Anda di halaman 1dari 5

Cara Kerja

3.6.1 Pengambilan sampel


Sampel diambil random sebanyak 5 (lima) produk krim pemutih
berbeda yang beredar di Pasar Sungai Tabukan Amuntai, kemudian
sampel dibawa ke laboratorium untuk dilakukan penelitian dan diberi
tanda sampel A, B, C, D, dan E.

3.6.2 Analisis kualitatif


3.6.2.1 Pembuatan eluen (Anonim, 2011)
Masukkan N-heksan 60 ml dan aseton 40 ml ke dalam chamber,
tutup rapat dan kocok hingga homogen, lalu jenuhkan.

3.6.2.2 Penyiapan larutan (Anonim, 2011)


a. Penyiapan larutan baku
Timbang baku hidrokuinon sebanyak 0,02 g, masukkan ke
dalam labu ukur 10 ml kemudian tambahkan etanol 96% lalu
kocok hingga larut. Encerkan dengan etanol 96% sampai
tanda batas.
b. Penyiapan larutan uji
Timbang 1,5 g sampel dalam Beaker glass 25 ml, tambahkan
15 ml etanol 96% sedikit demi sedikit, kemudian aduk.
Masukkan campuran kedalam labu ukur 25 ml, homogenkan
dalam sonikator. Tambahkan etanol 96% sampai tanda batas,
kocok. Dinginkan labu ukur yang berisi larutan tadi dalam
tangas es sampai terjadi pemisahan lemak (±10 menit),
kemudian saring.

3.6.2.3 Prosedur KLT (Anonim, 2011)


Aktifkan plat KLT dengan suhu 100°C selama 10 menit,
jenuhkan bejana kromatografi (chamber). Totolkan larutan baku
dan larutan uji pada plat KLT, penotolan dapat dilakukan 2x.
Plat KLT yang sudah ditotol dimasukkan ke dalam chamber,
lakukan di ruangan gelap pada suhu ruang, hingga jarak rambat
±15 cm dari titik penotolan. Angkat plat, lalu keringkan pada
suhu ruang. Amati plat di bawah penyinaran lampu UV 254 nm,
tandai posisi bercak.

3.6.3 Analisis kuantitatif


3.6.3.1 Pembuatan larutan baku (Sarah, 2014 dengan modifikasi)
Timbang baku hidrokuinon sebanyak 50 mg dan dilarutkan
dalam etanol 96%. Larutan dipindahkan ke dalam labu ukur 50
ml dan ditambahkan etanol 96% sampai 50 ml, kemudian
larutan dikocok sampai homogen, didapatkan konsentrasi baku
hidrokuinon 1000 ppm dalam etanol 96%. Ambil 10 ml dari
larutan baku 1000 ppm, masukkan ke labu ukur 100 ml.
Tambahkan etanol 96% sampai tanda batas, kocok sampai
homogen dan didapatkan konsentrasi larutan 100 ppm. Ambil
0,1; 0,15; 0,2; 0,25; 0,3; 0,35; dan 0,4 ml dari larutan baku 100
ppm, masing-masing dimasukkan ke dalam labu ukur 10 ml.
Tambahkan etanol 96% sampai tanda batas, kocok sampai
homogen dan didapatkan larutan baku dengan konsentrasi 10,
15, 20, 25, 30, 35, dan 40 ppm.

3.6.3.2 Penentuan panjang gelombang maksimum (Sarah, 2014


dengan modifikasi)
Ambil 250 mikroliter dari larutan baku 25 ppm, masukkan ke
dalam tabung reaksi. Tambahkan masing-masing 1 ml NaOH
0,5 N dan pereaksi Floroglusin 1%, panaskan di penangas air
selama 15 menit (70°C), kemudian dinginkan sampai suhu
larutan 25°C. Tambahkan NaOH 0,5 N sampai volumenya tepat
5 ml, larutan 25 ppm ini diukur pada panjang gelombang 200-
800 nm.

3.6.3.3 Penentuan Operating Time (Sarah, 2014 dengan modifikasi)


Ambil 250 mikroliter dari larutan baku 25 ppm, masukkan ke
dalam tabung reaksi. Tambahkan masing-masing 1 ml NaOH
0,5 N dan pereaksi Floroglusin 1%, panaskan di penangas air
selama 15 menit (70°C), kemudian dinginkan sampai suhu
larutan 25°C. Tambahkan NaOH 0,5 N sampai volumenya tepat
5 ml. Kemudian lihat absorbansinya pada menit ke 0, 2, 4, 6, 8,
10, 12, 14, 16 dan 18 pada panjang gelombang maksimum yang
sudah didapat, lalu dilihat pada menit ke berapa penyerapan bisa
terjadi secara maksimal dan didapatkan operating time.

3.6.3.4 Pembuatan kurva baku (Sarah, 2014 dengan modifikasi)


Masing-masing larutan baku 10, 15, 20, 25, 30, 35, dan 40 ppm
dimasukkan ke dalam tabung reaksi, tambahkan masing-masing
1 ml NaOH 0,5 N dan pereaksi Floroglusin 1%. Panaskan di
penangas air selama 15 menit (70°C), kemudian dinginkan
sampai suhu larutan 25°C. Tambahkan NaOH 0,5 N sampai
volumenya tepat 5 ml, kocok. Kemudian diamkan larutan sesuai
operating time yang didapat, lalu ukur pada panjang gelombang
maksimum, dengan metanol sebagai blanko. Cara untuk
membuat kurva baku yaitu dengan memplot konsentrasi vs
absorbansi.

