Anda di halaman 1dari 154

SKRIPSI

FORMULASI DAN UJI ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM


EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH KELUBI
(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)
SEBAGAI PELEMBAB KULIT

OLEH:
SITI SALMIYAH DAULAY
NPM 1929056005

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022
FORMULASI DAN UJI ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM
EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH KELUBI
(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)
SEBAGAI PELEMBAB KULIT

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana


Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien

OLEH:
SITI SALMIYAH DAULAY
NPM 1929056005

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
2022
HALAMAN PENGESAHAN

FORMULASI DAN UJI ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM


EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH KELUBI
(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)
SEBAGAI PELEMBAB KULIT

OLEH:
SITI SALMIYAH DAULAY
NPM 1929056005

Dipertahankan Dihadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi


Universitas Tjut Nyak Dhien
Pada Tanggal: 28 Juli 2022

Disetujui oleh:
Pembimbing 1, Panitia Penguji

Dra. apt. Sudewi, M.Si. Dra. apt. Sudewi, M.Si.

Pembimbing 2, Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si.

Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si. apt. Kanne Dachi, M.Farm.

Medan, 11 Agustus 2022


Fakultas Farmasi
Universitas Tjut Nyak Dhien
Dekan,

Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si.


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Tjut Nyak Dhien, saya yang bertanda tangan
di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Siti Samiyah Daulay


Nomor Pokok Mahasiswa : 1929056005
Program Studi : Sarjana Farmasi (S1-Farmasi)
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui dan memberikan kepada


Universitas Tjut Nyak Dhien Hak Bebas Royalti Non Eksklusif (Non-Exclusive
Royalti Fee Right) atas skripsi saya yang berjudul:

Formulasi dan Uji Antioksidan Sediaan Krim Ekstrak Etanol Daging Buah
Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) Sebagai Pelembab Kulit

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan) dengan Hak Bebas Royalti Non
Eksklusif ini, Universitas Tjut Nyak Dhien berhak menyimpan dalam bentuk data,
merawat dan mempublikasikan skripsi saya tanpa meminta izin dari saya sebagai
penulis dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya dan rasa sadar saya.

Medan, 11 Agustus 2022


Yang menyatakan,

Siti Salmiyah Daulay


NPM 1929056005

iv
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Siti Salmiyah Daulay


Nomor Pokok Mahasiswa : 1929056005
Program Studi : Sarjana Farmasi (S1-Farmasi)

Judul Skripsi : “Formulasi dan Uji Antioksidan Sediaan Krim Ekstrak


Etanol Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) Sebagai
Pelembab Kulit”

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penelitian pada Skripsi yang saya buat adalah asli
karya saya sendiri bukan plagiasi dan apabila dikemudian hari diketahui Skripsi saya
tersebut plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun
oleh Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien. Saya
tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan, 11 Agustus 2022


Yang menyatakan,

Siti Salmiyah Daulay


NPM 1929056005

v
RIWAYAT HIDUP

Nama : Siti Salmiyah Daulay


Tempat/Tgl. Lahir : Tanjung Baru, 22 Februari 1998
Anak ke : 1 dari 5 bersaudara
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Tanjung Baru, RT/RW 003/001, Desa Tambusai
Barat, Kec. Tambusai, Kab. Rokan Hulu, Prov. Riau
Telepon/No.Hp : 08126002202
Email : salmiyahamie1@gmail.com
Pendidikan : SD negeri 012 Tambusai
MTs S Al-Khoir Mananti
SMA S Babussalam Pekanbaru
Universitas Abdurrab Pekanbaru

Judul Skripsi : “Formulasi dan Uji Antioksidan Sediaan Krim


Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa
conferta (Griff.) Burret) Sebagai Pelembab Kulit”

Pembimbing : 1. Dra. apt. Sudewi, M.Si.


2. Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, S.Farm., M.Si.
Indeks Prestasi Kumulatif : 3,41
Nama Orang tua
Nama Ayah : Syahdinan Daulay
Nama Ibu : Elliati Nasution

Pekerjaan Orang tua


Ayah : Wiraswasta/Petani
Ibu : Ibu Rumah Tangga

Medan, 11 Agustus 2022


Penulis

Siti Salmiyah Daulay


NPM 1929056005

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
karunia, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Formulasi dan Uji Antioksidan Sediaan Krim dari Ekstrak Etanol
Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) Sebagai Pelembab
Kulit”. Laporan seminar hasil ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak
Dhien.
Penulis mempersembahkan rasa terimakasih atas segala keikhlasan, serta
pengorbanan dan kerendahan hati kepada kedua orangtua bapak Syahdinan
Daulay dan Ibu Elliati Nasution, beserta keluarga besar untuk dorongannya
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Selanjutnya penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah banyak membantu,
membimbing, mengarahkan dan mendampingi pembuatan skripsi ini:
1. Dr. Awaludin, SE., M.Si., M.M., selaku Yayasan APIPSU yang telah
memberikan sarana dan fasilitas kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan pendidikan di Fakultas Farmasi.
2. Bapak Dr. Irwan Agusnu Putra, SP., MP., selaku Rektor Universitas Tjut
Nyak Dhien, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien.
3. Ibu Dr. apt. Nilsya Febrika Zebua, M.Si selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Tjut Nyak Dhien yang telah memberikan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Sajana
Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien.
4. Ibu apt. Muharni Saputri, S.Farm.,M.Si., selaku Ketua Program Studi Sarjana
Farmasi pada Fakultas Farmasi, Universitas Tjut Nyak Dhien yang senantiasa
memberi dorongan dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi,
Universitas Tjut Nyak Dhien.
5. Ibu Dra. apt. Sudewi, M.Si., dan Ibu Dr. Apt. Nilsya Febrika Zebua, M.Si.,
sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan, arahan,
masukan dan saran, serta senantiasa memberi dorongan dan semangat dengan
penuh kesabaran dan keikhlasan kepada penulis dalam menyelesaikan
pendidikan, penelitian dan penyusunan skripsi ini.
6. Ibu apt. Kanne Dachi, M.Farm selaku dosen penguji yang telah banyak
memberi saran dan masukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan kepada
penulis dalam penyelesaian skripsi.
7. Bapak/Ibu staf perngajar Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien,
terima kasih penulis ucapkan atas segala ilmu yang diberikan selama
pelaksanaan perkuliahan di Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien.
8. Ibu apt. Siti Muliani Julanty, S.Farm., M.Farm., selaku Kepala Laboratorium
beserta Staf dan laboran yang ada di lingkungan Fakultas Farmasi Universitas
Tjut Nyak Dhien, terima kasih penulis ucapkan atas bantuan yang diberikan
selama pelaksanaan kegiatan akademik dan penelitian yang telah
dilaksanakan.

vii
9. Ibu apt. Siti Aisah, S.Farm selaku notulen yang telah banyak memberikan
saran dan masukan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Terimakasih kepada adek-adek penulis tersayang Faisal Hamdani Daulay,
Wildan Amri Daulay, Farhan Hamidi Daulay, Nurasyifah Daulay atas
dukungan dan perhatiannya dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Kepada seluruh temen-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan sau persatu terimakasih atas dukungan dan bantuannya untuk
kerjasama dalam penelitian dan dukungannya dalam penyelesaian penelitian
dan penyusunan skripsi ini.

Medan, 11 Agustus 2022


Penulis,

Siti Salmiyah Daulay


NPM 1929056005

viii
FORMULASI DAN UJI ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM
EKSTRAK ETANOL DAGING BUAH KELUBI
(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)
SEBAGAI PELEMBAB KULIT

ABSTRAK

Buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) merupakan tanaman buah


yang mengandung senyawa flavonoid yang bermanfaat untuk kulit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)
dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan kedalam bentuk sediaan krim
yang pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas antioksidan dan mampu
memberikan efek melembabkan serta tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
Penelitian ini dilakukan memakai metode deskriptif dan eksperimental
menggunakan bahan uji daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) di
peroleh dengan cara maserasi menggunakan penyari etanol 96% diformulasikan
kedalam sediaan krim dalam konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5% serta blanko.
Pemeriksaan yang dilakukan berupa skrining fitokimia, pemeriksaan mutu fisik
sediaan meliputi uji homogenitas, pengukuran pH sediaan, uji tipe emulsi, uji
stabilitas sediaan, uji iritasi, uji efektivitas kelembaban menggunakan skin
analyzer, uji kesukaan dan uji aktivitas antioksidan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daging buah kelubi (Eleiodoxa
conferta (Griff.) Burret) dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan
kedalam sediaan krim yang homogen dan stabil dengan tipe emulsi M/A serta
mempunyai rentang pH sesaat setelah dibuat 6,1-6,4 dan pH setelah pengujian
Cycling test 6,0-6,2. Sediaan pada konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan
terbaik yang mampu memberikan kelembaban dengan nilai 56 pada kategori
“Hidrasi” dengan persen pemulihan 28,04% memiliki nilai IC₅ ₀ 118,4903 ppm
yang menunjukkan kategori antioksidan “Sedang”. Sedangkan pada ekstrak etanol
daging buah kelubi nilai IC₅ ₀ 37,0071 ppm tergolong sebagai antioksidan
“Sangat Kuat” dan blanko denga nilai IC₅ ₀ 243,0549 ppm tergolong sebagai
antioksidan “Sangat Lemah”. Seluruh sediaan krim ekstrak etanol daging buah
kelubi tidak mengiritasi kulit.

Kata Kunci : kelubi, daging buah, ekstrak etanol, krim, pelembab kulit,
antioksidan.

ix
FORMULATION AND TESTING OF ANTIOXIDANT
PREPARATIONS OF KELUBI FRUIT MEAT ETHANOL
EXTRACT CREAM (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)
AS A SKIN MOISTURIZER

ABSTRACT

Kelubi fruit (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) is a fruit plant that


contains flavonoid compounds that are beneficial for the skin. This study aims to
determine the flesh of kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) in the form of ethanol
extract can be formulated into a cream dosage form which at certain
concentrations has antioxidant activity and is able to provide a moisturizing effect
and does not cause skin irritation.
This research was carried out using descriptive and experimental methods
using the test material of Kelubi fruit flesh (Eleiodoxa conferta (Griff.) obtained
by maceration using 96% ethanol extract formulated into cream preparations in
concentrations of 1.5%, 2%, 2.5% and The examinations were carried out in the
form of phytochemical screening, physical quality examination of the preparation
including homogeneity test, measurement of pH of the preparation, emulsion type
test, stability test of the preparation, irritation test, moisture effectiveness test
using a skin analyzer, preference test and antioxidant activity test.
The results showed that the flesh of kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)
Burret) in the form of ethanol extract could be formulated into a homogeneous
and stable cream preparation with an O/W emulsion type and had a pH range
shortly after being made from 6.1 to 6.4 and pH after Cycling test 6.0-6.2. The
preparation at a concentration of 2.5% (F3) is the best preparation capable of
providing moisture with a value of 56 in the "Hydration" category with a recovery
percent of 28.04% having an IC value of 118.4903 ppm which indicates the
"Medium" category of antioxidants. Meanwhile, the ethanol extract of kelubi fruit
pulp IC₅ ₀ 37.0071 ppm was classified as a “Very Strong” antioxidant and the
blank with an IC value of 243.0549 ppm was classified as “Very Weak”
antioxidant. All preparations of ethanol extract cream of kelubi flesh did not
irritate the skin.

Keywords: Kelubi, fruit flesh, ethanol extract, cream, skin moisturizer,


antioxidant.

x
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL........................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................... ix
ABSTRACT ..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................... 3
1.3 Hipotesis Penelitian................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1 Uraian Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) ..... 5
2.1.1 Sistematika buah kelubi (Eleiodoxa conferta
(Griff.) Burret) ............................................................ 6
2.1.2 Morfologi Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta
(Griff.) Burret) ............................................................ 6
2.1.3 Kandungan Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta
(Griff.) Burret) ............................................................ 7
2.1.4 Manfaat buah kelubi (Eleiodoxa conferta
(Griff.) Burret) ............................................................ 7
2.2 Simplisia................................................................................. 7
2.3 Ekstraksi ................................................................................. 8
2.4 Kulit ....................................................................................... 11
2.4.1 Struktur kulit .............................................................. 12

xi
2.4.2 Fungsi Kulit ................................................................ 14
2.4.3 Jenis Kulit ................................................................... 16
2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan kulit ...... 17
2.5 Kosmetika .............................................................................. 18
2.5.1 Pengertian kosmetik ................................................... 18
2.5.2 Penggolongan Kosmetik ............................................ 18
2.5.3 Kosmetika Pelembab .................................................. 20
2.5.4 Tipe Kosmetika Pelembab ......................................... 21
2.5.5 Tujuan Penggunaan kosmetik .................................... 22
2.6 Sediaan Krim .......................................................................... 23
2.6.1 Keuntungan sediaan krim ........................................... 24
2.6.2 Macam-macam Jenis Krim......................................... 24
2.6.3 Bahan-bahan dalam Krim........................................... 24
2.7 Antioksidan ............................................................................ 26
2.7.1 Jenis-jenis Antioksidan .............................................. 27
2.8 Radikal Bebas......................................................................... 28
2.9 Metode DPPH ........................................................................ 28
2.10 Spektrofotometer UV-Vis ...................................................... 29
2.10.1 Prinsip Spektrofotometri UV-Vis.............................. 30
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 31
3.1 Alat-Alat................................................................................. 31
3.2 Bahan-Bahan .......................................................................... 32
3.3 Sukarelawan ........................................................................... 32
3.4 Waktu Penelitian .................................................................... 32
3.5 Tempat Pelaksanaan Penelitian .............................................. 32
3.6 Identifikasi Tumbuhan Kelubi ............................................... 32
3.7 Pengolahan Simplisia ............................................................. 33
3.7.1 Pengambilan Sampel .................................................. 33
3.7.2 Pengolahan simplisia daging buah kelubi .................. 33
3.8 Pembuatan Ekstrak ................................................................. 33
3.9 Skrining Fitokimia Skrining................................................... 34

xii
3.9.1 Pemeriksaan alkaloida ................................................ 34
3.9.2 Pemeriksaan flavonoid ............................................... 35
3.9.3 Pemeriksaan steroida dan triterpenoid ....................... 35
3.9.4 Pemeriksaan saponin .................................................. 35
3.9.5 Pemeriksaan tanin ...................................................... 35
3.9.6 Pemeriksaan glikosida ................................................ 36
3.10 Formulasi Sediaan Krim Pelembab ........................................ 36
3.10.1 Formulasi Standart ..................................................... 36
3.10.2 Formulasi Modifikasi Dasar Krim ............................ 36
3.10.3 Cara Pembuatan Sediaan Krim .................................. 37
3.11 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan ........................................... 38
3.11.1 Uji Homogenitas ....................................................... 38
3.11.2 Uji pH Sediaan ........................................................... 38
3.11.3 Penentuan Tipe Emulsi.............................................. 39
3.11.4 Uji Stabilitas Sediaan ................................................. 39
3.11.5 Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan...................... 39
3.12 Uji Efektifitas Kelembapan Menggunakan Alat
Skin Analyzer .......................................................................... 40
3.12.1 Uji Kesukaan .............................................................. 40
3.13 Uji Aktivitas Antioksidan pada Sediaan ................................ 41
3.13.1 Pembuatan larutan induk baku DPPH ........................ 42
3.13.2 Pengukuran panjang gelombang serapan
maksimum DPPH ....................................................... 42
3.13.3 Pengukuran operating time DPPH ............................. 42
3.13.4 Pengukuran absorbansi DPPH pada sampel ............... 42
3.14 Analisis Persentase Aktivitas Antioksidan pada Sampel ....... 43
3.15 Analisi Nilai IC₅ ₀ ................................................................ 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 44
4.1 Hasil Identifikasi Sampel ....................................................... 44
4.2 Hasil Pengolahan Simplisia.................................................... 45
4.3 Hasil Skrining Fitokimia ........................................................ 45

xiii
4.4 Hasil pembuatan ekstrak etanol daging buah kelubi .............. 46
4.5 Hasil pembuatan krim buah kelubi ........................................ 46
4.6 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan krim ......................... 46
4.6.1 Hasil pengujian homogenitas ..................................... 46
4.6.2 Hasil pengujian pH sediaan ........................................ 47
4.6.3 Hasil uji tipe emulsi sediaan ....................................... 49
4.6.4 Hasil uji stabilitas sediaan .......................................... 49
4.6.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan ........................ 51
4.7 Hasil Uji Efektivitas Kelembapan Menggunakan Alat
Skin Analyzer .......................................................................... 52
4.8 Hasil Uji Kesukaan Sediaan ................................................... 53
4.9 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan ............................................. 54
4.9.1 Hasil pengukuran Panjang gelombang serapan
maksimum DPPH ....................................................... 55
4.9.2 Hasil pengukuran operating time DPPH .................... 55
4.9.3 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan
ekstrak etanol Daging buah Kelubi ............................ 56
4.9.4 Hasil Pengukuran absorbansi DPPH dengan
blanko Krim................................................................ 56
4.9.5 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan
krim ekstrak etanol daging buah kelubi 1,5% ............ 57
4.9.6 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan
krim ekstrak etanol daging buah kelubi 2% ............... 58
4.9.7 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan
krim ekstrak etanol daging buah kelubi 2,5% ............ 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 61
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 61
5.2 Saran ....................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi dalam Buah Kelubi ........................................ 7
Tabel 3.1 Formula Sediaan Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi ................. 38
Tabel 3.2 Hubungan nilai IC₅ ₀ terhadap aktivitas antioksidan .................. 43
Tabel 4.1 Data Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daging
Buah Kelubi................................................................................... 45
Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas .................................................................. 47
Tabel 4.3 Hasil pengukuran pH sediaan Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi sesaat selesai dibuat dan
setelah Cycling Test. ...................................................................... 48
Tabel 4.4 Data Hasil Penentuan Tipe Emulsi Sediaan .................................. 49
Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kestabilan Sediaan Krim Sebelum
dan Sesudah Dilakukan Cycling Test ............................................ 50
Tabel 4.6 Hasil Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan ................................ 51
Tabel 4.7 Hasil Uji Efektivitas Kelembapan Menggunakan Alat
Skin Analyzer ................................................................................. 52
Tabel 4.8 Hasil Uji Kesukaan Sediaan .......................................................... 53
Tabel 4.9 Data Hasil Pengukuran Absorbansi DPPH dengan Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi .......................................................... 56
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Absorbansi DPPH dengan Krim
Pelembab Blanko........................................................................... 57
Tabel 4.11 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan Krim
Pelembab Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi 1,5% ................... 58
Tabel 4.12 Hasil pengukuran Absorbansi DPPH dengan Krim
Pelembab Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi 2% ...................... 59
Tabel 4.13 Hasil pengukuran Absorbansi DPPH dengan Krim
Pelembab Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi 2,5% ................... 60

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1 Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Burret.) Griff) ...................... 5
Gambar 2.2 Struktur Kulit .............................................................................. 12

