Anda di halaman 1dari 80

UNIVERSITAS INDONESIA

UJI PENGHAMBATAN AKTIVITAS g-GLUKOSIDASE


FRAKSI DARI EKSTRAK METANOL DAUN JAMBU METE
(Anacardium occidentale Linn.) DAN PENAPISAN FITOKIMIA
DARI FRAKSI PALING AKTIF

SKRIPSI

ELSA UTAMI PUTRI


0806453554

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JULI 2012

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


UNIVERSITAS INDONESIA

UJI PENGHAMBATAN AKTIVITAS g-GLUKOSIDASE


FRAKSI DARI EKSTRAK METANOL DAUN JAMBU METE
(Anacardium occidentale Linn.) DAN PENAPISAN FITOKIMIA
DARI FRAKSI PALING AKTIF

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

ELSA UTAMI PUTRI


0806453554

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JULI 2012

ii

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa
skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang
berlaku di Universitas Indonesia.

Jika di kemudian hari ternyata saya melakukan plagiarisme, saya akan


bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh
Universitas Indonesia kepada saya.

Depok, 12 Juli 2012

Elsa Utami Putri

iii

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang di kutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Elsa Utami Putri

NPM : 0806453554

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Juli 2012

iv

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :


Nama : Elsa Utami Putri
NPM : 0806453554
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase Fraksi
dari Ekstrak Metanol Daun Jambu Mete (Anacardium
occidentale L.) dan Penapisan Fitokimia dari Fraksi
Paling Aktif

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Abdul Mun’im, M.S, Apt. ( )

Penguji I : Dr. Berna Elya, M.Si. ( )

Penguji II : Drs. Hayun, M.Si. ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 12 Juli 2010

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji penulis panjatkan kepada Allah SWT
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi di Departemen Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Penulis menyadari, sangat sulit menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
(1) Bapak Dr. Abdul Mun’im, MS selaku dosen pembimbing skripsi dan
pembimbing akademik yang telah menyediakan waktu, bantuan, tenaga, dan
pikiran untuk mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini;
(2) Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S., selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA UI;
(3) Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI atas ilmu
pengetahuan dan bantuan yang telah diberikan selama menempuh pendidikan di
Departemen Farmasi FMIPA UI;
(4) Orang tua (Alm. Retno Wati dan Agus Sunyoto), kakek (H. Parmo), adik (Eki
dan Ega), tante Wenny, tante Fia yang senantiasa memberi dukungan dan doa
demi kelancaran studi penulis;
(5) Teman-teman seperjuangan Indah, Lia, Mamik, Devin, Rahmi, Nita, Mey,
Trias, Wardah atas segala bantuan dan kerja samanya selama penelitian ini
berjalan;
(6) Kakak-kakak, kak Aktsar, kak Desi yang telah memberi masukan dan
semangat;
(7) Teman-teman, Dewi, Suci yang telah berbagi selama perkuliahan; Dwi, Dini,
Ayu, Yani, Maulia, Eka, dan Dita yang telah memberikan semangat selama
penelitian ini berjalan;
(8) Laboran dan Staf Departemen Farmasi Universitas Indonesia yang telah
banyak membantu selama penelitian ini berjalan;

vi

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


(9) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap SWT berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Penulis

2012

vii

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


ABSTRAK

Nama : Elsa Utami Putri


Program Studi : S1 Farmasi
Judul : Uji Penghambatan Aktivitas -Glukosidase Fraksi dari
Ekstrak Metanol Daun Jambu Mete (Anacardium
occidentale L.) dan Penapisan Fitokimia dari Fraksi Paling
Aktif

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak
memproduksi insulin secara cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
secara efektif. Salah satu terapi untuk diabetes melitus adalah menggunakan
inhibitor -glukosidase. -Glukosidase merupakan enzim yang berfungsi untuk
memecah karbohidrat menjadi glukosa. Penelitian sebelumnya membuktikan
bahwa ekstrak etanol daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) memiliki
penghambatan aktivitas -glukosidase dengan nilai IC50 9,11 µg/ml. Tujuan
penelitian ini adalah untuk memperoleh fraksi paling aktif dari ekstrak metanol
daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang dapat menghambat aktivitas
-glukosidase dan identifikasi golongan senyawa dari fraksi paling aktif. Serbuk
simplisia daun jambu mete diekstraksi secara bertingkat dengan metode reflux
menggunakan n-heksana, etil asetat, dan metanol. Ekstrak metanol kering
kemudian difraksinasi menggunakan kromatografi kolom dengan Sephadex LH-
20 dan eluen metanol 50%. Hasil menunjukkan bahwa fraksi E dari ekstrak
metanol memiliki penghambatan paling kuat terhadap aktivitas -glukosidase
dengan nilai IC50 49,37 µg/ml. Uji kinetika enzim menunjukkan bahwa fraksi E
dari ekstrak metanol mempunyai aktivitas penghambatan kompetitif. Golongan
senyawa kimia yang terdapat pada fraksi E daun jambu mete adalah flavonoid,
tanin, dan saponin.

Kata kunci : Anacardium occidentale, - glukosidase, daun jambu


mete, diabetes melitus, flavonoid, saponin, tanin
xv + 69 halaman : 15 gambar; 19 tabel; 7 lampiran
Daftar Acuan : 46 (1979-2012)

viii Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


ABSTRACT

Name : Elsa Utami Putri


Study program : S1 Pharmacy
Title : -Glucosidase Inhibitory Activity of Fraction from Methanolic
Extract of Cashewnut ((Anacardium occidentale L.) Leaves and
Phytochemical Screening from The Most Active Fraction

Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease that occurs either when the pancreas
can’t produce enough insulin or when the body can’t effectively use insulin. One
therapy used in treating DM is -glucosidase inhibitor. -Glucosidase is an
enzyme that breaks down carbohydrates into simple sugars. Ethanolic extract of
cashewnut (Anacardium occidentale L.) leaves has proved to inhibit -glucosidase
activity with IC50 values 9.11 µg/ml. The purpose of this research was to get the
fraction which had the highest -glucosidase inhibitory activity from the methanol
extract of cashewnut leaves and to identify phytochemical compounds from the
most active fraction. The powder was extracted by reflux using n-hexane, ethyl
acetate and methanol. Dry methanolic extract then fractionate by column
chromatography using Sephadex LH-20 and 50% methanol as the eluent. Fraction
E had the highest -glucosidase inhibitory activity with IC50 values 49.37 µg/ml.
The result of enzyme kinetics showed that fraction E has a competitive inhibitory
activity. Phytochemical identification showed that fraction E contained
flavonoids, tannins, and saponins.

Key Words : Anacardium occidentale, -glucosidase inhibitor, cashewnut


leaves, diabetes mellitus, flavonoids, saponins
tannins
xv + 69 pages : 15 pictures; 19 tables; 7 appendixes
Bibliography : 46 (1979-2012)

ix Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:
Nama : Elsa Utami Putri
NPM : 0806453554
Program Studi : Sarjana
Departemen : Farmasi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis karya : Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Uji Penghambatan Aktivitas g-Glukosidase Fraksi dari Ekstrak Metanol Daun Jambu
Mete (Anacardium occidentale L.) dan Penapisan Fitokimia dari Fraksi Paling Aktif

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 12 Juli 2012
Yang menyatakan

( Elsa Utami Putri )

x Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii


HALAMAN BEBAS PLAGIARISME ................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
HALAMAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................................................... x
DAFTAR ISI ........................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv

1. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1.Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 2
1.2 Manfaat ........................................................................................................ 2

2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3


2.1 Diabetes Melitus ......................................................................................... 3
2.2 Jambu mete (Anacardiumoccidentale L.) ................................................. 4
2.3 Teknik Pemisahan ...................................................................................... 6
2.4 Pengobatan Antidiabetika Oral ...................................................................9
2.5 Enzim .......................................................................................................... 11
2.6 Spektrofotometri UV-VIS .......................................................................... 17
2.7 Microplate Reader ...................................................................................... 18
2.8 Penapisan Fitokimia ................................................................................... 20

3. METODE PENELITIAN …………………………………............ ............. 23


3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian ..................................................................... 23
3.2 Bahan ......................................................................................................... 23
3.3 Alat .............................................................................................................. 23
3.4 Prosedur Pelaksanaan ................................................................................. 24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 35


4.1 Ekstraksi Simplisia .................................................................................... 35
4.2 Fraksinasi .................................................................................................... 36
4.3 Optimasi Konsentrasi Substrat dan Waktu Inkubasi ................................36
4.4 Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase ..........................................38

xi Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


4.5 Uji Kinetika Enzim ................................................................................40
4.6 Penapisan Fitokimia dengan KLT ..........................................................41

5. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................43


5.1 Kesimpulan .............................................................................................43
5.2 Saran .......................................................................................................43

DAFTAR ACUAN ................................................................................................. 44

xii Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Kimia Asam anakardat ........................................................ 6


Gambar 2.2 Struktur Kimia Kardol ........................................................................ 6
Gambar 2.3 Struktur Kimia Kardanol .................................................................... 6
Gambar 2.4 Struktur Kimia Akarbose ................................................................13
Gambar 2.5 Plot Resiprokal-Ganda atau Lineweaver-Burk digunakan
untuk mengevaluasi Nilai Km dan Vmax ...........................................14
Gambar 2.6 Plot Lineweaver-Burk dari Inhibisi Kompetitif ..............................15
Gambar 2.7 Plot Lineweaver-Burk untuk Inhibisi Non Kompetitif ...................16
Gambar 2.8 Reaksi Enzimatis -glukosidase dan p-nitrofenil- -D-
glukopiranosa .................................................................................17
Gambar 4.4 Microplate Reader ...........................................................................20
Gambar 4.1 Grafik Hasil Uji Optimasi Variasi Konsentrasi Substrat ................37
Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Optimasi Variasi Waktu Inkubasi ........................38
Gambar 4.3 Plot Lineweaver-Burk Hasil Uji Kinetika Penghambatan
Aktivitas -Glukosidase pada Fraksi E dari Metanol 50 µg/ml .......41
Gambar 4.4 Kromatogram Flavonoid..................................................................48
Gambar 4.5 Kromatogram Saponin ....................................................................48
Gambar 4.6 Kromatogram Tanin .......................................................................49

xiii Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Prosedur Optimasi Konsentrasi Substrat ............................................. 27


Tabel 3.2 Prosedur Optimasi Waktu Inkubasi ..................................................... 28
Tabel 3.3 Prosedur Uji Aktivitas Penghambat -Glukosidase.............................. 31
Tabel 3.4 Prosedur Uji Kinetika Penghambatan Enzim........................................ 32
Tabel 4.1 Rendemen Ekstrak Daun Jambu Mete ................................................ 50
Tabel 4.2 Optimasi Konsentrasi Substrat 20 mM, 10 mM, 5 mM, 2,5 mM,
1,25 mM, dan 0,625 mM ..................................................................... 50
Tabel 4.3 Optimasi Waktu Inkubasi 15; 20; 30 dan 40 menit ............................ 51
Tabel 4.4 Penghambatan Aktivitas -Glukosidase pada Akarbose ..................... 52
Tabel 4.5 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Ekstrak Heksana .... 53
Tabel 4.6 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Ekstrak Etil Asetat. 54
Tabel 4.7 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Ekstrak Metanol .... 55
Tabel 4.8 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Fraksi A ................. 56
Tabel 4.9 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Fraksi B ................ 57
Tabel 4.10 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Fraksi C ................ 58
Tabel 4.11 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Fraksi D ................. 59
Tabel 4.12 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Fraksi E ................ 60
Tabel 4.13 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase pada Fraksi F ................. 61
Tabel 4.14 Hasil Uji Kinetika Penghambatan Aktivitas Enzim Fraksi E .............. 62
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Tetapan Michaelis-Menten Fraksi E ...................... 62

xiv Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Kerja Prosedur Pelaksanaan .......................................................63


