-Burn, et al., 2008).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dosis akarbose dimulai dengan dosis rendah (25 mg satu kali sehari),
kemudian ditingkatkan secara bertahap setelah beberapa bulan sampai dosis
maksimum (50 mg tiga kali sehari untuk pasien dengan berat badan ≤ 60 kg atau
100 mg tiga kali sehari untuk pasien dengan berat badan > 60 kg) (Dipiro, et al.,
2005).
(2.1)
dibalik
(2.2)
faktor
(2.3)
Universitas Indonesia
dan disederhanakan
(2.4)
a. Inhibisi kompetitif
Inhibisi kompetitif klasik terjadi pada tempat aktif ikatan substrat
(katalitik). Pada umumnya, struktur kimia sebuah inhibitor (I) menyerupai
struktur kimia substrat (S) atau biasa disebut analog substrat. Inhibitor (I) dapat
berikatan secara reversible dengan enzim (E) sehingga yang seharusnya
membentuk kompleks Enzim-Substrat (ES), justru membentuk kompleks Enzim-
Inhibitor (EI). Jika Substrat (S) dan Inhibitor (I) sama-sama ada, maka akan saling
bersaing untuk memperebutkan tempat aktif ikatan yang sama pada permukaan
enzim (E).
Untuk inhibisi kompetitif klasik, garis yang menghubungkan titik data
eksperimen bertemu di sumbu y (Gambar 2.6). Karena perpotongan sumbu y =
1/Vmax, pola ini menunjukkan bahwa ketika 1 / [S] = 0, vi akan sama seperti pada
keadaan tanpa penghambat (ekstrak).
kompetitif sederhana, Enzim (E) dan Enzim-Inhibitor (EI) memiliki afinitas yang
sama terhadap substrat (S) (Gambar 2.7). Inhibisi non kompetitif yang lebih
kompleks terjadi ketika pengikatan Inhibitor (I) tidak mempengaruhi afinitas
enzim terhadap substrat.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2. pH larutan
Senyawa yang sangat sensitif oleh pengaruh pH maka penetapan kadar
senyawa dilakukan pada titik isobestis (panjang gelombang dimana suatu senyawa
dengan konsentrasi sama, tetapi pH tidak sama memberikan serapan yang sama).
3. Kadar larutan
Jika konsentrasi tinggi akan terjadi polimerisasi yang menyebabkan
maksimum berubah sama sekali atau harga intensitas sinar yang datang lebih
rendah dari sinar yang diabsorbsi.
4. Tebal larutan
Jika digunakan kuvet dengan tebal berbeda akan memberikan spektrum
serapan yang berbeda.
5. Lebar celah
Makin lebar celah maka makin lebar pula serapan, cahaya makin
polikromatis, resolusi dan puncak-puncak tidak sempurna.
Akibat perubahan faktor-faktor diatas dapat menyebabkan perubahan
serapan/daya serap dan panjang gelombang maksimum suatu senyawa. Oleh
karena itu pada setiap analisis kualitatif maupun kuantitatif semua faktor tersebut
harus dijelaskan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.8.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang larut dalam air dan
mengandung sistem aromatik terkonjugasi sehingga mampu menunjukan pita
serapan kuat pada daerah UV. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan,
terikat dengan gula sebagai glikosida dengan aglikon flavonoid.
2.8.3 Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa yang dibangun dari dua atau lebih
monomer isoprena CH2=C(CH3)--CH=CH2. Terpenoid terdiri atas beberapa
macam senyawa, seperti, komponen minyak atsiri, yaitu monoterpen dan
seskuiterpen yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpen yang lebih sukar
menguap (C20), sampai senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol
(C30), serta pigmen karotenoid (C40). Secara kimia, senyawa ini larut dalam lemak
dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan.