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan .................................................... 67
Lampiran 2. Gambar Bahan Uji .................................................................... 68
Lampiran 3. Hasil Skrining Fitokimia .......................................................... 70
Lampiran 4. Gambar Sebagian Alat-Alat Penelitian .................................... 72
Lampiran 5. Bagan Alir Pengolahan Simplisia ............................................. 75
Lampiran 6. Bagan Alir Pembuatan Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi ... 76
Lampiran 7. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Krim....................................... 77
Lampiran 8. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk DPPH ........................... 78
Lampiran 9. Bagan Alir Pengukuran Panjang Gelombang Serapan
Maksimum DPPH..................................................................... 79
Lampiran 10. Bagan Alir Pengukuran Operating Time DPPH....................... 80
Lampiran 11. Bagan Alir Pengukuran Absorbansi DPPH dengan
Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi ........................................ 81
Lampiran 12. Bagan Alir Pengukuran Absorbansi DPPH dengan
Sampel Krim ............................................................................ 82
Lampiran 13. Perhitungan Formulasi Modifikasi Sediaan Krim .................... 83
Lampiran 14. Gambar Hasil Pembuatan Sediaan Krim .................................. 85
Lampiran 15. Gambar Hasil Uji Homogenitas ............................................... 86
Lampiran 16. Gambar Hasil Uji pH Sediaan .................................................. 87
Lampiran 17. Gambar Hasil Uji Tipe Emulsi ................................................. 89
Lampiran 18. Gambar Hasil Uji Iritasi terhadap Sukarelawan ....................... 90
Lampiran 19. Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®) ........................ 91
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Persen Pemulihan........................................ 103
Lampiran 21. Rumus Perhitungan Nilai Uji Kesukaan................................... 104
Lampiran 22. Data Hasil Uji Kesukaan Warna Sediaan Krim Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi...................................................... 105
Lampiran 23. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan ..................................... 106
Lampiran 24. Data Hasil Uji Kesukaan Bau Sediaan Krim Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi...................................................... 109

xvii
Lampiran 25. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan ..................................... 110
Lampiran 26. Data Hasil Uji Kesukaan Bentuk Sediaan Krim Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi...................................................... 113
Lampiran 27. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan ..................................... 114
Lampiran 28. Perhitungan IC₅ ₀ Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi ......... 117
Lampiran 29. Perhitungan IC₅ ₀ Krim Blanko.............................................. 119
Lampiran 30. Perhitungan IC₅ ₀ Krim Ekstrak Etanol Daging Buah
Kelubi 1,5% .............................................................................. 121
Lampiran 31. Perhitungan IC₅ ₀ Krim Ekstrak Etanol Daging Buah
Kelubi 2% ................................................................................. 123
Lampiran 32. Perhitungan IC₅ ₀ Krim Ekstrak Etanol Daging Buah
Kelubi 2,5% .............................................................................. 125
Lampiran 33. Gambar Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan
Maksimum DPPH..................................................................... 127
Lampiran 34. Gambar Hasil Pengukuran Operating Time DPPH .................. 128
Lampiran 35. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi Ekstrak Etanol
Daging Buah Kelubi ................................................................. 130
Lampiran 36. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi Krim Blanko .............. 131
Lampiran 37. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi Krim Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi 1,5% ............................................ 132
Lampiran 38. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi Krim Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi 2% ............................................... 133
Lampiran 39. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi krim Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi 2,5% ............................................ 134
Lampiran 40. Contoh Format Lembaran Penilaian Uji Kesukaan .................. 135
Lampiran 41. Contoh Format Lembaran Persetujuan Sukarelawan
Penelitian .................................................................................. 136

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia banyak terdapat tumbuhan yang memiliki buah yang rasanya

masam sehingga dikenal dengan nama asam. Salah satunya yaitu buah kelubi.

Biasanya buah kelubi biasa dikonsumsi tanpa diolah sebagai bahan makanan

seperti pada makanan khas Bangka yaitu lempah kuning. Kelubi bisa memberikan

rasa asam yang merupakan ciri khas dari makanan tersebut serta kelubi juga

banyak diolah menjadi manisan. Kelubi termasuk kedalam Genus Eleiodoxa dan

family Arecaceae dengan nama ilmiah (Eleidoxa conferta) (Lim, 2012)

Kelubi atau asam paya banyak ditemukan di indonesia (Khususnya

Sumatera) (Lim, 2012). Buah kelubi ini biasa tumbuh berdampingan dengan

tanaman nipah, pandan dan sagu. Buah kelubi yang termasuk family salak ini

mengandung antioksidan, mineral dan vitamin. Seperti vitamin C yang bersifat

sangat kuat sebagai antioksidan dan vitamin K yang membantu pembekuan darah.

Buah ini berpotensi sangat besar sebagai moisturizing gel di kulit agar dapat

menjaga kelembapan kulit (Afriani dkk.,2014).

Antioksidan adalah senyawa atau komponen kimia yang dalam kadar

atau jumlah tertentu mampu menghambat atau memperlambat kerusakan akibat

proses oksidasi (Sayuti dkk., 2015). Antioksidan merupakan molekul yang dapat

menetralkan radikal bebas dengan cara menerima atau mendonorkan satu

electron untuk menghilangkan kondisi electron tidak berpasangan. Radikal

bebas dapat menyerang sel-sel sehat dalam tubuh. Tubuh dapat memberikan

pertahanan dengan memproduksi senyawa antioksidan. Pertahanan yang tidak

1
optimal menyebabkan sel-sel sehat tersebut akan terserang atau sakit jika jumlah

radikal bebas lebih banyak dibandingkan dengan persediaan antioksidan dalam

tubuh (Muchtadi, 2013). Uji fitokimia ekstrak kasar metanol dari Eleiodoxa

Conferta dilaporkan mengandung flavonoid dan fenolik. Ekstrak kasar

inibersifat sangat kuat sebagai antioksidan dengan nilai IC₅ ₀ sebesar 26.828

ppm (Afriani dkk, 2014).

Krim adalah sediaan setengah padat, berupa emulsi yang mengandung air

tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk pemakaian luar (Ditjen POM,

1979). Krim ada dua tipe yakni tipe M/A dan tipe A/M. krim dapat memberikan

efek mengkilap, berminyak, melembabkan, dan mudah tersebar merata dan dapat

dicuci dengan air (M/A), ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika

(Anwar, 2012).

Pelembab (moisturizer) merupakan sediaan yang digunakan untuk

memperbaiki kulit yang kering. Sediaan ini dapat menurunkan Trans Epidermal

Water Loss (TEWL) dengan membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit

sebagai barrier, menenangkan ujung saraf dermal, dan mengembalikan

kelembutan kulit (Lynde, 2012).

Peneltian buah kelubi masih sedikit dilakukan. Beberapa penelitian yang

telah dilakukan yaitu (Surtina dkk., 2020) “Potensi Antibakteri Ekstrak Daging

Buah Kelubi (Elaiodoxa conferta) Bangka Belitung Menggunakan Microwave-

Assisted Extraction (MAE)”. (Afriani dkk., 2014) “Uji Aktivitas Antioksidan

Daging Buah Paya (Eleiodoxa conferta Burret) dengan Metode DPPH dan

Tiosianat”. Namun, penggunaan buah kelubi sebagai pelembab kulit belum ada

digunakan oleh masyarakat dan belum ada yang melakukan penelitian untuk

2
sediaan kosmetik, sehinggga perlu dilakukan pengembangan menjadi suatu bentuk

sediaan topikal. Sediaan kosmetik yang beredar, umumnya berupa krim. Sifat

krim yang disenangi adalah mudah dioleskan, tidak lengket, kemampuan

penyebaran yang baik pada kulit, memberikan efek dingin karena lambatnya

penguapan air pada kulit, mudah dicuci dengan air, pelepasan obat yang baik,

serta tidak terjadi penyumbatan di kulit (Voihgt,1995).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk

memformulasikan krim pelembab yang mengandung ekstrak etanol buah asam

kelubi sebagai pelembab kulit.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini

adalah:

1. Apakah daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) dalam bentuk

ekstrak etanol dapat diformulasikan kedalam sediaan krim.

2. Apakah daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) dalam bentuk

ekstrak etanol sediaan krim pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas

antioksidan dan mampu memberikan efek melembabkan serta tidak

menyebabkan iritasi pada kulit.

1.3 Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian adalah :

1. Daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) dalam bentuk ekstrak

etanol dapat diformulasikan kedalam sediaan krim.

2. Daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) dalam bentuk ekstrak

etanol sediaan krim pada konsentrasi tertentu memiliki aktivitas antioksidan

3
dan mampu memberikan efek melembabkan serta tidak menyebabkan iritasi

pada kulit.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

dalam bentuk ekstrak etanol dapat diformulasikan kedalam sediaan krim.

2. Untuk mengetahui daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

dalam bentuk ekstrak etanol sediaan krim pada konsentrasi tertentu memiliki

aktivitas antioksidan yang mampu memberikan efek melembabkan serta tidak

menyebabkan iritasi pada kulit

1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi ilmiah

tentang buah kelubi (Eleiodoxa confera (Griff.) Burret) yang dapat dipergunakan

sebagai menambah pengetahuan kepada peneliti dan peneliti selanjutnya tentang

buah kelubi (Eleiodoxa confera (Griff.) Burret). Bagi institusi sebagai tambahan

referensi atau rujukan tentang pengembangan sediaan kosmetik krim pelembab

ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa confera (Griff.) Burret).

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) merupakan salah satu tanaman

yang termasuk kedalam anggota keluarga Arecaceae (salak-salakan) ini biasa

tumbuh berdampingan dengan tanaman nipah, pandan, dan sagu. Buah kelubi

merupakan salah satu tanaman buah yang termasuk kedalam family salak. Salak

merupakan sumber serat yang baik dan mengandung karbohidrat. Salak

mengandung zat bioaktif antioksidan seperti vitamin A dan vitamin C, serta

senyawa fenolik (Soetomo, 2001). Buah kelubi merupakan salah satu jenis buah

yang dapat ditemukan didaerah tertentu, seperti Sumatera di daerah Lampung,

Sumatera selatan, dan Riau serta Kalimantan (Agung, 2015).

Gambar 2.1 Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Burret.) Griff)

5
2.1.1 Sistematika buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

Sistematika buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) berikut

merupakan hasil identifikasi dari Herbarium Medanense (MEDA) Universitas

Sumatera Utara:

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Eleiodoxa
Spesies : Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret
Nama Lokal : Buah Kelubi

2.1.2 Morfologi Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

Kelubi merupakan tanaman yang mirip dengan tanaman nipah (Nypa

fruticans) yang dapat mencapai ketinggian maksimal hingga 5 meter. Ciri

daunnya mempunyai warna hijau lurus dengan susunan saling berhadapan dengan

panjang sekitar 1,5 m dan lebar sekitar 3-5 cm. Pelepah daun keluar dari batang

perdu dan dapat mencapai 3-4 meter. Pelepah daun ditutupi oleh duri dengan

panjang antara 5-7 meter. Pelepah akan mati setelah ketiak pelepah mengeluarkan

bunga dan daun. Akar tanaman ini berupa akar serabut, dan antar batang tumbuh

rapat (Mohamad dkk., 2018).

Bunga buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) ditemukan Dioceus

(berumah dua), dimana bunga jantan dan bunga betina terpisah (Lim, 2012). Buah

memiliki berukuran ± 2-5 cm, panjang buah rata-rata ± 3,5 cm, rata-rata lebar

buah ±2,7 cm, tebal buah ±2,7 cm, bentuk buah bulat – lonjong bersisik, jumlah

buah satu tandan ±35 – 40 buah, warna buah kuning sampai dengan coklat tua,

6
kulit tebal dan keras, buah berdiameter 3-5 cm. Buah muncul berkelompok dalam

tandan. (Dimenta dkk., 2020). Biji berdiameter antara 2-3 cm. Warna biji kuning

kecoklatan sampai coklat tua, biji sulit di pisahkan dari daging buah karena

memiliki sarcotesta yang tebal (Dimenta, dkk., 2020).

2.1.3 Kandungan Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

Kandungan senyawa yang terdapat pada buah kelubi (Eleiodoxa conferta

(Griff.) Burret) berupa senyawa flavonoid, fenolik, dan saponin (Afriani dkk.,

2014). Kandungan nutrisi dalam buah kelubi dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Kandungan Nutrisi dalam Buah Kelubi


No. Jenis Zat Gizi Kandungan Gizi
1. Air 82,2 %
2. Protein 0,8 %
3. Lemak 3,1 %
4. Karbohidrat 11,8 %
5. Serat 11,8 %
6. Abu 0,7 %
7. Vitamin K 227 mg
8. Vitamin C 0,6 mg
(Lim, 2012)

2.1.4 Manfaat buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

Buah kelubi yang berukuran besar dimanfaatkan sebagai bahan manisan

dan sambal, sedangkan buah kelubi yang berukuran kecil tidak dimanfaatkan.

Buah kelubi yang berukuran kecil diduga dapat dimanfaatkan sebagai sumber

antioksidan (Atisanto dkk., 2017).

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum

mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang

telah dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi tiga yaitu, simplisia nabati,

simplisia hewani dan hewani dan simplisia mineral (Widiawati, 2013).

7
2.3 Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai,

kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang

tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan

(Ditjen POM, 2000). Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat

yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar yang

tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya (Anief, 2010).

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut

sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut

cair dengan diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan

mempermudah pemilihan pelarut dengan cara yang tepat (Sari, 2018). Senyawa

aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan

minyak atsiri, alkoloid, flavonoid dan lain-lain. Diketahuinya senyawa aktif yang

dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi

yang tepat (Ditjen POM, 2000). (Musfandy, 2017), beberapa metode ekstrasi

dengan menggunakan pelarut yaitu:

1. Metode ekstraksi secara dingin

a. Perkolasi

Perkolasi adalah ektraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai

sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur

ruang. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi

antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-

menerus sampai diperoleh ektrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

8
b. Maserasi

Maserasi adalah penyarian zat aktif dengan cara perendaman selama 3 x

5 hari dimana tiap 5 hari diadakan pergantian pelarut dengan sekali-kali

diaduk (Astriani, 2014).

Maserasi biasanya dilakukan pada suhu antara 15℃ - 20℃ dalam waktu

selama 3 hari sampai zat aktif yang dikehendaki larut. Kecuali dinyatakan

lain, maserasi dilakukan dengan cara merendam 10 bagian simplisia atau

campuran simplisia dengan derajat kehalusan tertentu kedalam sebuah bejana,

lalu tuangi dengan 70 bagian cairan penyari yang cocok, tutup dan biarkan

selama 3-5 hari pada tempat yang terlindung dari cahaya sambi sering diaduk,

serkai, peras, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga diporel

100 bagian sari. Pindahkan dalam bejana tertutup dan biarkan ditempat sejuk

terlindung dari cahaya matahari selama 2 hari, lalu pisahkan endapan yang

diperoleh. Pelarut yang dapat digunakan pada maserasi adalah air, etanol,

etanol-air atau eter (Marjoni, 2016).

Keuntungan ekstraksi dengan cara maserasi adalah pengerjaan dan

peralatan yangdigunakan sederhana, sedangkan kekurangannya adalah cara

pengerjaan dari metode maserasi ini cukup lama, membutuhkan pelarut yang

banyak dan penyariannya kurang sempurna (Prawirodiharjo, 2014).

c. Sokletasi

Sokletasi merupakan ekstraksi yang selalu menggunakan larutan yang

baru, dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi ekstraksi continue

dengan jumlah pelarut relative konstan dengan adanya pendingin balik

(Wardiyah, 2015).

9
2. Metode ekstrasi secara panas

Metode ekstraksi secara panas adalah metode ekstraksi yang di dalam

prosesnya dengan cara pemanasan. Pemanasan dapat mempercepat terjadinga

proses ekstraksi karena cairan penyari akan lebih mudah menembus rongga-

rongga sel simplisia dan melarutkan zat aktif yang ada dalam simplisia yang

mengandung zat aktif yang tahan dengan pemanasan dan simplisia yang

mempunyai tekstur yang keras seperti kulit, biji dan kayu. Ada beberapa ekstraksi

secara panas, yakni:

a. Ekstraksi secara refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya,

selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas relative konstan dengan

adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan pengulangan proses residu

pertama sampai 3-4 kali sehingga hasil ekstraksi sempurna (Musfandy, 2017).

b. Ekstraksi secara infundasi

Merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air

pada suhu 90℃ selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang

umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air

dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan

ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman. Oleh sebab itu,

ekstrak yang diperoleh dengan car aini tidak boleh disimpan lebih dari 24

jam (Astriani, 2014).

c. Ekstraksi secara destilasi uap air

Destilasi uap air merupakan proses pemisahan dua atau lebih komponen

zat cair berdasarkan titik didih. Metode destilasi dilakukan memanaskan zat

10
cair sampai menjadi uap kemudian uap tersebut didinginkan Kembali agar

menjadi cairan dengan bantuan kondensor (Rahmat, 2011).

Berdasarkan proses kerja secara destilasi uap air dapat digolongkan

menjadi 3 cara, yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan air dan

uap, serta penyulingan dengan uap.

d. Rotatory Evaporator

Rotatory Evaporator adalah alat yang digunakan untuk memisahkan

suatu larutan dari pelarutnya sehingga dihasilkan ekstrak dengan kandungan

kimia tertentu sesuai yang diinginkan. Prinsip dari alat ini adalah didasrkan

pada titik didih pelarut dan adanya tekanan yang menyebabkan uap dari

pelarut terkumpul keatas serta adanya kondensor/suhu dingin yang menyebab

kan uap tersebut mengembun dan akhirnya jatuh ke tabung penerima/receiver

flask. Setelah pelarut diuapkan, akan dihasilkan ekstrakyang dapat berupa

padatan atau cairan (Rahmat, 2011).

2.4 Kulit

Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki

fungsi utama sebagai pelindung diri dari berbagai macam gangguan dan

rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah mekanisme

biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus (keratinisasi

dan pelepasan sel-sel yang sudah mati), respirasi dan pengaturan suhu tubuh,

produksi sebum dan keringat, dan pembentukan pigmen melanin untuk

melindungi kulit dari cahaya sinar ultra violet matahari, sebagai peraba dan

perasa, serta pertahanan terhadap tekanan dan infeksi yang berasal dari luar tubuh

(Tranggono dan Latifah, 2007).

11
Kulit adalah lapisan jaringan yang terdapat yang terdapat pada bagian luar

yang menutupi dan melindungi permukaan tubuh. Kulit disebut juga integumen

atau kutis, tumbuh dari dua macam jaringan yaitu jaringan epitel yang

menumbuhkan lapisan epidermis dan jaringan pengikat (penunjang) yang

menumbuhkan lapisan dermis (kulit dalam). Kulit merupakan organ yang paling

luas sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia, cahaya matahari,

mikroorganisme dan menjaga keseimbangan tubuh dengan lingkungan

(Syaifuddin, 2012).

2.4.1 Struktur kulit

Kulit terdiri atas tiga bagian besar dengan fungsi yang berbeda-beda, yaitu

lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit jangat (dermis), dan lapisan hypodermis

(subkutan) (Elsa, 2018). Struktur kulit dapat dilihat pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Struktur Kulit

Kulit manusia terdiri dari 3 lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan

subkutan.