Lampiran 2. Prosedur Ekstraksi .................................................................................64
Lampiran 3.Prosedur Fraksinasi .................................................................................65
Lampiran 4.Cara Perhitungan Unit Larutan -Glukosidase .........................................66
Lampiran 5. Hasil Determinasi Daun Jambu Mete (Anacardium occidentale L.) .....67
Lampiran 6. Sertifikat Analisis Enzim -Glukosidase ....................................................... 68
Lampiran 7. Sertifikat Analisis Enzim Sustrat 4-Nitrofenil- -D-Glukopiranosida
(PNPG) ........................................................................................................... 69

xv Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit yang mendunia, terbukti
dari 346 juta penduduk dunia menderita diabetes. Pada tahun 2004, 3,4 juta orang
meninggal karena konsekuensi kadar gula darah tinggi. Dan lebih dari 80%
kematian akibat diabetes terjadi pada negara dengan penghasilan rendah hingga
menengah. Indonesia merupakan salah satu negara dengan 3% penduduknya
meninggal karena komplikasi diabetes (WHO, 2011).
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi karena pankreas tidak
memproduksi insulin secara cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin
secara efektif. Insulin merupakan hormon yang mengatur gula darah.
Hiperglikemia atau gula darah yang meningkat merupakan efek umum dari
diabetes yang tidak terkontrol dan dari waktu ke waktu menyebabkan kerusakan
yang serius pada banyak sistem tubuh, khususnya saraf dan pembuluh darah
(WHO, 2011).
Pengobatan diabetes melitus biasanya dilakukan dengan pemberian obat-
obat Oral Anti Diabetik (OAD), atau dengan suntikan insulin. Pilihan terapi
lainnya untuk pengobatan diabetes adalah menggunakan inhibitor -glukosidase
yang boleh jadi berperan pada beberapa orang yang intoleran terhadap terapi
insulin (International Diabetes Federation, 2005). Banyak tanaman yang telah
diteliti memiliki penghambatan terhadap -glukosidase.
Jambu mete merupakan salah satu tanaman yang memiliki aktivitas
penghambatan terhadap -glukosidase (Masitha, 2011). Daun jambu mete
memiliki efek anti hiperglikemia dan aktivitas pelindung ginjal pada tikus
diabetes yang diinduksi streptozotosin (Tedong et.al, 2006). Ekstrak metanol dan
fraksinya memiliki efek hipoglikemik pada tikus diabetes yang diinduksi
streptozotosin (Sokeng et.al, 2007).
Penelitian dilakukan pada ekstrak metanol karena telah banyak bukti
mengenai ekstrak metanol yang memiliki penghambatan terhadap -glukosidase.
Ekstrak metanol daun dari 24 tanaman tradisional di Thailand memiliki
penghambatan sukrase dan maltase pada usus tikus (Anurakkun, Bhandari, dan
1 Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


2

Kawabata, 2006). Ekstrak metanol dari daun Macaranga tanarius memiliki


penghambatan yang kuat terhadap sukrase dan maltase (Puteri dan Kawabata,
2010). Berdasarkan hasil skrining, akan dilakukan penelitian untuk mengetahui
aktivitas fraksi dari ekstrak metanol daun jambu mete dalam menghambat -
glukosidase. Pengujian dilakukan untuk mengetahui fraksi dari ekstrak metanol
yang memiliki aktivitas paling tinggi dalam menghambat -glukosidase serta
penapisan fitokimia dari fraksi teraktif sehingga dapat dikembangkan
penggunaannya sebagai antighiperglikemik.

1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh fraksi teraktif dari ektrak
metanol daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) yang memiliki aktivitas
penghambatan –glukosidase dan mengetahui golongan senyawa kimia dari fraksi
teraktif.

1.3 Manfaat
Penelitian ini dapat dijadikan pendahuluan sehingga dapat dilakukan
penelitian lanjutan untuk mendapatkan senyawa dari ekstrak metanol daun jambu
mete yang dapat dikembangkan menjadi salah satu terapi untuk pengobatan
diabetes melitus.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus


2.1.1 Definisi
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronis yang
disebabkan oleh defisiensi insulin absolut/ relatif atau resistensi sel terhadap
insulin (Zanatta L, et al., 2007). Diabetes mellitus yang ditandai dengan
hiperglikemia dapat menyebabkan komplikasi seperti retinopati, neuropati,
nefropati, dan penyakit jantung (Hsieh et al., 2010).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes


2.1.2.1 Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus melitus tipe 1 adalah penyakit hiperglikemia akibat
ketiadaan absolut insulin. Sebelumnya, tipe diabetes ini disebut sebagai diabetes
melitus dependen insulin (IDDM). Individu pengidap penyakit ini harus
mendapatkan insulin pengganti. Diabetes tipe 1 ini terjadi akibat destruksi
autoimun sel-sel beta pulau Langerhans (Corwin, 2009; Cook, 2008).

2.1.2.2 Diabetes Melitus Tipe 2


Diabetes melitus tipe 2 adalah hiperglikemia yang disebabkan
insensitivitas seluler terhadap insulin. Selain itu, terjadi defek sekresi insulin
ketidakmampuan pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup yakni
mempertahankan glukosa plasma yang normal. Pada tipe ini, insulin tetap
dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas. Sebelumnya tipe diabetes melitus tipe ini
disebut diabetes melitus tidak tergantung insulin (NIDDM) (Corwin, 2009; Cook,
2008).

2.1.2.3 Diabetes Gestasional


Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang
sebelumnya tidak mengidap diabetes. Penyebab diabetes ini berkaitan dengan
kebutuhan energi dan kadar estrogen serta hormon pertumbuhan yang terus-
menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan estrogen
3 Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


4

menstimulasi pelepasan insulin yang berlebihan mengakibatkan penurunan


responsitivitas seluler (Corwin, 2009; Cook, 2008).

2.2 Jambu Mete (Anacardium occidentale L.)


2.2.1 Klasifikasi (Plantamor)
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Sapindales
Suku : Anacardiaceae
Marga : Anacardium
Jenis : Anacardium occidentale Linn.
Sinonim : Acajuba occidentalis (L.) Gaertn; Cassuvium pomiferum Lam.
Nama daerah : Jambu monyet, jambu mente, jambu mete (Jateng, Banyuwangi);
Jambu mede (Sunda); Gaju (Lampung)

2.2.2 Deskripsi
Habitus berupa pohon dengan tinggi ±12 m. Batang berkayu bentuk bulat,
bergetah, berwarna putih kotor. Daunnya tunggal, berwarna hijau, berbentuk bulat
telur dengan tepi rata dan pangkal runcing. Ujung daun membulat dengan
pertulangan menyirip, panjang daun 8-22 cm dan lebar 5-13 cm. Bunga majemuk,
bentuk malai, terletak di ketiak daun dan di ujung cabang, mempunyai daun
pelindung berbentuk bulat telur dengan panjang 5-10 mm dan berwarna hijau.
Kelopak bunga berambut dengan panjang 4-5 mm dan berwarna hijau muda.
Mahkota bunga berbentuk runcing, saat masih muda berwarna putih setelah tua
berwarna merah. Tipe buah berupa buah batu, keras, melengkung, panjangnya ±3
cm, berwarna hijau kecoklatan. Biji berbentuk bulat panjang, melengkung, pipih
dan berwarna putih. Akarnya berupa akar tunggang lebih dari 3 m dalamnya dan
berwarna coklat (Proseanet.org).

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


5

2.2.3 Manfaat
Kulit batang pohon jambu mete berkhasiat sebagai obat kumur. Akarnya
dapat berkhasiat sebagai pencuci perut dan daunnya dapat digunakan untuk obat
luka bakar. Cairan dari kulit kayu jambu mete dapat digunakan untuk bahan tinta,
bahan pencelup, atau bahan pewarna. Gum dari batang pohon digunakan untuk
perekat buku.

2.2.4 Aktivitas Biologis


Daun dan kulit memiliki aktivitas fungisida, vermisidal, antimikroba
(digunakan untuk sakit gigi, sakit gusi). Jus resin yang terkandung dalam biji-
bijian digunakan untuk gangguan mental, gangguan ingatan, palpitasi jantung,
perikarditis rematik, dan kelemahan seksual. Daun mengandung flavonoid
terutama glikosida kuersetin dan kaempferol, dan asam hidroksibenzoat. Kulit
berisi balsam yang mengandung asam anakardat, anacardol, cardol dan ginkgol.
Daunnya dapat digunakan sebagai obat penurun panas. Asam anakardat memiliki
aktivitas bakterisida, fungisida (Khare, 2007). Daun jambu mete juga memiliki
aktivitas anti jamur terhadap Candida albicans (Sulistyawati, dan Mulyati, 2009).
Infusa daun jambu mete memiliki aktivitas penghambat xantin oksidase (Kosman,
dan Herman, 2009).

2.2.5 Kandungan Kimia


Senyawa identitas pada daun jambu mete adalah asam anakardat
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008).

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


6

HO OH

CH3
(CH2)14

[Sumber : Depkes, 2008, telah diolah kembali]


Gambar 2.1 Asam anakardanat

Kulit jambu mete memiliki kandungan fenolik seperti asam anakardat, kardol, dan
kardanol (Kumar et.al., 2001). Buah jambu mete mengandung senyawa yang
mudah menguap seperti asam resorsinol, asam anakardat, karotenoid, vitamin C,
fenol, dan tannin (de Brito et.al., 2007).

[Sumber : Kumar et.al., 2001] [Sumber : Kumar et.al., 2001]


Gambar 2.2 Kardol Gambar 2.3 Kardanol

2.3. Teknik Pemisahan


2.3.1 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian
tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan termasuk biota laut. Zat-zat aktif
terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula
ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu dalam
mengekstraksinya. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen
kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip
Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


7

perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai


terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
(Harbone, 1987). Terdapat beberapa metode ekstraksi dengan pelarut cair
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2000), antara lain :

2.3.1.1 Ekstraksi cara dingin


a. Maserasi
Maserasi merupakan prosedur yang sederhana dalam menangani ekstrak
dan cocok untuk digunakan sebagai metode ekstraksi dalam skala kecil ataupun
skala industri. Maserasi sederhana dilakukan pada temperatur ruang dengan
pengocokan simplisia dengan pelarutnya (rasio simplisia dengan pelarut 1:5 atau
1:10) selama beberapa hari. Lalu ekstrak yang didapat dipisahkan dengan
penyaringan. Prosedur diulangi sekali atau dua kali dengan menggunakan pelarut
segar (Samuelsson, 1999).

b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur
ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara,
tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/ penampungan ekstrak), terus menerus
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2.3.1.2 Ekstraksi cara panas


a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


8

b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi daripada temperatur ruangan (kamar), yaitu secara
umum dilakukan pada temperatur 40o-50oC.

d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96o-98oC)
selama waktu tertentu (15-20 menit).

e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30oC) dan temperatur sampai
titik didih air.

2.3.2 Kolom Kromatografi


Kromatografi didefinisikan sebagai suatu prosedur pemisahan zat yang
terlarut oleh suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri
atas dua fase atau lebih, salah satu sistemnya bergerak berkesinambungan dalam
arah tertentu dan di dalamnya zat-zat tersebut menunjukkan perbedaan mobilitas,
disebabkan adanya perbedaan dalam adsorbsi, partisi, polaritas, kelarutan, tekanan
uap, ukuran molekul atau kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing
zat dapat diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Departemen
Kesehatan RI, 1995).
Salah satu metode pemisahan senyawa dalam jumlah besar adalah
menggunakan kromatografi kolom. Pada kromatografi kolom fase diam yang
digunakan dapat berupa silika gel, selulosa atau poliamida, sedangkan fase
geraknya dapat dimulai dengan pelarut non polar kemudian ditingkatkan
Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


9

kepolarannya secara bertahap, baik dengan pelarut tunggal ataupun kombinasi dua
pelarut yang berbeda kepolarannya dengan perbandingan tertentu sesuai tingkat
kepolaran yang dibutuhkan.

2.3.3 Kromatografi Lapis Tipis (Departemen Kesehatan RI, 1995)


Kromatografi lapis tipis (KLT) digunakan pada pemisahan zat secara
cepat, dengan menggunakan zat penyerap berupa serbuk halus yang dilapiskan
serba rata pada lempeng kaca. KLT dengan penyerap penukar ion dapat
digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Ukuran dan intensitas bercak dapat
digunakan untuk memperkirakan kadar. Pada kromatografi lapis tipis dua dimensi,
lempeng yang dielusi diputar 900 dan dielusi kembali, umumnya menggunakan
bejana lain yang berisi pelarut lain. Bejana kromatografi umumnya dapat memuat
2 lempeng kaca dan dapat tertutup rapat. Pipet mikro yang digunakan berskala 10
µl untuk memindahkan cairan. Jumlah larutan zat yang diperiksa dan larutan baku
yang ditotolkan tertera pada masing-masing monografi. Alat penyemprot harus
dapat menyemprotkan pereaksi dalam bentuk butir-butir halus.