2.8.4 Tanin
Tanin banyak terdapat dalam tumbuhan berpembuluh, dan terdapat dalam
jaringan berkayu pada angiospermae. Tanin dapat bereaksi dengan protein
membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat
dua jenis utama tanin dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi terdapat dalam
Universitas Indonesia
2.8.6 Saponin
Adanya saponin dalam tumbuhan dapat diketahui dari terbentuknya busa
saat mengekstraksi tumbuhan atau saat memekatkan tumbuhan. Pemekatan
ekstrak alkohol-air pada tumbuhan yang mengandung saponin sangat sulit,
meskipun telah digunakan evaporator. Oleh karena itu, salah satu pengujian
saponin sederhana adalah dengan mengocok ekstrak alkohol-air dari tumbuhan
dalam tabung reaksi dan diperhatikan terbentuknya busa yang tahan lama pada
permukaan cairan. Saponin juga dapat diperiksa dalam ekstrak kasar berdasarkan
kemampuannya dalam menghemolisis sel darah. Namun, lebih baik bila uji
sederhana tersebut dipastikan dengan KLT dan pengukuran spektrum.
2.8.7 Kuinon
Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai gugus kromofor
dasar yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan
rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning
pucat sampai hampir hitam, dan strukturnya telah dikenal dalam jumlah banyak.
Walaupun mereka tersebar luas dan strukturnya sangat beragam, peran pigmen ini
terhadap warna tumbuhan pada tumbuhan tinggi relatif kecil karena warnanya
dapat tertutupi oleh pigmen lain.
Universitas Indonesia
3.2 Bahan
3.3.1 Bahan Uji
Serbuk simplisia diperoleh dari Balai Penelitian Obat dan Aromatik
(BALITRO), Bogor, dan telah di determinasi di Herbarium Bogoriensis, Pusat
Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
3.3 Alat
Alat refluks, oven (Hotpack vacum oven), timbangan analitik (AND HR-
200), rotary vacuum evaporator (Janke & Kunkel IKA, Jerman), pH meter
(Eutech Instruments), spektrofotometer UV-Vis (T80+ UV/VIS spektrometer, PG
Instrument Ltd), kuvet kuarsa (Merck), vortex mixer, plate reader (BioTek Elx80,
23 Universitas Indonesia
3.4.2 Fraksinasi
Ekstrak kental metanol yang didapatkan dari proses ekstraksi kemudian
difraksinasi dengan metode kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan
adalah Sephadex LH-20, fase gerak/eluen merupakan campuran metanol 50%.
Kolom yang digunakan memiliki tinggi 49 cm, dan diameter 4,5 cm. Ekstrak
kental metanol ditimbang ± 5 gram. Fase diam yaitu Sephadex LH-20 dilarutkan
terlebih dahulu ke dalam campuran eluen kemudian dimasukkan ke dalam kolom.
Setelah terbentuk kolom yang padat, dimasukkan kertas saring kemudian ekstrak
metanol. Sebelum dimasukkan ke dalam kolom, ekstrak kental metanol dilarutkan
dengan sedikit eluen. Hasil fraksi ditampung ke dalam tabung reaksi 20 ml
kemudian digabungkan dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS pada
Universitas Indonesia
panjang gelombang yang bervariasi yaitu 275, 300, 325, 350, dan 375 nm. Fraksi
yang telah digabung kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator
dengan suhu 50oC dan kecepatan 40 rpm.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Volume
Reagen (µL)
Uji Kontrol
DMSO 2 2
Dapar fosfat (pH 6,8) 63 63
Substrat (20 mM; 10 mM; 5mM; 2,5
10 10
mM; 1,25 mM; dan 0,625 mM)
Inkubasi pada suhu 37oC, 5 menit
Enzim 25 -
Natrium karbonat 200 mM - 100
Inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit
Enzim - 25
Natrium karbonat 200 mM 100 -
Ukur absorbansi pada = 405 nm dengan microplate reader
Universitas Indonesia
Volume (µL)
Reagen
Uji Kontrol
DMSO 2 2
Dapar fosfat (pH 6,8) 63 63
Substrat 10 mM 10 10
Inkubasi pada suhu 37oC, 5 menit
Enzim 25 -
Natrium karbonat 200 mM - 100
Inkubasi pada 37oC selama 15 menit / 20 menit / 30 menit / 40 menit
Enzim - 25
Natrium karbonat 200 mM 100 -
Ukur absorbansi pada = 405 nm dengan microplate reader
b. Larutan Sampel
Sebanyak 10 mg ekstrak atau fraksi dilarutkan dengan sedikit dimetil
sulfoksida kemudian dicukupkan volumenya dengan dapar fosfat pH 6,8 pada
labu ukur 10,0 mL sehingga didapatkan larutan ekstrak atau fraksi dengan
konsentrasi 1000 ppm.