12
1. Epidermis

Epidermis adalah lapisan luar kulit yang terdiri dari beberapa lapisan epitel

dan tidak memiliki pembuluh darah. Didalam epidermis terdapat 5 lapisan dari

dalam keluar yaitu stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum, stratum

lusidum dan stratum korneum. Terdapat empat jenis sel didalam epidermis yang

salah satunya merupakan faktor dari warna kulit yaitu keratinosit, melanosit, sel

langerhans, sel merkel (Laksono, 2017).

2. Dermis

Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang terletak di bawah lapisan

epidermis. Lapisan dermis dikenal pula sebagai kulit jangat. Lapisan dermis

merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal dari lapisan

epidermis. Pada lapisan ini, serabut kolagen dan elastin membentuk struktur

penunjang pada kerangka dasar kulit. Protein tersebut berperan terhadap

kekencangan, kekenyalan, dan kelenturan kulit. Di dalam dermis juga terdapat

jaringan saraf dan system pembuluh darah atau kapiler yang sangat banyak.

Pembuluh darah ini akan mensuplai nutrisi penting ke sel dan membuat kulit

tampak berkilau merna (Achroni, 2012).

3. Subkutan atau hipodermis

Jaringan ikat longgar dengan serat kolagen halus terorientasi dan sejajar

dengan permukaan kulit serta beberapa diantaranya menyatu dengan lapisan

dermis. Lapisan ini merupakan lapisan terdalam dan terdapat pembuluh darah

serta saraf. Terdapat banyak jaringan lemak dan lapisan ini bertanggung jawab

atas kestabilan suhu tubuh manusia dan melindungi organ vital (Laksono, 2017).

13
2.4.2 Fungsi Kulit

Kulit memiliki berbagai fungsi utama, yaitu:

1. Fungsi kulit sebagai proteksi

Kulit melindungi tubuh bagian dalam dari paparan mekanik seperti tekanan,

gesekan, dan tarikan; melindungi tubuh dari radiasi ultraviolet; melindungi tubuh

dari infeksi mikroorganisme seperti bakteri, virus, dan jamur; melindungi tubuh

dari zat-zat kimia yang bersifat iritan seperti lisosol dan karbol. Bantalan lemak,

lapisan kulit yang tebal, dan serabut-serabut jaringan penunjang berperan dalam

menjalankan fungsi proteksi terhadap gangguan fisik. Sedangkan melanosit

berperan melindungi tubuh dari paparan ultraviolet dengan menyerap cahaya.

Sifat stratum korneum yang impermeable terhadap berbagai zat kimia, melindungi

tubuh dari bahanbahan iritan. Selain itu, terdapat lapisan keasaman kulit yang juga

melindungi kulit dari zat-zat kimia, lapisan ini terbentuk dari ekskresi keringat

dan sebum, keasaman ini juga menyebabkan pH kulit berkisar 5-6,5 sehingga

memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi mikroorganisme.

2. Fungsi kulit sebagai absorpsi

Fungsi absorpsi berlangsung melalui celah antar sel menembus sel epidermis

melewati muara saluran kelenjar.

3. Fungsi kulit sebagai ekskresi

Kulit mengeluarkan zat-zat metabolisme dalam tubuh seperti NaCl, urea,

asam urat dan ammonia melalui kelenjar minyak dan kelenjar keringat. Produk

kelenjar-kelenjar ini menyebabkan keasaman pada kulit yang ditandai dengan pH

5-6,5.

14
4. Fungsi kulit sebagai persepsi

Kulit memiliki ujung-ujung saraf sensorik terletak pada lapisan dermis.

Reseptor panas oleh badan ruffini, reseptor dingin oleh badan Krause, reseptor

rabaan oleh taktil Meissner dan markel ranvier, dan reseptor tekanan oleh badan

paccini.

5. Fungsi kulit sebagai pengatur suhu tubuh

Kulit menjalankan fungsi sebagai termoregulator dengan pengeluaran

keringat dan kontraksi tonus vascular pada kulit.

6. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen (melanosit), terletak di lapisan basal dan sel ini

berasal rigi saraf. Perbandingan jumlah sel basal: melanosit adalah 10:1. Jumlah

melanosit dan jumlah serta besarnya butiran pigmen (melanosomes) menentukan

warna kulit ras maupun individu. Melanosom dibentuk oleh alat Golgi dengan

bantuan enzim tirosinase, ion Cu dan O2. Pajanan terhadap sinar matahari

mempengaruhi produksi melanososm. Pigmen disebar ke epidermis melalui

tangan-tangan dendrit sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel

melanofag (melanofor). Warna kulit tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh pigmen

kulit, melainkan juga oleh tebal tipisnya kulit, reduksi Hb, oksi Hb, dan karoten.

7. Fungsi kulit sebagai keratinisasi

Sel keratinosit pada lapisan epidermis melakukan regenerasi melalui proses

sintesis dan degradasi menjadi lapisan tanduk.

8. Fungsi kulit dalam pembentukan vitamin D

15
Dimungkinkan dengan mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan

sinar matahari. Tetapi kebutuhan tubuh akan vitamin D tidak cukup hanya dari hal

tersebut, sehingga pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan

(Djuanda, 2013).

2.4.3 Jenis Kulit

Jenis kulit dapat diklasifikasikan sesuai dengan kelembaban dan

kandungan lipid (Dachi, 2021)

1. Kulit kering

Kulit kering memiliki karakteristik bersisik, kasar, dan kusam yang dapat

menyebabkan kulit tegang dan gatal. Kulit kering sering mengarah pada penuaan

dini dan lebih banyak keriput. Pengaruh lingkungan seperti kelembaban rendah,

cuaca dingin, dan sinar matahari serta kontak dengan air, surfaktan, dan pelarut

secara terus menerus serta beberapa penyakit kulit dan defisiensi nutrisi yang

dapat membuat kulit menjadi kering.

2. Kulit berminyak

Kulit berminyak memiliki ciri-ciri pori besar, kulit kilat karena aktivitas

berlebih dari kelenjar sebaseus. Kulit berminyak banyak dijumpai pada daerah

kening, hidung dan dagu. Jenis kulit ini umumnya terbentuk pada saat pubertas

dan mempengaruhi kebanyakan remaja. Faktor penyebab kulit berminyak berupa

warisan genetik, perubahan hormon, makanan, stress, dan penyebab eksternal

(seperti kosmetik, kimia, sinar UV). Individu yang memiliki jenis kulit ini sering

mengalami jerawat dan ketombe.

3. Kulit kombinasi

16
Kulit kombinasi merupakan kombinasi dari kulit normal dan berminyak atau

kulit berminyak dengan kering. Jenis kulit ini biasanya berminyak pada area T-

zone yaitu kening, hidung dan dagu sedangkan pada daerah lain seperti pipi dan

garis rambut normal atau kering.

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan kulit

Masalah yang terjadi pada kulit disebabkan oleh berbagai factor, baik dari

dalam tubuh sendiri maupun dari luar (Tranggono dan Latifah, 2014) diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Keturunan (bawaan)

Warna kulit seseorang dapat tercermin dari kulit kedua orangtuanya.

Misalnya warna kulit yang hitam, putih dan sawo matang.

2. Hormon

Kadar hormone estrogen (pada Wanita) dan progesterone (pada pria) dalam

tubuh sangat mempengaruhi keadaan kulit. Misalnya timbulnya jerawat pada

menstruasi yang menyebabkan meningkatnya hormone estrogen.

3. Polusi

Polusi mempunyai dampak besar terhadap sel-sel kulit. Adanya paparan

polutan akibat kontaminasi lingkungan akan meningkatkan produksi reactive

axigen species (ROS) yang akan mengurangi jumlah antioksidan pada kulit

(Maula, 2017).

4. Suhu dan kelembaban

Suhu yang dingin dengan kelembaban yang rendah dapat merusak pembuluh

darah dan menyebabkan kulit menjadi kering karena hilangnya keringat dan

lapisan minyak pada kulit secara berlebih.

17
5. Sinar ultra violet

Sinar ultra violet yang tinggi dapat menimbulkan efek kurang baik pada kulit.

Misalnya kulit akan menjadi kedring. Oleh karena itu perlu perlindungan Ketika

beraktivitas langsung ditempat terkena sinar matahari langsung. Misalnya dengan

menggunakan topi, paying, maupun krim tabir surya.

2.5 Kosmetika
2.5.1 Pengertian kosmetik

Istilah kosmetik berasal dari kata Yunani yakni “kosmetikos” yang berarti

“keahlian dalam menghias”. “kosmos” berarti “hiasan”. Berdasarkan asal katanya

definisi kosmetik ini sesuai pula dengan yang telah diputuskan oleh Menteri

Kesehatan Republik Indonesia yakni, kosmetik adalah bahan atau campuran

bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan,

dimasukkan dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan

maksud membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa,

dan tidak termasuk golongan obat (Rostamailis, 2005).

2.5.2 Penggolongan Kosmetik

Kosmetik yang beredar dipasaran sekarang ini dibuat dengan berbagai

jenis bahan dasar dan cara pengolahannya. Menurut bahan yang digunakan dan

cara pengolahannya, kosmetik dapat dibagi menjadi 2 (dua) golongan besar yaitu

kosmetik tradisional dan kosmetik modern (Retno, 2012).

1. Kosmetik Tradisional

Kosmetika tradisional adalah kosmetika alamiah atau kosmetika asli yang

dapat dibuat sendiri langsung dari bahan-bahan segar atau yang telah dikeringkan,

18
buah-buahan dan tanam-tanaman. Cara tradisional ini merupakan kebiasaan atau

tradisi yang diwariskan turun-temurun dan leluhur atau nenek moyang sejak dulu

(Retno, 2012).

2. Kosmetik Modern

Kosmetikk modern adalah kosmetik yang diproduksi secara pabrik

(laboratorium), dimana telah dicampur dengan zat-zat kimia untuk mengawetkan

kosmetika tersebut agar tahan lama, sehingga tidak cepat rusak (Retno, 2012).

Selain berdasarkan bahan yang digunakan dan cara pengolahannya,

kosmetik juga digolongkan berdasarkan kegunaannya bagi kulit (Tranggono dan

Latifah, 2014) yaitu:

1. Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetics)

Kosmetik jenis ini digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kulit,

diantaranya yaitu:

a. Kosmetik sebagai pembersih kulit (cleanser): sabun dan penyegar kulit.

b. Kosmetik sebagai pelembab kulit (moisturizer): moisturizing cream dan

night cream.

c. Kosmetik sebagai pelindung kulit: sunscreen cream dan sunblock cream.

d. Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling): scrub

cream.

2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)

Digunakan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga

meningkatkan rasa percaya diri (selfconfidence) dengan penampilan yang lebih

menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya diri. Dalam

19
kosmetik riasan, peran zat warna dan pewangi sangat besar. Menurut (Ansel,

2008) kosmetik dekoratif terbagi menjadi dua golongan, yaitu:

a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan

pemakaian sebentar, misalnya lipstik, bedak, pemerah pipi, eye-shadow,

dan lain-lain.

b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu

yang lama baru luntur, misalnya kosmetik pemutih kulit, cat rambut,

pengeriting rambut, dan lain-lain.

2.5.3 Kosmetika Pelembab

Pelembab dapat membantu untuk meningkatkan hidrasi dan memperbaiki

kulit dengan penggunaan bahan kimia yang mirip dengan faktor pelembab alami

kulit atau oklusi kulit untuk mencegah kehilangan air. Ketika kulit rusak,

perbaikan tergantung pada upaya untuk memperlambat hilangnya kelembaban

dari kulit. Pelembab didefinisikan sebagai bahan kimia yang meningkatkan kadar

air dari lapisan korneum dan hydrating agen. Pelembab bekerja dengan

menggunakan bahan-bahan yang oklusi dan agen humektan. Bahan-bahan yang

sama atau mirip dengan komponen alami di kulit. Bahan oklusif bekerja secara

fisik menghalangi hilangnya air dari kulit. Bahan hidrofobik membentuk sebuah

film oklusif pada kulit yang mengurangi TEWL dengan mencegah penguapan air

dari stratum korneum. Bahan-bahan ini juga dapat membantu mengembalikan

fungsi penghalang lipid kulit. Contoh zat oklusif termasuk petrolatum, lilin lebah,

lanolin dan minyak (Isriany Ismail, 2013).

Bahan humektan bekerja dengan menarik air ke kulit. Humektan ini

meniru peran humektan hidrofilik alam di stratum korneum. Bahan kimia

20
termasuk asam amino, asam laktat, asam alpha hidroksi, propilen glikol, gliserin

dan urea. Beberapa bahan ini adalah komponen faktor pelambab alami kulit.

Pelembab mengandung lipid yang mirip dengan lipid antarsel kulit. Kombinasi

asam lemak, ceramida dan kolesterol dalam pelembab dapat membantu untuk

memperbaiki lipid bilayers terkena sabun, pelarut dan cuaca ekstrim. Pelembab

dapat mengandung bahan-bahan lain selain humektan dan agen oklusif. Bahan ini

harus dapat meningkatkan kelembutan kulit dengan suatu bahan emolien dan

mengisi ruang antara sel-sel kulit kering. Bahan-bahan ini biasanya terdapat dalam

formula untuk fungsi melarutkan dan menstabilkan emulsi. Kebanyakan pelembab

mengandung 65-85% air. Kadar air yang tinggi berfungsi untuk memungkinkan

penyerapan beberapa komponen dan penguapan pelembab (Isriany Ismail, 2013).

2.5.4 Tipe Kosmetika Pelembab

Tipe kosmetika pelembab dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:

1. Kosmetika pelembab dengan dasar lemak Kosmetika tipe ini sering disebut

moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis

di permukaan kulit, sedikit banyak mencegah penguapan air kulit serta

menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut. Kosmetika pelembab

berdasarkan lemak terbagi dalam bentuk krim lemak anhydrous, krim emulsi

A/M, emulsi M/A yang kaya lemak dan mengandung air lebih dari 80%.

2. Kosmetika pelembab yang mengandung gliserin atau humektan sejenis.

Preparat jenis ini akan mengering di permukaan kulit, membentuk lapisan

yang bersifat higroskopik, yang menyerap uap air dari udara dan

mempertahankan di permukaan kulit. Preparat ini membuat kulit nampak

lebih halus (Tranggono dan Latifah, 2014).

21
2.5.5 Tujuan Penggunaan kosmetik

Tujuan penggunaan kosmetik dapat dikelompokkan sebagai berikut

(Rostamailis, 2005):

1. Melindungi kulit dari pengaruh-pengaruh luar yang merusak, misalnya sinar

matahari, perubahan cuaca.

2. Mencegah lapisan terluar kulit dari kekeringan terutama orang-orang yang

tinggal di daerah yang iklimnya dingin seperti daerah pegunungan yang selalu

lembab dan diselimuti awan.

3. Mencegah kulit cepat kering dan keriput, karena kosmetik menembuh

kebawah lapisan luar dan memasukkan bahan-bahan aktif lapisan-lapisan

yang terdapat lebih dalam.

4. Melekat diatas permukaan kulit untuk mengubah warna atau rona daerah kulit

tertentu.

5. Memperbaiki kondisi kulit misalnya kulit yang kering, normal dan

berminyak.

6. Menjaga kulit tetap kencang.

7. Mengubah rupa/penampilan misalnya, bila telah dipakai kosmetik yang

diingnkan sehingga orang memandang kita adalah perasaan berubah, bisa

berubah bertambah cantik/segar.

Kosmetik pelembab perlu dikenakan terutama pada kulit kering atau kulit

normal yang cenderung kering, terutama jika sipemakai akan lama berada didalam

lingkungan yang mengeringkan kulit, misalnya ruangan ber-AC, sinar matahari,

22
polusi udara, asap kendaraan dan bahan kimia (Tranggono dan Latifah, 2007).

Menggunakan produk pelembab adalah salah satu cara termudah untuk menjaga

kelembaban kulit. Krim pelembab memang dirancang untuk meningkatkan dan

menjaga kelembaban kulit dalam berbagai kondisi, baik kondisi panas maupun

dingin (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6 Sediaan Krim

Krim dapat dibuat dengan cara melelehkan lemak, lemak dilebur di atas

penangas air, kemudian tambahkan bagian airnya dari zat pengemulsi. Setelah itu,

aduk sampai terbentuk suatu campuran yang berbentuk krim (Syamsuni, 2012).

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak

dalam air. Krim mengandung air tidak kurang dari 60% dan dimaksudkan untuk

pemakaian luar tubuh (Ditjen POM, 1979).

Krim adalah cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air

dalam minyak maupun minyak dalam air (Ansel, 2008). Zat pengemulsi

(emulgator) merupakan komponen yang paling penting agar memperoleh emulsi

yang stabil. Semua emulgator bekerja dengan membentuk film (lapisan)

disekeliling butir-butir tetesan yang terdispersi dan film ini berfungsi agar

mencegah terjadinya koalesen dan terpisahnya cairan disper sebagai fase terpisah.

Terbentuk dua macam tipe emulsi yaitu tipe M/A dimana tetesan minyak

terdispersi dalam fase air dan tipe A/M dimana fase terdispersi adalah air dan fase

pendispersi adalah minyak (Anief, 2010).

23
2.6.1 Keuntungan sediaan krim

Keuntungan menggunakan sediaan bentuk krim yaitu krim dapat

mempertahankan kelembaban kulit serta dapat membuat kulit terasa lebih lentur

saat pemakaiaannya. Krim dapat meningkatkan suplai bahan-bahan seperti

humektan, air, dan minyak kedalam kulit sehingga diharapkan bahan aktif

maupun bahan penunjang lainnya yang ada dalam sediaan krim dapat masuk atau

berpenetrasi kedalam kulit dengan baik. Krim memiliki fungsi lain dalam

pemakaiaannya yaitu dapat membersihkan kulit (Loden dan Michelson, 2013).

2.6.2 Macam-macam Jenis Krim

Macam-macam jenis krim untuk kulit (Muliyawan D., dan Suriana, N.

2013) yaitu sebagai berikut:

1. Face cream atau krim wajah

2. Cold cream, untuk mendinginkan kulit

3. Cleansing cream, untuk membersihkan kulit

4. Vanishing cream, untuk digunakan pada siang hari yang tidak akan terlihat

jika digosokkan pada kulit.

2.6.3 Bahan-bahan dalam Krim

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaaan krim adalah

sebagai berikut:

1. Asam stearate

Asam stearate digunakan dalam formulasi sediaan oral dan topical dalam

sedian topical digunakan sebagai pengemulsi. Dalam bentuk basis krim netral

(anionic) dinetralisasi dengan penambahan trietanolamin, bahan ini mudah larut

dalam etanol, benzene, kloroform, eter, dan propilen glikol. Konsentrasi yang

24
umum digunakan dalam sediaan krim sebesar 1-20% (American Pharmacetical

Association, 2011).

2. Setil alkohol

Setil alcohol dalam krim digunakan sebagai pengemulsi dan bahan pengeras dalam

sediaan topical. Setil alcohol dapat meningkatkan kestabilan sediaan pada emulsi

minyak dalam air dengan mengkombinasikan dengan emulgator yang larut dalam air.

Sebagai bahan pengeras umumnya digunakan 2-10% dan sebagai pengemulsi

digunakan konsentrasi 2-5% (American Pharmacetical Association, 2011).