2.4 Pengobatan Antidiabetika Oral (Katzung, 2002)


Obat antidiabetes oral adalah obat yang digunakan dalam terapi
pengobatan diabetes peroral. Antidiabetes oral juga disebut hipoglikemik oral,
digunakan untuk mengurangi kadar gula darah dan diberikan secara peroral pada
penderita. Obat-obatan peroral yang lazim digunakan untuk pengobatan diabetes
mellitus adalah:
a. Sulfonilurea
Kerja utama dari sulfonilurea adalah meningkatkan pengeluaran produksi
insulin dari pankreas. Kerjanya mengikat reseptor sulfonilurea di sel sehingga
memicu depolarisasi membran sel dan mendorong sekresi insulin. Mekanisme
kerja obat golongan sulfonilurea adalah menstimulasi pelepasan insulin yang
tersimpan (stored insulin), menurunkan ambang sekresi insulin dan meningkatkan
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

b. Biguanide
Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


10

Contoh dari obat biguanide adalah metformin. Metformin memiliki waktu


paruh 1,5-3 jam. Biguanide sering diresepkan pada pasien dengan obesitas
refrakter yang hiperglikemianya disebabkan oleh kerja insulin yang tidak efektif
karena metformin dapat menekan nafsu makan. Metformin merupakan agen
hematinsulin dan tidak meningkatkan berat badan atau menyebabkan
hiperglikemia. Efek toksik yang sering pada metformin adalah pada saluran cerna
seperti anoreksia, mual, muntah, keluhan abdominal dan diare. Biguanide
mempunyai kontraindikasi pada pasien penyakit ginjal dan hati.

c. Inhibitor -glukosidase
Contoh dari kelompok inhibitor -glukosidase adalah akarbose. Obat ini
bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim alfa glukosidase di dalam
saluran cerna sehingga dapat menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan
hiperglikemia postprandial. Enzim alfa-glukosidase berfungsi sebagai enzim
pemecah karbohidrat menjadi glukosa. Akibat klinis pada penghambatan enzim
adalah untuk meminimalkan pencernaan dan juga absorbsi karbohidrat yang
masuk ke dalam usus sehingga dapat menurunkan glikemik setelah makan dan
menciptakan efek hemat insulin.

d. Thiazolidindione
Thiazolidindione merupakan suatu golongan obat antidiabetes oral yang
dapat meningkatkan sensitivitas insulin terhadap jaringan sasaran. Senyawa aktif
dalam golongan obat ini adalah rosiglitazone dan pioglitazone. Kerja utama
senyawa ini adalah mengurangi resistensi insulin dengan meningkatkan
pengambilan glukosa dan metabolisme dalam otot dan jaringan lemak. Obat ini
tidak dianjurkan pada pasien dengan penyakit hati akut. Efek tidak diinginkan
antara lain edema, dan pada penggunaan dalam kombinasi dengan insulin atau
sulfonilurea dapat terjadi hiperglikemia.

e. Meglitinide
Meglitinide merupakan golongan obat yang merangsang sekresi insulin.
Senyawa aktif golongan ini adalah repaglinide. Obat ini memodulasi pengeluaran
Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


11

produksi insulin sel yang salah satunya dengan mencetuskan pelepasan insulin
segera setelah makan. Meglitinide tidak mempunyai efek langsung pada eksitosis
insulin. Repaglinide memiliki kerja yang sangat cepat, konsentrasi dan efek
puncak dalam waktu 1 jam. Repaglinide diindikasikan untuk mengontrol
perjalanan glukosa pasca-prandial. Megtilinide digunakan hati-hati pada pasien
gangguan fungsi hati.

2.5 Enzim
Enzim adalah katalis yang dapat mempercepat reaksi tanpa mengalami
perubahan secara permanen sebagai konsekuensi dari keikutsertaannya dalam
reaksi yang bersangkutan. Enzim yang mengkatalisis perubahan satu atau lebih
senyawa (substrat) menjadi satu atau lebih senyawa lain (produk) meningkatkan
laju reaksi setidaknya 106 kali lebih cepat dibandingkan jika tanpa dikatalisis.
Laju reaksi yang dikatalisis oleh enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah suhu, pH, dan konsentrasi substrat (Murray, Granner, &
Rodwell, 2009).

2.5.1 -Glukosidase
-Glukosidase adalah enzim yang bertanggung jawab terhadap penguraian
karbohidrat menjadi glukosa. Karbohidrat akan dicerna oleh enzim di dalam mulut
dan usus menjadi gula yang lebih sederhana, kemudian diserap ke dalam tubuh
dan meningkatkan kadar gula darah (Chisholm-Burn, et al., 2008). -Glukosidase
merupakan enzim yang berada di sepanjang dinding usus halus. Enzim yang
terpenting adalah maltase yang menghidrolisis maltosa, sukrase yang
menghidrolisis sukrosa, dan isomaltase yang mengkatalisis pemecahan
maltotriosa. Selain itu, terdapat glukoamilase yang dapat melepas satu residu gula
dari ujung dekstrin yang tidak tereduksi (Coulson, 1994). Penghambatan pada
enzim ini dapat menunda penyerapan karbohidrat pada saluran pencernaan,
sehingga dapat mencegah peningkatan konsentrasi glukosa darah setelah makan
(Chisholm-Burn, et al., 2008).

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


12

2.5.2 Penghambat -glukosidase


Penghambat -glukosidase merupakan salah satu golongan obat
antidiabetes oral yang bekerja dengan menghambat penguraian karbohidrat
sehingga dapat menunda penyerapan glukosa. Agen penghambat -glukosidase
dapat digunakan sebagai terapi tunggal atau dikombinasikan dengan pengobatan
diabetes lain (Linn, Wofford, O’Keefe, & Posey, 200λ).
Penghambat -glukosidase dikontraindikasikan pada pasien dengan short-
bowel syndrome atau inflamasi di usus besar (Dipiro, et al., 2005). Hal ini
dikarenakan penghambat -glukosidase menimbulkan efek samping pada sistem
gastrointestinal seperti diare, pembentukan gas berlebihan di lambung atau usus,
dan rasa tidak nyaman pada perut (Chisholm-Burn, et al., 2008). Cara untuk
mengurangi efek samping tersebut adalah dengan pemberian dosis dimulai dari
dosis rendah, kemudian ditingkatkan dosisnya secara bertahap (Linn, Wofford,
O’Keefe, & Posey, 200λ).
Salah satu obat yang termasuk golongan penghambat -glukosidase ini
adalah akarbose. Akarbose merupakan obat golongan penghambat -glukosidase
yang paling sering digunakan untuk terapi diabetes melitus tipe 2 apabila diet
tidak cukup menurunkan kadar glukosa darah (Holman dan Turner, 1999).
Akarbose merupakan suatu oligosakarida yang diperoleh dari proses
fermentasi mikroorganisme Actinoplanes utahensis (Bayer, 2008). Akarbose
berupa serbuk berwarna putih dengan berat molekul 645,6 dan pKa 5,1 yang
bersifat larut dalam air. Rumus empiriknya adalah C25H43NO18 dengan struktur
kimia sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


13

[Sumber : British Pharmacopoeia, 2008]


Gambar 2.4 Struktur Kimia Akarbose

Dosis akarbose dimulai dengan dosis rendah (25 mg satu kali sehari),
kemudian ditingkatkan secara bertahap setelah beberapa bulan sampai dosis
maksimum (50 mg tiga kali sehari untuk pasien dengan berat badan ≤ 60 kg atau
100 mg tiga kali sehari untuk pasien dengan berat badan > 60 kg) (Dipiro, et al.,
2005).

2.5.3 Penentuan Kinetika Penghambatan Enzim


Penentuan kinetika penghambatan enzim diukur dengan meningkatkan
konsentrasi p-nitrofenil- -D-glukopiranosa sebagai substrat, baik dengan maupun
tanpa adanya penghambat aktivitas -glukosidase (ekstrak) pada beberapa
konsentrasi yang berbeda. Bentuk regresi linier dari Persamaan Michaelis-
Menten, (Murray, Granner, & Rodwell, 2009) :

(2.1)

dibalik

(2.2)

faktor

(2.3)

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


14

dan disederhanakan

(2.4)

Konstanta Michaelis (Km), adalah konsentrasi substrat dengan kecepatan


awal reaksi (vi) adalah separuh dari kecepatan maksimal (Vmax/2) yang dapat
dicapai pada konsentrasi tertentu enzim.

Persamaan (2.4) dalam suatu garis lurus, y = ax + b, di mana y = 1/vi dan


x = 1/[S]. 1/vi sebagai fungsi y (absorbansi sampel) sebidang dengan 1/[S] sebagai
fungsi dari x (jumlah substrat) sehingga memberikan garis lurus yang memotong
sumbu y adalah 1/Vmax dan dengan kecuraman Km/Vmax. Plot seperti itu disebut
Plot resiprokal-ganda atau Lineweaver-Burk (Gambar 2.5).

[Sumber : Murray, Granner, & Rodwell, 2009]


Gambar 2.5 Plot Resiprokal-Ganda atau Lineweaver-Burk digunakan untuk
mengevaluasi Nilai Km dan Vmax

Metode Lineweaver-Burk membedakan antara inhibisi kompetitif dan non


kompetitif berdasarkan pada apakah peningkatan konsentrasi substrat akan
mengatasi inhibisi atau tidak. Kinetika inhibisi enzim ditentukan dengan
meningkatnya konsentrasi substrat baik dengan atau tanpa adanya penghambat
(ekstrak).
Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


15

a. Inhibisi kompetitif
Inhibisi kompetitif klasik terjadi pada tempat aktif ikatan substrat
(katalitik). Pada umumnya, struktur kimia sebuah inhibitor (I) menyerupai
struktur kimia substrat (S) atau biasa disebut analog substrat. Inhibitor (I) dapat
berikatan secara reversible dengan enzim (E) sehingga yang seharusnya
membentuk kompleks Enzim-Substrat (ES), justru membentuk kompleks Enzim-
Inhibitor (EI). Jika Substrat (S) dan Inhibitor (I) sama-sama ada, maka akan saling
bersaing untuk memperebutkan tempat aktif ikatan yang sama pada permukaan
enzim (E).
Untuk inhibisi kompetitif klasik, garis yang menghubungkan titik data
eksperimen bertemu di sumbu y (Gambar 2.6). Karena perpotongan sumbu y =
1/Vmax, pola ini menunjukkan bahwa ketika 1 / [S] = 0, vi akan sama seperti pada
keadaan tanpa penghambat (ekstrak).

[Sumber : Murray, Granner, & Rodwell, 2009]


Gambar 2.6 Plot Lineweaver-Burk dari Inhibisi Kompetitif

b. Inhibisi non kompetitif


Tidak terdapat persaingan antara penghambat (ekstrak) dengan substrat.
Pembentukan kompleks Enzim-Inhibitor (EI) dan Enzim-Inhibitor-Substrat (EIS)
mungkin saja terjadi. Namun, sementara kompleks Enzim-Inhibitor (EI) masih
bisa mengikat substrat, maka akan diubah menjadi produk. Untuk inhibisi non
Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


16

kompetitif sederhana, Enzim (E) dan Enzim-Inhibitor (EI) memiliki afinitas yang
sama terhadap substrat (S) (Gambar 2.7). Inhibisi non kompetitif yang lebih
kompleks terjadi ketika pengikatan Inhibitor (I) tidak mempengaruhi afinitas
enzim terhadap substrat.

[Sumber : Murray, Granner, & Rodwell, 2009]


Gambar 2.7 Plot Lineweaver-Burk untuk Inhibisi Non Kompetitif

2.5.5 Uji Penghambatan Aktivitas g-Glukosidase


Uji penghambatan aktivitas g-glukosidase dilakukan secara in vitro dengan
reaksi enzimatis dan pengukuran secara spektrofotometri. g-glukosidase akan
menghidrolisis p-nitrofenil- menjadi p-nitrofenol (berwarna kuning) dan glukosa
dengan mekanisme reaksi sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


17

[Sumber :Sigma,2011, telah diolah kembali]


Gambar 2.8 Reaksi Enzimatis -glukosidase dan p-nitrofenil- -D-glukopiranosa

Aktivitas enzim diukur berdasarkan hasil pengukuran absorbansi p-


nitrofenol (berwarna kuning). Intensitas warna kuning yang terbentuk ditentukan
absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer double beam pada panjang
gelombang 400 nm. Apabila ekstrak tanaman memiliki kemampuan menghambat
aktivitas -glukosidase maka p-nitrofenol yang dihasilkan akan berkurang.

2.6 Spektrofotometri UV-VIS


Spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak adalah pengukuran
serapan radiasi elektromagnet yang diserap oleh zat, mendekati monokromatik,
yang dilakukan pada daerah ultraviolet (panjang gelombang 1λ0 nm − 380 nm)
dan pada daerah cahaya tampak (panjang gelombang 380 nm – 780 nm).
Meskipun spektrum pada daerah ultraviolet dan cahaya tampak tidak khas, tetapi
sangat cocok untuk penelitian kuantitatif, dan untuk beberapa zat berguna untuk
membantu identifikasi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).

Faktor-faktor yang mempengaruhi spektrum serapan (Harmita, 2006):


1. Jenis pelarut
Pelarut tidak boleh mengabsorbsi cahaya pada daerah panjang gelombang
dimana dilakukan pengukuran sampel. Umumnya pelarut yang tidak mengandung
sistem terkonjugasi sesuai dengan maksud ini. Pelarut yang umum digunakan
adalah air, etanol, metanol, dan n-heksan karena transparan pada daerah
ultraviolet.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


18

Pelarut nonpolar tidak akan membentuk ikatan hidrogen dengan solute


sehingga pita absorbsi yang terbentuk sesuai dengan zat itu dalam bentuk gas.
Dalam pelarut polar ikatan hidrogen menyebabkan terbentuknya kompleks
pelarut-solute, sehingga ketajaman susunan pita absorpsi menghilang.

2. pH larutan
Senyawa yang sangat sensitif oleh pengaruh pH maka penetapan kadar
senyawa dilakukan pada titik isobestis (panjang gelombang dimana suatu senyawa
dengan konsentrasi sama, tetapi pH tidak sama memberikan serapan yang sama).

3. Kadar larutan
Jika konsentrasi tinggi akan terjadi polimerisasi yang menyebabkan
maksimum berubah sama sekali atau harga intensitas sinar yang datang lebih
rendah dari sinar yang diabsorbsi.