3.6.3.5 Validasi metode


a. Akurasi
Timbang 25 mg sampel krim pemutih wajah, kemudiaan
suspensikan ke dalam 50 ml etanol 96%. Tambahkan larutan
hidrokuinon 10 ppm, 25 ppm, dan 50 ppm (yang sudah
dibuat) ke dalam larutan sampel (Irnawati, dkk., 2016 dengan
modifikasi). Masukkan masing-masing campuran ke dalam
tabung reaksi, tambahkan masing-masing 1 ml NaOH 0,5 N
dan pereaksi Floroglusin 1%. Panaskan di penangas air
selama 15 menit (70°C), kemudian dinginkan sampai suhu
larutan 25°C. Tambahkan NaOH 0,5 N sampai volumenya
tepat 5 ml, kocok (Sarah, 2014 dengan modifikasi). Analit uji
dimasukkan dalam kuvet kemudian didiamkan sesuai
operating time yang didapat lalu ukur serapannya pada
panjang gelombang maksimum dengan menggunakan
spektrofotometer UV-Vis (Irnawati, dkk., 2016 dengan
modifikasi). Nilai yang didapatkan dihitung nilai % recovery,
dikatakan memenuhi syarat jika didapatkan % recovey dalam
rentang nilai 80-110% (Andayani, 2018).
Rumus: % Akurasi = (Ct – Cs)/Ca × 100%
Keterangan : Cs = konsentrasi sampel mula-mula
Ct = konsentrasi total sampel dengan
penambahan baku hidrokuinon
Ca = konsentrasi baku yang ditambahkan
b. Presisi
Buat larutan baku hidrokuinon konsentrasi 10 ppm, kemudian
masukkan larutan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan
masing-masing 1 ml NaOH 0,5 N dan pereaksi Floroglusin
1%, panaskan di penangas air selama 15 menit (70°C).
Kemudian dinginkan sampai suhu larutan 25°C, tambahkan
NaOH 0,5 N sampai volumenya tepat 5 ml, lalu kocok.
Diamkan larutan sesuai operating time yang sudah didapat
(Sarah, 2014 dengan modifikasi). Ukur absorbansinya pada
panjang gelombang maksimum, ulangi pengukurannya
sebanyak 10 kali (Irnawati, dkk., 2016 dengan modifikasi).
Koefisien Variasi (KV) = Sb/xi × 100%.
Hasil memenuhi syarat jika % KV ˂7,3% (Andayani, 2018).
c. Linearitas
Larutan baku dengan konsentrasi 10, 15,20, 25, 30, 35, dan
40 ppm masing-masing diukur serapannya pada panjang
gelombang maksimum yang sudah didapatkan (Sarah, 2014
dengan modifikasi). Hasil absorban larutan baku hidrokuinon
dapat dihitung persamaan regresi liniernya dengan mencari
nilai koefesien korelasi (r), koefisien regresi (b), dan nilai (a).
Persamaan regeresi linier ini dapat dikatakan linier jika nilai
koefisien korelasi (r) mendekati 1. Rumus : y = bx + a
(Andayani, 2018).
d. LOD dan LOQ
Batas deteksi dan batas kuantitasi dihitung secara statistik
dengan persamaan regresi linier dari kurva baku. Perhitungan
dilakukan dengan cara memasukkan absorbansi hasil
pengukuran larutan baku ke dalam persamaan regresi linear
yang diperoleh (Irnawati, dkk., 2016).
Rumus LOD = 3 × sb/b ; LOQ = 10 × sb/b
Sb = simpangan baku (Andayani, 2018)

3.6.3.6 Preparasi sampel (Sarah, 2014 dengan modifikasi)


Timbang sampel sebanyak 150 mg dan disuspensikan dalam 5
ml etanol 96%, kemudian di sonifikasi selama 3 menit.
Pindahkan ke labu ukur 10 ml, tambahkan etanol 96 % sampai
tanda batas. Ambil 100 mikroliter larutan, masukkan ke dalam
tabung reaksi, tambahkan etanol 96% sampai volume tepat 5 ml.
Ambil lagi 500 mikroliter lalu masukkan ke dalam tabung
reaksi, tambahkan masing-masing 1 ml NaOH 0,5 N dan
pereaksi Floroglusin 1%, panaskan di penangas air selama 15
menit (70°C). Dinginkan larutan sampai suhu 25°C, tambahkan
NaOH 0,5 N sampai volume tepat 5 ml.

3.6.3.7 Penetapan kadar hidrokuinon (Sarah, 2014)


Masukkan masing-masing larutan ke dalam kuvet kemudian
diukur menggunakan spektrofotometer Uv-vis pada panjang
gelombang maksimum. Kadar hidrokuinon pada sampel
dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis

Anda mungkin juga menyukai