3. Nipagin (metil paraben)

Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih, tidak

berbau dan hamper tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya yaitu

sukar larut dalam air, dalam benzene dalam karbon tetraklorida, mudah larut

dalam etanol dalam eter, larut dalam air 80℃. Penggunaan dalam sediaan topical

sebanyak 0,02%-0,3% sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 (Rowe, 2010).

4. Trietanolamin

Trietanolamin digunakan pada formulasi sediaan topical terutama sebagai

emulgator. Trietanolamin jika dicampur dengan asam lemak seperti asam stearate

atau asam oleat akan membentuk sabun anionic yang dapat berfungsi sebagai

pengemulsi untuk membentuk emulsi dalam air yang stabil. Konsentrasi yang bisa

digunakan untuk mengemulsi trietanolamin yaitu 8%-20% (Rowe, 2010).

5. Parfum

25
Pemilihan parfum yang digunakan pada sdiaan krim biasanya didasarkan atas

nilai keindahan dan wangi yang ditimbulkan dari parfum dapat menambah daya

Tarik konsumen untuk memilih produk (Lachman, 1994).

6. Akuades

Air murni/akuades adalah air yang memenuhi persyaratan air minum, yang

dimurnikan dengan cara destilasi, penukar ion, osmosis balik atau proses lain

yang sesuai. Tidak mengandung zat tambahan lain. Catatan air murni digunakan

untuk pembuatan sediaan-sediaan (Rowe.2010).

2.7 Antioksidan

Antioksidan adalah suatu senyawa kimia yang dalam kadar tertentu

mampu menghambat atau memperlambat kerusakan lemak dan minyak akibat

proses oksidasi. Ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan internal dan

eksternal. Antioksidan internal yaitu antioksidan yang diproduksi oleh tubuh

sendiri, disebut sebagai antioksidan primer. Secara alami tubuh mampu

menghasilkan antioksidan sendiri, tetapi kemampuan inipun ada batasnya. Sejalan

bertambahnya usia, kemampuan tubuh untuk mmeproduksi antioksidan alami pun

akan semakin berkurang. Hal inilah yang menyebabkan stres oksidatif, yaitu

keadaan dimana jumlah radikal bebas melebihi kapasitas kemampuan netralisasi

antioksidan (Winarti, 2010).

Secara kimia senyawa antioksidan adalah senyawa pemberi elektron

(electron donor). Secara biologis, pengertian antioksidan adalah senyawa yang

dapat menangkal atau meredam dampak negatif oksidan. Antioksidan bekerja

26
dengan cara mendonorkan satu elektronnya kepada senyawa yang bersifat oksidan

sehingga aktivitas senyawa oksidan tersebut dapat di hambat (Winarti, 2010).

2.7.1 Jenis-jenis Antioksidan

Menurut Mishra dan Bisht (2011), jenis-jenis antioksidan ada 4 yaitu:

1. Antioksidan primer mencegah terjadinya pembentukan senyawa radikal baru.

Antioksidan primer dapat bereaksi dengan radikal lipid dan peroksil

mengubahnya menjadi radikal yang lebih stabil atau produk non-radikal.

2. Antioksidan sekunder dapat menghambat oksidasi lipid melalui berbagai

mekanisme, termasuk chelating ion logam transisi, pemulungan oksigen,

pengisian ulang hidrogen menjadi antioksidan primer, penyerapan radiasi UV

dan deaktivasi spesies reaktif.

3. Antioksidan sintetis adalah senyawa fenolik seperti butylated hydroxyanisol

(BHA), butylated hydroxytoluene (BHT), tersier butylhydroquinone (TBHQ)

dan propyl gallate (PG) yang banyak digunakan dalam industri. Sebagian

besar digunakan dalam industri makanan karena efektivitasnya dan lebih

murah. Antioksidan ini beracun dan memiliki potensi karsinogenik yang

mengarah pada kebutuhan akan alternatif alami.

4. Antioksidan alami ditemukan dihampir semua tanaman, mikroorganisme,

jamur, dan bahkan dalam jaringan hewan. Mayoritas antioksidan alami adalah

senyawa fenolik, dan kelompok antioksidan alami yang paling penting adalah

tokoferol, flavonoid, dan asam fenolik

27
2.8 Radikal Bebas

Radikal bebas merupakan salah satu bentuk senyawa reaktif, yang secara

umum diketahui sebagai senyawa yang memilki elektron yang tidak berpasangan

di kulit terluarnya. Adanya radikal bebas didalam tubuh manusia dapat

menimbulkan berbagai penyakit degenerative. Radikal bebas dapat ditangkal atau

diredam dengan pemberian antioksidan atau dengan mengkonsumsi antioksidan

(Suena dkk, 2021)

Apabila radikal bebas dalam tubuh jumlahnya berlebih dapat bereaksi

dengan protein dan lemak menimbulkan banyak masalah, sehingga dapat merusak

struktur fungsi membran sel yaitu lapisan yang melindungi mebran sel. Banyak

faktor yang menyebabkan timbulnya radikal bebas dalam tubuh antara lain radiasi

baik sinar matahari (UV) atau sinar X, polusi lingkungan, asap rokok maupun

asap mobil, bahan kimia dalam makanan (pengawet, pewarna sintetik, residu

pestisida dan bahan tambahan makanan lainnya), bahan kimia termasuk obat-

obatan (Winarti, 2010).

2.9 Metode DPPH

Metode DPPH adalah suatu metode kolorimetri yang efektif dan cepat

untuk memperkirakan aktivitas antiradikal/antioksidan. Uji kimia ini secara luas

digunakan dalam penelitian produk alami untuk isolasi antioksidan fitokimia dan

untuk menguji seberapa besar kapasitas ekstrak dan senyawa murni dalam

menyerap radikal bebas. Metode DPPH berfungsi untuk mengukur elektron

tunggal seperti aktivitas transfer hidrogen sealigus untuk mengukur aktivitas

penghambatan radikal bebas. (Suhaling, 2010)

28
Radikal DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) adalah suatu senyawa organik

yang mengandung nitrogen tidak stabil dengan absorbansi kuat pada λmax 217

nm dan berwarna ungu gelap. Setelah bereaksi dengan senyawa antioksidan,

DPPH tersebut akan tereduksi dan warnanya akan berubah menjadi kuning.

Perubahan tersebut dapat diukur dengan spektrofotometer dan diplotkan terhadap

konsentrasi. Penurunan intensitas warna yang terjadi disebabkan oleh

berkurangnya ikatan rangkap terkonjugasi pada DPPH. Keberadaan sebuah

antioksidan yang mana dapat menyumbangkan elektron kepada DPPH,

menghasilkan warna kuning yang merupakan ciri spesifik dari reaksi radikal

DPPH. Metode DPPH juga merupakan metode kolorimetri yang efektif dan cepat

untuk memperkirakan aktivitas antiradikal/antioksidan (Suhaling, 2010).

2.10 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer

ialah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan panjang gelombang tertentu,

sedangkan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan

atau yang diserap. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur

energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau

diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang (Muchlisyam dan Pardede, 2017).

Spektrofotometri ultraviolet dan spektrofotometri sinar tampak adalah satu

alat metoda analisis yang paling sering digunakan dalam industri farmasi,

terutama berkaitan dengan pengukuran pada daerah spektrum antara lain

ultraviolet, sinar tampak dan inframerah. Metode ini dilakukan pengukuran

penyerapan pada radiasi monokromatik dengan larutan komponen obat, sinar

29
ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak

berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Muchlisyam dan Pardede, 2017).

2.10.1 Prinsip Spektrofotometri UV-Vis

Mengukur jumlah cahaya yang diabsorbsi atau ditransmisikan oleh

molekul-molekul di dalam larutan. Ketika panjang gelombang cahaya

ditransmisikan melalui larutan. Sebagai energi cahaya tersebut akan diserap

(diabsorbsi). Besarnya kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk

mengabsorbsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenalkan dengan istilah

absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan berkas

cahaya yang dilalui (biasanya 1 cm dalam spektrofotometri) Ke suatu point

dimana persentase jumlah cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi diukur

dengan phototube (Pratiwi, 2020)

30
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan memakai metode deskriptif dan eksperimental,

menggunakan bahan uji daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret).

Penelitian meliputi pengumpulan dan pengolahan sampel, identifikasi tumbuhan

di Herbarium Medanense (MEDA), Universitas Sumatera Utara, pengolahan

simplisia, skrining fitokimia, pembuatan ekstrak etanol sampel dengan cara

maserasi menggunakan penyari etanol 96%, formulasi sediaan krim yang meliputi

pemilihan formula standar, penetapan formula modifikasi dasar krim dan

pembuatan blanko krim pelembab, pembuatan sediaan krim pelembab ekstrak

etanol daging buah kelubi dalam berbagai konsentrasi 1,5%, 2% dan 2,5%.

Pemeriksaan mutu fisik sediaan krim pelembab meliputi uji homogenitas,

pengukuran pH sediaan, tipe emulsi dan uji stabilitas sediaan, uji iritasi terhadap

sukarelawan, uji efektivitas kelembapan menggunakan alat Skin Analyzer

(Ckcyi-N®) serta uji kesukaan (Hedonic Test).

Pemeriksaan uji aktivitas antioksidan terhadap krim pelembab meliputi:

pembuatan larutan induk baku DPPH, penentuan panjang gelombang serapan

maksimum DPPH, pengukuran operating time, pengukuran absorbansi DPPH dan

ekstrak, penentuan % perendaman, pengukuran nilai IC₅ ₀ .

3.1 Alat-Alat

Timbangan Digital (Platform scale®), Neraca Analitik (AND HT-120®),

Lemari pengering, Blender (Viaris®), Oven (Han River®), Rotary Evapolator (E-

scientific®), waterbath, pH meter (ATC®), Skin Analyzer (Ckcyi-N®),

spektrofotometri UV-VIS, dan alat-alat gelas laboratorium (Pyrex®).

31
3.2 Bahan-Bahan

Buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret), etanol 96%, asam stearat,

asetil alkohol, nipagin, trieatanolamin, parfum, 2.2-diphenyl-1-picylhildrazil

(DPPH), metanol p.a dan akuades.

3.3 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panelis pada uji iritasi dan kemampuan

sediaan untuk memberikan efek kelembaban berjumlah 12 orang dengan kriteria

sebagai berikut :

1. Wanita, sehat jasmani dan rohani

2. Usia antara 20-30 tahun

3. Tidak ada penyakit yang berhubungan dengan alergi

4. Bersedia menjadi relawan (Ditjen POM, 1985)

3.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2021 sampai Juni 2022.

3.5 Tempat Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi

Universitas Tjut Nyak Dhien Medan, Herbarium Medanense (MEDA) Universitas

Sumatera Utara, Laboratorium Kimia Organik, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium

Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara.

3.6 Identifikasi Tumbuhan Kelubi

Identifikasi tumbuhan buah kelubi dilakukan di Herbarium Medanense

(MEDA) Universitas Sumatera Utara, Medan.

32
3.7 Pengolahan Simplisia

Pembuatan simplisia meliputi: pengambilan sampel dan pengolahan

serbuk daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret).

3.7.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan secara purposive, yaitu tanpa

membandingkan sampel dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain, sampel

yang digunakan adalah daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

yang diperoleh dari Hutan Tanjung Baru, Desa Tambusai Barat, Kecamatan

Tambusai, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau.

3.7.2 Pengolahan simplisia daging buah kelubi

Sejumlah 15 kg buah kelubi kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

dibuang ranting lalu dibersihkan kotoran yang menempel pada buah maka

diperoleh 10 kg. kemudian dikupas kulit buahnya dan dicuci dengan akuades

maka diperoleh sebanyak 8 kg. Daging buah kelubi diiris tipis dan dipisahkan dari

biji buah kemudian diperoleh daging buah kelubi sejumlah 5 kg. Daging buah

tersebut dimasukkan ke dalam lemari pengering pada suhu sekitar 40℃ sampai

kering dengan ditandai dengan sampel sudah rapuh dan menghitam. Selanjutnya

dihaluskan dengan menggunakan Blender, diperoleh serbuk daging buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) yaitu 675 g dan disimpan dalam wadah yang

tertutup baik.

3.8 Pembuatan Ekstrak Etanol

Sejumlah 500 g serbuk etanol daging buah kelubi kelubi (Eleiodoxa

conferta (Griff.) Burret) yang telah dikeringkan dimasukkan dalam wadah kaca

berwarna gelap. Kemudian dimaserasi dengan pelarut etanol 96% sejumlah 3,75

33
liter, ditutup dan disimpan pada suhu kamar selama 5 hari terlindungi dari cahaya

sambil sesekali diaduk. Kemudian disaring sampai diperoleh maserat (I). Ampas

dimaserasi kembali dengan etanol 96% sejumlah 1,25 liter selama 2 hari

menggunakan prosedur yang sama sampai diperoleh maserat (II). Maserat I dan

Maserat II digabung dan dipekatkan dengan Rotary Evaporator pada temperatur

40-50℃ sehingga diperoleh ekstrak kental daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta

(Griff.) Burret) yaitu 115,67 g (Utami, 2015).

3.9 Skrining Fitokimia Skrining

Skrining fitokimia dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, serbuk

simplisia daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) dilakukan

pemeriksaan meliputi pemeriksaan senyawa kimia golongan alkoloida,

flavonoida, steroida dan terpenoida, saponin, tanin dan glikosida.

3.9.1 Pemeriksaan Alkaloida

Sejumlah 2 g serbuk simplisia direndam dengan 20 ml metanol,

Erlenmeyer ditutup dan dipanaskan selama 10 menit. larutan yang diperoleh

dibagi kedalam 4 tabung reaksi masing-masing 2 ml setiap tabung reaksi.

1. Tabung pertama ditambahkan 3 tetes pereaksi Bouchardart terbentuk endapan

merah tua yang menandakan positif adanya alkaloid

2. Tabung ke dua ditambahkan 3 tetes pereaksi Dragendorff terbentuk warna

orange yang menandakan positif adanya alkaloid.

3. Tabung ke tiga ditambahkan 3 tetes pereaksi Mayer terbentuk warna merah

muda yang menandakan positif adanya alkaloid.

34
4. Tabung ke empat ditambahkan 3 tetes pereaksi wagner terbentuk endapan

coklat yang menandakan positif adanya alkaloid (Susi dkk., 2019).

3.9.2 Pemeriksaan Flavonoid

Sejumlah 2 g serbuk simplisia ditambahkan dengan 100 ml air panas,

kemudian didihkan selama 5 menit, dan selanjutnya disaring. Filtrat diukur

sebanyak 5 ml kemudian ditambahkan 0,5 mg serbuk mg dan 1 ml HCl pekat,

selanjutnya dikocok kuat. Hasil positif ditunjukkan dengan perubahan

larutan menjadi warna merah, kuning atau jingga (Wijaya dkk., 2014)

3.9.3 Pemeriksaan Steroida dan Triterpenoid

Sejumlah 2 g serbuk simplisia ditambah dengan 20 ml n-heksan, kemudian

dipanaskan selama 10 menit. Larutan tersebut dibagi dengan 2 tabung reaksi

masing-masing 2 ml, tabung pertama diberi dengan 2 ml pereaksi Salkowsky jika

positif steroida akan berubah warna menjadi larutan merah, tabung kedua diberi

dengan 2 ml pereaksi Lieberman Burchard jika positif dengan triterpenoid akan

berubah warna menjadi coklat. (Susi dkk., 2019)

3.9.4 Pemeriksaan Saponin

Sejumlah 2 g sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah

dengan 20 ml air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 1 menit.

Jika terbentuk buih/busa selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai

10 cm dan tidak hilang (stabil) dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N

menunjukan adanya senyawa saponin (Susi dkk., 2019).

3.9.5 Pemeriksaan Tanin

Sejumlah 2 g serbuk simplisia dimasukkam kedalam tabung reaksi

ditambah dengan 20 ml etanol dipanaskan selama 10 menit, kemudian ambil

35
sebanyak 1 ml larutan dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2-3

tetes larutan FeCl₃ 1%. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna

hitam kecoklatan atau hijau. (Susi dkk., 2013).

3.9.6 Pemeriksaan Glikosida

Sejumlah 1 g serbuk simplisia dilarutkan dalam pelarut etanol 90%,

diuapkan diatas penangas air, sisanya dilarutkan dalam 5 mL asam asetat anhidrat

P, dan ditambahkan 10 tetes asam sulfat P. Jika terbentuk warna biru dan hijau

maka menunjukkan adanya glikosida (Susanti dkk, 2014).

3.10 Formulasi Sediaan Krim

Formulasi krim pelembab meliputi: pemilihan formula dasar krim,

penetapan formula modifikasi dasar krim, dan pembuatan basis sediaan krim

dalam berbagai konsentrasi sediaan yaitu : 1,5%, 2%, 2,5% dan blanko.

3.10.1 Formulasi Standar

Formulasi dasar krim pelembab yang digunakan dalam penelitian ini

menurut (Young, 1972) susunan formula sebagai berikut :

R/ Asam Stearat 12 %
Setil Alkohol 0,5 %
Sorbitol sirup 5 %
Propilon glikol 3 %
Trietanolamin 1 %
Akuades ad 100 %
Nipagin secukupnya
3.10.2 Penetapan Formulasi Modifikasi Dasar Krim

Formulasi dasar krim yang dibuat berupa modifikasi yaitu tidak

menggunakan sorbitol sirup, propilen glikol.

36
R/ Ekstrak etanol daging buah kelubi x
Asam stearat 12 %
Setil Alkohol 0,5 %
Nipagin 0,1 %
Trietanolamin 1 %
Parfum coklat qs
Akuades ad 100 %

Keterangan:
x : ekstrak etanol daging buah kelubi

3.10.3 Cara pembuatan sediaan dasar krim dan krim ekstrak etanol daging
buah kelubi

Kedalam cawan penguap dimasukkan asam stearat, stil alkohol, kemudian

dileburkan diatas penangas air sampai meleleh sempurna diperoleh Massa (I).

Nipagin, dan TEA dilarutkan dalam akuades panas, diperoleh Massa (II).

Kedalam mortir, dicampurkan bagian Massa I dan Massa II dalam keadaan panas

sambil digerus secara konstan stabil hingga homogen, maka diperoleh dasar krim.

Kemudian ditambahkan ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta

(Griff.) Burret) dalam berbagai konsentrasi, ditambahkan parfum secukupnya,

digerus hingga homogen, sehingga diperoleh dasar krim ekstrak etanol daging

buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) dimasukkan sediaan kedalam

wadah (Syeni, 2010).

Pembuatan ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret) yang digunakan dalam sedian krim dibuat dalam berbagai konsentrasi

yaitu: 1,5%, 2%, 2,5% serta blanko. Formula sediaan ekstrak etanol daging buah

kelubi yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.

37
Tabel 3.1 Formula Sediaan Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
NO Formula EEDBK Dasar Krim
1. F0 0 100
2. F1 1,5 98,5
3. F2 2 98
4. F3 2,5 97,5

Keterangan :
EEDBK : Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
KEEDBK : Krim Ektrak Etanol Daging Buah Kelubi
Formula 0 : Blanko
Formula 1 : KPEEDBK 1,5 %
Formula 2 : KPEEDBK 2 %
Formula 3 : KPEEDBK 2,5 %

3.11 Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan

Pemeriksaan mutu fisik sediaan krim meliputi uji homogenitas, uji pH

sediaan, uji penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan, uji iritasi, uji efektivitas

kelembapan menggunakan alat Skin Analyzer (Aram®). Pemeriksaan antioksidan

terhadap blanko, sediaan krim pelembab, dan ekstrak etanol daging buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) meliputi: pembuatan larutan induk baku

DPPH, pengukuran panjang gelombang serapan maksimum DPPH, pengukuran

operating time, pengukuran aktivitas antioksidan pada sampel.