4. Tebal larutan
Jika digunakan kuvet dengan tebal berbeda akan memberikan spektrum
serapan yang berbeda.

5. Lebar celah
Makin lebar celah maka makin lebar pula serapan, cahaya makin
polikromatis, resolusi dan puncak-puncak tidak sempurna.
Akibat perubahan faktor-faktor diatas dapat menyebabkan perubahan
serapan/daya serap dan panjang gelombang maksimum suatu senyawa. Oleh
karena itu pada setiap analisis kualitatif maupun kuantitatif semua faktor tersebut
harus dijelaskan.

2.7 Microplate Reader (Zakhartsev, Portner, & Blusta, 2003)


Microplate reader adalah alat untuk menganalisa virus atau bakteri
tanaman berdasarkan densitas optik dimana antara referensi, buffer dan bahan
yang diuji ditempatkan pada plate (Soesatyo, dan Pinandito).

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


19

Metode analisis aktivitas enzim dengan menggunakan spektrofotometri


sudah banyak digunakan. Pengatur suhu eksternal telah umum digunakan dalam
metode ini untuk mengatur suhu dari single- kuvet. Pengatur suhu eksternal
menjamin pengontrolan suhu yang konstan dan akurat melalui rentang suhu yang
lebar. Akan tetapi, jumlah sampel yang dapat ditangani secara simultan dalam
pembacaan dengan metode spektrofotometri biasanya hanya terbatas dari satu
hingga enam buah. Kuvet yang digunakan pada metode spektrofotometri
umumnya memiliki volume yang besar (1-3 mL) sehingga membutuhkan
reagen yang lebih banyak. Pembatasan jumlah sampel dapat mempengaruhi
kualitasstatistik dari data yang dikumpulkan karena
dapat terjadi kesalahan sistematis yang disebabkan oleh variasi dalam pemipetan.
Metode lain yang dapat digunakan untuk mengukur aktivitas enzim yang
dipengaruhi oleh suhu adalah dengan menggunakan microplate readers yang telah
dilengkapi oleh pengatur suhu eksternal. Dalam banyak kasus, microplate readers
komersial dengan kontrol temperatur dapat stabil hingga suhu 4-6oC (lowest
point) dan 40-50oC (highest point) pada suhu ruang. Selain itu, microplate
memiliki 96 sumuran yang menyebabkan proses pengujian dapat berlangsung
lebih cepat.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


20

[Sumber: Zakhartsev, Portner, & Blusta, 2003]


Keterangan: (A) Bentuk tiga dimensi dari microplate; (B) Bentuk tiga dimensi
microplate saat pengoperasian; (C) Prinsip kerja utama microplate.1. microplate;
2. insulated flexible tubes; 3. pengatur suhu eksternal; 4. arah pergerakan
microplate di microplate reader; 5. sumber cahaya; 6. light beams; 7. detektor; 8.
aliran udara panas; 9. sumuran microplate yang terisi oleh sampel cair.
Gambar 2.9 Microplate readers

Microplate konvensional biasanya terbuat dari polistirene. Fitur yang


membedakan dari lempeng umumnya adalah ia memiliki ruang kosong di
sekitar sumur yang dapat diakses dari sisi bawah lempeng tersebut. Sisi bawah
dari microplate transparan dan merupakan lempeng kaca dengan kualitas
spektrofotometri (ketebalan 1mm). Total volume dalam tiap sumuran dapat
mencapai 300 µL.
Microplate didesain untuk pengukuran pada panjang gelombang 300
hingga 900 nm. Keterbatasan itu dapat terjadi karena sifat optik dari polistirene
dan heat- carier. Keduanya secara signifikan menyerap cahaya pada panjang
gelombang <280 nm, namun tidak signifikan menggganggu pada >340 nm.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


21

2.8 Penapisan Fitokimia (Harborne, 1987; Robinson, 1995)


Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif
untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan.
Pemeriksaan diarahkan pada senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat
bagi kesehatan, seperti alkaloid, flavonoid, terpenoid, tanin, glikosida, saponin
dan kuinon.
2.8.1 Alkaloid
Alkaloid merupakan golongan yang mengandung nitrogen yang sering
terdapat dalam cincin heterosiklik. Senyawa ini biasanya terdapat dalam
tumbuhan sebagai garam. Dalam bentuk bebas berupa senyawa padat berbentuk
kristal.

2.8.2 Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polifenol yang larut dalam air dan
mengandung sistem aromatik terkonjugasi sehingga mampu menunjukan pita
serapan kuat pada daerah UV. Flavonoid umumnya terdapat dalam tumbuhan,
terikat dengan gula sebagai glikosida dengan aglikon flavonoid.

2.8.3 Terpenoid
Terpenoid merupakan senyawa yang dibangun dari dua atau lebih
monomer isoprena CH2=C(CH3)--CH=CH2. Terpenoid terdiri atas beberapa
macam senyawa, seperti, komponen minyak atsiri, yaitu monoterpen dan
seskuiterpen yang mudah menguap (C10 dan C15), diterpen yang lebih sukar
menguap (C20), sampai senyawa yang tidak menguap, yaitu triterpenoid dan sterol
(C30), serta pigmen karotenoid (C40). Secara kimia, senyawa ini larut dalam lemak
dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan.

2.8.4 Tanin
Tanin banyak terdapat dalam tumbuhan berpembuluh, dan terdapat dalam
jaringan berkayu pada angiospermae. Tanin dapat bereaksi dengan protein
membentuk kopolimer mantap yang tidak larut dalam air. Secara kimia terdapat
dua jenis utama tanin dalam dunia tumbuhan. Tanin terkondensasi terdapat dalam
Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


22

paku-pakuan dan gimnospermae, serta tersebar luas dalam angiospermae,


terutama jenis tumbuhan berkayu. Sedangkan, tanin terhidrolisis, penyebarannya
terbatas pada tumbuhan berkeping dua.
2.8.5 Glikosida
Glikosida merupakan bagian karbohidrat terbesar yang terdapat dalam
tumbuhan, dapat terikat sebagai oligo- atau polisakarida, dan bila dihidrolisis akan
terurai menjadi glikon dan aglikon, atau genin. Glikosida dapat dibedakan
menjadi -glikosida dan -glikosida. Pada tanaman, glikosida biasanya terdapat
dalam bentuk -glikosida.

2.8.6 Saponin
Adanya saponin dalam tumbuhan dapat diketahui dari terbentuknya busa
saat mengekstraksi tumbuhan atau saat memekatkan tumbuhan. Pemekatan
ekstrak alkohol-air pada tumbuhan yang mengandung saponin sangat sulit,
meskipun telah digunakan evaporator. Oleh karena itu, salah satu pengujian
saponin sederhana adalah dengan mengocok ekstrak alkohol-air dari tumbuhan
dalam tabung reaksi dan diperhatikan terbentuknya busa yang tahan lama pada
permukaan cairan. Saponin juga dapat diperiksa dalam ekstrak kasar berdasarkan
kemampuannya dalam menghemolisis sel darah. Namun, lebih baik bila uji
sederhana tersebut dipastikan dengan KLT dan pengukuran spektrum.

2.8.7 Kuinon
Kuinon merupakan senyawa berwarna dan mempunyai gugus kromofor
dasar yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan
rangkap karbon-karbon. Warna pigmen kuinon alam beragam, mulai dari kuning
pucat sampai hampir hitam, dan strukturnya telah dikenal dalam jumlah banyak.
Walaupun mereka tersebar luas dan strukturnya sangat beragam, peran pigmen ini
terhadap warna tumbuhan pada tumbuhan tinggi relatif kecil karena warnanya
dapat tertutupi oleh pigmen lain.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fitokimia dan
Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia dari bulan
Februari hingga Mei 2012.

3.2 Bahan
3.3.1 Bahan Uji
Serbuk simplisia diperoleh dari Balai Penelitian Obat dan Aromatik
(BALITRO), Bogor, dan telah di determinasi di Herbarium Bogoriensis, Pusat
Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

3.3.2 Bahan Kimia


Enzim -glukosidase yang berasal dari rekombinan Saccharomyces
cerevisiae (Sigma Aldrich, USA), substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida
(PNPG) (Wako Pure Chemical Industries, Ltd., Jepang), dimetil sulfoksida
(DMSO) (Merck, Jerman), bovine serum albumin (BSA) (Merck, Jerman),
akarbose (PT Dexa Medica), natrium karbonat (Merck, Jerman), kalium
dihidrogenfosfat (Analar), n-heksana, etil asetat, metanol, akuades, butanol, air
bebas CO2, air demineralisata, iodium (Merck, Jerman), kalium iodida (Merck,
Jerman), kloroform, bismut (III) nitrat (Merck, Jerman), besi (III) klorida,
anisaldehid, aluminium (III) klorida, vanillin, kalium hidroksida, asam asetat
glasial, asam sulfat (Merck, Jerman), -naftol, aseton, natrium hidroksida (Univar,
USA), kuersetin (Merck, Jerman).

3.3 Alat
Alat refluks, oven (Hotpack vacum oven), timbangan analitik (AND HR-
200), rotary vacuum evaporator (Janke & Kunkel IKA, Jerman), pH meter
(Eutech Instruments), spektrofotometer UV-Vis (T80+ UV/VIS spektrometer, PG
Instrument Ltd), kuvet kuarsa (Merck), vortex mixer, plate reader (BioTek Elx80,
23 Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


24

USA), microplate, pipet mikro (Eppendorf), multichanel pipet (Finnpippet),


lempeng kromatografi lapis tipis silika gel 60 F254 (Merck, Jerman),
Spektrofotometer UV-Vis (Camag), inkubator (Memmert), kolom kromatografi,
chamber, dan alat-alat gelas.

3.4 Prosedur Pelaksanaan


3.4.1 Ekstraksi
Ekstraksi dilakukan secara bertingkat dengan pelarut berturut-turut yaitu
n-heksana, etil asetat, dan metanol menggunakan metode refluks. Ekstraksi
dilakukan dua kali dengan serbuk simplisia yang ditimbang sebanyak ± 1 kg
setiap kali ekstraksi, serbuk dimasukkan ke dalam labu refluks kemudian
ditambahkan pelarut n-heksan hingga serbuk terendam sempurna yaitu 2-3 cm
diatas permukaan serbuk. Ekstraksi dengan n-heksana dilakukan hingga warna
larutan menjadi pudar. Kemudian ekstrak n-heksana disaring dan ampasnya
dikeringkan. Ampas n-heksana dikeringkan kemudian dilanjutkan ekstraksi
dengan pelarut etil asetat hingga warna larutan memudar. Ekstrak etil asetat
disaring dan ampasnya dikeringkan kemudian dilanjutkan ekstraksi dengan
pelarut metanol hingga warna larutan memudar. Masing-masing ekstrak yang
didapatkan kemudian diuapkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator
dengan suhu 500C dan kecepatan 40 rpm.

3.4.2 Fraksinasi
Ekstrak kental metanol yang didapatkan dari proses ekstraksi kemudian
difraksinasi dengan metode kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan
adalah Sephadex LH-20, fase gerak/eluen merupakan campuran metanol 50%.
Kolom yang digunakan memiliki tinggi 49 cm, dan diameter 4,5 cm. Ekstrak
kental metanol ditimbang ± 5 gram. Fase diam yaitu Sephadex LH-20 dilarutkan
terlebih dahulu ke dalam campuran eluen kemudian dimasukkan ke dalam kolom.
Setelah terbentuk kolom yang padat, dimasukkan kertas saring kemudian ekstrak
metanol. Sebelum dimasukkan ke dalam kolom, ekstrak kental metanol dilarutkan
dengan sedikit eluen. Hasil fraksi ditampung ke dalam tabung reaksi 20 ml
kemudian digabungkan dengan menggunakan spektrofotometri UV-VIS pada

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


25

panjang gelombang yang bervariasi yaitu 275, 300, 325, 350, dan 375 nm. Fraksi
yang telah digabung kemudian diuapkan dengan rotary vacuum evaporator
dengan suhu 50oC dan kecepatan 40 rpm.

3.4.3 Uji Pendahuluan


Uji pendahuluan dilakukan untuk mengetahui kondisi optimum dari enzim
-glukosidase agar dapat bekerja secara optimal. Uji pendahuluan yang dilakukan
adalah optimasi konsentrasi substrat, dan waktu inkubasi.

3.4.3.1 Penyiapan Larutan


a. Larutan dapar fosfat (United States Pharmacopoeial Convention, 2007)
1. Kalium dihidrogenfosfat 0,2 M
Kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dibuat dengan melarutkan 6,805 g kalium
dihidrogenfosfat dalam air demineralisata bebas CO2 dan diencerkan hingga 250,0
mL.

2. Natrium hidroksida 0,2 M


Natrium hidroksida 0,2 M dibuat dengan melarutkan 1,6 g NaOH dalam
air demineralisata bebas CO2 hingga 200,0 mL.