Universitas Indonesia
c. Akarbose
Sebanyak 1-6 L larutan akarbose, 59-64 L dapar fosfat pH 6,8 dan 10
L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Lalu ditambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL, diinkubasi
pada suhu 37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 100 L Na2CO3 200
mM. Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.
d. Kontrol Akarbose
Sebanyak 1-6 L larutan akarbose, 5λ- 64 L dapar fosfat pH 6,8 dan 10
L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Ditambahkan 100 L Na2CO3 200 mM, lalu diinkubasi pada suhu
Universitas Indonesia
37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL.
Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.
e. Sampel
Sebanyak 1 L – 30 L larutan sampel, 35- 63 L dapar fosfat pH 6,8 dan
10 L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Lalu ditambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL, diinkubasi
pada suhu 37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 100 L Na2CO3 200
mM. Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.
f. Kontrol Sampel
Sebanyak 1 L – 30 L larutan sampel, 35- 63 L dapar fosfat pH 6,8
dan 10 L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Ditambahkan 100 L Na2CO3 200 mM, lalu diinkubasi pada suhu
37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL.
Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.
Universitas Indonesia
Volume (µL)
Kontrol Kontrol
Reagen Blanko Sampel
Blanko Sampel
(B) (S)
(KB) (KS)
Ekstrak/ -
- 1 - 30 1 - 30
fraksi/akarbose
DMSO 2 2 - -
Dapar fosfat 63 63 35 - 64 35 - 64
Substrat 10 10 10 10
Inkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit
Enzim - 25 - 25
Natrium karbonat 100 - 100 -
Inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit
Enzim 25 - 25 -
Natrium karbonat - 100 - 100
Ukur absorbansi pada = 405 nm dengan microplate reader
Universitas Indonesia
Volume (µL)
Tanpa Kontrol Dengan Kontrol
Reagen
Inhibitor (TI) Inhibitor (DI)
(TI) (DI)
Fraksi aktif - - 10 10
DMSO 2 2 - -
Dapar 63 63 63 63
Substrat (1,25 mM, 2,5
mM, 5 mM, 10 mM, dan 10 10 10 10
20 mM)
Inkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit
Enzim 25 100 25 100
Inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit
Na2CO3 100 25 100 25
Ukur absorbansi pada = 405 nm dengan microplate reader
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
35 Universitas Indonesia
4.2 Fraksinasi
Ekstrak kental metanol yang diperoleh dilakukan pemisahan dengan
menggunakan kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan adalah sephadex
LH-20. Sephadex dipilih karena bekerja dengan prinsip memisahkan berdasarkan
berat molekul (BM), berat molekul yang besar akan terelusi terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan berat molekul yang lebih kecil (Muchtar, Yusmeiarti, dan
Yeni, 2008). Fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol dan air karena
Sephadex LH-20 stabil pada campuran air dan pelarut organik (Amerscham
Biosciences, 2010). Kolom yang digunakan memiliki tinggi 49 cm dan diameter
4,5 cm. Ekstrak metanol yang digunakan dalam kolom 5,1166 gram. Fraksi
ditampung dalam tabung reaksi 20 ml dan didapatkan 65 fraksi. 65 fraksi yang
didapatkan kemudian digabungkan dengan spektrofotometri UV-VIS dengan
variasi panjang gelombang yaitu 275 nm, 300 nm, 325 nm, 350 nm, dan 375 nm.