3.11.1 Uji Homogenitas

Cara kerja uji homogenitas dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan

pada object glass, lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat

dikatakan homogen. Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim

pelembeb tidak diperoleh butiran, maka sediaan tersebut dikatakan homogen

(Ditjen POM, 1979).

3.11.2 Uji pH Sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

digital. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

38
standar (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan

harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu dikeringkan

dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu timbang 1 g sediaan dan

dilarutkan dalam akuades hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan dalam

larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka

yang ditunjukkan pH meter digital merupakan pH sediaan (Nurdianti, 2017).

3.11.3 Penentuan Tipe Emulsi

Sediaan ditimbang sejumlah 1 g, diletakkan diatas Object glass secara

merata, kemudian ditetesi dengan metil biru diaduk dengan sediaan, bila warna

biru larut merata dengan sediaan maka sediaan tersebut adalah tipe minyak dalam

air (Tranggono,2017).

3.11.4 Uji Stabilitas Sediaan

Uji stabilitas dilakukan dengan metode Cycling test selama 12 hari (6

siklus), yaitu pada suhu 4º ± 2º C selama 24 jam, lalu dipindahkan ke dalam oven

bersuhu 40º ± 2º C selama 24 jam (perlakuan ini adalah 1 siklus. Perlakuan yang

sama diulang sebanyak 6 siklus dan dilakukan pengamatan organoleptis (warna,

bau dan bentuk) (Dachi,2020).

3.11.5 Uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Uji iritasi dilakukan terhadap 12 orang sekarelawan yang telah memenuhi

syarat. Cara uji iritasi yaitu: sediaan dioleskan dibelakang telinga atau dibagian

lengan bawah, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan dilihat apakah terjadi

berupa kemerahan, gatal, dan pengkasaran pada kulit (wasitaatmadja,2007).

39
3.12 Uji Efektifitas Kelembapan Menggunakan Skin Analyzer

Pengujian kelembapan menggunakan alat skin Analyzer (Ckcyi-N®).

Terlebih dahulu kulit diukur kelembapannya mengunakan alat Skin Analyzer

(Ckcyi-N®). Kemudian sediaan uji dioleskan pada permukaan kulit bagian dalam

dekat siku 2 kali sehari, setiap pagi hari dan setiap malam hari, sebelum dioleskan

dengan krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret). Seminggu sekali diukur perubahannya sampai empat kali pengukuran.

Pengukuran efektivitas kelembaban bertujuan untuk melihat seberapa besar

pengaruh sediaan krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta

(Griff.) Burret) untuk melembabkan kulit kering.

Penentuan kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit dilakukan

terhadap 12 orang sukarelawan dan dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing

kelompok terdiri dari 3 orang yaitu:

1. kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk dasar krim (Blanko)

2. kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim (mengandung EEDBK 1,5%)

3. kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim (mengandung EEDBK 2 %)

4. kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim (mengandung EEDBK 2,5%)

3.12.1 Uji Kesukaan

Cara uji kesukaan yaitu panelis memilih variasi formula mana yang paling

disukai. Panelis menuliskan 1: sangat tidak suka, 2: tidak suka, 3: netral, 4: suka,

5: sangat suka. Parameter pengamatan pada uji kesukaan adalah warna, bau, dan

bentuk pada sediaan krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta

(Griff.) Burret). Menurut Badan Standarisasi Nasional (2006) data yang diperoleh

kemudian ditabulasi dan ditentukan nilai kesukaannya untuk setiap sediaan

40
dengan mencari hasil rerata pada setiap panelis pada tingkat kepercayaan 95%.

Rumus menghitung nilai uji kesukaan yaitu:

P(-(1.96 . s/)) ≤ µ ≤ (+ (1,96 . s/)) = 95%

Keterangan :
n : Banyak panelis
S² : Keseragaman nilai kesukaan
1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95%
X¯ : Nilai kesukaan rata-rata
Xi : Nilai dari panelis ke 1, dimana 1, 2, 3 … N
S : Simpangan baku nilai kesukaan
P : Tingkat kepercayaan
µ : Rentang nilai

Kriteria panelis (Elsa, 2018)

1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi

2. Panelis yang digunakan adalah panelis yang terlatih dan diambil secara acak.

3. Berbadan sehat jasmani dan rohani

4. Tidak dalam keadaan tertekan.

5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian organoleptis.

3.13 Uji Aktivitas Antioksidan pada Sediaan

Pengujian aktivitas antioksidan pada sediaan meliputi pembuatan larutan

induk baku DPPH (2,2-Diphenyl-1-picrylhidrazil), penentuan Panjang

gelombang serapan maksimum, pengukuran operating time DPPH, pengukuran

absrobansi DPPH tanpa sampel ekstrak daging buah kelubi (blanko),

pengukuran absorbansi DPPH dengan sediaan krim pelembab dan penentuan

nilai inhibition concentration (IC₅ ₀ ).

41
3.13.1 Pembuatan larutan induk baku DPPH

Ditimbang 10 mg serbuk DPPH, kemudian dimasukkan ke dalam labu

tentukur 50 mL, volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda

sehingga diperoleh konsentrasi (200 µg/mL).

3.13.2 Pengukuran panjang gelombang serapan maksimum DPPH

Larutan induk baku DPPH (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil), dengan

konsentrasi 200 ppm, kemudian dipipet 1 mL dan dimasukkan kedalam labu

tentukur 5 mL kemudian cukupkan dengan metanol sampai garis tanda sehingga

diperoleh konsentrasi 40 µg/mL (40 ppm), selanjutnya diukur absorbansinya pada

panjang gelombang 400-800 nm, maka diperoleh absorbansi maksimum sebagai

panjang gelombang.

3.13.3 Pengukuran operating time DPPH

Penentuan operating time dilakukan dengan cara mengambil 1 mL dari

Larutan induk baku 200 µg/mL (200 ppm) dimasukkan ke dalam labu 5 mL

kemudian dicukupkan dengam metanol sampai garis tanda sehingga diperoleh

konsentrasi 40 µg/mL (40 ppm) dan diukur selama 1 jam.

3.13.4 Pengukuran absorbansi DPPH pada sampel

Sejumlah 25 mg sampel ditimbang lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 50

mL. kemudian dilarutkan dengan metanol sampai batas (500 µg/mL). Larutan uji

dipipet 0,1 mL, 0,2 mL, 03 mL, 04 mL dan 0,5 mL. kemudian masing-masing

dimasukkan kedalam labu ukur 5 mL (untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji

10 µg/mL, 20 µg/mL, 30 µg/mL. 40 µg/mL, dan 50 µg/mL) ditambahkan masing-

masing 1 mL. Larutan DPPH (40 µg/mL) lalu ditambahkan metanol sampai garis

42
tanda batas. Labu uji didiamkan ditempat gelap selama 25 menit. Diukur serapan

dengan spektrofotometri UV-VIS pada panjang gelombang 400 – 800 nm.

3.14 Analisis Persentase Aktivitas Antioksidan Pada Sampel

Data hasil pengukuran absorbansi dianalisa presentase aktivitas

antioksidan menggunakan persamaan berikut:

%Aktivitas antioksidan = x 100%

Kemudian dibuat dalam kurva regresi linier untuk memperoleh nilai

IC₅ ₀

3.15 Analisi Nilai IC₅ ₀

Dari data persentase aktivitas antioksidan dibuat persamaan garis regresi

linear yang menandakan hubungan antara konsentrasi dengan persentase aktivitas

antioksidan untuk menentukan nilai IC₅ ₀ (Bahriul dkk 2014). Hubungan nilai

IC₅ ₀ terhadap aktivitas antioksidan dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hubungan Nilai IC₅ ₀ terhadap Aktivitas Antioksidan


No. IC₅ ₀ (µg/mL) Aktivitas Antioksidan
1. <50 µg/mL Sangat Kuat
2. 50 µg/mL – 100 µg/mL Kuat
3. 100 µg/mL – 150 µg/mL Sedang
4. 150 µg/mL – 200 µg/mL Lemah
5. >200 µg/mL Sangat Lemah

43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada bahan uji daging buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) maka didapatkan berupa hasil identifikasi

tumbuhan yang dilakukan di Herbarium Medanese (MEDA) Universitas Sumatera

Utara, pengolahan simplisia, skrining fitokimia di Laboratorium Kimia Organik

Fakultas Matematika dan Ilmu Alam Univeristas Sumatera Utara Medan,

pembuatan ekstrak etanol daging buah kelubi, pembuatan blanko krim, pembuatan

sediaan krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret) dalam berbagai konsentrasi 1,5%, 2%, 2,5%. Pemeriksaan mutu fisik

sediaan krim meliputi, hasil uji homogenitas, uji pH sediaan, uji tipe emulsi, uji

stabilitas, kemudian uji iritasi, uji efektifitas kelembapan krim dengan

menggunakan alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®), dan hasil uji kesukaan (hedonic

test) terhadap variasi sediaan yang dibuat. Uji aktivitas antioksidan terhadap krim

meliputi, hasil pembuatan larutan induk baku DPPH, hasil penentuan panjang

gelombang serapan maksimum DPPH, hasil pengukuran operating time, hasil

pengukuran absorbansi DPPH dan ekstrak, hasil penentuan % peredaman, hasil

penentuan nilai IC₅ ₀ .

4.1 Hasil Identifikasi Sampel

Tumbuhan yang digunakan sebagai sampel diidentifikasi ke Herbarium

Medanense (MEDA), Universitas Sumatera Utara. Hasil determinasi menunjukkan

bahwa tumbuhan yang diuji adalah benar buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret). Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1. halaman 67.

44
4.2 Hasil Pengolahan Simplisia

Dari 5 kg buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) yang

dikeringkan diperoleh serbuk simplisia buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret) sejumlah 675 g.

4.3 Hasil Skrining Fitokimia

Hasil skrining fitokimia daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret) terdapat kandungan alkaloid, flavonoid, tanin, steroid dan triterpenoid.

Data hasil skrining fitokimia ekstrak etanol daging buah kelubi dapat dilihat pada

Tabel 4.1

Tabel 4.1 Data Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
No. Nama Senyawa Hasil Pemeriksaan
1. Alkaloid +
2. Flavonoid +
3. Steroid dan triterpenoid +
4. Saponin -
5. Tanin +
6. Glikosida -

Keterangan:
+ : Mengandung senyawa
- : Tidak mengandung senyawa

Berdasarkan data pada Tabel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa simplisia

daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Buret) mengandung golongan

senyawa alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, dan tanin. Sedangkan untuk

golongan senyawa saponin dan glikosida tidak ada terkandung dalam buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret). Hasil Skrining Fitokimia dapat dilihat pada

Lampiran 3, halaman 70.

45
4.4 Hasil pembuatan ekstrak etanol daging buah kelubi

Hasil ekstraksi dari 500 g serbuk buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret) dengan menggunakan pelarut etanol 96% secara maserasi 1:10, diperoleh

hasil maserat kemudian maserat diuapkan dan dipekatkan dengan menggunakan

alat rotary evaporator, maka dioperoleh ekstrak kental buah kelubi yaitu sejumlah

115,67 g. Gambar bahan uji dapat dilihat pada Lampiran 2, halaman 68.

4.5 Hasil pembuatan krim buah kelubi

Sediaan krim dibuat dengan menggunakan formula dasar krim

(Young,1972). Ekstrak etanol buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff) Burret)

yang dipergunakan untuk membuat sediaan krim dalam konsentrasi masing-

masing 1,5%, 2%, 2,5% serta blanko. Gambar hasil pembuatan sediaan krim dapat

dilihat pada Lampiran 14, halaman 85.

4.6 Hasil Pemeriksaan Mutu Fisik Sediaan krim

Hasil pemeriksaan mutu fisik sediaan berupa hasil pengujian homogenitas,

hasil uji pH sediaan, hasil uji penentuan tipe emulsi, hasil uji stabilitas, kemudian

hasil uji iritasi, hasil uji efektifitas kelembaban serta hasil membandingkan krim

yang beredar dipasaran dengan menggunakan alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®).

4.6.1 Hasil pengujian homogenitas

Hasil dari pengujian homogenitas yang dilakukan pada sediaan krim yang

diformulasikan menggunakan ekstrak etanol buah kelubi (Eleiodoxa conferta

(Griff.) Burret) dengan berbagai konsentrasi yaitu 1,5%, 2%, 2,5% serta sediaan

blanko. Pada semua sediaan tidak terdapat adanya butir-butiran kasar pada objek

glass yang dioleskan dengan sediaan krim pelembab ekstrak etanol buah kelubi

46
(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret). Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang

dibuat memiliki susunan yang homogen (Ditjen POM, 1979). Hasil uji

homogenitas dapat dilihat pada Tabel 4.2

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas


Formula Homogen Tidak Homogen
F0 √ -
F1 √ -
F2 √ -
F3 √ -

Keterangan:
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KPEEDBK 1,5 %
F2 : KPEEDBK 2 %
F3 : KPEEDBK 2,5 %

Berdasarkan data pada Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa, seluruh

sediaan yang telah dibuat memiliki susunan homogen yang ditandai dengan tidak

terdapatnya butiran kasar pada seluruh sediaan krim ekstrak etanol daging buah

kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret). Gambar hasil uji homogenitas dapat

dilihat pada Lampiran 15, halaman 86.

4.6.2 Hasil pengujian pH sediaan

Pengujian pH sediaan krim dilakukan dengan menggunakan alat pH meter

digital (ATC®). Pengujian ini dilakukan untuk melihat kesesuaian dengan pH

kulit agar tidak mengalami iritasi kulit pada saat pemakaian. Data pengujian pH

sediaan krim pelembab sesaat selesai dibuat dan setelah cycling test 6 siklus. Hasil

pengukuran pH sediaan krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa

conferta (Griff.) Burret) dapat dilihat pada Tabel 4.3.

47
Tabel 4.3 Hasil Pengukuran pH Sediaan Sesaat Selesai Dibuat dan Setelah
Cycling Test.
pH
No Sediaan Sesaat setelah dibuat Sesaat setelah cycling test
selama 6 siklus (12 hari)
1 F0 6,5 6,3
2 F1 6,4 6,2
3 F2 6,3 6,0
4 F3 6,1 6,0
Keterangan:
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KPEEDBK 1,5 %
F2 : KPEEDBK 2 %
F3 : KPEEDBK 2,5 %

Berdasarkan data pada Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa, pH sediaan

krim ekstrak etanol buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) sesaat setelah

dibuat pada rentang pH 6,1-6,4 sedangkan setelah cycling test (12 hari) berada

pada rentang pH 6,0-6,2. Perbedaan pH sediaan disebabkan oleh perbedaan

konsentrasi ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

yang digunakan, maka pH sediaan semakin rendah. pH sediaan krim pelembab

yang dibuat aman dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

Semakin alkalis atau semakin basa bahan yang mengenai kulit, semakin

sulit kulit untuk menetralisirnya dan kulit dapat menjadi kering, pecah, sensitive

dan mudah terkena infeksi. Oleh karena itu pH kosmetika diusahakan sama atau

sedekat mungkin dengan pH fisiologis kulit yaitu antara 5-6 (Harry, 2000).

Jadi, hal ini menunjukkan bahwa sediaan krim pelembab dengan

konsentrasi ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

yang diformulasikan telah memenuhi persyaratan pH yang diizinkan. Gambar

hasil uji pH sediaan dapat dilihat pada Lampiran 16, halaman 87.

48
4.6.3 Hasil uji tipe emulsi sediaan

Penetapan tipe emulsi sediaan dapat dilakukan dengan menggunakan metil

biru, jika metil biru terlalu saat diaduk dengan sediaan maka tipe emulsi sediaan

tersebut adalah tipe emulsi minyak dalam air (M/A) (Ester, 2012). Data hasil

penentuan tipe emulsi sediaaan dapat dilihat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Data Hasil Penentuan Tipe Emulsi Sediaan


Kelarutan metil biru pada sediaan KEEDBK
Formula
Larut Tidak Larut
F0 √ -
F1 √ -
F2 √ -
F3 √ -

Keterangan:
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KEEDBK 1,5 %
F2 : KEEDBK 2 %
F3 : KEEDBK 2,5 %
√ : Larut
- : Tidak Larut

Berdasarkan data pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa, sediaan krim

pelembab ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

merupakan sediaan homogen karena metil biru dapat larut sempurna dalam sediaan

dalam berbagai konsentrasi. Yang berarti seluruh krim ekstrak etanol buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) mempunyai tipe emulsi minyak dalam air

(M/A). Gambar hasil uji tipe emulsi dapat dilihat pada Lampiran 17, halaman 89.

4.6.4 Hasil uji stabilitas sediaan

Parameter yang diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi perubahan

bentuk, warna dan bau sediaan. Berdasarkan hasil pengamatan bentuk, diketahui

bahwa seluruh sediaan krim pelembab yang dibuat memiliki bentuk dan

49
konsistensi yang baik yaitu tidak rusak, serta warna dan bau krim pelembab juga

stabil setelah cycling test selama 6 siklus (12 hari) pada suhu yang berbeda. Data

hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim sebelum dan sesudah

dilakukan cycling test dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Kestabilan Sediaan Krim Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Cycling Test
Sebelum dilakukan cycling Sesudah dilakukan cycling
No Sediaan test test
Bentuk Warna Bau Bentuk Warna Bau
1 F0 Setenga Putih Tidak - - -
h padat Berbau
2 F1 Setenga Coklat Khas - - -
h padat muda
3 F2 Setenga Coklat Khas - - -
h padat muda
4 F3 Setenga Coklat Khas - - -
h padat muda

Keterangan:
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KEEDBK 1,5 %
F2 : KEEDBK 2 %
F3 : KEEDBK 2,5 %
- : Tidak terjadi perubahan
+ : Terjadi perubahan

Berdasarkan data pada Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa, setelah

melakukan cycling test (12 hari) semua formula yang telah diamati tidak terjadi

perubahan bentuk, perubahan warna dan perubahan bau dengan penyimpanan

pada suhu yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa krim ekstrak etanol daging

buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) stabil dalam penyimpanan selama

6 siklus (12 hari). Kestabilan dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat dari ada

tidaknya perubahan bentuk, warna dan bau selama penyimpanan. Jika terjadi

perubahan pada semua formula maka sediaan tersebut teroksidasi (Barel, 2011).