3. Larutan dapar fosfat pH 6,8


Larutan dapar fosfat pH 6,8 dibuat dengan mencampurkan 125,0 mL
Kalium dihidrogenfosfat 0,2 M dengan 56,0 mL natrium hidroksida 0,2 M dan
diencerkan dengan air demineralisata CO2 hingga 500,0 mL.

b. Larutan enzim -glukosidase


Enzim -glukosidase ditimbang 5,0 mg kemudian dilarutkan dalam 100
mL larutan BSA dalam kondisi dingin. Kemudian larutan induk enzim diencerkan
dengan dapar fosfat pH 6,8 hingga diperoleh larutan enzim 0,05 U/mL.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


26

c. Larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNPG)


Ditimbang substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNPG) sebanyak
60,25 mg kemudian dilarutkan dalam 10,0 mL akuademin bebas CO2 sehingga
didapatkan larutan induk substrat 20 mM. Larutan induk substrat diencerkan
dengan akuademin hingga diperoleh larutan substrat 10 mM; 5 mM; 2,5 mM; 1,25
mM, dan 0,625 mM.

d. Larutan natrium karbonat (Na2CO3) 200 mM


Ditimbang sejumlah 10,6 g natrium karbonat kemudian dilarutkan dengan
500 mL aquademin bebas CO2 sehingga mencapai konsentrasi 200mM.

3.4.3.2 Prosedur Optimasi (Basuki, Dewiyanti, Artanti, & Kardono; Choudhary,


et.al., 2011)
a. Prosedur Optimasi Konsentrasi Substrat
Sebanyak 2 µL dimetil sulfoksida (DMSO), 63 µL dapar fosfat pH 6,8 dan
10 µL p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNPG) dengan konsentrasi masing-
masing 20 mM, 10 mM, 5mM, 2,5 mM, 1,25 mM, dan 0,625 mM dimasukkan ke
dalam microplate, lalu diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC. Pada larutan
uji, ditambahkan 25 µL larutan enzim dan diinkubasi kembali selama 30 menit
pada suhu 37oC. Reaksi enzim dihentikan dengan penambahan 100 µL natrium
karbonat 200 mM. p-Nitrofenol yang dihasilkan dibaca absorbansinya pada 405
nm dengan microplate reader. Pada larutan kontrol, penambahan natrium
karbonat dilakukan terlebih dahulu sebelum penambahan enzim.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


27

Tabel 3.1 Prosedur Optimasi Konsentrasi Substrat

Volume
Reagen (µL)
Uji Kontrol
DMSO 2 2
Dapar fosfat (pH 6,8) 63 63
Substrat (20 mM; 10 mM; 5mM; 2,5
10 10
mM; 1,25 mM; dan 0,625 mM)
Inkubasi pada suhu 37oC, 5 menit
Enzim 25 -
Natrium karbonat 200 mM - 100
Inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit
Enzim - 25
Natrium karbonat 200 mM 100 -
Ukur absorbansi pada = 405 nm dengan microplate reader

b. Prosedur Optimasi Waktu Inkubasi


Sebanyak 2 µL dimetil sulfoksida (DMSO), 63 µL dapar fosfat dengan pH
6,8 dan 10 µL p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNPG) 10 mM dimasukkan ke
dalam microplate, lalu diinkubasi selama 5 menit pada suhu 37oC. Pada larutan uji
ditambahkan 25µL larutan enzim dengan konsentrasi optimum dan diinkubasi
kembali selama 15; 20; 30; dan 40 menit pada suhu 37oC. Reaksi enzim
dihentikan dengan penambahan 100 µL natrium karbonat 200 mM. p-Nitrofenol
yang dihasilkan dibaca absorbansinya pada 405 nm dengan microplate reader.
Pada uji larutan kontrol, penambahan natrium karbonat dilakukan terlebih dahulu
sebelum penambahan enzim.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


28

Tabel 3.2 Prosedur Optimasi Waktu Inkubasi

Volume (µL)
Reagen
Uji Kontrol
DMSO 2 2
Dapar fosfat (pH 6,8) 63 63
Substrat 10 mM 10 10
Inkubasi pada suhu 37oC, 5 menit
Enzim 25 -
Natrium karbonat 200 mM - 100
Inkubasi pada 37oC selama 15 menit / 20 menit / 30 menit / 40 menit
Enzim - 25
Natrium karbonat 200 mM 100 -
Ukur absorbansi pada = 405 nm dengan microplate reader

3.4.4 Uji Aktivitas Penghambatan -Glukosidase


Uji aktivitas penghambatan -glukosidase dilakukan terhadap larutan
akarbose sebagai standar; larutan ekstrak, dan larutan fraksi sebagai sampel.
Pengujian dilakukan pada kondisi optimasi yang diperoleh. Setiap larutan uji
memiliki kontrol.

3.4.4.1 Penyiapan larutan


a. Larutan akarbose
Sebanyak 50,0 mg akarbose dilarutkan dalam 10,0 mL dapar fosfat pH
optimum hingga diperoleh konsentrasi larutan 5000 ppm.

b. Larutan Sampel
Sebanyak 10 mg ekstrak atau fraksi dilarutkan dengan sedikit dimetil
sulfoksida kemudian dicukupkan volumenya dengan dapar fosfat pH 6,8 pada
labu ukur 10,0 mL sehingga didapatkan larutan ekstrak atau fraksi dengan
konsentrasi 1000 ppm.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


29

3.4.4.2 Pengujian Aktivitas Penghambatan -glukosidase


a. Blanko (B)
Sebanyak 2 L larutan dimetil sukfoksida (DMSO) , 63 L dapar fosfat
pH 6,8 dan 10 L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10
mM dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5
menit pada suhu 37oC. Lalu ditambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL,
diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 100
o
L
Na2CO3 200 mM. Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada
405 nm.

b. Kontrol Blanko (KB)


Sebanyak 2 L larutan dimetil sulfoksida (DMSO), 63 L dapar fosfat pH
6,8 dan 10 L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Ditambahkan 100 L Na2CO3 200 mM, lalu diinkubasi pada suhu
37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL.
Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.

c. Akarbose
Sebanyak 1-6 L larutan akarbose, 59-64 L dapar fosfat pH 6,8 dan 10
L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Lalu ditambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL, diinkubasi
pada suhu 37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 100 L Na2CO3 200
mM. Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.

d. Kontrol Akarbose
Sebanyak 1-6 L larutan akarbose, 5λ- 64 L dapar fosfat pH 6,8 dan 10
L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Ditambahkan 100 L Na2CO3 200 mM, lalu diinkubasi pada suhu

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


30

37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL.
Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.

e. Sampel
Sebanyak 1 L – 30 L larutan sampel, 35- 63 L dapar fosfat pH 6,8 dan
10 L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Lalu ditambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL, diinkubasi
pada suhu 37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 100 L Na2CO3 200
mM. Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.

f. Kontrol Sampel
Sebanyak 1 L – 30 L larutan sampel, 35- 63 L dapar fosfat pH 6,8
dan 10 L larutan substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) 10 mM
dimasukkan ke dalam microplate, kemudian larutan diinkubasi selama 5 menit
pada suhu 37oC. Ditambahkan 100 L Na2CO3 200 mM, lalu diinkubasi pada suhu
37oC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 25 L larutan enzim 0,05 U/mL.
Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


31

Tabel 3.3 Prosedur Uji Aktivitas Penghambat -Glukosidase

Volume (µL)
Kontrol Kontrol
Reagen Blanko Sampel
Blanko Sampel
(B) (S)
(KB) (KS)
Ekstrak/ -
- 1 - 30 1 - 30
fraksi/akarbose
DMSO 2 2 - -
Dapar fosfat 63 63 35 - 64 35 - 64
Substrat 10 10 10 10
Inkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit
Enzim - 25 - 25
Natrium karbonat 100 - 100 -
Inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit
Enzim 25 - 25 -
Natrium karbonat - 100 - 100
Ukur absorbansi pada = 405 nm dengan microplate reader

Persen inhibisi (%) -glukosidase dapat dihitung dengan rumus (Lam,


Chen, Kang, dan Lee, 2008) :

IC50 dapat dihitung dengan menggunakan persamaan regresi linear,


konsentrasi sampel sebagai sumbu x dan % inhibisi sebagai sumbu y. Dari
persamaan: y = a + bx dapat dihitung nilai IC50 dengan menggunakan rumus :

3.4.5 Uji Kinetika Penghambatan Enzim


Uji kinetika penghambatan aktivitas enzim diukur dengan meningkatkan
konsentrasi p-nitrofenil- -D-glukopiranosida sebagai substrat. Ekstrak yang akan

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


32

digunakan sebagai penghambat aktivitas enzim merupakan fraksi aktif yang


memiliki penghambatan aktivitas enzim tertinggi.
Sebanyak 2 L larutan fraksi aktif dengan konsentrasi yang berbeda-beda
ditambah dengan 63 L dapar fosfat pH 6,8 dan 10 L larutan substrat p-
nitrofenil- -D-glukopiranosida (PNP-G) dengan 5 konsentrasi berbeda-beda, yaitu
1,25 mM, 2,5 mM, 5 mM, 10 mM, dan 20 mM. Kemudian larutan diinkubasi
selama 5 menit pada suhu 37oC. Lalu ditambahkan 25 L larutan enzim dengan
konsentrasi 0,05 U/mL, kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit.
Setelah itu, ditambahkan 100 L Na2CO3 200 mM untuk menghentikan reaksi.
Larutan diukur absorbansinya dengan microplate reader pada 405 nm. Setiap
pengujian dilakukan koreksi, yaitu dengan penambahan natrium karbonat terlebih
dahulu sebelum penambahan enzim (kontrol).

Tabel 3.4 Prosedur Uji Kinetika Penghambatan Enzim

Volume (µL)
Tanpa Kontrol Dengan Kontrol
Reagen
Inhibitor (TI) Inhibitor (DI)
(TI) (DI)
Fraksi aktif - - 10 10
DMSO 2 2 - -
Dapar 63 63 63 63
Substrat (1,25 mM, 2,5
mM, 5 mM, 10 mM, dan 10 10 10 10
20 mM)
Inkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit
Enzim 25 100 25 100
Inkubasi pada suhu 37oC selama 30 menit
Na2CO3 100 25 100 25
Ukur absorbansi pada = 405 nm dengan microplate reader

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


33

3.4.6 Identifikasi Golongan Senyawa Kimia dengan Kromatografi Lapis Tipis


(Wagner, Bladt, dan Zgainski, 1984)
Identifikasi golongan senyawa kimia dilakukan pada fraksi yang memiliki
aktivitas tertinggi dalam menghambat enzim -glukosidase.

3.4.6.1 Identifikasi alkaloid


Identifikasi alkaloid dilakukan dengan menotolkan sedikit sampel pada
lempeng KLT kemudian lempeng dielusi dengan eluen kloroform-metanol
(85:15). Setelah elusi selesai lempeng disemprot dengan penyemprot Dragendorf
LP. Hasil positif akan menunjukkan warna jingga-coklat.

3.4.6.2 Identifikasi flavonoid


Identifikasi flavonoid dilakukan dengan menotolkan sedikit sampel pada
lempeng KLT kemudian lempeng dielusi dengan eluen butanol-asam asetat
glasial-aquades (40:10:50). Setelah elusi selesai lempeng disemprot dengan
penyemprot AlCl3. Hasil positif akan menunjukkan warna kuning pada sinar UV
dengan panjang gelombang 366 nm. Digunakan standar pembanding kuersetin.

3.4.6.3 Identifikasi terpen


Identifikasi terpenoid/sterol dilakukan dengan menotolkan sedikit sampel
pada lempeng KLT kemudian lempeng dielusi dengan eluen benzen-etil asetat
(90:10). Setelah elusi selesai lempeng disemprot dengan penyemprot vanilin-asam
sulfat. Hasil positif akan menunjukkan warna biru kuat, hijau, merah, atau coklat
pada cahaya tampak setelah dipanaskan pada suhu 100˚C selama 5-10 menit.
Digunakan standar pembanding Caryophily flos.

3.4.6.4 Identifikasi tanin


Identifikasi tanin dilakukan dengan menotolkan sedikit sampel pada
lempeng KLT kemudian lempeng dielusi dengan eluen butanol-asam asetat
glasial-aquades (40:10:50). Setelah elusi selesai lempeng disemprot dengan
penyemprot larutan FeCl3 10%. Hasil positif akan menunjukkan warna hijau-
kehitaman. Digunakan pembanding Theae folium

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


34

3.4.6.5 Identifikasi saponin


Identifikasi saponin dilakukan dengan menotolkan sedikit sampel pada
lempeng KLT kemudian lempeng dielusi dengan eluen butanol-asam asetat
glasial-aquades (50:10:40). Setelah elusi selesai lempeng disemprot dengan
penyemprot anisaldehid-asam sulfat. Hasil positif akan menunjukkan warna biru,
biru-ungu, atau kekuningan pada cahaya tampak setelah dipanaskan pada suhu
100˚C selama 5-10 menit. Digunakan pembanding Orthosiponis folium.