Sehingga dari kromatografi kolom didapatkan 13 fraksi gabungan. Fraksi yang
telah digabungkan kemudian diuapkan kembali dengan rotary vacuum evaporator
pada suhu 40-500C hingga didapatkan fraksi kering metanol.
Universitas Indonesia
nm. Untuk mengoreksi hasil serapan maka dibuat kontrol, dimana pada kontrol
dilakukan penambahan natrium karbonat terlebih dahulu yaitu setelah inkubasi 5
menit dan penambahan enzim -glukosidase setelah inkubasi 30 menit. Hasil
optimasi konsentrasi substrat terlihat pada Tabel 4.2. Dari hasil variasi konsentrasi
substrat didapatkan konsentrasi 10 mM substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosa
merupakan konsentrasi optimum enzim yaitu, enzim bekerja optimal sebelum
menjadi jenuh (Gambar 4.1). Sehingga konsentrasi 10 mM ini yang akan
digunakan untuk pengujian pada sampel yaitu ekstrak dan fraksi.
Universitas Indonesia
Gambar 4.2 Grafik Optimasi Waktu Inkubasi 15 menit; 20 menit, 30 menit, dan
40 menit
Universitas Indonesia
diperoleh konsentrasi ekstrak 1000 µg/ml. Dari larutan induk ekstrak 1000 µg/ml
di pipet sehingga diperoleh larutan ekstrak dengan konsentrasi yang diinginkan.
Pengamatan aktivitas enzim dilakukan dengan membandingkan absorbansi
sampel (S1) dengan blanko (B1). Larutan sampel (S1) adalah larutan uji yang berisi
ekstrak sedangkan larutan blanko (B1) adalah larutan uji tanpa sampel/ekstrak
yang memiliki perlakuan yang sama dengan sampel, yaitu ditambahkan enzim
terlebih dahulu kemudian reaksinya dihentikan dengan penambahan natrium
karbonat. Larutan sampel dan larutan blanko masing-masing memiliki kontrol
yang memiliki perlakuan yang sama, yaitu dilakukan penambahan natrium
karbonat terlebih dahulu kemudian ditambahkan enzim. Kontrol sampel (S0) dan
kontrol blanko (B0) digunakan sebagai faktor koreksi terhadap sampel dan blanko.
Dan produk yang dihasilkan dari reaksi antara -glukosidase dan p-nitrofenil- -D-
glukopiranosa diukur serapannya pada panjang gelombang 405 nm.
Hasil penghambatan enzim pada standar akarbose didapatkan dengan nilai
IC50 238.76 µg/ml. Ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol memiliki
penghambatan yang lebih tinggi dibandingkan akarbose. IC50 ekstrak n-heksana,
ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol berturut-turut adalah 56,17; 43,66; 54,69
µg/ml. Akarbose memiliki penghambatan yang lebih kecil dibandingkan dengan
sampel karena menurut hasil penelitian sebelumnya, -glukosidase memiliki
spektrum yang luas terdiri dari dua tipe, tipe 1 dari S. cereviasiae dan tipe dari
spesies mamalia. Selain itu, voglibose dan akarbose memiliki efek penghambatan
yang tinggi pada -glukosidase yang berasal dari mamalia tetapi tidak mempunyai
aktivitas menghambat enzim dari S. cereviasiae (Dewi, Tachibana, Itoh, Kardono,
2011) . Dari hasil tersebut maka dilakukan pengujian aktivitas pada tiap fraksi
metanol.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Hasil plot menunjukkan bahwa fraksi E dari ekstrak metanol daun jambu
mete (Anacardium occidentale L.) dengan konsentrasi 50 µg/ml memiliki
mekanisme penghambatan kompetitif. Berdasarkan hasil plot didapatkan harga
Vmax yang sama antara fraksi dan kontrol tanpa inhibitor. Pernyataan tersebut
dapat dilihat dari hasil plot Lineweaver-Burk antara sistem tanpa inhibitor dengan
sistem dengan inhibitor 50 µg/ml yang menunjukkan adanya perpotongan kedua
persamaan garis di sumbu y (penghambatan kompetitif).