50
4.6.5 Hasil uji iritasi terhadap sukarelawan

Berdasarkan hasil uji iritasi yang dilakukan pada 12 sukarelawan dengan

cara mengoleskan sediaan krim pada kulit belakang telinga, dan dibiarkan selama

24 jam. Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada Tabel 4.6

Tabel 4.6 DataHasil Uji Iritasi terhadap Kulit Sukarelawan


Pengamatan Iritasi pada Kulit
Formula Sukarelawan
Kemerahan Gatal-gatal Kulit Kasar
F0 1 - - -
2 - - -
3 - - -
F1 4 - - -
5 - - -
6 - - -
F2 7 - - -
8 - - -
9 - - -
F3 10 - - -
11 - - -
12 - - -

Keterangan:
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KEEDBK 1,5 %
F2 : KEEDBK 2 %
F3 : KEEDBK 2,5 %
- : Tidak terjadi reaksi
+ : Kulit kemerahan
++ : Kulit gatal-gatal
+++ : Kulit kasar

Berdasarkan data pada Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa, hasil yang

diperoleh tidak terlihat efek samping berupa kemerahan, gata-gatal, dan bengkak

pada kulit yang ditimbulkan oleh sediaan krim ekstrak etanol daging buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) yang dioleskan ke kulit. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sediaan krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa

conferta (Griff.) Burret) tidak menyebabkan iritasi pada kulit. Gambar hasil uji

51
iritasi terhadap salah satu sukarelawan dapat dilihat pada Lampiran 18, halaman

90 dan contoh format lembaran persetujuan sukarelawan penelitian dapat dilihat

pada Lampiran 41, halaman 136.

4.7 Hasil Uji Efektivitas Kelembapan Menggunakan Alat Skin Analyzer

Pengujian efektivitas kelembaban kulit menggunakan alat Skin Analyzer

(Ckcyi-N®) terhadap 12 sukarelawan. Hasil uji efektivitas kelembaban

menggunakan alat Skin Analyzer dapat dilihat pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Hasil Uji Efektivitas Kelembapan Menggunakan Alat Skin Analyzer
Suka Kondisi Minggu Ke %
Formula
Relawan Awal I II III IV Pemulihan
F0 1 35 39 41 44 46
2 31 35 35 39 41
3 35 36 39 41 44
Rata-rata 33,66 36,66 38,33 41,33 43,66 18,82 %
F1 1 35 37 39 41 44
2 32 35 39 44 48
3 36 39 42 46 48
Rata-rata 34,33 37 40 43,66 46,66 21,84 %
F2 1 32 36 40 44 49
2 36 39 42 44 48
3 39 42 44 48 55
Rata-rata 35,66 39 42 45,33 50,66 24,08 %
F3 1 38 42 46 49 55
2 36 40 44 48 53
3 41 45 49 55 60
Rata-rata 38,33 43,33 46,33 50,66 56 28,04 %

Keterangan:
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KEEDBK 1,5 %
F2 : KEEDBK 2 %
F3 : KEEDBK 2,5 %
Kering = 0-37; Normal = 38-46; Lembab = 47-100

Berdasarkan data pada Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa, hasil yang

diperoleh setelah menggunakan krim ekstrak etanol daging buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) selama 4 minggu perawatan memberikan efek

52
kelembaban terhadap kulit yang semakin meningkat. Formulasi sediaan krim

pelembab ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

pada konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan yang terbaik untuk melembabkan

dengan nilai 56 termasuk dalam kategori “Hidrasi” dan persen pemulihan 28,04%.

Pada penggunaan blanko didapatkan nilai kelembabannya 43,66 dalam kategori

“normal” dengan persen pemulihan 18,82%. Pada F1 nilainya 46,66 kategori

“normal” dengan persen pemulihan 21,84%. Pada F2 nilainya 50,66 kategori

“normal” dengan persen pemulihan 24,08%. Hasil perhitungan persen pemulihan

dapat dilihat dalam Lampiran 20, halaman 103.

4.8 Hasil Uji Kesukaan Sediaan

Data yang diperoleh dari lembar penilaian terhadap sediaan krim ekstrak

etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) diperoleh hasil uji

kesukaan. Hasil uji kesukaan sediaan dapat dilihat pada Tabel 4.8

Tabel 4.8 Hasil Uji Kesukaan Sediaan


Interval Nilai Kesukaan
Sediaan Keterangan
Warna Bau Bentuk
F0 - - - -
F1 3,02-3,68 3,15-3,65 3,17-3,73 Netral
F2 3,03-3,77 3,22-3,68 3,15-3,65 Netral
F3 3,34-3,9 3,25-3,95 3,31-3,93 Netral

Keterangan:
KPEEDBK : Krim Pelembab Ekstrak Etanol Dging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KPEEDBK 1,5 %
F2 : KPEEDBK 2 %
F3 : KPEEDBK 2,5 %

Nilai Kesukaan

1: Sangat tidak suka

2: Tidak Suka

3: Netral

53
4: Suka

5: Sangat Suka

Berdasarkan data pada Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa, sediaan

krim pelembab ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret) pada seluruh konsentrasi dan seluruh parameter termasuk kedalam

kategori “Netral”. Data hasil uji kesukaan warna sediaan krim ekstrak etanol

daging buah kelubi dapat dilihat pada Lampiran 22, halaman 105. Data hasil uji

kesukaan bau sediaan krim ekstrak etanol daging buah kelubi dapat dilihat pada

Lampiran 24, halaman 109. Data hasil uji kesukaan bentuk sediaan krim ekstrak

etanol daging buah kelubi dapat dilihat pada Lampiran 26, halaman 113.

4.9 Hasil Uji Aktivitas Antioksidan

Pengujian aktivitas antioksidan diawali dengan pembuatan larutan induk

DPPH, pengukuran panjang gelombang serapan maksimum, pengukuran operating

time untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan suatu senyawa sehingga dapat

bereaksi dengan senyawa lain dan terbentuk produk yang stabil. Setelah diperoleh

nilai operating time, kemudian dilakukan pengukuruan absorbansi DPPH dengan

sampel ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret),

pengukuran absorbansi DPPH dengan sediaan krim ekstrak etanol daging buah

kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret), dan pengukuran absorbansi DPPH

dengan sediaan krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret) formula 1 (1,5%), formula 2 (2%), dan formula 3 (2,5%).

Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa

conferta (Griff.) Burret) dan krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa

conferta (Griff.) Burret) diperoleh dari pengukuran absorbansi DPPH. Jika

54
penurunan nilai absorbansi DPPH, hal ini menunjukkan adanya aktivitas

antioksidan, maka semakin besar penurunan absorbansi maka semakin kuat

antioksidan di dalam kandungan bahan uji tersebut.

4.9.1 Hasil pengukuran panjang gelombang serapan maksimum DPPH

Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol pro

analisis dengan menggunakan spektrofotometer UV-VIS, hasil pengukuran

menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam metanol menghasilkan serapan maksimum

pada panjang gelombang 515 nm. Gelombang yang diperoleh sesuai dengan panjang

gelombang spektrofotometri UV-VIS yaitu 400-800 nm. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan (Molyneux, 2004) bahwa Panjang gelombang teoritis pengukuran

DPPH berkisaran antara 515-520 nm. Gambar hasil pengukuran panjang gelombang

serapan maksimum DPPH dapat dilihat pada Lampiran 33, halaman 127.

4.9.2 Hasil pengukuran operating time DPPH

Tujuan dilakukannya operating time untuk menentukan waktu

sempurnanya larutan dan stabilnya larutan yang ditunjukkan dengan tidak adanya

penurunan absorbansi. Nilai absorbansi operating time DPPH diperoleh pada

menit ke 23 sampai ke menit 25. Pada hasil nilai operating time tersebut sudah

menunjukkan hasil yang stabil. Gambar hasil pengukuran operating time DPPH

dapat dilihat pada Lampiran 34, halaman 128.

55
4.9.3 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan ekstrak etanol Daging
buah Kelubi

Data hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan ekstrak etanol daging

buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) dapat dilihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9 Data Hasil Pengukuran Absorbansi DPPH dengan Ekstrak Etanol
Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)
No. Konsentrasi sampel (ppm) Absorbansi % Peredaman
1 0 0,9465 0
2 10 0,7792 17,6756%
3 20 0,6715 29,0544%
4 30 0,558 41,0459%
5 40 0,4753 49,7834%
6 50 0,2928 69,0649%

Berdasarkan data pada Tabel 4.9 di atas menunjukkan bahwa, terjadinya

penurunan nilai absorbansi DPPH pada konsentrasi 10, 20, 30, 40, dan 50. Hal

ini disebabkan karena adanya aktivitas antioksidan oleh larutan sampel ekstrak

etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret). Semakin kecil

nilai absorbansi sampel maka aktivitas antioksidan yang diperoleh semakin

besar. Hasil IC₅ ₀ diperoleh sejumlah 37,0071 ppm, dan ini termasuk dalam

kategori antioksidan “Sangat Kuat”. Perhitungan IC₅ ₀ ekstrak etanol daging

buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) dapat dilihat pada Lampiran 28,

halaman 117 dan gambar hasil pengukuran absorbansi ekstrak etanol daging

buah kelubi dapat dilihat pada Lampiran 35, halaman 130.

4.9.4 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan blanko krim

Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan krim blanko dapat dilihat

pada Tabel 4.10.

56
Tabel 4.10 Hasil Pengukuran Absorbansi DPPH dengan Krim Blanko
No. Konsentrasi sampel (ppm) Absorbansi % Peredaman
1 0 0,9879 0
2 10 0,9627 2,5508%
3 20 0,9548 3,3505%
4 30 0,9382 5,0308%
5 40 0,9224 6,6302%
6 50 0,8723 11,7015%

Berdasarkan pada Tabel 4.10 di atas menunjukkan bahwa, terjadinya

penurunan nilai absorbansi DPPH. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas

antioksidan pada larutan sampel yaitu krim pelembab blanko. Semakin kecil

nilai absorbansi sampel maka aktivitas antioksidan yang diperoleh semakin

besar. Hasil IC₅ ₀ yang diperoleh sejumlah 243,0549 ppm, dan ini termasuk

dalam kategori antioksidan “Sangat Lemah”. Hal tersebut dikarenakan adanya

zat tambahan seperti pengawet yang dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi

sehingga meningkatkan aktivitas antioksidan dari sediaan. Perhitungan IC₅ ₀

krim blanko dapat dilihat pada Lampiran 29, halaman 119 dan gambar hasil

pengukuran absorbansi krim blanko dapat dilihat pada Lampiran 36,

halaman 131.

4.9.5 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan krim pelembab ekstrak


etanol daging buah kelubi 1,5%

Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan krim ekstrak etanol daging

buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 1,5% (F1) dapat dilihat pada

Tabel 4.11.

57
Tabel 4.11 Hasil Pengukuran Absorbansi DPPH dengan Krim Ekstrak Etanol
Daging Buah Kelubi 1,5% (F1)
No. Konsentrasi sampel (ppm) Absorbansi % Peredaman
1 0 0,9879 0
2 10 0,9407 4,7778%
3 20 0,9157 7,3084%
4 30 0,8864 10,2743%
5 40 0,8615 12,7948%
6 50 0,8327 15,7100%

Berdasarkan data pada Tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa, terjadinya

penurunan nilai absorbansi DPPH. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas

antioksidan pada larutan sampel yaitu krim ekstrak etenol daging buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 1,5%. Semakin kecil nilai absorbansi

sampel maka aktivitas antioksidan yang diperoleh semakin besar. Hasil IC₅ ₀

yang diperoleh sejumlah 162,664 ppm, dan ini termasuk dalam kategori

antioksidan “Lemah”. Hal tersebut dikarenakan adanya zat tambahan seperti

pengawet yang dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi sehingga

meningkatkan aktivitas antioksidan dari sediaan. Perhitungan IC₅ ₀ krim

ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 1,5%

dapat dilihat pada Lampiran 30, halaman 121 dan gambar hasil pengukuran

absorbansi krim pelembab ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa

conferta (Griff.) Burret) 1,5% dapat dilihat pada Lampiran 37, halaman 132.

4.9.6 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan krim ekstrak etanol


daging buah kelubi 2%

Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan krim ekstrak etanol daging

buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2% (F2) dapat dilihat pada

Tabel 4.12

58
Tabel 4.12 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi 2% (F2)
No. Konsentrasi sampel (ppm) Absorbansi % Peredaman
1 0 0,9877 0
2 10 0,9385 4,9812%
3 20 0,8956 9,3246%
4 30 0,8885 10,0435%
5 40 0,8551 13,4251%
6 50 0,7837 20,6540%

Berdasarkan data pada Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa, terjadinya

penurunan nilai absorbansi DPPH. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas

antioksidan pada larutan sampel yaitu krim pelembab ekstrak etanol daging buah

kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2%. Semakin kecil nilai absorbansi

sampel maka aktivitas antioksidan yang diperoleh semakin besar. Hasil IC₅ ₀

yang diperoleh sejumlah 133,9668 ppm, dan ini termasuk dalam kategori

antioksidan “Sedang”. Hal tersebut dikarenakan adanya zat tambahan seperti

pengawet yang dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi sehingga

meningkatkan aktivitas antioksidan dari sediaan. Perhitungan IC₅ ₀ krim

ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2% dapat

dilihat pada Lampiran 31, halaman 123 dan gambar hasil pengukuran absorbansi

krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2%

dapat dilihat pada Lampiran 38, halaman 134.

4.9.7 Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan krim pelembab ekstrak


etanol daging buah kelubi 2,5%

Hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan krim ekstrak etanol daging

buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2,5% (F3) dapat dilihat pada

Tabel 4.13

59
Tabel 4.13 Hasil Pengukuran Absorbansi DPPH dengan Krim Ekstrak Etanol
Daging Buah Kelubi 2,5% (F3)
No. Konsentrasi sampel (ppm) Absorbansi % Peredaman
1 0 0,9879 0
2 10 0,919 6,9743%
3 20 0,8701 11,9242%
4 30 0,8503 13,9285%
5 40 0,8112 17,8864%
6 50 0,7757 21,4799%

Berdasarkan pada Tabel 4.13 di atas menunjukkan bahwa, terjadinya

penurunan nilai absorbansi DPPH. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas

antioksidan pada larutan sampel yaitu krim ekstrak etanol daging buah kelubi

(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2,5%. Semakin kecil nilai absorbansi

sampel maka aktivitas antioksidan yang diperoleh semakin besar. Hasil IC₅ ₀

yang diperoleh sejumlah 118,4903 ppm, dan ini termasuk dalam kategori

antioksidan “Sedang”. Hal tersebut dikarenakan adanya zat tambahan seperti

pengawet yang dapat mencegah terjadinya reaksi oksidasi sehingga

meningkatkan aktivitas antioksidan dari sediaan. Perhitungan IC₅ ₀ krim

ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2,5%

dapat dilihat pada Lampiran 32, halaman 125 dan gambar hasil pengukuran

absorbansi krim ekstrak etanol daging buah kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.)

Burret) 2,5% dapat dilihat pada Lampiran 39, halaman 134.

60
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Daging buah kelubi (Eliodoxa conferta (Griff.) Burret) dalam bentuk ekstrak

etanol dapat diformulasikan kedalam sediaan krim, merupakan sediaan yang

homogen dan stabil dengan tipe emulsi M/A, mempunyai rentang pH 6,1-6,4

sesaat setelah sediaan dibuat dan pH setelah pengujian (cycling test) yaitu

6,0-6,2.

2. Sediaan krim ekstrak etanol buah kelubi (Eliodoxa conferta (Griff.) Burret)

pada konsentrasi 2,5% (F3) merupakan sediaan yang terbaik memberikan

kelembaban dengan nilai 56 yang termasuk dalam kategori “Hidrasi” dengan

persen pemulihan sebesar 28.04%, nilai IC₅ ₀ yang diperoleh sejumlah

118,4903 ppm yang menunjukkan kategori antioksidan “Sedang”. Sedangkan

pada ekstrak etanol daging buah kelubi (Eliodoxa conferta (Griff.) Burret)

dengan nilai IC₅ ₀ 37,0071 ppm tergolong antioksidan “Sangat Kuat” dan

pada blanko sediaan krim pelembab menunjukkan nilai IC₅ ₀ 243,0549 ppm

tergolong sebagai antioksidan “Sangat Lemah”. Seluruh sediaan krim

pelembab ekstrak etanol daging buah kelubi (Eliodoxa conferta (Griff.)

Burret) tidak mengiritasi kulit.

5.2 Saran

Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat memformulasikan

ekstrak etanol daging buah kelubi (Eliodoxa conferta (Griff) Burret) dalam bentuk

sediaan kosmetik lainnya dengan konsentrasi yang berbeda.

61
DAFTAR PUSTAKA

Achroni, K. (2012). Semua Rahasia Kulit Cantik Dan Sehat Ada Disini. Jakarta:
PT Buku Kita. Hal. 23-25
Afriani, S., Idiawati, N., Destiarti, L., Arianie, L. (2014). Uji Aktivitas
Antioksidan Daging Buah Asam Paya (Eleiodoxa conferta Burret)
dengan Metode DPPH dan Tiosianat. J. kimia khatulistiwa. Vol. 3(1).
Hal. 49-56.
Agung, R. R. (2015). Mengenal sosok buah kelubi, buah rawa yang mirip salak.
http://www. jitunews. com/read/8009/mengenal-sosok-buah-kelubi-buah-
rawa-yang-mirip-salak. Diakses 2 September 2016.
American Pharmacetical Association. (2011). Pharmaceutical Exipient.
Washington: American Phamacetical Association. Hal.76.
Ansel, H.C. (2008). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. Jakarta:
UI Press. Hal. 217-218.
Anief, Moh. (2010). Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. Hal. 231.
Anwar, Effionora. (2012). Eksipien dalam Sediaan Farmasi (Karakterisasi dan
Aplikasi). Jakarta: Dian Rakyat.
Atisanto V, S., Mulyani S., dan Triani A, L. (2017). Pengaruh Jenis Pelarut dan
Suhu Pengeringan terhadap Karakteristik Ekstrak pada Buah Kelubi
(Eleiodoxa conferta). Jurnal Rekayasa dan Manajemen Agroindustri.
Vol. 5 No. 3.
Astriani, D., Wafit Dinarto dan Reo Sambodo. (2014). Pengaruh jenis Pelarut dan
Konsentrasi Ekstrak Kulit Biji Mete Terhadap Sitophilus Zea mays pada
Penyimpanan Benih Jagung. Prosiding SNKP 2014 ISBN: 978 – 602 –
71704 – 0 – 7.
Badan Standarisasi Nasional. (2006). SNI 01-2346-2006, Petunjuk pengujian
organoleptic, hedonic. Hal. 4-6.
Bahriul, P., Rahman, N dan Wahid, A. M. D. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum) dengan Menggunakan 1,1-
Difenil-2-Pikrilhidrazil. J. Akad. Kim. 3(3): Hal. 143-149.
Barel, A. O., Paye, M dan Meibach, H. I. (2011). Handbook of Cosmetic Science
and Technology. New York: Marcel Dekter, Inc. Hal. 115.
Dachi, K. (2021). Isolasi dan Formulasi Sediaan Masker Hydrogel Kolagen dan
Nanokolagen dari Tulang Ikan Gabus (Channa striata) sebagai
Antiaging. Tesis. Program Studi Magister Ilmu Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara. Hal. 51.