3.4.6.6 Identifikasi antrakuinon


Identifikasi antrakuinon dilakukan dengan menotolkan sedikit sampel pada
lempeng KLT kemudian lempeng dielusi dengan eluen etil asetat-metanol-
aquades (100:17:13). Setelah elusi selesai lempeng disemprot dengan penyemprot
KOH 8%, warna merah pada cahaya tampak atau flourosensi kuning di bawah
sinar UV dengan panjang gelombang 366 nm. Digunakan pembanding Rhei radix.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Ekstraksi simplisia


Proses ekstraksi simplisia dilakukan dengan metode refluks yang
merupakan ekstraksi dengan merefluks bahan dengan pemanasan, bahan dan
pelarut secara bersamaan dimana di atas campuran bahan dan pelarut diletakkan
kondensor balik. Dengan kondisi tersebut menjadikan pelarut yang menguap akan
terkondensasi kembali ke dalam campuran bahan dan pelarut. Proses ekstraksi
dengan refluks berjalan efektif karena pemanasan dapat mempercepat kelarutan.
Selain itu, ekstraksi dengan refluks membutuhkan waktu yang lebih cepat
dibandingkan dengan maserasi atau soxhlet.
Pelarut yang digunakan berturut-turut dari non polar yaitu n-heksana,
pelarut semi polar etil asetat, dan pelarut polar metanol. Pelarut n-heksana dipilih
karena sifatnya yang non-polar berguna untuk menarik senyawa-senyawa non-
polar seperti triterpenoid, steroid, pigmen, dan lemak (Harborne, 1987). Pelarut
etil asetat memiliki sifat semi polar sehingga diharapkan dapat menarik senyawa-
senyawa semipolar seperti klorofil, aglikon flavonoid, dan asam fenolat bebas.
Sedangkan pelarut metanol memiliki sifat polar berguna untuk menarik senyawa-
senyawa polar seperti alkaloid, kumarin, heterosida flavonoid, tanin, glikosida,
saponin, dan senyawa polar lainnya.
Ekstraksi dilakukan enam kali dengan pelarut n-heksana hingga warna
larutan hasil ekstraksi memudar. Serbuk hasil ekstraksi dengan n-heksana
dikeringkan kemudian dilanjutkan ekstraksi dengan menggunakan pelarut etil
asetat di ekstraksi empat kali dengan metode yang sama hingga warna larutan
memudar. Serbuk hasil ekstraksi dengan etil asetat dikeringkan dan dilanjutkan
kembali ekstraksi dengan metanol hingga enam kali. Setiap ekstrak yang
didapatkan, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol
diuapkan dengan menggunakan rotary vacuum evaporator pada suhu 40-500C
hingga ekstrak menjadi kental. Selanjutnya ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat
dan ekstrak metanol yang diperoleh ditimbang sehingga didapatkan rendemen dari
masing-masing ekstrak yang dapat dilihat pada Tabel 4.1.

35 Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


36

4.2 Fraksinasi
Ekstrak kental metanol yang diperoleh dilakukan pemisahan dengan
menggunakan kromatografi kolom. Fase diam yang digunakan adalah sephadex
LH-20. Sephadex dipilih karena bekerja dengan prinsip memisahkan berdasarkan
berat molekul (BM), berat molekul yang besar akan terelusi terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan berat molekul yang lebih kecil (Muchtar, Yusmeiarti, dan
Yeni, 2008). Fase gerak yang digunakan adalah campuran metanol dan air karena
Sephadex LH-20 stabil pada campuran air dan pelarut organik (Amerscham
Biosciences, 2010). Kolom yang digunakan memiliki tinggi 49 cm dan diameter
4,5 cm. Ekstrak metanol yang digunakan dalam kolom 5,1166 gram. Fraksi
ditampung dalam tabung reaksi 20 ml dan didapatkan 65 fraksi. 65 fraksi yang
didapatkan kemudian digabungkan dengan spektrofotometri UV-VIS dengan
variasi panjang gelombang yaitu 275 nm, 300 nm, 325 nm, 350 nm, dan 375 nm.
Sehingga dari kromatografi kolom didapatkan 13 fraksi gabungan. Fraksi yang
telah digabungkan kemudian diuapkan kembali dengan rotary vacuum evaporator
pada suhu 40-500C hingga didapatkan fraksi kering metanol.

4.3 Optimasi konsentrasi substrat dan waktu inkubasi


Optimasi konsentrasi substrat dan waktu inkubasi dilakukan untuk
mengetahui kondisi optimum enzim. Konsentrasi larutan enzim yang digunakan
adalah 0,05 U/ml. Enzim yang digunakan 1,0 mg dengan spesifikasi 15,2 mg
enzim mengandung 23% protein dan terdapat 215 unit enzim tiap mg protein.
Variasi konsentrasi substrat yang digunakan adalah 20 mM; 10 mM; 5 mM; 2,5
mM; 1,25 mM; dan 0,625 mM. Variasi waktu inkubasi dilakukan pada 15 menit,
20 menit, 30 menit, dan 40 menit.
Pengujian optimasi konsentrasi substrat dilakukan dengan memasukkan
variasi konsentrasi substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosa dan dapar fosfat (pH
6,8) ke dalam mikroplat kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 5 menit,
ditambahkan larutan enzim -glukosidase 0,05 U/mL dan diinkubasi kembali
selama 30 menit. Reaksi enzim dihentikan dengan penambahan natrium karbonat
(Kikkoman, 2011). Produk yang dihasilkan dari reaksi antara -glukosidase dan p-
nitrofenil- -D-glukopiranosa diukur absorbansinya pada panjang gelombang 405

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


37

nm. Untuk mengoreksi hasil serapan maka dibuat kontrol, dimana pada kontrol
dilakukan penambahan natrium karbonat terlebih dahulu yaitu setelah inkubasi 5
menit dan penambahan enzim -glukosidase setelah inkubasi 30 menit. Hasil
optimasi konsentrasi substrat terlihat pada Tabel 4.2. Dari hasil variasi konsentrasi
substrat didapatkan konsentrasi 10 mM substrat p-nitrofenil- -D-glukopiranosa
merupakan konsentrasi optimum enzim yaitu, enzim bekerja optimal sebelum
menjadi jenuh (Gambar 4.1). Sehingga konsentrasi 10 mM ini yang akan
digunakan untuk pengujian pada sampel yaitu ekstrak dan fraksi.

Gambar 4.1 Optimasi Konsentrasi Substrat

Pengujian optimasi waktu inkubasi dilakukan pada inkubasi kedua. Pada


inkubasi pertama yaitu 5 menit dimaksudkan agar larutan uji mencapai suhu 37oC,
inkubasi pertama dilakukan setelah memasukkan konsentrasi optimal substrat p-
nitrofenil- -D-glukopiranosa yaitu 10 mM dan dapat fosfat (pH 6,8) ke dalam
mikroplat. Inkubasi kedua dilakukan variasi yaitu 15 menit, 20 menit, 30 menit,
dan 40 menit, variasi waktu inkubasi ini dilakukan untuk mengetahui waktu
optimum enzim untuk dapat bekerja. Pada pengujian optimasi waktu inkubasi
digunakan kontrol untuk mengoreksi hasil serapan. Hasil optimasi waktu inkubasi
dapat dilihat pada Tabel 4.3. Dari hasil optimasi waktu inkubasi didapatkan waktu

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


38

inkubasi 30 menit merupakan waktu optimum enzim untuk dapat berikatan


dengan substrat (Gambar 4.2)

Gambar 4.2 Grafik Optimasi Waktu Inkubasi 15 menit; 20 menit, 30 menit, dan
40 menit

4.4 Uji aktivitas penghambatan -Glukosidase


4.4.1 Uji aktivitas penghambatan -Glukosidase pada ekstrak
Uji aktivitas penghambatan -glukosidase pada ekstrak dilakukan dengan
menggunakan larutan enzim 0,05 U/ml dan larutan substrat dengan konsentrasi 10
mM. Pengujian dilakukan dengan memvariasi konsentrasi ekstrak yang bertujuan
untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi ekstrak. Pengujian
dilakukan pada ekstrak heksana, etil asetat, dan metanol. Variasi konsentrasi
ekstrak heksana yang digunakan adalah 50, 75, 100, 125, dan 150 µg/ml. Variasi
konsentrasi ekstrak etil asetat yang digunakan adalah 10, 20, 25, 50, dan 75 µg/ml.
Variasi konsentrasi ekstrak metanol yang digunakan adalah 5, 10, 25, 50, 75, dan
100 µg/ml.
Ekstrak ditimbang ± 10 mg dan ditambahkan DMSO beberapa tetes untuk
mempermudah kelarutan. Setelah sudah cukup larut, larutan uji ditambahkan
dengan menggunakan pelarut dapar fosfat (pH 6,8) hingga 10 ml sehingga

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


39

diperoleh konsentrasi ekstrak 1000 µg/ml. Dari larutan induk ekstrak 1000 µg/ml
di pipet sehingga diperoleh larutan ekstrak dengan konsentrasi yang diinginkan.
Pengamatan aktivitas enzim dilakukan dengan membandingkan absorbansi
sampel (S1) dengan blanko (B1). Larutan sampel (S1) adalah larutan uji yang berisi
ekstrak sedangkan larutan blanko (B1) adalah larutan uji tanpa sampel/ekstrak
yang memiliki perlakuan yang sama dengan sampel, yaitu ditambahkan enzim
terlebih dahulu kemudian reaksinya dihentikan dengan penambahan natrium
karbonat. Larutan sampel dan larutan blanko masing-masing memiliki kontrol
yang memiliki perlakuan yang sama, yaitu dilakukan penambahan natrium
karbonat terlebih dahulu kemudian ditambahkan enzim. Kontrol sampel (S0) dan
kontrol blanko (B0) digunakan sebagai faktor koreksi terhadap sampel dan blanko.
Dan produk yang dihasilkan dari reaksi antara -glukosidase dan p-nitrofenil- -D-
glukopiranosa diukur serapannya pada panjang gelombang 405 nm.
Hasil penghambatan enzim pada standar akarbose didapatkan dengan nilai
IC50 238.76 µg/ml. Ekstrak n-heksana, etil asetat dan metanol memiliki
penghambatan yang lebih tinggi dibandingkan akarbose. IC50 ekstrak n-heksana,
ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol berturut-turut adalah 56,17; 43,66; 54,69
µg/ml. Akarbose memiliki penghambatan yang lebih kecil dibandingkan dengan
sampel karena menurut hasil penelitian sebelumnya, -glukosidase memiliki
spektrum yang luas terdiri dari dua tipe, tipe 1 dari S. cereviasiae dan tipe dari
spesies mamalia. Selain itu, voglibose dan akarbose memiliki efek penghambatan
yang tinggi pada -glukosidase yang berasal dari mamalia tetapi tidak mempunyai
aktivitas menghambat enzim dari S. cereviasiae (Dewi, Tachibana, Itoh, Kardono,
2011) . Dari hasil tersebut maka dilakukan pengujian aktivitas pada tiap fraksi
metanol.

4.4.2 Uji aktivitas penghambatan -Glukosidase pada fraksi


Pengujian aktivitas penghambatan pada fraksi dilakukan pada 6 fraksi.
Pengujian dilakukan hanya pada fraksi yang memiliki bobot lebih dari 20 mg
karena fraksi yang paling aktif akan dilanjutkan untuk identifikasi golongan
senyawa yang terkandung didalamnya. Uji aktivitas penghambatan -glukosidase
pada fraksi dilakukan dengan menggunakan larutan enzim 0,05 U/ml dan larutan

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


40

substrat dengan konsentrasi 10 mM. Pengujian dilakukan dengan memvariasi


konsentrasi fraksi yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan
konsentrasi fraksi. Variasi konsentrasi fraksi metanol yang digunakan adalah 5,
10, 25, 50, 75, dan 100 µg/ml.
Setiap fraksi ditimbang ± 10 mg dan ditambahkan DMSO beberapa tetes
untuk mempermudah kelarutan. Setelah sudah cukup larut, larutan uji
ditambahkan dengan menggunakan pelarut dapar fosfat (pH 6,8) hingga 10 ml
sehingga didapatkan konsentrasi larutan induk 1000 µg/ml. Dari larutan induk tiap
fraksi dipipet 1, 2, 5, 10, 15 dan 20 µl sehingga diperoleh konsentrasi fraksi yang
diinginkan.
Pengamatan aktivitas enzim dilakukan dengan membandingkan absorbansi
sampel (S1) dengan blanko (B1). Larutan sampel (S1) adalah larutan uji yang berisi
ekstrak sedangkan larutan blanko (B1) adalah larutan uji tanpa sampel/ekstrak
yang memiliki perlakuan yang sama dengan sampel, yaitu ditambahkan enzim
terlebih dahulu kemudian reaksinya dihentikan dengan penambahan natrium
karbonat. Larutan sampel dan larutan blanko masing-masing memiliki kontrol
yang memiliki perlakuan yang sama, yaitu dilakukan penambahan natrium
karbonat terlebih dahulu kemudian ditambahkan enzim. Kontrol sampel (S0) dan
kontrol blanko (B0) digunakan sebagai faktor koreksi terhadap sampel dan blanko.
Dan produk yang dihasilkan dari reaksi antara -glukosidase dan p-nitrofenil- -D-
glukopiranosa diukur serapannya pada panjang gelombang 405 nm.
Fraksi E yang diuji memiliki penghambatan yang lebih baik dibandingkan
dengan fraksi lainnya dengan IC50 49,37 µg/ml. Aktivitas penghambatan enzim
Fraksi B dengan IC50 55,19 µg/ml, Fraksi D dengan IC50 61,15 µg/ml, Fraksi A
dengan IC50 62,81 µg/ml , Fraksi C dengan IC50 72,23 µg/ml , dan Fraksi F
dengan IC50 72,29 µg/ml.