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji aktivitas penghambatan g-glukosidase ekstrak metanol
dari daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) didapatkan IC50 54,69 µg/ml.
Dan dilakukan uji terhadap fraksi dari ekstrak metanol dan didapatkan bahwa
fraksi kelima (fraksi E) dari ektrak metanol memiliki aktivitas penghambatan
tertinggi terhadap enzim g-glukosidase dari kelima fraksi yang di uji dengan IC50
49,37 µg/ml. Dan uji kinetika menunjukkan fraksi kelima (fraksi E) tersebut
memiliki mekanisme penghambatan kompetitif. Hasil identifikasi golongan kimia
menunjukkan bahwa fraksi teraktif dari ekstrak metanol mengandung flavonoid,
saponin, dan tanin.
5.2 Saran
Untuk mendukung data penelitian ini, hendaknya dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan melakukan isolasi dan karakterisasi senyawa aktif pada daun
jambu mete sehingga tanaman tersebut lebih dimungkinkan untuk dikembangkan
dalam pengobatan diabetes melitus.
43 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Assuncao, R. B., & Mercadante, A. Z. (2003). Carotenoids and ascorbic acid from
cashew apple (Anacardium occidentale L.) variety and geographic effects.
Food Chemistry, 81, 495–502.
Basuki, T., Dewiyanti, I.D., Artanti, N., & Kardono, L. (2002). Evaluasi aktivitas
daya hambat terhadap enzim alfa glukosidase dari ekstrak kulit batang,
daun, bunga dan buah kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack.).
Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI, 314-318.
Coulson, C.J. (1994). Molecular mechanism of drugs action (2nd ed.). London:
Taylor & Francis.
Dewi, R.T., Tachibana S., Itoh K., Kardono, L.B.S. (2011). -Glucosidase
inhibitory and antioxidant activity of Aspergillus terreus MC751.
Prosiding Seminar International The 2nd International Conference on
Pharmacy and Advancer Pharmaceutical. Yogyakarta : Faculty of
Pharmacy Universitas Gadjah Mada.
Holman, R.R., Cull C.A., & Turner R.C. (1999). A randomized double-blind trial
of acarbose in type 2 diabetes shows improved glycemic control over 3
years (U.K. Prospective Diabetes Study 44). Diabetes Care 22 : 960-964.
Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba Medika.
Universitas Indonesia
Kosman Rachmat, dan Herman Hendra. (2009). Uji efek penghambatan enzim
xantin oksidase oleh infus daun jambu mete (Anacardium occidentale)
berdasarkan parameter farmakokinetik kofein. Majalah Farmasi dan
Farmakologi, 13 (1), ISSN 1410-7031.
Linn, W.D., Wofford, M.R., O’Keefe, M.E., & Pose, L.M. (2009).
Pharmacotherapy in primary care. New York: McGraw-Hill, 279-298.
Muchtar, H., Yusmeiarti, Yeni, G. (2008). Pengaruh jenis absorban dalam proses
isolasi katechin gambir. Jurnal Riset Industri Vol. 2, 1, 14-23.
Murray, R.K., Granner, D.K., & Rodwell, V.W. (2009). Biokimia harper edisi 27
ter. dari Harper’s biochemistry 27th oleh Brahm U.Pendit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 53;65; 68-74.
Sigma. (2011). Sigma Aldrich Co. LLC. Retrieved Februari 10, 2012, from
www.sigmaaldrich.com/
Universitas Indonesia
Soesatyo B., Pinandito M. Standar Filter untuk Kalibrasi Micro plate Reader.
Sulistyawati Dewi, dan Mulyati Sri. (2009). Uji aktivitas anti jamur infusa daun
jambu mete (Anacardium occidentale, L) terhadap Candida albicans.
Biomedika, 2 (1), ISSN 1979-35X.
Wagner, H., Bladt, S., & Zgainski, E. (1984). Plant drug analysis: A thin layer
chromatography atlas. New York: Springer-Verlag.