62
Dimenta, R, H., Jahrina., dan Machrizal R. (2020). Karakteristik Habitat dan
Distribusi Asam Halubi (Eleiodoxa conferta) (Griff) Burret 1942, Desa
Binanga Dua Kec. Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
EKSAKTA: Jurnal Penelitian dan Pembelajaran MIPA. Vol. 5 No. 2.
Universitas Labuhanbatu.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 9, 33.
Ditjen POM. (1985). Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Hal. 22, 29.
Ditjen POM R.I. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1, 9-12, 17.
Djuanda, A., (2013). Pioderma didalam Buku Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Edisi ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.
57-63.
Elsa, Vera, D. (2018). Formulasi dan Efektivitas Sediaan Masker Clay Ekstrak
Etanol Buah Andaliman (Zhantoxylum acanthopodium DC) sebagai Skin
AntiAging. Skrpisi. Medan: Universitas Sumatera Utara. Hal. 30-37.
Harry, R. G. (2000). Harry’s Cosmeticology. Edisi VIII Newyork: Chemical
Publishing Co. Inc. Hal. 471-483
Ismail, I. (2013). Formulasi Kosmetik Produk Perawatan Kulit dan Rambut.
Makassar: Alauddin University Press. Hal. 155-156.
Lachman, L., dan Lieberman, H, A. (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Edisi Kedua. Jakarta: UI Press.
Laksono, A.S. (2017). Hubungan Warna Kulit Dengan Citra Tubuh Dan Harga
Diri Mahasiswa Di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga. Skripsi.
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.
Lim, T. k. (2012). Scientific Name. in Edible Medicinal and nonmedicinal Plants,
vol. 1. Hal. 396-398.
Loden, M., dan Michelson, S. (2013). The Influence of a Humectans-rich Mixture
On Normal Skin Barier Fuction and On Once and Twice-daily Treatment
of Foot Xerosis. Skin Res Technol, Vol. 19(4). Hal. 438.
Lyinde, C.W. (2012). Moisturizer: What They Are and How They Are Work. Hal.
23-26.
Maula, E. (2017). Kosmetik Antipolusi: Kosmetik Zaman Now. Majalah
Farmasetika. 2(5): 9-13.
Marjoni R. (2016). Dasar-Dasar Fitokimia Untuk Diploma III Farmasi. Jakarta:
Trans Info Media. Hal. 153.

63
Mishra, R. dan Satpal, S.B. (2011). Antioxidants and Their Characterization.
Journal of Pharmacy Research. 4(8): 2744- 2746.
Mohamad, N. I., Manan, M. A., Abdullah Sani, N. 2018. Antibacterial potential of
lactic acid bacteria isolated from local pickled Eleiodoxa conferta
(kelubi) against selected foodborne pathogens. Malaysian Journal of
Microbiology, 14(6), 490-496.
Molyneux, P. (2004). The Use of The Stable Free Radical Diphenylpicryl-
hydrazyl (DPPH) for Estimating Antioxidant Activity, Songklanakarin J.
Sci. Technol., 26(2), 211-21.
Muchlisyam dan Pardede, T. R. (2017). Spektrofotometri dan analisis
multikomponen obat. Medan: USU Press. Hal. 89-92.
Muchtadi, D. (2013). Antioksidan dan Kiat Sehat di Usia Produktif. Bandung:
Afabeta. Hal. 150-180.
Muliyawan D., dan Suriana, N. (2013). A - Z Tentang Kosmetik. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo. Hal. 39, 134, 146-148, 157-158.
Musfandy. (2017). Formulasi Dan Uji Aktivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol
Kulit Jeruk Bali (Citrus Maxima L.) Dengan Metode Dpph (1,1-
Diphenyl-2-Picrylhydrazyl). Skripsi. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Nurdianti, L., Lilis, T. (2017). Uji Efektivitas Antioksidan Krim Ekstrak Etanol
Daun Katuk (Sauropus androgynus (L) Merr) Terhadap DPPH
(1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazil). Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada..
17(1). Stikes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.
Pratiwi, C. A. (2020). Perbandingan Kadar Flavonoid Total Dan Fenolik Total
Pada Ekstrak Etanol Bunga Rosella Merah (Hibiscuss Sabdariffa L.)
Asal Kabupaten Bengkulu Tengah Dan Kabupaten Semarang Dengan
Metode Spektrofotometri Uv-Vis. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Ngudi Waluyo Ungaran.
Prawirodiharjo, E. (2014). Uji Aktivitas Antioksidan dan Uji Toksisitas Ekstrak
Etanol 70% dan Ekstrak Air Kulit Batang Kayu Jawa (Lannea
coromandelica). Skripsi. Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rahmat, H. (2011). Identifikasi Senyawa Flavonoid pada Sayuran Indegenous
Jawa Barat. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Retno T., dan Fatma L. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 25-27
Rostamailis. (2005). Perawatan Badan, Kulit dan Rambut. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal. 57

64
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., dan Weller, P.J. (2010). Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Edisi IV. London: Publisher-Science and Practice royal
society of Great Britain. Hal. 105.
Sari, L.D. (2018). Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Sirsak Muda
Dan Tua (Annona Muricata L.) Terhadap Staphylococcus Aureus.
Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Sayuti, K., Yenrina, R. (2015). Antioksidan Alami dan Sintetik. Padang: Andalas
University Press.
Soetomo. (2001). Kandungan Buah Salak Untuk Kebutuhan Gizi. Bandung. Sinar
Baru Algesindo.
Suena S.D.M.N., Suradnyana M.G., Juanita A.R. (2021). Formulasi dan Uji
Aktivitas Antioksidan Granul Effervescent dari Kombinasi Ekstrak
Kunyit Putih (Curcuma Zedoaria) dan Kunyit Kuning (Curcuma Longa
L.). Jurnal Ilmiah Medicamento. Vol. 7(1). Hal. 32-40.
Suhaling, S. (2010). Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Metanol Kacang Merah
(Phaseolus Vulgaris L.) Dengan Metode Dpph. Skripsi. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Surtina., Sari, R.P., Zulita., Roanisca, O., Mahardika, R.G. (2020). Potensi
Antibakteri Ekstrak Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta) Bangka
Belitung Menggunakan Microwave-Assisted Extraction (MAE).
Departement of Chemistry. Universitas Bangka Belitung. Indo J. Chen.
Res, 7(2), 177-182
Susanti, N. M. P., Budiman, I. N. A., & Warditiani, N. K. (2014). Skrining
fitokimia ekstrak etanol 90% daun katuk (Sauropus androgynus (L.)
Merr.). Jurnal Farmasi Udayana, 3(1), 279778.
Susi.,Y, & Vera, Y. (2019). Skrining Fitokimia Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa Bilimbi). Jurnal Kesehatan Ilmiah Indonesia (Indonesian
Health Scientific Journal), 4(1), 41-46.
Syaifuddin, AMK. (2012). Anatomi Fisiologi Berbasis Kompetensi Edisi 4.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal. 541-542
Syamsuni. (2012). Farmasetika dasar dan hitungan farmasi. Jakarta: Buku
kedokteran EGC. Hal. 231
Syeni, B. A. (2010). Aplikasi Keraginan dalam Pembuatan Skin Lotion Skripsi.
Bogor:Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Pengetahuan Institut Pertanian Bogor. Hal. 75.
Tranggono R. I., dan Latifah, F. (2014). Buku Pegangan Ilmu Kosmetologi.
Jakarta: PTGramedia. Hal. 39-40. 74-75.

65
Utami R, D. (2015). Pengaruh Metode Ekstraksi terhadap Aktivitas Antioksidan
Daun Sakun (Arthocorpus altilis (Parkison) Fosberg). Prosiding
Penelitian Special Unisba. Hal. 280-286.
Voight, R. (1995). Buku Pelajaran Farmasi. Yogyakarta: Diterjemahakan oleh
Soendani N. S. UGM Press.
Wasitaatmadja, S. M., (2017). Penuntuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI-
Press. Hal. 3,5, 16-17, 199.
Wardiyah, S. (2015). Perbandingan Sifat Fisik Sediaan Krim, Gel, dan Salep yang
Mengandung Etil P-Metoksisinamat Dari Ekstrak Rimpang Kencur
(Kaempferia galangal Linn.). Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Program Studi Farmasi.
Widiawati. (2013). Keragaman dan Pemanfanfaatan Simplisia Nabati yang di
Perdagangkan di Purwokerto, Jurnal, Purwokerto: Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto. Hal. 182.
Winarti, S. (2010). Makanan Fungsional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 137-165.
Wijaya, D. P., Paendong, J. E., & Abidjulu, J. (2014). Skrining fitokimia dan uji
aktivitas antioksidan dari daun nasi (Phrynium capitatum) dengan
metode DPPH (1, 1-difenil-2-pikrilhidrazil). Jurnal MIPA, 3(1), 11-15.
Young. A. (1972). Paractical Cosmetic Science. London : Mils & Boom Limite.
Hal 51-53.

66
Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan

67
Lampiran 2. Gambar Bahan Uji

Tanaman Buah Kelubi Buah Kelubi

Buah Kelubi Segar Buah Kelubi Kering

68
Lampiran 2. (Lanjutan) Gambar Bahan Uji

Serbuk Simplisia Daging Buah Kelubi

Ekstrak Kental Daging Buah Kelubi

69
Lampiran 3. Hasil Skrining Fitokimia

70
Lampiran 3. (Lanjutan) Hasil Skrining Fitokimia

Flavonoid Alkaloid

Steroid dan
Tanin Glikosida Saponin
Triterpenoid

71
Lampiran 4. Gambar Sebagian Alat-Alat Penelitian

Rotary Evaporator Spektrofotometer

Skin Analyzer (Ckcyi-N®) Oven

72
Lampiran 4. (Lanjutan) Gambar Sebagian Alat-Alat Penelitian

pH Meter Timbangan Analitik

Timbangan Digital Lemari Pendingin

73
Lampiran 4. (Lanjutan) Gambar Sebagai Alat-Alat Penelitian

Sebagian Alat-Alat Gelas Laboratorium

74
Lampiran 5. Bagan Alir Pengolahan Simplisia

8 kg daging buah kelubi segar yang telah di pisah dari kulit

+ Akuades

Di cuci bersih

Iris tipis (5 kg)

Dikeringkan di lemari pengering pada suhu 40˚C

Daging buah kelubi kering

Dihaluskan menggunakan blender

675 g serbuk daging buah kelubi

75
Lampiran 6. Bagan Alir Pembuatan Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi

± 500 g serbuk daging


buah kelubi

+ Etanol 96% 3,75 L

Maserasi 5 hari

Saring Ampas

+ Etanol 96% 1,25 L

Maserat I Dimaserasi 2 hari

Saring

Campur Maserat II

Rotary Evaporator

Uapkan di Waterbath

Ekstrak etanol daging


buah kelubi sejumlah
115,67 g

76
Lampiran 7. Bagan Alir Pembuatan Sediaan Krim

Asam Stearat Nipagin


TEA
Setil Alkohol

+ Akuades panas
Leburkan
Larutkan
Di Penangas Air

Massa 1 Massa 2

Campurkan (mortir panas)

Gerus Homogen

Dasar Krim

Ekstrak Etanol Daging Buah


Kelubi (Eleiodoxa conferta
(Griff.) Burret) dalam berbagai
+ Parfum Coklat 3 tetes konsentrasi 1,5%, 2%, dan 2,5%

Krim pelembab ekstrak etanol Daging Buah Kelubi


(Eleiodoxa conferta (Griff) Burret)

77
Lampiran 8. Bagan Alir Pembuatan Larutan Induk DPPH

10 mg DPPH

Labu tentukur 50 ml

+ methanol p.a ad tanda batas

Dilarutkan

Diperoleh DPPH konsentrasi

200 ppm

78
Lampiran 9. Bagan Alir Pengukuran Panjang Gelombang Serapan Maksimum
DPPH

DPPH
(10 mg)

DPPH dalam labu tentukur 50 mL

+ Metanol p.a ad tanda batas

Larutan induk DPPH 200 ppm

Dipipet 1 mL

Labu tentukur 5 mL

+ Metanol p.a ad tanda batas

Larutan DPPH 40 ppm

Ukur absorbansinya pada Panjang


gelombang 400-800 nm

Diperoleh Panjang gelombang


maksimum 515 nm

79
Lampiran 10. Bagan Alir Pengukuran Operating Time DPPH

DPPH (10 mg)

Labu tentukur 50 mL

+ metanol p.a ad tanda


batas

Larutan konsentrasi 200 ppm

Dipipet 1 mL

Labu tentukur 5 mL

+ methanol pa ad tanda
batas

Ukur absorbansinya dengan


spektrofotometer visible pada
Panjang gelombang

80
Lampiran 11. Bagan Alir Pengukuran Absorbansi DPPH dengan Ekstrak Etanol
Daging Buah Kelubi

Ekstrak etanol daging buah kelubi

(25 mg)

Labu tentukur 50 mL

+ methanol p.a ad tanda


batas

Larutan konsentrasi 500 ppm

Dipipet masing-masing 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3


mL, 0,4 mL, dan 0,5 mL

Labu tentukur 5 mL

+ Larutan DPPH 40 ppm


(1mL)

+ metanol ad tanda batas

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm

Ukur absorbansinya dengan


spektrofotometer visible pada Panjang
gelombang 515 nm

Hasil pengukuran

81
Lampiran 12. Bagan Alir Pengukuran Absorbansi DPPH dengan Sampel Krim
Pelembab

Sampel krim pelembab Ekstrak Daging Buah


Kelubi 1,5%, 2%, 2,5% (25 mg)

( mg)

Labu tentukur 50 mL

+ metanol ad tanda batas

Larutan konsentrasi 500 ppm

Dipipet masing-masing 0,1 mL, 0,2 mL, 0,3


mL, 0,4 mL, dan 0,5 mL

Labu tentukur 50 mL

+ Larutan DPPH 40 ppm


(1mL)

+ Metanol p.a ad tanda


batas

Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi Konsentrasi


10 ppm 20 ppm 30 ppm 40 ppm 50 ppm

Ukur absorbansinya dengan


spektrofotometer visible pada Panjang
gelombang 115 nm

Hasil pengukuran

82
Lampiran 13. Perhitungan Formulasi Modifikasi Sediaan Krim

 F0 yaitu sediaan tanpa ekstrak etanol daging buah kelubi


- Asam stearate 12% = x 100 g = 12 g

- Setil Alkohol 0,5% = x 100 g = 0,5 g

- Nipagin 0,1% = x 100 g = 0,1 g

- TEA 1% = x 100 g = 1

- Akuades = 100 – (12+0,5+0,1+1) = 86,4 mL

 F1 yaitu sediaan dengan ekstrak etanol daging buah kelubi 1,5%


- Asam stearate 12% = x 100 g = 12 g

- Setil Alkohol 0,5% = x 100 g = 0,5 g

- Nipagin 0,1% = x 100 g = 0,1 g

- TEA 1% = x 100 g = 1

- Akuades = 100 – (12+0,5+0,1+1+1,5) = 84,9 mL


- Ekstrak Etanol Daging Buah kelubi 1,5 g

 F2 yaitu sediaan dengan ekstrak etanol daging buah kelubi 2%


- Asam stearate 12% = x 100 g = 12 g

- Setil Alkohol 0,5% = x 100 g = 0,5 g

- Nipagin 0,1% = x 100 g = 0,1 g

- TEA 1% = x 100 g = 1

- Akuades = 100 – (12+0,5+0,1+1+1,5) = 84,4 mL


- Ekstrak Etanol Daging Buah kelubi 2 g

83
Lampiran 13. (Lanjutan) Perhitungan Formulasi Modifikasi Sediaan Krim

 F3 yaitu sediaan dengan ekstrak etanol daging buah kelubi 2,5%


- Asam stearate 12% = x 100 g = 12 g

- Setil Alkohol 0,5% = x 100 g = 0,5 g

- Nipagin 0,1% = x 100 g = 0,1 g

- TEA 1% = x 100 g = 1

- Akuades = 100 – (12+0,5+0,1+1+1,5) = 83,9 mL


- Ekstrak Etanol Daging Buah kelubi 2,5 g

84
Lampiran 14. Gambar Hasil Pembuatan Sediaan Krim

Keterangan :
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KEEDBK 1,5 %
F2 : KEEDBK 2 %
F3 : KEEDBK 2,5 %

85
Lampiran 15. Gambar Hasil Uji Homogenitas

Keterangan :
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KEEDBK 1,5 %
F2 : KEEDBK 2 %
F3 : KEEDBK 2,5 %

86
Lampiran 16. Gambar Hasil Uji pH Sediaan

pH Sesaat Setelah dibuat

F0 (Blanko) F1 (1,5%)

F2 (2%) F3 (2,5%)

Keterangan :
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KEEDBK 1,5 %
F2 : KEEDBK 2 %
F3 : KEEDBK 2,5 %

87
Lampiran 16. (Lanjutan) Gambar Hasil Uji pH Sediaan

pH Setelah Cycling Test

F0 (Blanko) F1 (1,5%)

F2 (2%) F3 (2,5%)

Keterangan :
KEEDBK : Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KEEDBK 1,5 %
F2 : KEEDBK 2 %
F3 : KEEDBK 2,5 %

88
Lampiran 17. Gambar Hasil Uji Tipe Emulsi

Keterangan :
KPEEDBK : Krim Pelembab Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
F0 : Blanko
F1 : KPEEDBK 1,5 %
F2 : KPEEDBK 2 %
F3 : KPEEDBK 2,5 %

89
Lampiran 18. Gambar Hasil Uji Iritasi terhadap Salah Satu Sukarelawan

Sebelum dioleskan Sesaat dioleskan

Setelah 24 jam

90
Lampiran 19. Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F0 (Blanko)
Relawan 1

Sebelum Pemakaian 1 minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

91
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F0 (Blanko)
Relawan 2

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

92
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F0 (Blanko)
Relawan 3

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

93
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F1 (1,5%)
Relawan 1

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

94
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F1 (1,5%)
Relawan 2

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

95
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F1 (1,5%)
Relawan 3

Seminggu Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

96
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F2 (2%)
Relawan 1

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

97
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F2 (2%)
Relawan 2

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

98
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F2 (2%)
Relawan 3

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

99
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F3 (2,5%)
Relawan 1

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

100
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F3 (2,5%)
Relawan 2

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

101
Lampiran 19. (Lanjutan) Hasil Uji Efektifitas Kelembaban terhadap Sukarelawan
Menggunakan Alat Skin Analyzer (Ckcyi-N®)

F3 (2,5%)
Relawan 3

Sebelum Pemakaian 1 Minggu Pemakaian

2 Minggu Pemakaian 3 Minggu Pemakaian

4 Minggu Pemakaian

102
Lampiran 20. Hasil Perhitungan Persen Pemulihan

M1 +M2+M3+M4
%= 4 ─ Kondisi Awal x 100%
Kondisi Awal

 FO (Blanko)
36,66 + 38,33 + 41,33 + 43,66
%= 4 ─ 33,66 x 100% = 18,82%
33,66

 F1 (1,5%)
37,00+ 40,00 + 43,66 + 46,66
%= 4 ─ 34,33 x 100% = 21,84 %
34,33

 F2 (2%)
39,00 + 42,00 + 45,33 + 50,66
%= 4 ─ 35,66 x 100% = 24,08 %
35,66

 F3 (2,5%)
43,33 + 46,33 + 50,66 + 56,00
%= 4 ─ 38,33 x 100% = 28,04 %
38,33

103
Lampiran 21. Rumus Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

Untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap panelis digunakan rumus

sebagai berikut:

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

∑ ( ̅)
̅ =

∑ ( ̅)
S2 =

S =√

Keterangan:

n : Banyak panelis
S2 :
Keseragaman nilai kesukaan
1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf
̅ : Nilai kesukaan rata-rata
XI : Nilai dari panelis ke 1, dimana 1,2,3…N
S : Simpangan baku nilai kesukaan
P : Tingkat kepercayaan
µ : Rentang nilai

104
Lampiran 22. Data Hasil Uji Kesukaan Warna Sediaan Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi

Sediaan
Panelis Umur (Tahun)
F0 F1 F2 F3
1 23 - 3 3 3
2 21 - 3 3 4
3 22 - 3 2 3
4 21 - 3 2 4
5 22 - 4 3 4
6 23 - 3 3 4
7 21 - 5 5 5
8 22 - 3 3 4
9 24 - 5 3 3
10 23 - 5 3 4
11 21 - 2 4 3
12 20 - 2 4 5
13 22 - 3 3 4
14 21 - 3 4 3
15 22 - 2 3 4
16 24 - 3 4 3
17 23 - 4 5 3
18 21 - 4 3 4
19 22 - 3 3 3
20 23 - 3 5 3

67 68 73

105
Lampiran 23. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Warna


Formula Sediaan F1: Konsentrasi 1,5%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,35
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,62

S =√

=√

= 0,78

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,35 - (1,96.0,78/√ )) ≥ µ ≥ (3,35 + (1,96.0,78/√ )) = 95%

P (3,35 - 0,33) ≥ µ ≥ (3,35 + 0,33)

P 3,02 ≥ µ ≥ 3,68

106
Lampiran 23. (Lanjutan) Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Warna


Formula Sediaan F2: Konsentrasi 2%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,4
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,74

S =√

=√

=0,86

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,4 - (1,96.0,86/√ )) ≥ µ ≥ (3,4 + (1,96.0,86/√ )) = 95%

P (3,4 - 0,37) ≥ µ ≥ (3,4 + 0,37)

P 3,03 ≥ µ ≥ 3,77

107
Lampiran 23. (Lanjutan) Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Warna


Formula Sediaan F3: Konsentrasi 2,5%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,62
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,42

S =√

=√

=0,64

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,62 - (1,96.0,64/√ )) ≥ µ ≥ (3,62 + (1,96.0,64/√ )) = 95%

P (3,62 - 0,28) ≥ µ ≥ (3,62 + 0,28)

P 3,34 ≥ µ ≥ 3,9

108
Lampiran 24. Data Hasil Uji Kesukaan Bau Sediaan Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi

Sediaan
Panelis Umur (Tahun)
F0 F1 F2 F3
1 23 - 3 3 3
2 21 - 3 3 3
3 22 - 3 3 4
4 21 - 4 4 5
5 22 - 4 4 4
6 23 - 3 5 5
7 21 - 3 3 3
8 22 - 3 3 3
9 24 - 3 4 3
10 23 - 4 4 3
11 21 - 3 3 3
12 20 - 3 3 3
13 22 - 4 5 4
14 21 - 3 3 5
15 22 - 4 3 3
16 24 - 3 4 5
17 23 - 4 4 4
18 21 - 5 3 3
19 22 - 3 3 3
20 23 - 3 2 3

68 69 72

109
Lampiran 25. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bau


Formula Sediaan F1: Konsentrasi 1,5%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,4
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,34

S =√

=√

= 0,58

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,4 - (1,96.0,58/√ )) ≥ µ ≥ (3,4 + (1,96.0,58/√ )) = 95%

P (3,4 - 0,25) ≥ µ ≥ (3,4 + 0,25)

P 3,15 ≥ µ ≥ 3,65

110
Lampiran 25. (Lanjutan) Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bau


Formula Sediaan F2: Konsentrasi 2%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,45
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,54

S =√

=√

= 0,73

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,45 - (1,96.0,73/√ )) ≥ µ ≥ (3,45 + (1,96.0,73/√ )) = 95%

P (3,45 - 0,31) ≥ µ ≥ (3,45 + 0,31)

P 3,14 ≥ µ ≥ 3,76

111
Lampiran 25. (Lanjutan) Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bau


Formula Sediaan F3: Konsentrasi 2,5%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,6
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,64

S =√

=√

= 0,8

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,6 - (1,96.0,8/√ )) ≥ µ ≥ (3,6 + (1,96.0,8/√ )) = 95%

P (3,6 – 0,35) ≥ µ ≥ (3,6 + 0,35)

P 3,25 ≥ µ ≥ 3,95

112
Lampiran 26. Data Hasil Uji Kesukaan Bentuk Sediaan Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi

Sediaan
Panelis Umur (Tahun)
F0 F1 F2 F3
1 23 - 4 5 3
2 21 - 3 3 5
3 22 - 4 3 4
4 21 - 3 4 3
5 22 - 3 3 3
6 23 - 3 4 3
7 21 - 3 3 5
8 22 - 5 3 3
9 24 - 3 3 3
10 23 - 3 3 3
11 21 - 3 3 4
12 20 - 4 3 4
13 22 - 3 4 5
14 21 - 4 4 3
15 22 - 3 4 4
16 24 - 3 3 3
17 23 - 3 4 4
18 21 - 4 3 3
19 22 - 3 3 4
20 23 - 2 3 4

69 68 73

113
Lampiran 27. Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bentuk


Formula Sediaan F1: Konsentrasi 1,5%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,45
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,43

S =√

=√

= 0,65

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,45 - (1,96.0,65/√ )) ≥ µ ≥ (3,45 + (1,96.0,65/√ )) = 95%

P (3,45 - 0,28) ≥ µ ≥ (3,45 + 0,28)

P 3,17 ≥ µ ≥ 3,73

114
Lampiran 27. (Lanjutan) Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bentuk


Formula Sediaan F2: Konsentrasi 2%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,4
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,34

S =√

=√

= 0,58

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,4 - (1,96.0,58/√ )) ≥ µ ≥ (3,4 + (1,96.0,58/√ )) = 95%

P (3,4 – 0,25) ≥ µ ≥ (3,4 + 0,25)

P 3,15 ≥ µ ≥ 3,65

115
Lampiran 27. (Lanjutan) Hasil Perhitungan Nilai Uji Kesukaan

 Hasil Perhitungan Uji Kesukaan Bentuk


Formula Sediaan F3: Konsentrasi 2,5%
∑ ( ̅)
̅ =

= 3,62
∑ ( ̅)
S2 =

( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
=

= 0,52

S =√

=√

= 0,72

P( ̅ -(1,96 . s/√ )) ≤ µ ≤ ( ̅ + (1,96 . s/√ )) = 95%

P (3,62 - (1,96.0,72/√ )) ≥ µ ≥ (3,62 + (1,96.0,72/√ )) = 95%

P (3,62 – 0,31) ≥ µ ≥ (3,62 + 0,31)

P 3,31 ≥ µ ≥ 3,93

116
Lampiran 28. Perhitungan IC₅ ₀ Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

Data absorbansi:
No. Konsentrasi sampel
Absorbansi % Peredaman
(ppm)
1 0 0,9465 0
2 10 0,7792 17,6756%
3 20 0,6715 29,0544%
4 30 0,558 41,0459%
5 40 0,4753 49.7834%
6 50 0,2928 69,0649%

%Peredaman =

Perhitungan % Peredaman Ekstrak Etanol Buah Kurma

1. Konsentrasi 10 µg/mL

%Peredaman = 17,6756 %

2. Konsentrasi 20 µg/mL

%Peredaman = = 29,0544 %

3. Konsentrasi 30 µg/mL

%Peredaman =

4. Konsentrasi 40µg/mL

%Peredaman = 49,7834 %

5. Konsentrasi 50µg/mL

%Peredaman = 69,0649 %

117
Lampiran 28. (Lanjutan) Perhitungan Nilai IC₅ ₀ Ekstrak Etanol Daging Buah
Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

Data Konsentrasi dan % Aktivitas Antioksidan


Konsentrasi % Aktivitas XY X²
(X) Antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 17,67564712% 176,7564712 100
20 2905441099% 581,0882198 400
30 41,0459588% 1231,378764 900
40 49,78341257% 1991,336503 1600
50 69,06497623% 3453,248811 2500
Ʃx = 150 Ʃy = 206,6244057 Ʃxy = 7433,808769 Ʃx² = 5500
̅ = 25 ̅ = 34,43740095

( ) ( )( )
a= ( ) ( )

( )( )
a=

a=

a = 1,296113501

b= ̅–a ̅

b = 1,296113501 x 25 – 34,43740095

b = 2,034563429

Jadi, persamaan garis regresi Y = 1,296113501x + 2,034563429

Nilai IC₅ ₀ : Y = 1,296113501x + 2,034563429

50 = 1,296113501x + 2,034563429

x=

x = 37,0071 µg/mL

118
Lampiran 29. Perhitungan IC₅ ₀ Krim Blanko

Data Absorbansi:

Konsentrasi sampel
No. Absorbansi % Peredaman
(ppm)
1 0 0,9879 0
2 10 0,9627 2,5508%
3 20 0,9548 3,3505%
4 30 0,9382 5,0308%
5 40 0,9224 6,6302%
6 50 0,8723 11,7015%

%Peredaman =

Perhitungan % Peredaman SediaanKrim Pelembab Blanko

1. Konsentrasi 10 µg/mL

%Peredaman = %

2. Konsentrasi 20 µg/mL

%Peredaman = 3,3505 %

3. Konsentrasi 30 µg/mL

%Peredaman = %

4. Konsentrasi 40 µg/mL

%Peredaman = 6,6302 %

5. Konsentrasi 50 µg/mL

%Peredaman =

119
Lampiran 29. (Lanjutan) Perhitungan Nilai IC₅ ₀ Krim Blanko

Data Konsentrasi dan % Aktivitas Antioksidan


Konsentrasi % Aktivitas XY X²
(X) Antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 2,550865472 25,50865472 100
20 3,350541553 67,01083106 400
30 5,03087357 150,9262071 900
40 6,630225731 265,2090293 1600
50 11,70158923 585,0794615 2500
²
Ʃx = 150 Ʃy = 29,26409556 Ʃxy = 1093,734184 Ʃx = 5500
̅ = 25 ̅ = 4,877349259

( ) ( )( )
a= ( ) ( )

( )( )
a=

a=

a = 0,206932454

b= ̅–a ̅

b = 0,206932454 x 25 – 4,87734926

b = -0,295962094

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,2069 x + -0,295962094

Nilai IC₅ ₀ : Y = 0,2069 x + -0,295962094

50 = 0,2069 x + -0,295962094

x=

x = 243,05 µg/mL

120
Lampiran 30. Perhitungan IC₅ ₀ Krim Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi
(Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 1,5%

Data Absorbansi:

No. Konsentrasi sampel Absorbansi % Peredaman


(ppm)
1 0 0,9879 0
2 10 0,9407 4,7778%
3 20 0,9157 7,3084%
4 30 0,8864 10,2743%
5 40 0,8615 12,7948%
6 50 0,8327 15,7101%

%Peredaman =

Perhitungan % Peredaman Sediaan Body Lotion Blanko

1. Konsentrasi 10 µg/mL

%Peredaman = %

2. Konsentrasi 20 µg/mL

%Peredaman = %

3. Konsentrasi 30 µg/mL

%Peredaman = %

4. Konsentrasi 40 µg/mL

%Peredaman = %

5. Konsentrasi 50 µg/mL

%Peredaman =

121
Lampiran 30. (Lanjutan) Perhitungan Nilai IC₅ ₀ Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta
(Griff.) Burret) 1,5%

Data Konsentrasi dan % Aktivitas Antioksidan


Konsentrasi % Aktivitas XY X²
(X) Antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 4,77811519 47,77811519 100
20 7,308432028 146,1686406 400
30 10,27431926 308,2295779 900
40 12,79481729 511,7926916 1600
50 15,71009211 785,5046057 2500
Ʃx = 150 Ʃy = 50,86547221 Ʃxy = 1799,473631 Ʃx² = 5500
̅ = 25 ̅ = 8,477578702

( ) ( )( )
a= ( ) ( )

( )( )
a=

a=

a = 0,301621043

b= ̅–a ̅

b = 0,301621043 x 25 – 8,4775787

b = 0,937052622

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,301621043x + 0,937052622

Nilai IC₅ ₀ : Y = 0,301621043x + 0,937052622

50 = 0,301621043x + 0,937052622

x=

x = 162,664 µg/mL

122
Lampiran 31. Perhitungan IC₅ ₀ Krim Pelembab Ekstrak Etanol Daging Buah
Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2%

Data Absorbansi:

No. Konsentrasi sampel Absorbansi % Peredaman


(ppm)
1 0 0,9877 0
2 10 0,9385 4,9812%
3 20 0,8956 9,3246%
4 30 0,8885 10,0435%
5 40 0,8551 13,4251%
6 50 0,7837 20,6540%

%Peredaman =

Perhitungan % Peredaman Sediaan Lip Balm Ekstrak Etanol Buah Kurma 2%

1. Konsentrasi 10 µg/mL

%Peredaman = 4,9812 %

2. Konsentrasi 20 µg/mL

%Peredaman = 9,63246%

3. Konsentrasi 30 µg/mL

%Peredaman = 10,0435%

4. Konsentrasi 40 µg/mL

%Peredaman = 13,4251 %

5. Konsentrasi 50 µg/mL

%Peredaman = 20,6504 %

123
Lampiran 31. (Lanjutan) Perhitungan Nilai IC₃ ₀ Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta
(Griff.) Burret) 2%

Data Konsentrasi dan % Aktivitas Antioksidan


Konsentrasi % Aktivitas XY X²
(X) Antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 4,981269616 49,81269616 100
20 9,324693733 186,4938747 400
30 10,04353549 301,3060646 900
40 13,42512909 537,0051635 1600
50 20,65404475 1032,702238 2500
Ʃx = 150 Ʃy = 58,42867267 Ʃxy = 2107,320036 Ʃx² = 5500
̅ = 25 ̅ = 9,738112112

( ) ( )( )
a= ( ) ( )

( )( )
a=

a=

a = 0,369487554

b= ̅–a ̅

b = 0,369487554 x 25 – 9,738112112

b = 0,500923261

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,369487554x + 0,500923261

Nilai IC₅ ₀ : Y = 0,369487554x + 0,500923261

50 = 0,369487554x + 0,500923261

x=

x = 133,966 µg/mL

124
Lampiran 32. Perhitungan IC₅ ₀ Krim Pelembab Ekstrak Etanol Daging Buah
Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2,5%

Data Absorbansi:

No. Konsentrasi sampel Absorbansi % Peredaman


(ppm)
1 0 0,9879 0
2 10 0,919 6,9743%
3 20 0,8701 11,9242%
4 30 0,8503 13.9285%
5 40 0,8112 17,8864%
6 50 0,7757 21,4799%

%Peredaman =

Perhitungan % Peredaman Sediaan Lip Balm Ekstrak Etanol Buah Kurma 2%

1. Konsentrasi 10 µg/mL

%Peredaman = %

2. Konsentrasi 20 µg/mL

%Peredaman = 11,9285%

3. Konsentrasi 30 µg/mL

%Peredaman = 13.9285%

4. Konsentrasi 40 µg/mL

%Peredaman = 17,8864%

5. Konsentrasi 50 µg/mL

%Peredaman = 21,4799%

125
Lampiran 32. (Lanjutan) Perhitungan Nilai IC₅ ₀ Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta
(Griff.) Burret) 2,5%

Data Konsentrasi dan % Aktivitas Antioksidan


Konsentrasi % Aktivitas XY X²
(X) Antioksidan (Y)
0 0 0 0
10 6,97439012 69,7439012 100
20 11,92428383 238,4856767 400
30 13,92853528 417,8560583 900
40 17,88642575 715,4570301 1600
50 21,47990687 1073,995344 2500
Ʃx = 150 Ʃy = 72,19354186 Ʃxy = 2515,53801 Ʃx² = 5500
̅ = 25 ̅ = 12,03225698

( ) ( )( )
a= ( ) ( )

( )( )
a=

a=

a = 0,406113979

b= ̅–a ̅

b = 0,406113979x 25 – 12,03225698

b = 1,879407497

Jadi, persamaan garis regresi Y = 0,406113979x+ 1,879407497

Nilai IC₅ ₀ : Y = 0,406113979x+ 1,879407497

50 = 0,406113979x+ 1,879407497

x=

x = 118,490 µg/mL

126
Lampiran 33. Gambar Hasil Pengukuran Panjang Gelombang Serapan
Maksimum DPPH

127
Lampiran 34. Gambar Hasil Pengukuran Operating Time DPPH

128
Lampiran 34. (Lanjutan) Gambar Hasil Pengukuran Operating Time DPPH

Operating time

129
Lampiran 35. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi Ekstrak Etanol Daging
Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret)

130
Lampiran 36. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi Krim Blanko

131
Lampiran 37. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi Krim Ekstrak Etanol
Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 1,5%

132
Lampiran 38. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi Krim Pelembab Ekstrak
Etanol Daging Buah Kelubi 2%

133
Lampiran 39. Gambar Hasil Pengukuran Absorbansi krim Ekstrak Etanol
Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff.) Burret) 2,5%

134
Lampiran 40. Contoh Format Lembaran Penilaian Uji Kesukaan

FORMULIR
UJI KESUKAAN (Hedonic Test)
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Petunjuk Pengisian
1. Panelis diberikan 4 sediaan krim pelembab ekstrak etanol daging buah
kelubi (eleiodoxa conferta (Griff) Burret) oleh peneliti.
2. Setiap sediaan dioleskan pada punggung tangan panelis secara perlahan
dengan mengamati warna, bau dan tekstur dari sediaan.
3. Panelis memberikan penilaian terhadap masing-masing sediaan dengan
cara memberi nilai 1 (sangat tidak suka), 2 (tidak suka), 3 (netral), 4
(suka), dan 5 (sangat suka).
Karakteristik penilaian
No Sediaan Krim Pelembab
Warna Bau Tekstur
1 Blanko
3. Formula 1 Ekstrak 1,5%
3. Formula 2 Ekstrak 2%
4 Formula 3 Ekstrak 2,5 %

Terimakasih atas bantuan dan waktu yang telah anda sediakan.

Medan, Februari 2022


Sukarelawan

( Nama )

135
Lampiran 41. Contoh Format Lembaran Persetujuan Sukarelawan Penelitian

LEMBAR PERSETUJUAN UJI IRITASI DAN


MENJADI SUKARELAWAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
No. Hp :
Telah mendapatkan penjelasan dari peneliti (Siti Salmiyah Daulay) secara
jelas tentang penelitian “Formulasi dan Uji Antioksidan Sediaan Krim dari
Ekstrak Etanol Daging Buah Kelubi (Eleiodoxa conferta (Griff) Burret) sebagai
Pelembab Kulit”, maka dengan ini saya secara suka relawan tanpa paksaan
menyatakan bersedia untuk diikutsertakan dalam penelitian tersebut. Jika terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan saya tidak akan menuntut.
Demikian surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, Februari 2022


Sukarelawan

( Nama )

136

Anda mungkin juga menyukai