4.5 Uji kinetika enzim


Kinetika enzim dilakukan untuk mengetahui jenis penghambatan yang
dilakukan oleh sampel terhadap enzim. Analisis kinetika enzim menggunakan plot
Lineweaver-Burk yang menunjukkan jenis penghambatan dari fraksi yang paling
aktif. Fraksi yang diuji adalah fraksi kelima yang memiliki aktivitas

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


41

penghambatan yang paling besar. Konsentrasi substrat yang digunakan adalah 20


mM; 10mM; 5 mM; dan 2,5 mM. dan konsentrasi fraksi yang di uji adalah 50
µg/ml. Data hasil penentuan kinetika enzim dapat dilihat pada Tabel 4.15.

Gambar 4.3 Plot Lineweaver-Burk Hasil Uji Kinetika Penghambatan Aktivitas -


Glukosidase pada Fraksi E dari Ekstrak Metanol 50 µg/ml

Hasil plot menunjukkan bahwa fraksi E dari ekstrak metanol daun jambu
mete (Anacardium occidentale L.) dengan konsentrasi 50 µg/ml memiliki
mekanisme penghambatan kompetitif. Berdasarkan hasil plot didapatkan harga
Vmax yang sama antara fraksi dan kontrol tanpa inhibitor. Pernyataan tersebut
dapat dilihat dari hasil plot Lineweaver-Burk antara sistem tanpa inhibitor dengan
sistem dengan inhibitor 50 µg/ml yang menunjukkan adanya perpotongan kedua
persamaan garis di sumbu y (penghambatan kompetitif).

4.6 Penapisan fitokimia dengan KLT


Hasil identifikasi golongan senyawa kimia pada fraksi teraktif dari ekstrak
metanol menunjukkan hasil yang positif pada pengujian flavonoid, saponin, dan
tannin. Hasil positif pada pengujian dapat dilihat pada Gambar 4.4 yang
menunjukkan warna kuning yang sama dengan standar yaitu kuersetin. Dan telah
terbukti bahwa daun jambu mete mengandung flavonoid total tidak kurang dari
0,20 % dihitung sebagai kuersetin (Departemen Kesehatan RI, 2008).

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


42

Pengujian penapisan fitokimia untuk golongan tanin dibandingkan dengan


standar, yaitu teh. Hasil positif terhadap pengujian tanin dapat dilihat pada
Gambar 4.6. Dan telah di uji sebelumnya jambu mete mengandung asam
resorsinol, asam anakardat, karetenoid, vitamin C, fenol, dan tanin (Assuncao, dan
Mercadante, 2003). Metabolit sekunder seperti tanin, terpen, alkaloid, flavonoid,
fenol, steroid, glikosida dan senyawa yang mudah menguap umumnya terdapat
pada tumbuhan (Kannan et.al., 2009).

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uji aktivitas penghambatan g-glukosidase ekstrak metanol
dari daun jambu mete (Anacardium occidentale L.) didapatkan IC50 54,69 µg/ml.
Dan dilakukan uji terhadap fraksi dari ekstrak metanol dan didapatkan bahwa
fraksi kelima (fraksi E) dari ektrak metanol memiliki aktivitas penghambatan
tertinggi terhadap enzim g-glukosidase dari kelima fraksi yang di uji dengan IC50
49,37 µg/ml. Dan uji kinetika menunjukkan fraksi kelima (fraksi E) tersebut
memiliki mekanisme penghambatan kompetitif. Hasil identifikasi golongan kimia
menunjukkan bahwa fraksi teraktif dari ekstrak metanol mengandung flavonoid,
saponin, dan tanin.

5.2 Saran
Untuk mendukung data penelitian ini, hendaknya dilakukan penelitian
lebih lanjut dengan melakukan isolasi dan karakterisasi senyawa aktif pada daun
jambu mete sehingga tanaman tersebut lebih dimungkinkan untuk dikembangkan
dalam pengobatan diabetes melitus.

43 Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


44

DAFTAR ACUAN

Amersham Biosciencies. (2010). Gel Filtration.

Assuncao, R. B., & Mercadante, A. Z. (2003). Carotenoids and ascorbic acid from
cashew apple (Anacardium occidentale L.) variety and geographic effects.
Food Chemistry, 81, 495–502.

Anurakkun, N.J., Bhandari M.R., Kawabata J. (2007). -Glucosidase Inhibitors


from Devil Tree (Alstonia scholaris). Food Chemistry, 103, 1319-1323.

Basuki, T., Dewiyanti, I.D., Artanti, N., & Kardono, L. (2002). Evaluasi aktivitas
daya hambat terhadap enzim alfa glukosidase dari ekstrak kulit batang,
daun, bunga dan buah kemuning (Murraya paniculata (L.) Jack.).
Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat Indonesia XXI, 314-318.

Bayer. (2008). Precose (acarbose tablets). USA: Bayer Healthcare


Pharmaceuticals Inc.

British Pharmacopoeia 2009. (2008). London: Crown.

Chisholm-Burns, M.A., et al. (2008). Pharmacotherapy principles and practice.


New York : McGraw-Hill Companies, Inc, 649; 657.

Choudhary, M.I., et al. (2011). Cyclopeptide alkaloids of Ziziphus oxyphylla


Edgwas novel inhibitors of -glukosidase enzyme and protein glycation.
Phytochem. Lett, 261: 1-3.

Coulson, C.J. (1994). Molecular mechanism of drugs action (2nd ed.). London:
Taylor & Francis.

Corwin, E.J. (2001). Buku saku patofisiologi.ter. dari Handbook of


pathophysiology oleh Brahm U. Pendit. Jakarta: EGC, 542-547.

Cook, Christoper, L., Johnson, John, T., Wade, William, E. (2008).


Pharmacotherapy Principle & Practice. Marie A. Chisolm-Burns, et al.
(Ed.). Diabetes Melitus. New York : McGraw-Hill Companies.

de Brito et.al. (2007). Determination of the flavonoid components of cashew apple


(Anacardium occidentale) by LC-DAD-ESI/MS. Food Chemistry, 105,
112-1118.
Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


45

Dewi, R.T., Tachibana S., Itoh K., Kardono, L.B.S. (2011). -Glucosidase
inhibitory and antioxidant activity of Aspergillus terreus MC751.
Prosiding Seminar International The 2nd International Conference on
Pharmacy and Advancer Pharmaceutical. Yogyakarta : Faculty of
Pharmacy Universitas Gadjah Mada.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia edisi


III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Materia Medika Indonesia


Jilid VI. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Farmakope Herbal Indonesia


Edisi 1. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Dipiro et.al. (2005). Pharmacotherapy a pathophysiologic approach. New York:


McGraw-Hill Companies, Inc, 1333-1337.

Harborne, J. B. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan (Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro, Penerjemah).
Bandung : ITB.

Harmita. (2006). Analisis Fisikokima. Departemen farmasi :Universitas Indonesia.

Holman, R.R., Cull C.A., & Turner R.C. (1999). A randomized double-blind trial
of acarbose in type 2 diabetes shows improved glycemic control over 3
years (U.K. Prospective Diabetes Study 44). Diabetes Care 22 : 960-964.

Hsieh, P.C. et.al. (2010). Activities of antioxidant, -glucosidase inhibitors and


aldose reductase inhibitors of the aquaeous extracts of four Flemingia
species in Taiwan. Botany Study, 51, 293-302.

International Diabetes Federation. (2005). Panduan Global Untuk Diabetes Tipe


2. Diterjemahkan Dr. Benny Kurniawan. PT Roche Indonesia.

Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta : Salemba Medika.

Khare C.P. (2007). Indian Medical Plants. India : Springer.

Kikkoman. (2001). -Glucosidase ( GLS-SE) from recombinant E. Coli, 95-98.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


46

Kosman Rachmat, dan Herman Hendra. (2009). Uji efek penghambatan enzim
xantin oksidase oleh infus daun jambu mete (Anacardium occidentale)
berdasarkan parameter farmakokinetik kofein. Majalah Farmasi dan
Farmakologi, 13 (1), ISSN 1410-7031.

Kumar P.P., Paramashivappa R., Vithayathil P.J., Subba P.V., Srinivasa A.


(2001). Process for isolation of cardanol from technical cashew
(Anacardium occidentale L.) nut shell liquid. Journal of Agricultural Food
Chemistry, 49, 2548-2551.

Lam Sio-Hong, Chen Jhong-Min, Kang Chao-Jou, Chen Chung-Hsiung, Lee


Shoei-Sheng. (2008). -Glucosidace inhibitors from the seeds of Syagrus
romanzoffiana. Phytochemistry, 69, 1173-1178.

Linn, W.D., Wofford, M.R., O’Keefe, M.E., & Pose, L.M. (2009).
Pharmacotherapy in primary care. New York: McGraw-Hill, 279-298.

Masitha Maya. (2011). Skrining Aktivitas Penghambatan -Glukosidase dan


Penapisan Fitokimia dari Beberapa Tanaman Obat yang Digunakan
sebagai Antidiabetes di Indonesia. Depok : Universitas Indonesia.

Muchtar, H., Yusmeiarti, Yeni, G. (2008). Pengaruh jenis absorban dalam proses
isolasi katechin gambir. Jurnal Riset Industri Vol. 2, 1, 14-23.

Murray, R.K., Granner, D.K., & Rodwell, V.W. (2009). Biokimia harper edisi 27
ter. dari Harper’s biochemistry 27th oleh Brahm U.Pendit. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 53;65; 68-74.

Plantamor.com. Jambu Monyet (Anacardium occidentale L.). 25 Februari 2012.

Proseanet.org. Anacardium occidentale L. 20 Mei 2011.

Puteri Maria D.P.T. Gunawan, Kawabata Jun. (2010). Novel -Glukosidase


Inhibitors from Macaranga tanarius Leaves. Food Chemistry, xxx.

Robinson, Trevor. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi (Kosasih


Padmawinata, Penerjemah). Bandung : ITB

Sigma. (2011). Sigma Aldrich Co. LLC. Retrieved Februari 10, 2012, from
www.sigmaaldrich.com/

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


47

Soesatyo B., Pinandito M. Standar Filter untuk Kalibrasi Micro plate Reader.

Sokeng et al,. (2007). Hypoglycemic effect of Anacardium occidentale L.


methanol extract and fractions on streptozotocin-induced diabetic rat.
Global Journal of Pharmacology, 1 (1), 01-05.

Sulistyawati Dewi, dan Mulyati Sri. (2009). Uji aktivitas anti jamur infusa daun
jambu mete (Anacardium occidentale, L) terhadap Candida albicans.
Biomedika, 2 (1), ISSN 1979-35X.

Tedong Leonardo et al,. (2006). Antihyperglycemic and renal protective activities


of Anacardium occidentale (Anacardiaceae) leaves in streptozotocin
induced diabetec rats. Africa Journal Traditional, Complementary and
Alternative Medicines, 3 (1), 23-25.

United States Pharmacopoeial Convention ed. 30. (2007).

Wagner, H., Bladt, S., & Zgainski, E. (1984). Plant drug analysis: A thin layer
chromatography atlas. New York: Springer-Verlag.

World Health Organization. (n.d.). (2011). Diabetes. http://www.who.int . 9


Februari 2012.

Zanatta, L. et.al. (2007). Effect of crude extract and fraction from Vitex
megapotamica leaves on hyperglycemia in alloxan-diabetic rats.
Ethnopharmacol, 109, 151-155.

Zakhartsev, M. V., Portner, H. O., & Blusta, R. (2003). Environmentally low-


temperature kinetic and thermodynamicstudy of lactate dehydrogenase
from Atlantic cod (G. morhua) using a 96-well microplate technique.
Analytical Biochemistry.