Zanatta, L. et.al. (2007). Effect of crude extract and fraction from Vitex
megapotamica leaves on hyperglycemia in alloxan-diabetic rats.
Ethnopharmacol, 109, 151-155.
Universitas Indonesia
a b
a b
Gambar 4.5 Kromatogram Saponin (a) Fraksi E (b) Orthosipon folium disemprot
larutan anisaldehid-asam sulfat , dengan eluen sampel eluen butanol : asam
asetat glasial : akuades (5: 1 : 4)
a b
Gambar 4.6 Kromatogram Tanin (a) Fraksi E (b) standar (Tea sinensis)
disemprot dengan larutan FeCl3 10%. dengan eluen butanol : asam asetat glasial :
akuades (4: 1 : 5)
Berat ekstrak
Ekstrak Berat simplisia (g) Rendemen (%)
(g)
n-Heksana 28,6 1,43
Tabel 4.2. Optimasi Konsentrasi Substrat 20 mM; 10 mM; 5 mM; 2,5 mM; 1,25
mM; dan 0,625 mM
Tabel 4.3. Optimasi Waktu Inkubasi 15 menit; 20 menit; 30 menit; dan 40 menit
B (Blanko) 0.478
B (Blanko) 0,546
Keterangan: A1= Serapan pertama; A2= Serapan kedua (duplo); S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel;
IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim
dalam kondisi pengujian.
Tabel 4.6. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Ekstrak Etil Asetat
B (Blanko) 0.242
Keterangan: A1= Serapan pertama; A2= Serapan kedua (duplo); S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel;
IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim
dalam kondisi pengujian.
B (Blanko) 0,5615
Keterangan: A1= Serapan pertama; A2= Serapan kedua (duplo); S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel;
IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim
dalam kondisi pengujian.
S1 0,502
S1 0,488
S1 0,436
S1 0,218
S1 0,087
Blanko 0,524
Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.
S1 0,431
S1 0,416
S1 0,42
S1 0,245
S1 0,137
Blanko 0,544
Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.
Serapan (A) %
S1 0,592
S1 0,571
S1 0,575
S1 0,317
S1 0,183
B (Blanko) 0,6028
Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.
S1 0,615
S1 0,57
S1 0,633
S1 0,892
S1 1,086
Blanko 0,5665
Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.
S1 0,643
S1 0,602
S1 0,692
S1 0,854
S1 0,939
Blanko 0,5762
Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.
S1 0,805
5 µg/ml
S0 0,072 0,733 -33,881
S1 0,779
10 µg/ml
S0 0,101 0,678 -23,836
S1 0,791
25 µg/ml
S0 0,184 0,607 -10,868
72,29
S1 0,766
50 µg/ml
S0 0,384 0,382 30,228
S1 0,743
75 µg/ml
S0 0,491 0,252 53,973
S1 0,799
100 µg/ml
S0 0,691 0,108 80,274
Blanko 0,5475
Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.
Konsentrasi
Serapan (V)
1/V1 1/V2
Substrat [S] V0 V1 V2 1/[Substrat] 1/V0
2,9069 2,7322
20 mM 0,704 0,344 0,366 0,05 1,4204
5,18134 4,7169
10 mM 0,601 0,193 0,212 0,1 1,6638
8,47457 6,5789
5 mM 0,523 0,118 0,152 0,2 1,9120
15,6250 9,0090
2,5 mM 0,334 0,064 0,111 0,4 2,9940
a b Vmax Km
Fraksinasi
ekstrak
Serbuk simplisia 2 kg
Ekstraksi dengan
refluks, pelarut
n-heksana
hingga enam kali
Diuapkan
dengan Ekstraksi dengan
rotavapor refluks, pelarut
50oC, 40 rpm metanol hingga
Ekstrak kental enam kali
etil asetat
Diuapkan
dengan
rotavapor
50oC, 40 rpm
Ekstrak kental
metanol
Fraksinasi
Fase diam : Sephadex LH-20
Fase gerak : Metanol 50%
Didapatkan
65 Fraksi
Didapatkan
13 fraksi gabungan