Universitas Indonesia

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


48

a b

Gambar 4.4 Kromatogram Flavonoid (a) Fraksi E (b) Kuersetin disemprot


larutan penampak noda AlCl3 [di bawah UV 366 nm] dengan eluen butanol : asam
asetat glasial : akuades (4: 1 : 5)

a b

Gambar 4.5 Kromatogram Saponin (a) Fraksi E (b) Orthosipon folium disemprot
larutan anisaldehid-asam sulfat , dengan eluen sampel eluen butanol : asam
asetat glasial : akuades (5: 1 : 4)

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


49

a b

Gambar 4.6 Kromatogram Tanin (a) Fraksi E (b) standar (Tea sinensis)
disemprot dengan larutan FeCl3 10%. dengan eluen butanol : asam asetat glasial :
akuades (4: 1 : 5)

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


50

Tabel 4.1. Rendemen Ekstrak Daun Jambu Mete

Berat ekstrak
Ekstrak Berat simplisia (g) Rendemen (%)
(g)
n-Heksana 28,6 1,43

Etil Asetat 2000 61,5 3,075

Metanol 183,2 9,16

Tabel 4.2. Optimasi Konsentrasi Substrat 20 mM; 10 mM; 5 mM; 2,5 mM; 1,25
mM; dan 0,625 mM

Konsentrasi Serapan (A) Serapan % CV

Substrat A1 A2 rata-rata U-K

Uji (U) 0,058 0,048 0,053 13,34

0,625 mM Kontrol (K) 0,003 0,006 0,0045 47,14 0,0485

Uji (U) 0,069 0,071 0,07 2,03

1,25 mM Kontrol (K) 0,011 0 0,0055 141,42 0,0645

Uji (U) 0,118 0,116 0,117 1,21

2,5 mM Kontrol (K) 0,008 0,009 0,0085 8,32 0,1085

Uji (U) 0,172 0,182 0,177 3,99

5 mM Kontrol (K) 0,001 0 0,0005 141,42 0,1765

Uji (U) 0,22 0,226 0,223 1,9

10 mM Kontrol (K) 0,003 0,01 0,0065 76,15 0,2165

Uji (U) 0,259 0,239 0,249 5,68

20 mM Kontrol (K) 0,016 0,016 0,016 0 0,233

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


51

Tabel 4.3. Optimasi Waktu Inkubasi 15 menit; 20 menit; 30 menit; dan 40 menit

Waktu Serapan (A) % CV


Inkubasi Serapan
(menit) A1 A2 Rata-rata U-K

Uji (U) 0,113 0,114 0,1135 0,62

15 Kontrol (K) 0 0 0 0 0,1135

Uji (U) 0,193 0,188 0,1905 1,86

20 Kontrol (K) 0,025 0,025 0,025 0 0,1655

Uji (U) 0,346 0,363 0,3545 3,39

30 Kontrol (K) 0,001 0,015 0,008 123,74 0,3465

Uji (U) 0,11 0,187 0,1485 36,66

40 Kontrol (K) 0,001 0,001 0,002 0 0,1465

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


52

Tabel 4.4. Penghambatan Aktivitas -Glukosidase pada Akarbose (sebagai


Pembanding)

Serapan (A) Serapan %


Konsentrasi IC50
(µg/ml) A1 A2 rata-rata S1-S0 Inhibisi (µg/ml)

S1 0.467 0.444 0.4555

25 S0 0.013 0.014 0.0135 0.442 7.531

S1 0.453 0.448 0.4505

50 S0 0.008 0.024 0.016 0.4345 15.377

S1 0.41 0.384 0.397

75 S0 0.002 0.011 0.0065 0.3905 18.305 238.76

S1 0.376 0.369 0.3725

100 S0 0.013 0.008 0.0105 0.362 24.268

S1 0.313 0.323 0.318

150 S0 0.001 0.004 0.0025 0.3155 32.322

B (Blanko) 0.478

Persamaan regresi y = 0.192x + 4.158

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


53

Tabel 4.5. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Ekstrak n-heksana

Serapan (A) Serapan % CV %


Konsentrasi rata- IC50
(µg/ml) A1 A2 rata S1-S0 Inhibisi (µg/ml)

S1 0,436 0,457 0,4465 3,33

50 S0 0,124 0,115 0,1195 5,33 0,327 40,11

S1 0,335 0,384 0,3595 9,63

75 S0 0,179 0,161 0,17 7,49 0,1895 65,293

S1 0,331 0,329 0,33 0,43

100 S0 0,257 0,239 0,248 5,13 0,082 84,982 56,17

S1 0,339 0,335 0,337 0,84

125 S1 0,33 0,303 0,3165 6,03 0,0205 96,245

S0 0,401 0,356 0,3785 8,41


-
150 S0 0,408 0,414 0,411 1,03 0,0325 105,95

B (Blanko) 0,546

Persamaan regresi y = 0,6505x + 13,462

Keterangan: A1= Serapan pertama; A2= Serapan kedua (duplo); S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel;
IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim
dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


54

Tabel 4.6. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Ekstrak Etil Asetat

Serapan (A) Serapan % CV %


Konsentrasi rata- IC50
(µg/ml) A1 A2 rata S1-S0 Inhibisi (µg/ml)

S1 0,987 0,976 0,9815 0,79

10 S0 0,782 0,724 0,753 5,45 0.2285 55.785.124

S1 0,948 0,953 0,9505 0,37

20 S0 0,742 0,812 0,777 6,37 0.1735 28.305.785

S1 0,901 0,873 0,887 2,23

25 S0 0,724 0,763 0,7435 3,71 0.1435 40.702.479 43.66

S1 0,859 0,914 0,8865 4,38

50 S0 0,841 0,749 0,795 8,18 0.0915 62.190.083

S1 0,711 0,659 0,685 5,37

75 S0 0,628 0,622 0,625 0,68 0.06 75.206.612

B (Blanko) 0.242

Persamaan regresi y = 0.995x 6.551

Keterangan: A1= Serapan pertama; A2= Serapan kedua (duplo); S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel;
IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim
dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


55

Tabel 4.7. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Ekstrak Metanol

Konsentrasi Serapan (A) Serapan % CV %


rata- IC50
(µg/ml) A1 A2 rata S1-S0 Inhibisi (µg/ml)

S1 0,608 0,657 0,6325 5,48

5 S0 0,011 0,023 0,017 49,91 0,6155 -9,617

S1 0,516 0,617 0,5665 12,61

10 S0 0,027 0,04 0,0335 27,44 0,533 5,076

S1 0,479 0,486 0,4825 1,02

25 S0 0,076 0,063 0,0695 13,23 0,413 26,447 54,69

S1 0,317 0,341 0,329 5,16

50 S0 0,089 0,128 0,1085 25,42 0,2205 60,73

S1 0,305 0,302 0,3035 0,7

75 S0 0,158 0,152 0,155 2,74 0,1485 73,553

S1 0,331 0,264 0,2975 15,92

100 S0 0,18 0,221 0,2005 14,46 0,097 82,725

B (Blanko) 0,5615

Persamaan regresi y = 0,9674x - 2,9093

Keterangan: A1= Serapan pertama; A2= Serapan kedua (duplo); S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel;
IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk menghambat 50% aktivitas enzim
dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


56

Tabel 4.8. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Fraksi A

Konsentrasi Serapan (A) S1-S0 % inhibisi IC50 (µg/ml)

S1 0,502

5 µg/ml S0 0,001 0,501 4,389

S1 0,488

10 µg/ml S0 0,018 0,47 10,305

S1 0,436

25 µg/ml S0 0,002 0,434 17,176


62,81
S1 0,372

50 µg/ml S0 0,001 0,371 29,198

S1 0,218

75 µg/ml S0 0,01 0,208 60,305

S1 0,087

100 µg/ml S0 0,001 0,086 83,588

Blanko 0,524

Persamaan regresi y = 0,8149x - 1,8311

Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


57

Tabel 4.9. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Fraksi B

Konsentrasi Serapan (A) S1-S0 % inhibisi IC50 (µg/ml)

S1 0,431

5 µg/ml S0 0,001 0,43 20,956

S1 0,416

10 µg/ml S0 0,005 0,411 24,448

S1 0,42

25 µg/ml S0 0,018 0,402 26,102


55,19
S1 0,29

50 µg/ml S0 0,015 0,275 49,448

S1 0,245

75 µg/ml S0 0,018 0,227 58,272

S1 0,137

100 µg/ml S0 0,029 0,108 80,147

Blanko 0,544

Persamaan regresi y = 0,6141x + 16,106

Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


58

Tabel 4.10. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Fraksi C

Serapan (A) %

Konsentrasi A1 S1-S0 Inhibisi IC50 (µg/ml)

S1 0,592

5 µg/ml S0 0,001 0,591 1,958

S1 0,571

10 µg/ml S0 0,001 0,57 5,441

S1 0,575

25 µg/ml S0 0,012 0,563 6,602


72,23
S1 0,383

50 µg/ml S0 0,001 0,382 36,629

S1 0,317

75 µg/ml S0 0,015 0,302 49,900

S1 0,183

100 µg/ml S0 0,017 0,166 72,462

B (Blanko) 0,6028

Persamaan regresi y = 0,7543x - 4,4826

Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


59

Tabel 4.11. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Fraksi D

Konsentrasi Serapan (A) S1-S0 % inhibisi IC50 (µg/ml)

S1 0,615

5 µg/ml S0 0,063 0,552 2,560

S1 0,57

10 µg/ml S0 0,112 0,458 19,153

S1 0,633

25 µg/ml S0 0,252 0,381 32,745


61,15
S1 0,815

50 µg/ml S0 0,452 0,363 35,922

S1 0,892

75 µg/ml S0 0,675 0,217 61,695

S1 1,086

100 µg/ml S0 0,954 0,132 76,699

Blanko 0,5665

Persamaan regresi y = 0,6989x + 7,2594

Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


60

Tabel 4.12. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Fraksi E

Konsentrasi Serapan (A) S1-S0 % inhibisi IC50 (µg/ml)

S1 0,643

5 µg/ml S0 0,071 0,572 0,729

S1 0,602

10 µg/ml S0 0,087 0,515 10,621

S1 0,692

25 µg/ml S0 0,291 0,401 30,406


49,37
S1 0,771

50 µg/ml S0 0,488 0,283 50,885

S1 0,854

75 µg/ml S0 0,72 0,134 76,744

S1 0,939

100 µg/ml S0 0,934 0,005 99,132

Blanko 0,5762

Persamaan regresi y = 1,0074x + 0,2603

Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


61

Tabel 4.13. Uji Aktivitas Penghambatan g-Glukosidase pada Fraksi F

Konsentrasi Serapan (A) S1-S0 % inhibisi IC50 (µg/ml)

S1 0,805
5 µg/ml
S0 0,072 0,733 -33,881

S1 0,779
10 µg/ml
S0 0,101 0,678 -23,836

S1 0,791
25 µg/ml
S0 0,184 0,607 -10,868
72,29
S1 0,766
50 µg/ml
S0 0,384 0,382 30,228

S1 0,743
75 µg/ml
S0 0,491 0,252 53,973

S1 0,799
100 µg/ml
S0 0,691 0,108 80,274

Blanko 0,5475

Persamaan regresi y = 1,2094X - 37,432

Keterangan: S1= Sampel; S0= Kontrol Sampel; IC50 = Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% aktivitas enzim dalam kondisi pengujian.

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


62

Tabel 4.14. Hasil uji kinetika Penghambatan Aktivitas Enzim Fraksi E

Konsentrasi
Serapan (V)
1/V1 1/V2
Substrat [S] V0 V1 V2 1/[Substrat] 1/V0
2,9069 2,7322
20 mM 0,704 0,344 0,366 0,05 1,4204
5,18134 4,7169
10 mM 0,601 0,193 0,212 0,1 1,6638
8,47457 6,5789
5 mM 0,523 0,118 0,152 0,2 1,9120
15,6250 9,0090
2,5 mM 0,334 0,064 0,111 0,4 2,9940

Keterangan : V0 = Tanpa inhibitor; V1= inhibitor 50 µg/ml; V2 = inhibitor 25 µg/ml

Tabel 4.15. Hasil perhitungan tetapan Michaelis-Menten Fraksi E

a b Vmax Km

Tanpa inhibitor 4,4414 1,1648 0,8585 0,2622


Inhibitor 50
35,801 1,3344 0,7494 0,0372
µg/ml

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


63

Lampiran 1. Skema Kerja Prosedur Pelaksanaan

Ekstraksi serbuk simplisia


secara bertingkat

Fraksinasi
ekstrak

Optimasi aktivitas enzim -


glukosidase

Uji penghambatan aktivitas -


glukosidase ekstrak dan fraksi

Uji kinetika penghambatan -glukosidase dari


fraksi paling aktif

Identifikasi golongan senyawa dari


fraksi paling aktif

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


64

Lampiran 2. Prosedur Ekstraksi

Serbuk simplisia 2 kg
Ekstraksi dengan
refluks, pelarut
n-heksana
hingga enam kali

Ampas Ekstrak n-heksana


Ekstraksi dengan
refluks, pelarut Diuapkan
etil asetat hingga dengan
empat kali rotavapor
Ekstrak kental 50oC, 40 rpm
n-heksana

Ekstrak etil asetat Ampas

Diuapkan
dengan Ekstraksi dengan
rotavapor refluks, pelarut
50oC, 40 rpm metanol hingga
Ekstrak kental enam kali
etil asetat

Ampas Ekstrak metanol

Diuapkan
dengan
rotavapor
50oC, 40 rpm

Ekstrak kental
metanol

Uji penghambatan aktivitas g-glukosidase

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012


65

Lampiran 3. Prosedur Fraksinasi

5,1166 g Ekstrak kental


metanol

Fraksinasi
Fase diam : Sephadex LH-20
Fase gerak : Metanol 50%

Didapatkan
65 Fraksi

Penggabungan fraksi dengan


spektrofotometri UV-VIS
pada : 275, 300, 325, 350,
dan 375 nm

Didapatkan
13 fraksi gabungan

Fraksi A Fraksi B Fraksi C Fraksi D Fraksi E Fraksi F


(4-8) (9-13) (14-19) (20-23) (31-35) (49-54)

Keterangan : Fraksi A, B, C, D, E, F diuji penghambatan aktivitas -glukosidase

Uji penghambatan..., Esa Utami Putra, FMIPA UI, 2012

Anda mungkin juga menyukai